Anda di halaman 1dari 11

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANAGAN BANDAR

TANJUNG TIRAM
Oleh : audia atika

Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan


Jl.Gurilla No.52 Bantan Timur, Kota Medan, Sumatra Utara

email : audiaatika14@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan


Bandar Tanjung Tiram serta Bagaimana latar belakang terbentuknya Bandar
Tanjung Tiram juga proses terbentuknya permukiman di sekitar Bandar Tanjung
Tiram dan menjabarkan peranan Bandar Tanjung Tiram sebagai pusat ekonomi
bagi masyarakat di Kecamatan Tanjung Tiram. Letak wilayah Tanjung Tiram
yang strategis berada di tepi selat malaka menjadi alasan daerah ini digunakan
pedagang untuk berkumpul dan melakukan transaksi hingga mulai terbentuknya
permukiman di sekitar Bandar Tanjung Tiram. Untuk memperoleh data data yang
diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field
research) dengan sejarah lisan (oral history). Kemudian tehnik pengumpulan data
melalui cara observasi, wawancara, studi pustaka, kemudian dianalisis dengan
reduksi data dan menerik kesimpulan.
Dari penelitian yang telah dilakukan bahwasanya Bandar Tanjung Tiram telah
digunakan oleh saudagar dan datuk di Batu Bara sebagai tempat pertemuan dalam
memperdagangkan hasil akomoditinya, kemudian setelah Batu Bara dalam
pengawasan Belanda dan membutuhkan pelabuhan laut untuk mengekspor hasil
pertanian maka dibangunlah Bandar pada tahun 1885-1886. Permukiman di
sekitar Bandar mulai tumbuh sejak adanya kedatukan Bogak dan Lima Laras,
dengan banyaknya kesempatan pekerjaan serta ekonomi yang lebih baik orang
orang mulai pindah dan menetap di sekitar kawasan Bandar dan terus bergenerasi
dari masa ke masa hingga sekarang.

Kata kunci : Bandar Tanjung Tiram, Permukiman, Ekonomi


Pendahuluan

Tanjung Tiram merupakan kawasan yang sangat strategis yang berada di

pantai Timur Sumatera yang langsung berbatasan dengan Selat Malaka serta wilayah

yang memiliki banyak aliran sungai. Hal ini yang mendorong saudagar saudagar dari

negeri Batu Bara menggunakan sebuah tanah yang menjorok ke laut sebagai tempat

merapatnya kapal dan melakukan perdagangan dengan berbagai Negara lain yang

sekarang disebut sebagai Bandar Tanjung Tiram. Dengan sejumlah perahu dari

Langkat, Deli dan Batu Bara berjumlah sangat banyak mengangkut teruama lada, dan

juga hasil perkebunan lainnya. Diketahui para Raja dan saudagar saudagar dari Batu

Bara adalah orang orang yang ulet dan gigih dalam melakukan perniagaan hal ini

menjadikan Bandar Tanjung Tiram menjadi tempat berkumpul dan pertemuan untuk

melakukan perdagangan hasil komoditi dari berbagai wilayah.

Dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang mendorong terciptanya Bandar

ini adalah kekayaan hasil negeri Batu Bara yang banyak serta keahlian saudagar Batu

Bara yang ulet dan gigih dalam berdagang eksternal dengan dibutuhkannya tempat

pertemuan antar saudagar untuk saling bertukar barang dagangannya Bandar Tanjung

Tiram dijadikan tempat bagi para saudagar bisa saling bertransaksi serta didukungnya

faktor eksternal yaitu posisi Bandar Tanjung Tiram memiliki letak wilayah yang

strategis berada diantara Selat Malaka dengan jalur yang lebih pendek untuk

menempuh India-Cina yang merupakan jalur perdagangan yang biasa dilalui berbagai
Negara dalam melakukan perdagangan akomoditi mereka sehingga terbentuknya

Bandar sebagai kawasan saudagar dari berbagai negeri singgah.

Metode

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan


metode heuristik dengan menggunakan analisis sejarah, dengan jenis penelitian
lapangan (field research) dan juga kepustakaan (library research). Kemudian tekhnik
untuk megumpulkan data dilakukan dengan cara studi literatur dengan
mengumpulkan buku-buku, wawancara, artikel, maupun jurnal ilmiah yang relevan
dengan penelitian, kemudian observasi ke lokasi penelitian kemudian dianalisis
dengan reduksi data dan menerik kesimpulan. Dalam penelitian ini mendasarkan
melalui tahap pengumpulan sumber berupa studi arsip dimana buku buku mengenai
sejarah Batu Bara hingga terbentuknya Bandar Tanjung Tiram

Pembahasan

Perniagaan telah terjadi sebelum Belanda menetapkan kekuaasaan atas Batu

Bara pada tahun 1865. Daerah Batu Bara dikenal sebagai pusat perdagangan dari

berbagai Negeri seperti Penang, Perak, Malaka, Cina dan Arab, hal ini

memungkungkinkan banyak arkeologi yang ditemukan di Desa Bogak, salah satu

desa tua yang berada di Tanjung Tiram seperti bongkahan kapal, fragmen keramik,

pecahan botol, koin ataupun mata uang VOC, artefak artefak yang ditemukan jelas

mengidentifikasikan bahwa daerah Batu Bara cukup sibuk pada masanya sebagai

suatu kawasan Bandar perdagangan. Namun walaupun demikian pada masa ini

Bandar yang dikatakan masih dengan kondisi Bandar yang masih sangat sederhana
hanya berupa dermaga kecil yang tidak dilengkapi sarana dan prasarana yang

bagaimana mestinya, bisa dikatakan bahwa yang disebut Bandar pada masa ini

hanyalah sebuah teluk kecil yang menjorok kelaut dan dengan pondasi yang terbuat

dari kayu serta masih sangat tradisional.

Perkembangan Bandar sendiri ditandai dengan takluknya Batu Bara pada


Belanda serta dibangunnya Bandar menjadi lebih modern yang dapat melakukan
ekspor dan import untuk kepentingan pemerintah Belanda yang pada awalnya Bandar
hanya berbentuk Bandar tradisional dengan menggunakan pondasi kayu yang
kemudian dibangun menggunakan beton dan besi sebagai pondasinya. Menurut
Anwardi (2010:120) mengatakan Bandar Tanjung Tiram semakin berkembang
dikarenakan pada masa itu Belanda membangun perkebunan tembakau dan karet di
wilayah negeri Batu Bara. Dengan adanya hasil dari perkebunan ini ditambah dengan
banyaknya hasil hutan dan pertanian lainnya yang dapat diekspor keluar negeri
membuat Belanda berinisiatif membangun pelabuhan laut di kedatukan Tanah Datar
dengan nama Tanjung Tiram pada tahun 1885-1886.

Ketika pada saat masuknya Jepang ke Nusantara, Belanda pernah meledakkan

Bandar ini hingga menjadi puing puing reruntuhan berupa pancang-pancang

bangunan yang terbuat dari beton di cor besi yang menjorok kelaut, puing puing ini

masih dapat dilihat sampai sekarang hal ini lah mengapa Bandar Tanjung Tiram juga

di kenal masyarakat sebagai pelabuhan “BOM” pengeboman ini dilakukan Belanda

agar mencegah masuknya pasukan Jepang ke Batu Bara, aktifitas Bandar sempat

vakum dari kegiatan perkapalan serta banyaknya terjadi kerusakan Bandar akibat

pengeboman.
Sekarang ini Bandar Tanjung Tiram digunakan nelayan sebagai tempat

bersandarnya kapal dengan fasilitas dermaga yang disediakan oleh pemerintah,

otoritas Bandar Tanjung Tiram sekarang ini berada di bawah wewenang pelabuhan

Kuala Tanjung, Bandar Tanjung Tiram sendiri merupakan pelabuhan yang berbentuk

UPP yang tergolong dalam pelabuhan yang belum diusahakan secara kemersial

sehingga Bandar ini dimarger dan dikelola langsung oleh pemerintah melalui

pelabuhan setempat dalam hal ini Pelabuhan Kuala Tanjung.

Kehidupan social budaya sekitar Bandar Tanjung Tiram pada sejarahnya

permukiman sendiri sudah ada di Bagan Luar yang pada masa itu merupakan wilayah

kekuasaan kedatukan Lima Laras serta permukiman di kampung Bogak sudah sangat

ramai oleh penduduk dikarenakan adanya kedatukan Bogak yang menjadi tempat

persinggahan para pelaut, pedagang yang berniaga dari negeri-negeri yang berada di

pingggiran Selat Malaka, serta negeri India, Filipina, Cina. Negeri Johor yang pada

masa itu selalu hilir mudik melintasi perairan Selat Malaka.

Pada masa itu di Bogak terdapat tempat pembuatan belacan/terasi yang pada

waktu itu banyak diperdagangkan ke daerah pesisir Negeri Siak, Malaka, dan Pulau

Penang, Patani, Mindanau Filipina dan juga kasmir India. Akibatnya banyak para

pendatang yang menetap di kedatukan baik dari negeri Batu Bara maupun dari negeri

tetangga di sekitar pesisir Selat Malaka. Sempat terjadi perselisihan antara kedatukan

Lima Laras dengan kedatukan Bogak dikarenakan kedatukan Lima Laras membuka

pelabuhan di Bagan Luar yang menyaingi pelabuhan yang ada di Bogak.


Dalam bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat

harus mendapatkan sebuah pekerjaan. Di Kecamatan Tanjung Tiram yang lebih dekat

dengan laut yang berdampak pada rata rata pekerjaan masyarakat Kecamatan Tanjung

Tiram adalah nelayan. Peluang untuk menjadi nelayan sangat besar dimana tidak ada

aturan tingkat pendidikan untuk pekerjaan ini. Maka secara tidak langsung nelayan

menjadi mata pencarian dominan di wilayah ini. Selain itu Bandar dan laut berperan

besar dalam membantu masyarakat Tanjung Tiram dalam ekonominya, Bandar

Tanjung Tiram menjadi lapangan pekerjaan yang memberikan dampak positif bagi

masyarakat dimana pemuda daerah yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi karena kekurangan ekonomi memilih untuk menjadi

nelayan, pekerjaan ini sendiri memberikan banyak kesempatan dan peluang untuk

mengurangi tingkat pengangguran dimana tingkat ekonomi nelayan bisa terbilang

rendah, sehingga dengan menjadi nelayan dapat memenuhi kehidupan ekonomi sehari

hari masyarakat Tanjung Tiram.

Pada bidang pendidikannya Masyarakat batu bara sendiri telah mengenal

sekolah modern sejak dulu, jejak yang tertinggal adalah sekolah modern yang

dibangun Belanda yang berlokasi di labuhan ruku, melalui sekolah ini Belanda

memperkanalkan pendidikan modern pada anak anak Batu Bara, terutama dikalangan

anak anak datuk sehingga mereka dapat menyenyam pendidikan modern, namun jenis

pendidikan ini tidak banyak yang mendukung di Batu Bara hal ini mungkin
dikarenakan pada awalnya pendidikan yang di terapkan masyarakat Batu Bara

cenderung berorientasi pada agama.

Pada bidang pemerinyahan Batu Bara pada masa dulu merupakan suatu

wilayah adat yang berdiri sendiri-sendiri yang dapat diketahui dari sejarah yang ada,

Batu Bara terdari beberapa kedatukan kecil yang dipimpin oleh seorang datuk yang

secara turun temurun diwariskan. Tahun 1887 Belanda mengganti system

pemerintahan di Sumatra Timur yang selama ini di bawah keresidenan dengan

memindahkan keresidenan Sumatra Timur dari Labuhan dan Bengkalis ke Medan.

Kemudian keresidenan ini dibagi menjadi 5 afdeling atau setara dengan kabupaten di

bawah kuasa seorang residen Batu Bara dengan sembilan kedatukan yang ada di

dalamnya menjadi Afdeling Batu Bara, yang berkedudukan di Labuhan Ruku.

Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, maka seluruh

kekuasaan kedatukan maupun Self Bestur berakhir juga kedatukannya, Onder

Afdeling Labuhan Batu dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten Labuhan Batu yang

beribukota di Rantau Perapat. Onder Afdeling Tanjung Balai dijadikan Daerah

Tingkat II Kabupaten Asahan dengan Ibukota di Tanjung Balai, sementara Onder

Afdeling Batu Bara disatukan ke Kabupaten Asahan. Baru pada tahun 2006 DPR

menyetujui Rancangan Undang Undang pembentukan Kabupaten Batu Bara dan

diresmikan tanggal 15 Juni 2007 setelah sekian lama dengan berbagai hambatan dan

perjuangan rakyat Batu Bara dengan maksud mewujudkan Kabupaten Batu Bara yang

mandiri dan semakin maju.


Dalam bidang teknologi Teknologi yang berkembang pada masyarakat akan

mendukung kebudayaan pada masyarakatnya. Sehingga teknologi dan kebudayaan

saling berkaitan bagi masyarakat Tanjung Tiram terutama pertanian dan kelautan

menjadi mata pencaharian utama masyarakat Tanjung Tiram. Pada masyarakat

Tanjung Tiram inovasi teknologi terlihat dari penggunaan alat menangkap ikan, kapal

nelayan, cara budidaya ikan serta alat alat pertanian hal ini diperjelas oleh beberapa

nelayan di Tanjung Tiram.

bahwa pada masyarakat Tanjung Tiram majunya teknologi dapat dapat

mendorong kemajuan kebudayaan yang ada di sini sebagai kawasan wilayah pesisir,

teknologi yang dipakai oleh nelayan dan petani sangat berdampak bagi kelangsungan

hidup masyarakatnya demi mempermudah pekerjaan inovasi inovasi dari alat alat

yang digunakan pun mulai berkembang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi

penggunaan alat dalam bekerja. Penggunaan teknologi seperti mesin penggiling juga

sangat membantu dimana hasil tangkapan nelayan bisa di olah menjadi berbagai

produk seperti kerupuk, bakso dan olahan ikan lainnya.

Bandar Tanjung Tiram menjadi pusat ekonomi dimana tidak hanya kegiatan

kelautan yang terjadi di sekitar kawasan Bandar namun telah tumbuh menjadi pusat

perdagangan dimana telah di bangun dan ruko ruko telah bertumbuh di sekitar

kawasan Bandar yang menjadikan kawasan Tanjung Tiram menjadi pusat kegiatan

masyarakat Batu Bara berlangsung.


Kesimpulan

Bandar Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram merupakan salah satu

kecamatan yang ada di Kabupaten Batu Bara. Luas wilayah Batu Bara mencapai

173,99 Km2. Tanjung Tiram terdiri dari 8 Desa dan 2 Kelurahan wilayah

administratif yang berbatasan dengan 3 Kecamatan dan laut meliputi sebelah Utara

berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Nibung Hangus, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Nibung Hangus,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Talawi.

Bandar Tanjung Tiram sudah ada jauh sebelum Belanda malakukan

pengawasan terhadap daerah Batu Bara tahun 1865 , dimana Bandar Tanjung Tiram

merupakan kawasan yang sangat strategis yang berada di Selat Malaka Bandar

digunakan sebagai tempat persinggahan kapal kapal dari berbagai Negara misalnya

Perak, Malaka, Cina dan Arab untuk melakukan perdagangan hasil akomoditi dari

masing masing negeri, pada masa ini Bandar ini sangat sederhana dan masih

tradisional.

Tahun 1885-2886 setelah Belanda membangun perkebunan tembakau dan aret

di wilayah Negeri Batu Bara, dengan adanya hasil dari perkebunan ini ditambah

dengan banyaknya hasil hutan dan pertanian lainnya yang dapat di ekspor keluar

negeri membuat Belanda membangun pelabuhan laut yang saat itu berada di

kedatukan Lima Laras dengan nama Tanjung Tiram. Mulanya terbentuk permukiman

yang ada di sekitar Bandar dengan adanya kedatukan Bogak dan Lima Laras serta
adanya peluang pekerjaan di sekitar Bandar banyak masyarakat dari berbagai

kedatukan di Batu Bara yang berpindah ke daerah sekitar Bandar baik untuk

bertempat tinggal maupun mencari pekerjaan.

Perkembangan Bandar Tanjung Tiram bisa terbilang terhenti setelah

pendangkalan laut yang terjadi dan pengeboman yang dilakukan Belanda di Bandar

untuk mencegah Jepang mendarat di Batu Bara keadaan sekitar Bandar tidak aman

dan Bandar menjadi puing puing sekitar 2 tahun antara 1945-1947 setelah kembalinya

difungsikan Bandar hanya digunakan sebagai Bandar desa penghubung Tanjung

Tiram dengan desa Bogak dan desa Bagan Luar. Hingga sekarang Bandar masih

digunakan masyarakat Tanjung Tiram terutama nelayan sebagai tempat berlindung

kapal dan dermaga penumpang menuju desa yang berada di luar Tanjung Tiram.

Bandar Tanjung tiram sendiri juga berperan dalam ekonomi, pendidikan,

pemerintahan serta teknologi pada masyarakat Tanjung Tiram.

Daftar pustaka

Adisasmita, Rahardjo. 2015. Teori Pertumbuhan Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu

Agus S. 2014. Perencanaan Kawasan Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu

Antonius, Bungaran. 2010. Melayu dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Anwardi. 2010. Sejarah Batu Bara dari Masa Ke Masa. Arsip Kabupaten Batu Bara.
Batu Bara.

Asnan, Gusti. 2007. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera . Yogyakarta: Ombak

Asnan, Gusti. 2016. Sungai dan Sejarah Sumatera. Yogyakarta: Ombak


Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Tanjung Tiram Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara.

Girsang, Andry. 2019. Perkembangan Pelabuhan Tigaras Kecamatan Dolok


Pardamean Kabupaten Simalungun (1946-2011). Skripsi Jurusan
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan.

Guillot, Claude. 2011 Pola Perbandaran Dan Pemerintahan Di Bandar-Bandar


Perdagangan Di Dunia Melayu Daripada Abad Ke 15 Hingga Abad Ke
17. Jurnal Terjemahan Alam Dan Tamadun Melayu 3:1 Desember (2011).
ISSN 2180-043X.

Kartodirjo, Sartono. 2017. Pendekatan Ilmu Sejarah Dalam Metodologi Sejarah.


Yogjakarta: Ombak

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogjakarta: Bentang.

Monks. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatera
Timur Laut. Jakarta: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)

Sjamsuddin, Helius. (2016). Metodologi Sejarah. Yogjakarta :Ombak

Suryabrata, Sumardi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Triatmodjo, Bambang. 2003. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset

Tanjung, Flores dkk. 2014. Sejarah Batu Bara : Bahtera Sejahtera Berjaya. Batu
Bara: Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara

Morna Muhammad Yusuf, Tim. 2010. Sejarah Batu Bara Dari Masa ke Masa. Batu
Bara: Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara

_________. 1998. Diskusi Ilmiah Bandar Jalur Sutra (Kumpulan Makalah Diskusi).
Jakarta: CV. Eka Dharma

_________. 1995. Studi Pertumbuhan Dan Pemudaran Kota Pelabuhan Dalam


Kasus Ampenan dan Lember. Jakarta: Dapertemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI

Anda mungkin juga menyukai