DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
Latar Belakang ............................................................................... 2
Perumusan Masalah ......................................................................... 4
Tujuan Penelitian............................................................................. 4
PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) ................................. 5
Kelompok Tani ................................................................................ 9
Evaluasi Program Penyuluhan ....................................................... 10
Evaluasi Sumatif ............................................................................. 11
Skala Likert ..................................................................................... 14
KESIMPULAN ........................................................................................... 21
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to evaluate the Sapta Usaha Farmer Field School program in
the Sinar Baru II Farmer Group, Hambuku Baru Village, Babirik District, North Hulu
Sungai Regency. The study was conducted in the village of Hambuku Baru, Babirik
District. Samples were taken by 20 farmer group members. Data collection method is
done by census method. The analysis used is qualitative analysis and Likert scale.
Farmers' knowledge of the Sapta Usaha Tani Farming Field School is an average of
82.64 in the good interval category with a figure of 82.64% classified as very strong,
the attitude of farmers to the Sapta Farming Field School is an average of 69 in the
good interval category 69% are neutral or farmers can accept the Sapta Usaha Tani
Farming Field School program, and the skills of farmers towards the farmer sapta
field school program are 72.86 in the average interval category with a good 72.86% .
It can be seen from the results of the study that the Sapta Usaha Tani Field School
program can be accepted as well as increasing the knowledge and skills of farmer
groups. This means that this program can be continued in order to improve the quality
of farmer groups so that farmers' income can be increased.
padi dari IP100 (sekali tanam) menjadi IP200 atau dua kali tanam dalam setahun
seluas 250 ribu hektar yang tersebar pada enam daerah Kalimantan Selatan.
Program penyuluh pertanian yang disusun oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Hulu Sungai Utara yaitu, peningkatan produksi pertanian/perkebunan, peningkatan
ketahanan pangan, pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak kegiatan,
peningkatan produksi hasil peternakan, program pengembangan kawasan ternak,
peningkatan kesejahteraan petani, pemberdayaan penyuluh pertanian, dan
peningkatan penerapan teknologi pertanian.
Kecamatan Babirik menyusun program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani yang
ditujukan pada kelompok tani Sinar Baru II yang ada di Hambuku Baru guna
mendukung program peningkatan produksi pertanian, pengawalan dan pengamanan
produksi tanaman pangan, untuk mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.
Adapun kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 1. Kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani pada Kelompok Sinar Baru II di
Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2018.
No. Kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani
1. Seleksi benih, Persemaian, dan Tanam jajar legowo
2. Pemupukan dan Pengairan
3. Pengendalian hama dan Penyakit
4. Panen dan Pasca panen
5. Pemasaran
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2019
dengan semestinya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Evaluasi program
penyuluh perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peran penyuluh dapat
dicapai. Sehingga dapat dilakukan perbaikan jika ada program penyuluh yang tidak
sesuai dengan perencanaan. Dalam evaluasi program penyuluh pertanian kita
mendapatkan informasi serta dapat mengetahui hasil program atau dampak dari suatu
kegiatan, sehingga terlihat bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan
suatu program.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah
penelitian ini yaitu: Bagaimana kegiatan penyuluh pertanian dalam pelaksanaan
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) terhadap kelompok tani Sinar Baru II di
Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara ?
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengkaji sejauh mana pencapaian kegiatan
penyuluh dalam pelaksanaan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) terhadap
kelompok tani Sinar Baru II di Desa Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten
Hulu Sungai Utara.
5
PEMBAHASAN
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT)
Sekolah lapang adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan
menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan
berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan
berkelanjutan.
Sapta usaha tani adalah tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
menghasilkan pendapatan yang maksimum meliputi pengolahan tanah, penggunaan
benih unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan,
pengolahan hasil, dan pemasaran.
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani (SL-SUT) merupakan pembelajaran non
formal yang membahas tentang tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
meningkatkan hasil produktivitas pada tanaman sehingga menghasilkan pendapatan
yang maksimum. Dengan adanya sekolah lapang dapat memudahkan kelompok tani
untuk menerapkan teknologi. Pada umumnya petani mau mengikuti petunjuk atau
anjuran-anjuran yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam hal
pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul dan sistem pengairan. Mengenai
penggunaan pupuk pestisida, petani masih tetap memerlukan bantuan PPL dalam hal
cara dan waktu penggunaan serta dosis yang digunakan.
Adapun program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani yang ada pada Kelompok Tani
Sinar Baru II di Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara
adalah sebagai berikut:
1. Seleksi Benih dan Persemaian
Memilih bibit tanaman tidak sembarangan dilakukan, harus dengan ekstra
hati-hati, dan memperhatikan kondisi bibit yang akan dibeli. Pemilihan bibit secara
selektif sangat dibutuhkan, sebab bibit tanaman merupakan cikal bakal untuk
menjadikan sebuah tanaman unggul atau tidaknya. Jika pemilihan bibit dilakukan
6
secara benar, tepat, dan terencana maka akhirnya akan menciptakan kualitas
tanaman yang lebih unggul.
Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para
petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-
sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat
berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya. Selain
pemilihan bibit yang berkualitas, penyesuaian bibit dengan musim tanam juga
perlu diperhatikan. Tahap awal panca usaha tani ini sangat menentukan namun
sering terlewatkan. Khususnya penyesuaian bibit apakah sesuai pada musim
tanam atau periode pertama, musim kemarau pertama atau periode kedua, ataukah
musim kemarau kedua atau periode ketiga.
2. Tanam Jajar Legowo
Legowo diambil dari Bahasa Jawa yang berasal dari kata “Lego” yang berarti
luas dan “Dowo” yang berarti panjang. Tujuan utama dari tanam padi dengan
Sistem Jajar Legowo yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur
jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi
berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada
di pinggir.
Tipe sistem jajar Legowo, yaitu :
a. Jajar Legowo 2:1 – setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan
lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang
diperpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
b. Jajar Legowo 3:1 – setiap tiga baris tanaman padi diselingi dengan satu baris
kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman
padi yang di pinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
c. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu
baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk jarak tanam
tanaman padi yang di pinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
Manfaat dengan Sistem Jajar Legowo
7
Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara
alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau
makhluk pengurai (Detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran
hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
b. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan
mengandung zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk
buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga,
atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih
berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami.
4. Pengairan
Kebutuhan air bagi tanaman pada program pancausaha tani sangatlah
diperhatikan. Program irigasi sebagai usaha dalam penyediaan dan pengaturan
air khususnya pada musim kemarau/kering sangat digalakkan demi kelancaran
usaha tani yang dilaksanakan. Model irigasi yang dapat dilakukan seperti
irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Model tersebut diterapkan pancausaha tani sesuai dengan kondisi daerah
masing-masing.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan mekanis, ekologi dan kimiawi. Secara mekanis artinya dapat
melakukan penangkapan hama secara langsung, ini dilakukan apabila populasi
hama tidak banyak. Lalu dengan pengaturan sanitasi lingkungan atau secara
ekologi yaitu pengaturan kebersihan lingkungan dengan baik dapat mengurangi
kemungkinan hama penyakit menyerang.
Lalu yang terakhir yaitu secara kimia, langkah ini dilakukan apabila
langkah sebelumnya kurang efektif. Langkah pengendalian hama penyakit
secara kimia dilakukan menggunakan pestisida dengan dosis yang tepat, apabila
terjadi kesalahan pada pemberian dosis dapat menimbulkan kerusakan pada
9
Kelompok Tani
Departemen Pertanian memberi batasan bahwa kelompok tani adalah
sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa pria atau
wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam
suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di
lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Menurut Mardikanto (1993) Setiap kelompok tani pada dasar memiliki fungsi
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya peningkatan produksi usaha
10
Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang di lakukan setelah pelaksanaan
program. Tujuan dilakukannya evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui
sejauhmana keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Sehingga dapat dilihat
sejauhmana program dapat dicapai. Evaluasi sumatif mengukur hasil akhir suatu
program akan diteruskan, diperluas, atau diperkecil. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data kuantitf berguna untuk mengukur
perubahan-perubahan yang terjadi karena program penyuluhan, sedangkan data
kualitatif memberikan informasi mengenai alasan mengapa agen penyuluhan dan
petani mengambil tindakan tertentu (Ban & Hawkins, 1998).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku petani yang meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kelompok tani Sinar Baru II, sebagai berikut
12
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa.
Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang atau overt behavior.
Bertambahnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat, masyarakat kemudian
memperoleh kepercayaan pada diri sendiri, bahwa masyarakat dapat dan mampu ikut
menentukan masa depannya. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang tentang
suatu hal melalui proses pembelajaran baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 arah atau tingkat yaitu:
1. Tahu (Know). Mengingat suatu materi atau objek yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguikan, mendefinisikan, menyatakan.
2. Memahami (Comprehension). Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut.
3. Aplikasi (Aplication). Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang riil.
4. Analisis (Analysis). Suatu kemampuan menyebarkan materi ke dalam suatu
komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi yang ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang baru dari formulasi yang lama.
6. Evaluasi (Evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Sikap
13
yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung
dalam aktifitas mental. Untuk terwujudnya tindakan dalam bentuk keterampilan
diperlukan faktor pendukung yaitu :
a. Sikap yang positif
b. Fasilitas, dan
c. Dukungan (support) dari pihak lain.
Skala Likert
Skala likert menurut Djaali ialah skala yang dapat di pergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena sosial. Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang
umum di gunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan dalam riset berupa survei, nama skala ini di ambil dari nama Rensis Likert
pendidikan dan ahli dari pisikolog America Serikat. Rensis Likert telah
mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932.
Skala itu sendiri satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran
berjenjang, skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai suatu yang
paling berjenjang, misalnya 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Skala likert juga merupakan alat
untuk mengukur (butir-butir pertanyaan) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.
Dengan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikatator variabel
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instumen yang dapat berupa berupa pertanyaan atau pernyataan. Berdasarkan hasil
skala Likert, adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Pengetahuan (X1)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian
besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang atau overt behavior.
15
Frekuensi respon tertinggi dari variabel pengetahuan adalah pada skor 4 yang
menerangkan respon kuat, dan nilai rata-rata sebesar 82,64 maka dapat diketahui
bahwa pengetahuan terhadap Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani mendekati kategori
interval sangat kuat.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 = 100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 = 20 (STS)
SL L CK K SK
20 36 52 68 82,64 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka tingkat pengetahuan petani terhadap
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani adalah 82,64/100 x 100% = 82,64%, yang berarti
tergolong Kuat.
Persentase kelompok responden dapat dilihat seperti:
SL L CK K SK
II menunjukkan bahwa petani setuju dengan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani dapat
meningkatkan pengetahuan bagi petani.
Salah satu tujuan sekolah lapang sapta usaha tani adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha,
identifikasi dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat
secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efesien, dengan
berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Ini dibuktikan setelah sekolah lapang
sapta usaha tani pengetahuan petani terhadap kegiatan usaha tani meningkat, dapat
dilihat saat kuisioner dibagikan petani mampu menjawab apa yang dipertanyakan.
Sikap (X2)
Sikap merupakan kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek
untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk
menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek, sedang
sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau
bahkan menginginkan kehadiran objek tertentu (Azwar, 1995).
Frekuensi respon tertinggi dari variabel sikap adalah pada skor 2 yang
menerangkan respon tidak setuju, dan nilai rata-rata sebesar 69 maka dapat diketahui
bahwa sikap terhadap sekolah lapang sapta usaha tani mendekati kategori interval
setuju.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 = 100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 = 20 (STS)
STS TS N S SS
20 36 52 68 69 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka sikap petani terhadap Sekolah
Lapang Sapta Usaha Tani adalah 69/100 x 100% = 69%, yang berarti tergolong
setuju.
17
Keterampilan (X3)
Keterampilan (skill) adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif
yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung
dalam aktifitas mental.
Frekuensi respon tertinggi dari variabel keterampilan adalah pada skor 5 yang
menerangkan respon sangat terampil, dan nilai rata-rata sebesar 72,86 maka dapat
diketahui bahwa keterampilan petani terhadap sekolah lapang sapta usaha tani
kategori interval terampil.
Jumlah skor ideal dari pertanyaan = 5 x 20 =100 (SS)
Jumlah skor terendah = 1 x 20 =20 (STS)
TT KT CT T ST
20 36 52 68 72,86 84 100
Berdasarkan data dari 20 responden maka tingkat keterampilan petani setelah
kegiatan Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani adalah 72,86/100 x 100% = 72,86%, yang
berarti tergolong terampil.
belum terampil, apabila tingkat persentase sebesar 37-52% berada pada tahap belum
terampil, apabila tingkat persentase sebesar 53-68% berada pada tahap mulai
terampil, apabila tingkat persentase sebesar 69-84% pada tahap sudah terampil, serta
apabila tingkat persentase sebesar 89-100% berada pada tahap sudah sangat terampil.
Bagi kelompok tani, kegiatan pertanian yang mereka lakukan selama ini
cenderung kegiatan yang diwariskan secara turun-temurun yang belum tahu apakah
kegiatan yang mereka lakukan telah tersebut secara benar. Kemudian, dari Sekolah
Lapang Sapta Usaha Tani mereka diberikan informasi serta keterampilan oleh
penyuluh tentang kegiatan pemilihan dan penyemaian benih yang benar, serta
keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi petani sehingga petani tertarik untuk
mengadopsi dan melakukannya yang dapat menembah keterampilan bagi petani
tersebut. Sapta usaha tani adalah tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk
menghasilkan pendapatan yang maksimum meliputi pengolahan tanah, penggunaan
benih unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengairan,
pengolahan hasil dan pemasaran. Hal ini dapat dilihat setelah Sekolah Lapang Sapta
Usaha Tani petani dapat memilih benih unggul serta kegiatan usaha tani lainnya
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh penyuluh pertanian.
Penyuluhan menawarkan kemungkinan untuk dapat mengubah perilaku atau
sikap manusia dan para petani ikut berpartisipasi dalam program penyuluhan dengan
materi yang disampaikan oleh penyuluh. Materi penyuluhan pertanian adalah segala
isi yang terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian. Jadi, ilmu sebagai
materi penyuluhan yang disampaikan kepada petani dapat berupa pengetahuan,
dengan demikian, informasi teori sifatnya memberikan motivasi, merangsang dan
memperluas wawasan petani terhadap perkembangan dunia luar, sedangkan informasi
teknologi menyangkut cara-cara yang sifatnya membimbing dan mengajarkan petani
agar terampil mengerjakan materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sampai mana tingkat pengetahuan, sikap
dan keterampilan petani. Maka dilakukan evaluasi setelah kegiatan sekolah lapang
berlangsung, yang mana hasil dari evaluasi sekolah lapang diketahui bahwa tingkat
pengetahuan petani mencapai 82,64% yang berarti tergolong kuat, pada evaluasi juga
20
diketahui bahwa tingkat sikap petani mencapai 69% yang berarti tergolong setuju,
dan tingkat keterampilan petani mencapai 72,86 yang berarti tergolong terampil.
Hasil evaluasi program Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani di kelompok Sinar
Baru II Hambuku Baru Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara, diperoleh
data yang menunjukkan bahwa sekolah lapang sapta usaha tani berdampak baik bagi
kelompok tani yang menunjukan penyampaian materi/informasi yang disampaikan
oleh penyuluh ternyata telah dapat diterima dengan baik dan jelas oleh peserta
penyuluhan pertanian. Dan hasil efektifnya penyuluhan yang ,menunjukkan nilai
pengetahuan sebesar 82,64%, sikap sebesar 69%, dan keterampilan sebesar 72,84%,
dimana nilai tersebut jika menurut nilai standar/rumus (ginting, 2005) adalah efektif,
karena skor yang dicapai >66,66 – 133,32%.
Tentu saja hal ini menandakan bahwa program sekolah lapang sapta usaha tani
cukup membantu dan diterima oleh petani, hal ini bisa disebabkan karena responden
adalah benar-benar petani yang sangat menginginkan informasi dan teknologi
pertanian, sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan penyuluhan.
Sehingga sekolah lapang sapta usaha tani dapat dilanjutkan agar dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani.
Namun pada variabel sikap dapat dilihat bahwa sikap petani lebih rendah dari
pada pengetahuan dan keterampilan dikarenakan petani mementingkan pekerjaan
dibandingkan mengikuti kegiatan sekolah lapang yang di adakan oleh penyuluh
sehingga agar petani hadir pada acara sekolah lapang penyuluh memberikan uang
saku kepada petani disetiap pertemuan.
Disisi lain, setelah berakhirnya kegiatan sekolah lapang sapta usaha tani peran
penyuluh terhadap kegiatan tersebut mulai berkurang, sehingga kegiatan usaha tani
kurang di perhatikan oleh penyuluh maka sebagian petani cenderung mengabaikan
apa yang di sampaikan oleh penyuluh dan kembali menerapkan kegiatan usaha tani
sesuai yang ia dapatkan secara turun temurun.
21
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani terhadap Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani tergolong afektif,
yaitu pengetahuan dengan kriteria kuat sebesar 82,64%, sikap petani terhadap
Sekolah Lapang Sapta Usaha Tani sebesar 69% yang berarti petani memberikan sikap
setuju, serta tingkat keterampilan petani setelah sekolah lapang sapta usaha tani
sebesar 72,86% yang berarti terampil. Dapat dilihat bahwa program Sekolah Lapang
Sapta Usaha Tani dapat diterima serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kelompok tani Sinar Baru II. Artinya Program ini dapat terus dilanjutkan agar dapat
meningkatkan kualitas kelompok tani sehingga pendapatan petani dapat lebih
meningkat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap manusia. Teori dan pengukurannya. Edisi kedua.
Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten hulu sungai utara dalam angka. BPS
Kabupaten HSU. Amuntai
Balai Penyuluhan Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Data
Kelompok Tani Kecamatan Babirik 2017. BPK Kecamatan Babirik. Babirik
Departemen pertanian. 2007. Pedoman pembinaan kelembagaan petani.
(http:ml.scribd.com). diakses pada tanggal 25 Februari 2019.
Dinas Pertanian Kebupaten Hulu Sungai Utara. 2017. Data Kelompok Tani. Dinas
Pertanian Kabupaten HSU: Amuntai
Hawkins dan Van Den Ban. 1999. Penyuluh pertanian. Kanisus. Yogyakarta.
Mardikanto, totok. 1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. UNS Press.
Surakarta.
Setiana, L. 2005. Teknik penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D). Alfabeta. Bandung.