Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI PROGRAM SEKOLAH LAPANG SAPTA USAHA TANI

(SL-SUT) PADA KELOMPOK TANI SINAR BARU II HAMBUKU BARU


KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

MUHAMMAD AMIN SYAKBANA

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
1

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
Latar Belakang ............................................................................... 2
Perumusan Masalah ......................................................................... 4
Tujuan Penelitian............................................................................. 4
PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) ................................. 5
Kelompok Tani ................................................................................ 9
Evaluasi Program Penyuluhan ....................................................... 10
Evaluasi Sumatif ............................................................................. 11
Skala Likert ..................................................................................... 14

KESIMPULAN ........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22


1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Sekolah Lapang Sapta


Usaha Tani pada Kelompok Tani Sinar Baru II Desa Hambuku Baru Kecamatan
Babirik Kebupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian dilakukan di Desa Hambuku Baru
Kecamatan Babirik. Sampel yang diambil anggota kelompok tani yang berjumlah 20
orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode sensus. Analisis yang
digunakan yaitu analisis kualitatif dan skala likert. Pengetahuan petani terhadap
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani berada pada angka rata-rata 82,64 pada kategori
interval baik dengan angka 82,64% tergolong sangat kuat, sikap petani terhadap
sekolah lapang sapta usaha tani berada pada angka rata-rata 69 pada kategori interval
baik berada dengan angka 69% tergolong netral atau petani dapat menerima program
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani, dan keterampilan petani terhadap program
sekolah lapang sapta usaha tani berada pada angka rata-rata 72,86 pada kategori
interval baik dengan angka 72,86% yang tergolong kuat. Dapat dilihat dari hasil
penelitian tersebut bahwa program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani dapat diterima
serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani. Artinya program
ini dapat terus di lanjutkan agar dapat meningkatkan kualitas kelompok tani sehingga
pendapatan petani dapat lebih meningkat.

Kata kunci: Program Penyuluh Pertanian, dan Evaluasi

ABSTRACT

This study aims to evaluate the Sapta Usaha Farmer Field School program in
the Sinar Baru II Farmer Group, Hambuku Baru Village, Babirik District, North Hulu
Sungai Regency. The study was conducted in the village of Hambuku Baru, Babirik
District. Samples were taken by 20 farmer group members. Data collection method is
done by census method. The analysis used is qualitative analysis and Likert scale.
Farmers' knowledge of the Sapta Usaha Tani Farming Field School is an average of
82.64 in the good interval category with a figure of 82.64% classified as very strong,
the attitude of farmers to the Sapta Farming Field School is an average of 69 in the
good interval category 69% are neutral or farmers can accept the Sapta Usaha Tani
Farming Field School program, and the skills of farmers towards the farmer sapta
field school program are 72.86 in the average interval category with a good 72.86% .
It can be seen from the results of the study that the Sapta Usaha Tani Field School
program can be accepted as well as increasing the knowledge and skills of farmer
groups. This means that this program can be continued in order to improve the quality
of farmer groups so that farmers' income can be increased.

Keywords: Agricultural Extension Program, and Evaluation


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan
bagi penduduk yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan pangan ini
perlu adanya pertumbuhan ekonomi disertai oleh pemerataan sehingga daya beli
masyarakat meningkat dan distribusi masyarakat merata. Permintaan atas komoditas
pangan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk serta
pertambahan industri dan pakan. Disisi lain upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani terus dilakukan agar petani bergairah dalam meningkatkan produksi usaha
taninya.
Upaya peningkatan tanaman pangan dihadapkan pada kendala dan masalah.
Penurunan produktifitas lahan pada areal pertanian, hama penyakit tanaman yang
terus berkembangan, dan tingkat kehilangan hasil pada saat dan setelah panen yang
masih tinggi merupakan masalah yang perlu dipecahkan. Upaya peningkatan
produksi tanaman pangan perlu dikaitkan dengan efesiensi, daya saing produksi, dan
kelestarian lingkungan. Selain itu, upaya peningkatan tanaman perlu adanya bantuan
dari penyuluh pertanian. Penyuluhan pertanian adalah salah satu kebijakan dari
pemerintah untuk pembangunan pertanian. Penyuluhan dapat menjadi kebijakan
yang efektif untuk pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu
mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan.
Kementerian Pertanian (kementan) melalui Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) tengah berupaya
meningkatkan kapasitas maupun kualitas sumber daya manusia pertanian dalam
negeri. Adapun program yang menjadi prioritas adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia di wilayah sentra pangan, komoditas strategis termasuk daerah
perbatasan.
Pemerintah Kalimantan Selatan menyusun program penyuluh pertanian yaitu
program “Serasi” dari pemerintah yakni selamatkan rawa sejahterakan petani.
Program “Serasi” di Kalimantan Selatan akan melakukan peningkatan penanaman
3

padi dari IP100 (sekali tanam) menjadi IP200 atau dua kali tanam dalam setahun
seluas 250 ribu hektar yang tersebar pada enam daerah Kalimantan Selatan.
Program penyuluh pertanian yang disusun oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Hulu Sungai Utara yaitu, peningkatan produksi pertanian/perkebunan, peningkatan
ketahanan pangan, pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak kegiatan,
peningkatan produksi hasil peternakan, program pengembangan kawasan ternak,
peningkatan kesejahteraan petani, pemberdayaan penyuluh pertanian, dan
peningkatan penerapan teknologi pertanian.
Kecamatan Babirik menyusun program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani yang
ditujukan pada kelompok tani Sinar Baru II yang ada di Hambuku Baru guna
mendukung program peningkatan produksi pertanian, pengawalan dan pengamanan
produksi tanaman pangan, untuk mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.
Adapun kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 1. Kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani pada Kelompok Sinar Baru II di
Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2018.
No. Kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani
1. Seleksi benih, Persemaian, dan Tanam jajar legowo
2. Pemupukan dan Pengairan
3. Pengendalian hama dan Penyakit
4. Panen dan Pasca panen
5. Pemasaran
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2019

Pengembangan kelembagaan dalam pertanian perlu memperoleh perhatian


khusus, karena merupakan komponen utama dalam strategi revitalisasi pertanian
secara keseluruhan. Peranan yang dimainkan oleh penyuluh dan petani di satu pihak
tergantung pada pengetahuan dan kecakapan kedua kelompok tersebut (Ban, 1999).
Penyuluh dituntut memiliki peran baik ditingkat kecamatan maupun tingkat desa.
Hal ini perlu dievaluasi agar kegiatan penyuluh tidak sia-sia. Evaluasi program
dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan penyuluh berjalan dengan semestinya
atau tidak, jika tidak maka perlu dikendalikan agar kegiatan penyuluh berjalan sesuai
4

dengan semestinya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Evaluasi program
penyuluh perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peran penyuluh dapat
dicapai. Sehingga dapat dilakukan perbaikan jika ada program penyuluh yang tidak
sesuai dengan perencanaan. Dalam evaluasi program penyuluh pertanian kita
mendapatkan informasi serta dapat mengetahui hasil program atau dampak dari suatu
kegiatan, sehingga terlihat bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan
suatu program.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah
penelitian ini yaitu: Bagaimana kegiatan penyuluh pertanian dalam pelaksanaan
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) terhadap kelompok tani Sinar Baru II di
Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara ?

Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengkaji sejauh mana pencapaian kegiatan
penyuluh dalam pelaksanaan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) terhadap
kelompok tani Sinar Baru II di Desa Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten
Hulu Sungai Utara.
5

PEMBAHASAN
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT)
Sekolah lapang adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan
menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan
berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan
berkelanjutan.
Sapta usaha tani adalah tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
menghasilkan pendapatan yang maksimum meliputi pengolahan tanah, penggunaan
benih unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan,
pengolahan hasil, dan pemasaran.
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) merupakan pembelajaran non
formal yang membahas tentang tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
meningkatkan hasil produktivitas pada tanaman sehingga menghasilkan pendapatan
yang maksimum. Dengan adanya sekolah lapang dapat memudahkan kelompok tani
untuk menerapkan teknologi. Pada umumnya petani mau mengikuti petunjuk atau
anjuran-anjuran yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam hal
pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul dan sistem pengairan. Mengenai
penggunaan pupuk pestisida, petani masih tetap memerlukan bantuan PPL dalam hal
cara dan waktu penggunaan serta dosis yang digunakan.
Adapun program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani yang ada pada Kelompok Tani
Sinar Baru II di Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara
adalah sebagai berikut:
1. Seleksi Benih dan Persemaian
Memilih bibit tanaman tidak sembarangan dilakukan, harus dengan ekstra
hati-hati, dan memperhatikan kondisi bibit yang akan dibeli. Pemilihan bibit secara
selektif sangat dibutuhkan, sebab bibit tanaman merupakan cikal bakal untuk
menjadikan sebuah tanaman unggul atau tidaknya. Jika pemilihan bibit dilakukan
6

secara benar, tepat, dan terencana maka akhirnya akan menciptakan kualitas
tanaman yang lebih unggul.
Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para
petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-
sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat
berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya. Selain
pemilihan bibit yang berkualitas, penyesuaian bibit dengan musim tanam juga
perlu diperhatikan. Tahap awal panca usaha tani ini sangat menentukan namun
sering terlewatkan. Khususnya penyesuaian bibit apakah sesuai pada musim
tanam atau periode pertama, musim kemarau pertama atau periode kedua, ataukah
musim kemarau kedua atau periode ketiga.
2. Tanam Jajar Legowo
Legowo diambil dari Bahasa Jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti
luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari tanam padi dengan
Sistem Jajar Legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur
jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi
berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada
di pinggir.
Tipe sistem jajar Legowo, yaitu :
a. Jajar Legowo 2:1 – setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan
lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang
diperpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
b. Jajar Legowo 3:1 – setiap tiga baris tanaman padi diselingi dengan satu baris
kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman
padi yang di pinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
c. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu
baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk jarak tanam
tanaman padi yang di pinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
Manfaat dengan Sistem Jajar Legowo
7

a. Menambahnya jumlah tanaman padi akan meningkatkan produksi tanaman


padi secara signifikan
b. Memperbaiki kualitas gabah karena akan semakin banyaknya tanaman pinggir
dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman padi dan dapat
mengurangi tingkat serangan hama tanaman padi
c. Akan mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik dalam proses
pemupukan maupun penyemprotan pestisida dapat menghemat pupuk, karena
yang dipupuk hanya dibagian dalam baris tanaman saja
3. Pemupukan
Proses pemupukan dalam pancausaha tani adalah usaha yang bertujuan untuk
mengganti unsur hara yang hilang dari tanah dikarenakan proses pemanenan,
volatilisasi, pencucian, fiksasi dan sebagainya. Pemupukan yang baik dilakukan
secara berimbang dan dalam kurun waktu yang tepat. Jangan menggunakan pupuk
kimia secara berlebihan karna dapat merusak komposisi dan kesuburan tanah,
usahakanlah perbanyak menggunakan pupuk alami sebagai rehabilitasi tanah.
Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat
makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, di dalam
tanah telah terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Namun masih perlu ditambah untuk mendapatkan jumlah unsur hara
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan harus dilakukan dengan
tepat, baik dalam jumlah pupuk, masa pemupukan maupun jenis pupuknya.
Hilangnya unsur hara dalam tanah bukan saja karena diserap oleh tumbuhan, tetapi
juga mungkin karena erosi atau pengikisan tanah oleh air. Apabila erosi dibiarkan
berlarut-larut, tanah akan menjadi kritis, yaitu tanah tidak lagi mengandung unsur
hara sehingga tidak dapat ditanami oleh tumbuhan.
Pupuk dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut proses
terjadinya/cara pembuatanya, menurut asalnya, dan menurut unsur hara yang
terdapat/terkandung di dalamnya. Berdasarkan proses terjadinya/proses
pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Pupuk Alami
8

Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara
alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau
makhluk pengurai (Detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran
hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
b. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan
mengandung zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk
buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga,
atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih
berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami.
4. Pengairan
Kebutuhan air bagi tanaman pada program pancausaha tani sangatlah
diperhatikan. Program irigasi sebagai usaha dalam penyediaan dan pengaturan
air khususnya pada musim kemarau/kering sangat digalakkan demi kelancaran
usaha tani yang dilaksanakan. Model irigasi yang dapat dilakukan seperti
irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Model tersebut diterapkan pancausaha tani sesuai dengan kondisi daerah
masing-masing.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan mekanis, ekologi dan kimiawi. Secara mekanis artinya dapat
melakukan penangkapan hama secara langsung, ini dilakukan apabila populasi
hama tidak banyak. Lalu dengan pengaturan sanitasi lingkungan atau secara
ekologi yaitu pengaturan kebersihan lingkungan dengan baik dapat mengurangi
kemungkinan hama penyakit menyerang.
Lalu yang terakhir yaitu secara kimia, langkah ini dilakukan apabila
langkah sebelumnya kurang efektif. Langkah pengendalian hama penyakit
secara kimia dilakukan menggunakan pestisida dengan dosis yang tepat, apabila
terjadi kesalahan pada pemberian dosis dapat menimbulkan kerusakan pada
9

komoditas dan berefek pada manusia yang memakan komoditas tersebut.


Langkah ini lebih praktis dan cepat apabila dilihat dari waktu kerjanya, namun
memiliki biaya yang lebih banyak.
6. Panen dan Pasca Panen
Sesudah kita melintasi proses pemilihan bibit, pengolah tanah &
perawatan tanaman, yang kita tunggu tunggu yakni hasil panen. Pemilihan bibit
dan perawatan yang bagus tentunya akan membuahkan hasil yang maksimal
dan berkualitas. Adapun langkah yang ditempuh yaitu panen dan pasca panen,
panen adalah pemungutan atau pemetikan hasil yang sudah matang atau tingkat
kematan padi sekitar 80%. Pasca panen yaitu tahap penangan hasil pertanian
setelah proses pemanenan mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan,
penyortiran, penyimpanan dan pengemasan.
7. Pemasaran Hasil
Pemasaran hasil pertanian pada sapta usaha tani merupakan hal yang
vital. Khususnya di Indonesia banyak petani mampu menghasilkan namun
kesulitan kendala pemasaran. Pemasaran hasil pertanian pada sapta usaha tani
disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing. Sebagai contoh di
beberapa daerah menggunakan konsep Stasiun Terminal Agribisnis (STA)
maupun pasar lelang untuk memasarkan hasil panennya. Langkah ini digunakan
untuk tetap meningkatkan posisi tawar petani sehingga harga tidak jatuh di
pasaran.

Kelompok Tani
Departemen Pertanian memberi batasan bahwa kelompok tani adalah
sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau
wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam
suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di
lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Menurut Mardikanto (1993) Setiap kelompok tani pada dasar memiliki fungsi
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya peningkatan produksi usaha
10

tani masing-masing. Kesadaran untuk berkelompok dapat timbul apabila masalah


yang dihadapi anggota masyarakat sama.
Pembentukan kelompok tani yang ada di Indonesia pada umumnya beragam,
dari mulai terbentuk karena berawal dari kepentingan bersama dari sekelompok orang
atau petani yang ingin mencapai tujuan bersama sampai dengan kelompok yang
sengaja dibentuk dengan tujuan agar dapat dikembangkan sebagai sarana belajar bagi
anggotanya.
Peranan kelompok tani yang cukup strategis sebagai wahana belajar, media
penyuluhanyang hidup, wajar, dan dinamis serta sebagai alat untuk mencapai
perubahan sesuai dengan tujuan penyuluhan, mengharuskan kita untuk dapat
mengembangkan kelompok tani agar peran tersebut benar-benar dapat dilaksanakan
sebaik mungkin (Setiana, 2005).

Evaluasi Program Penyuluhan


Setiap program kegiatan yang direncanakan seharusnya diakhiri dengan
evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya. Evaluasi yang
dilakukan dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu program atau kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari
kegiatan evaluasi tersebut akan diketahui hal-hal yang telah dicapai. Apakah suatu
program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi
kemudian diambil keputusan apakah suatu program diteruskan, atau direvisi, atau
bahkan diganti sama sekali. Pada dasarnya evaluasi adalah suatu kegiatan yang
menguji atau menilai pelaksanaan suatu program.
Sementara itu evaluasi program penyuluh dapat dilaksanakan setiap saat
selama program penyuluhan pertanian berlangsung. Evaluasi program penyuluh
dapat dilakukan pada awal, ditengah atau pada akhir program penyuluhan. Dari hasil
evaluasi tersebut kita akan memperoleh gambaran seberapa jauh tujuan penyuluhan
yang tercapai. Dalam hal ini, seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam
melakukan pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, sistem tanam jajar legowo,
pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pengolahan hasil dan
11

pemasaran. Dengan demikian evaluasi program penyuluh pertanian dimaksudkan


untuk menentukan sejauh mana tujuan penyuluhan dicapai. Agar evaluasi
penyuluhan pertanian efisien di perlukan adanya proses yang sistematis, proses ini
terdiri dari :
1. Kegiatan untuk memperoleh informasi yang relevan.
2. Kegiatan untuk menafsirkan data untuk mengambil keputusan.
Evaluasi program penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk
memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan
pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang
didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk
mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan
yang dilakukan.
Hasil dari evaluasi program penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk
menentukan sejauh mana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai.
Dalam artian sejauh mana perubahan perilaku petani dalam bertani lebih baik dan
berusaha tani lebih menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan
keluarganya yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik.

Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang di lakukan setelah pelaksanaan
program. Tujuan dilakukannya evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui
sejauhmana keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Sehingga dapat dilihat
sejauhmana program dapat dicapai. Evaluasi sumatif mengukur hasil akhir suatu
program akan diteruskan, diperluas, atau diperkecil. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data kuantitf berguna untuk mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi karena program penyuluhan, sedangkan data
kualitatif memberikan informasi mengenai alasan mengapa agen penyuluhan dan
petani mengambil tindakan tertentu (Ban & Hawkins, 1998).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku petani yang meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kelompok tani Sinar Baru II, sebagai berikut
12

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa.
Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang atau overt behavior.
Bertambahnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat, masyarakat kemudian
memperoleh kepercayaan pada diri sendiri, bahwa masyarakat dapat dan mampu ikut
menentukan masa depannya. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang tentang
suatu hal melalui proses pembelajaran baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat yaitu:
1. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan.
2. Memahami (Comprehension). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut.
3. Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang riil.
4. Analisis (Analysis). Suatu kemampuan menyebarkan materi ke dalam suatu
komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang baru dari formulasi yang lama.
6. Evaluasi (Evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Sikap
13

Sikap merupakan kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek


untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk
menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek, sedang
sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau
bahkan menginginkan kehadiran objek tertentu (Azwar, 1995).
Sikap ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sikap dalam bentuk fisik
dan sikap dalam bentuk nonfisik. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang
terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik. Sikap dalam bentuk non fisik,
yang sering juga disebut mentalitas, merupakan gambaran keadaan kepribadian
seseorang yang tersimpan dan mengendalikan setiap tindakannya tidak dapat dilihat
serta sulit dibaca (Azwar, 1995).
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental, yang
dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya
pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan
situasi-situasi dengan siapa berhubungan. Definisi tersebut tentang sikap
menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang.
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (perilaku). Komponen
kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai
sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi, yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen
sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen konatif (perilaku) berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu (Azwar, 1995).
Keterampilan
Keterampilan (skill) adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif
14

yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung
dalam aktifitas mental. Untuk terwujudnya tindakan dalam bentuk keterampilan
diperlukan faktor pendukung yaitu :
a. Sikap yang positif
b. Fasilitas, dan
c. Dukungan (support) dari pihak lain.

Skala Likert
Skala likert menurut Djaali ialah skala yang dapat di pergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena sosial. Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang
umum di gunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan dalam riset berupa survei, nama skala ini di ambil dari nama Rensis Likert
pendidikan dan ahli dari pisikolog America Serikat. Rensis Likert telah
mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932.
Skala itu sendiri satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran
berjenjang, skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai suatu yang
paling berjenjang, misalnya 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Skala likert juga merupakan alat
untuk mengukur (butir-butir pertanyaan) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.
Dengan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikatator variabel
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instumen yang dapat berupa berupa pertanyaan atau pernyataan. Berdasarkan hasil
skala Likert, adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Pengetahuan (X1)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian
besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang atau overt behavior.
15

Frekuensi respon tertinggi dari variabel pengetahuan adalah pada skor 4 yang
menerangkan respon kuat, dan nilai rata-rata sebesar 82,64 maka dapat diketahui
bahwa pengetahuan terhadap Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani mendekati kategori
interval sangat kuat.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 = 100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 = 20 (STS)
SL L CK K SK

20 36 52 68 82,64 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka tingkat pengetahuan petani terhadap
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani adalah 82,64/100 x 100% = 82,64%, yang berarti
tergolong Kuat.
Persentase kelompok responden dapat dilihat seperti:
SL L CK K SK

20% 36% 52% 68% 82,64%84% 100%


Hasil persentase menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani mencapai
angka 82,64%, yang artinya pengetahuan petani terhadap program Sekolah Lapang
Sapta Usaha Tani kuat, mulai dari pemilihan bibit unggul sampai pemasaran hasil
panen.
Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013)
bahwa apabila tingkat persentase sebesar 20-36% berada pada tahap sama sekali
belum mengetahui, apabila tingkat persentase sebesar 37-52% berada pada tahap
belum mengetahui, apabila tingkat persentase sebesar 53-68% berada pada tahap
mulai mengetahui, apabila tingkat persentase sebesar 69-84% pada tahap sudah
mengetahui, serta apabila tingkat persentase sebesar 85-100% berada pada tahap
sudah sangat diketahui. Penulis sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh
Sugiyono tersebut karena sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan tentang
evaluasi program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani pada Kelompok Tani Sinar Baru
16

II menunjukkan bahwa petani setuju dengan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani dapat
meningkatkan pengetahuan bagi petani.
Salah satu tujuan sekolah lapang sapta usaha tani adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha,
identifikasi dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat
secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efesien, dengan
berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Ini dibuktikan setelah sekolah lapang
sapta usaha tani pengetahuan petani terhadap kegiatan usaha tani meningkat, dapat
dilihat saat kuisioner dibagikan petani mampu menjawab apa yang dipertanyakan.
Sikap (X2)
Sikap merupakan kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek
untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk
menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek, sedang
sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau
bahkan menginginkan kehadiran objek tertentu (Azwar, 1995).
Frekuensi respon tertinggi dari variabel sikap adalah pada skor 2 yang
menerangkan respon tidak setuju, dan nilai rata-rata sebesar 69 maka dapat diketahui
bahwa sikap terhadap sekolah lapang sapta usaha tani mendekati kategori interval
setuju.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 = 100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 = 20 (STS)
STS TS N S SS

20 36 52 68 69 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka sikap petani terhadap Sekolah
Lapang Sapta Usaha Tani adalah 69/100 x 100% = 69%, yang berarti tergolong
setuju.
17

Persentase kelompok responden dapat dilihat seperti:


20% 36% 52% 68% 69% 84% 100%

Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju


Hasil persentase menunjukkan bahwa sikap petani mencapai angka 69% yang
artinya petani bersikap setuju atau menerima dengan baik program Sekolah Lapang
Sapta Usaha Tani.
Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013)
bahwa apabila tingkat persentase sebesar 20-36% berada pada tahap sama sangat
tidak setuju, apabila tingkat persentase sebesar 37-52% berada pada tahap tidak
setuju, apabila tingkat persentase sebesar 53-68% berada pada tahap netral atau ragu-
ragu, apabila tingkat persentase sebesar 69-84% pada tahap setuju, serta apabila
tingkat persentase sebesar 85-100% berada pada tahap sangat setuju.
Sikap kelompok tani terhadap sekolah lapang sapta usaha tani mencapai 69%
yang berarti cukup di terima oleh petani, sehingga dapat dilihat bahwa program
penyuluh pertanian dapat diterima dengan baik oleh kelompok tani yang menandakan
bahwa program penyuluhan sapta usaha tani memberikan manfaat bagi anggota
kelompok tani sehingga dengan antusias dapat diterima baik ada saat penyuluhan
maupun setelah penyuluhan. Sekolah lapang sapta usaha tani diterima dengan
antusias oleh petani dapat dilihat pada butir pertanyaan 2 pada variabel sikap yaitu
kegiatan penyuluhan program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani diterima dengan
antusias oleh petani, hal ini dapat menandakan bahwa petani tidak menolak adanya
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani serta petani tidak setuju apabila terdapat pendapat
bahwa kegiatan penyuluhan program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani lebih baik
ditiadakan. Hal ini menandakan bahwa program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani
bisa diterima dan tidak menutup kemugkinan lagi bahwa petani akan menerima jika
sekolah lapang di adakan lagi.
18

Keterampilan (X3)
Keterampilan (skill) adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif
yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung
dalam aktifitas mental.
Frekuensi respon tertinggi dari variabel keterampilan adalah pada skor 5 yang
menerangkan respon sangat terampil, dan nilai rata-rata sebesar 72,86 maka dapat
diketahui bahwa keterampilan petani terhadap sekolah lapang sapta usaha tani
kategori interval terampil.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 =100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 =20 (STS)

TT KT CT T ST

20 36 52 68 72,86 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka tingkat keterampilan petani setelah
kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani adalah 72,86/100 x 100% = 72,86%, yang
berarti tergolong terampil.

Persentase kelompok responden dapat dilihat seperti:


20% 36% 52% 68% 72,86% 84% 100%

Tidak terampil Kurang terampil Cukup terampil Terampil Sangat terampil


Hasil persentase menunjukkan bahwa keterampilan petani terhadap Sekolah
Lapang Sapta Usaha Tani mencapai angka 72,86%, yang berarti banyak petani yang
menerapkan apa yang disampaikan penyuluh, mulai dari pemilihan bibit unggul
hingga pemasaran hasil panen.
Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012)
bahwa apabila tingkat persentase sebesar 20-36% berada pada tahap sama sekali
19

belum terampil, apabila tingkat persentase sebesar 37-52% berada pada tahap belum
terampil, apabila tingkat persentase sebesar 53-68% berada pada tahap mulai
terampil, apabila tingkat persentase sebesar 69-84% pada tahap sudah terampil, serta
apabila tingkat persentase sebesar 89-100% berada pada tahap sudah sangat terampil.
Bagi kelompok tani, kegiatan pertanian yang mereka lakukan selama ini
cenderung kegiatan yang diwariskan secara turun-temurun yang belum tahu apakah
kegiatan yang mereka lakukan telah tersebut secara benar. Kemudian, dari Sekolah
Lapang Sapta Usaha Tani mereka diberikan informasi serta keterampilan oleh
penyuluh tentang kegiatan pemilihan dan penyemaian benih yang benar, serta
keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi petani sehingga petani tertarik untuk
mengadopsi dan melakukannya yang dapat menembah keterampilan bagi petani
tersebut. Sapta usaha tani adalah tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
menghasilkan pendapatan yang maksimum meliputi pengolahan tanah, penggunaan
benih unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan,
pengolahan hasil dan pemasaran. Hal ini dapat dilihat setelah Sekolah Lapang Sapta
Usaha Tani petani dapat memilih benih unggul serta kegiatan usaha tani lainnya
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh penyuluh pertanian.
Penyuluhan menawarkan kemungkinan untuk dapat mengubah perilaku atau
sikap manusia dan para petani ikut berpartisipasi dalam program penyuluhan dengan
materi yang disampaikan oleh penyuluh. Materi penyuluhan pertanian adalah segala
isi yang terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian. Jadi, ilmu sebagai
materi penyuluhan yang disampaikan kepada petani dapat berupa pengetahuan,
dengan demikian, informasi teori sifatnya memberikan motivasi, merangsang dan
memperluas wawasan petani terhadap perkembangan dunia luar, sedangkan informasi
teknologi menyangkut cara-cara yang sifatnya membimbing dan mengajarkan petani
agar terampil mengerjakan materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sampai mana tingkat pengetahuan, sikap
dan keterampilan petani. Maka dilakukan evaluasi setelah kegiatan sekolah lapang
berlangsung, yang mana hasil dari evaluasi sekolah lapang diketahui bahwa tingkat
pengetahuan petani mencapai 82,64% yang berarti tergolong kuat, pada evaluasi juga
20

diketahui bahwa tingkat sikap petani mencapai 69% yang berarti tergolong setuju,
dan tingkat keterampilan petani mencapai 72,86 yang berarti tergolong terampil.
Hasil evaluasi program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani di kelompok Sinar
Baru II Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara, diperoleh
data yang menunjukkan bahwa sekolah lapang sapta usaha tani berdampak baik bagi
kelompok tani yang menunjukan penyampaian materi/informasi yang disampaikan
oleh penyuluh ternyata telah dapat diterima dengan baik dan jelas oleh peserta
penyuluhan pertanian. Dan hasil efektifnya penyuluhan yang ,menunjukkan nilai
pengetahuan sebesar 82,64%, sikap sebesar 69%, dan keterampilan sebesar 72,84%,
dimana nilai tersebut jika menurut nilai standar/rumus (ginting, 2005) adalah efektif,
karena skor yang dicapai >66,66 – 133,32%.
Tentu saja hal ini menandakan bahwa program sekolah lapang sapta usaha tani
cukup membantu dan diterima oleh petani, hal ini bisa disebabkan karena responden
adalah benar-benar petani yang sangat menginginkan informasi dan teknologi
pertanian, sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan penyuluhan.
Sehingga sekolah lapang sapta usaha tani dapat dilanjutkan agar dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani.
Namun pada variabel sikap dapat dilihat bahwa sikap petani lebih rendah dari
pada pengetahuan dan keterampilan dikarenakan petani mementingkan pekerjaan
dibandingkan mengikuti kegiatan sekolah lapang yang di adakan oleh penyuluh
sehingga agar petani hadir pada acara sekolah lapang penyuluh memberikan uang
saku kepada petani disetiap pertemuan.
Disisi lain, setelah berakhirnya kegiatan sekolah lapang sapta usaha tani peran
penyuluh terhadap kegiatan tersebut mulai berkurang, sehingga kegiatan usaha tani
kurang di perhatikan oleh penyuluh maka sebagian petani cenderung mengabaikan
apa yang di sampaikan oleh penyuluh dan kembali menerapkan kegiatan usaha tani
sesuai yang ia dapatkan secara turun temurun.
21

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani terhadap Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani tergolong afektif,
yaitu pengetahuan dengan kriteria kuat sebesar 82,64%, sikap petani terhadap
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani sebesar 69% yang berarti petani memberikan sikap
setuju, serta tingkat keterampilan petani setelah sekolah lapang sapta usaha tani
sebesar 72,86% yang berarti terampil. Dapat dilihat bahwa program Sekolah Lapang
Sapta Usaha Tani dapat diterima serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kelompok tani Sinar Baru II. Artinya Program ini dapat terus dilanjutkan agar dapat
meningkatkan kualitas kelompok tani sehingga pendapatan petani dapat lebih
meningkat.
22

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap manusia. Teori dan pengukurannya. Edisi kedua.
Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten hulu sungai utara dalam angka. BPS
Kabupaten HSU. Amuntai
Balai Penyuluhan Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Data
Kelompok Tani Kecamatan Babirik 2017. BPK Kecamatan Babirik. Babirik
Departemen pertanian. 2007. Pedoman pembinaan kelembagaan petani.
(http:ml.scribd.com). diakses pada tanggal 25 Februari 2019.
Dinas Pertanian Kebupaten Hulu Sungai Utara. 2017. Data Kelompok Tani. Dinas
Pertanian Kabupaten HSU: Amuntai
Hawkins dan Van Den Ban. 1999. Penyuluh pertanian. Kanisus. Yogyakarta.
Mardikanto, totok. 1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. UNS Press.
Surakarta.
Setiana, L. 2005. Teknik penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D). Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai