Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN IKAN

PENGGUNAAN TEPUNG AMPAS TAHU DALAM FORMULASI


PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK
PERTUMBUHAN
THE USE OF TOFU PULP FLOUR IN THE FORMULATION OF
TILAPIA (Oreocromis niloticus) FEED FOR GROWTH

Hanifa Juniarti
05051381924047

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI………………………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………………1
1.2. Tujuan…………………………………………………………………………
….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Nutrient Pakan…………………………..3
2.2. Ampas Tahu………………………………………………………………………4
2.3. Kedelai…………………………………………………………………………..
2.4. Evaluasi Pakan…………………………………………………………………..
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu…………………………………………………………….
3.2. Bahan dan Metode…………………………………………………………….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kelangsungan Hidup (KH)………………………………………………….
4.2. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Mutlak Ikan Nila (Oeochromis niloticus)..
4.3. Efisiensi Pakan…………………………………………………………………
4.4. Uji Kualitas Bahan Pakan……………………………………………………..
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ikan yang optimum memerlukan tersediannya pakan yang bergizi
tinggi dalam jumlah yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kuantitas
suatu pakan biasannya ditentukan oleh kandungan proteinnya, yang akan digunakan
untuk pertumbuhan. Selain protein nutrisi yang diperlukan adalah lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya ikan.
Biaya terbesar dalam suatu operasi budidaya ikan adalah biaya pakan, dapat
mencapai kisaran 40-60% biaya produksi. Pakan dengan kualitas rendah akan
menyebabkan pertumbuhan ikan yang lambat, sehingga hasil panen menurun yang
pada akhirnya pendapatan juga kecil (Landaw, 1992).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk ikan omnivora yang mengkonsumsi
segala jenis pakan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Konsumsi
protein yang cukup akan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Protein merupakan
bahan dasar yang paling mahal dalam membuat pakan lengkap. Salah satu alternatif
untuk menekan biaya oprasional pakan yang tinggi dapat menggunakan ampas tahu
dalam pembuatan pakan, ampas tahu dipilih karena mempunyai nilai gizi tinggi,
mudah diperoleh, mudah diolah, hargannya relatif murah, dan yang pastinya tidak
mengandung racun. Ampas tahu merupakan limbah industri rumah tangga yang
potensial menjadi bahan pencemar lingkungan tetapi mempunyai nilai gizi yang
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati dalam pakan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengetahuan bahan pakan ikan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan nutrisi dan kualitas dari setiap bahan alternatif
yang dilihat dari segi fisik dan biologisnya untuk pertumbuhan ikan.

Universitas Sriwijaya
2. Mengetahui bagaimana cara formulasi atau pembuatan pakan yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Nutrient Pakan


Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreocromis niloticus) mempunyai klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup
tinggi ikan nila ini termasuk jenis ikan pemakan segalanya (omnivora). Morfologi
ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1984), mempunyai bentuk tubuh
bulat pipih, pada badan dan sirip ekor (caudal fin) ditemukan garis lurus. Pada sirip
punggung ditemukan garis lurus memanjang. Nutrient pakan adalah kandungan gizi
yang terkandungan didalam pakan, apabila pakan yang diberikan mempunyai nutrisi
yang tinggi maka akan menjamin pertumbuhan dan kelangsungan ikan budidaya.
Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan tergantung pada jenis serta tingkatan stadinya.

Universitas Sriwijaya
Ikan pada tingkatan stadia dini (berusia muda ) umumnya memerlukan komposisi
pakan dengan kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut
(berusia dewasa) karena pada tingkatan stadia dini zat makanan tersebut difungsikan
untuk mempertahankan hidup dan juga untuk pertumbuhannya. Sifat fisik dan bentuk
pakan yang diberikan juga sangat tergantung pada jenis ikan serta tingkatan stadia
ikan yang dibudidayakan. Jenis ikan yang hidup didasar perairan seperti udang dan
lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam sedangkan jenis ikan lainnya yang
hidup dipermukaan air memerlukan pakan yang mengapung serta tidak cepat
tenggelam. Dilihat dari bentuknya, ikan pada stadia dini memerlukan pakan
berbentuk tepung (powder) atau remah (crumble), sedangkan pada tingkatan stadia
lanjut berbentuk pelet.
2.2. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Secara fisik
bentuknya agak padat, berwarna putih, diperoleh ketika bubur kedelai diperas
kemudian disaring. Bobot dari ampas tahu rata-rata 1,12 kali bobot kedelai kering,
sedangkan volumenya 1,5 sampai 1,2 kali volume kedelai kering (Aoyogi, 1979).
Ampas tahu mengandung protein yang cukup tinggi, oleh karena itu sangat baik
digunakan untuk pakan ternak. Ampas tahu mengandung protein kasar 27,55%,
lemak 4,93%, serat kasar 7,11%, BETN 44,50%. Kandungan air pada ampas tahu
mencapai 85,3%, kandungan air yang cukup tinggi akan menyebabkan masa
simpannya sangat pendek. Namun demikian ampas tahu dapat dikeringkan, dijadikan
tepung sehingga kadar airnya turun sampai 12-15%. Setelah menjadi tepung masa
simpannya akan lebih lama dan mudah mencampurkan dengan bahan pakan lain,
selain mengandung protein yang tinggi ampas tahu juga mengandung asam fitat.
Pada umumnya pemanfaatan ampas tahu hanya digunakan sebagai pupuk kandang
maupun biogas, dan ampas tahu dapat digunakan menjadi makanan pengganti ikan
atau pelet. Pembuatan pelet dari ampas tahu sebagai bahan pakan ikan dapat menjadi
alternatif karena faktor ketersediaan pakan bahan yang sederhana dan murah.
Pembuatan pelet dari ampas tahu sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan cara

Universitas Sriwijaya
fermentasi, namun belum pernah dilakukan pembuatan pakan secara organik
diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang baik (Bautista, 1989).
2.3. Kedelai
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan atau jenis kacang-kacangan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan. Kedelai merupakan komoditas yang kaya
akan protein, protein merupakan senyawa esensial dan makro nutrient yang sangat
dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Protein dimanfaatkan untuk pertumbuhan,
sumber energi, regrenerasi sel, imunitas serta komponen penyusun utama enzim dan
hormon bagi makhluk hidup. Tepung kedelai merupakan sumber protein utama yang
banyak digunakan untuk alternatif pakan pengganti tepung ikan pada ikan dan udang.
Tepung kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu mencapai 40-
80% dengan asam amino yang cukup kompleks 20-25%, serta kaya akan vitamin dan
mineral. Selain itu tepung kedelai juga mengandung senyawa isovlavones, steroid
hormone dan glyceollins yang dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk menetralisir
radikal bebas, sumber bahan baku protein yang mahal dipasaran, otomatis
berpengaruh terhadap harga jual pakan yang diproduksi tersebut (Novriadi, 2019).
2.4. Evaluasi Pakan
Evaluasi bahan pakan dapat dilakukan dengan tiga cara meliputi evaluasi pakan
secara fisik, kimia, biologi, dan ekonomis. Evaluasi bahan pakan secara fisik
merupakan analisis pakan dengancara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara
fisik bahan pakan dapat dilakukan secara langsung (makroskopis) maupundengan alat
bantu (mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping dilakukan untuk mengenali
bahan pakan secara fisik juga dapat mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif.
Evaluasi bahan pakan secara kimiawi umumnya menggunakan metode pendugaan
yang disebut dengan analisa proksimat untuk menduga kandungan nutrient dari suatu
bahan pakan, jika suatu bahan pakan memiliki nilai yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari standar yang telah ditentukan maka perlu diwaspadai adanya tindak
pemalsuan yang terjadi. Evaluasi bahan pakan secara biologis dapat dilakukan baik
dilapangan seperti evaluasi pakan secara invitro di laboraturium, untuk menunjang
pelaksanaan evaluasi pakan secara in vitro diperlukan ternak berfistula rumen. Secara

Universitas Sriwijaya
ekonomis bahan pakan yang baik yaitu mudah diperoleh, harga terjangkau, memiliki
kandungan protein yang tinggi, dan dapat dicerna oleh ikan (Hildah, 2012).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1. Tempat dan Waktu


Praktikum pengetahuan bahan pakan ikan ini dilaksanakan pada tanggal 7
Oktober 2021, pada hari Kamis di jam 11.10-12.50 WIB. Di rumah masing-masing
yang dibimbing oleh asisten dengan menggunakan google meeting.
2.2. Bahan dan Metode
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu sebagai berikut:
2.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantarannya yaitu tepung
rebon, tepung kedelai, tepung ampas tahu, vitamin miks, tepung tapioka, minyak,
dedak, dan air hangat.
2.2.2. Alat
1. Timbangan
2. Baskom
3. Pencetak pakan/ gilingan daging
4. Ayakan
5. Blender
6. Panci
7. Alat pemanas
8. Wadah untuk menjemur pelet
2.2.3. Proses pembuatan
Proses pembuatan pakan ikan adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing bahan ditimbang sesuai formulasi
2. Bahan-bahan kering dan bahan-bahan cair dipisahkan

Universitas Sriwijaya
3. Bahan kering dicampur satu per satu (kecuali tepung tapioka dipisah sebagai
bahan perekat/binder) dimulai dari jumlahnya paling sedikit kemudian sampai
yang paling banyak, diaduk hingga merata (homogen).
4. Setelah semua bahan kering tercampur merata, lalu ditambahkan minyak, dan
diaduk sampai homogen.
5. Dibuat adonan tepung tapioka dengan air panas sampai terbentuk seperti lem,
ditambahkan pada campuran bahan dan diaduk sampai merata.
6. Campuran bahan tersebut ditambah air kurang lebih 30% dari total pakan
sambil diaduk hingga merata.
7. Adonan yang terbentuk siap dicetak menggunakan pencetak pelet atau
gilingan daging (mincer).
8. Pakan yang dihasilkan dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu kurang lebih 60oC atau dapat juga dijemur
di bawah cahaya matahari.
9. Pakan yang sudah kering dapat diberikan ke ikan atau disimpan dalam
kantong plastik atau di tempat yang kering untuk menghindari kerusakan.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelangsungan Hidup (KH)


Tabel 4.1. Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreocromis niloticus)
Perlakua KH (%) Jumlah Rerata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P1 85% 70% 80% 70% - 305 % 76,25 %
P2 60% 70% 40% 75% - 245 % 61,25 %

Dari data hasil praktikum diatas menunjukan persentase kelangsungan hidup


yang terbaik di tunjukan pada perlakuan p1 dengan ulangan 1 yaitu sebesar 85%,
sedangkan untuk perlakuan terendah terdapat pada perlakuan p2 pada ulangan ke 3
yaitu sebesar 40 %. Yang mana pada perlakuan 1 itu formulasi pakan tidak
menggunakan ampas tahu, artinya pakan yang ditambahkan ampas tahu sangat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dari ikan nila ini.

Tabel 4.2. Pertumbuhan bobot mutlak (g)


Perlakua Pertumbuhan bobot mutlak (g) Jumlah Rerata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P1 5,73 g 2,46 5,4 g 2,64 g - 16,23 4,05
P2 1,44 g 1,22 g 1,6 g 1,30 g - 5,56 1,39

Dari data hasil praktikum pada tabel pertumbuhan bobot mutlak pada ikan nila
menunjukan bahwa perlakuan terbaik ditunjukan pada perlakuan p1 pada ulangan 1
sebesar 5,73 g dengan jumlah sebesar 16,23 g dan rata-rata sebesar 4,05 gram, dari
hasil tersebut dapat disimpulkan juga bahwa pakan yang ditambahkan ampas tahu
berpengaruh terhadap pertambahan bobot ikan nila dan pertumbuhannya dalam

Universitas Sriwijaya
kelangsungan hidup ikan. Peningkatan kualitas bahan pakan ikan ini yaitu dengan
cara ditambahkannya ampas tahu pada pakan dengan bahan lain yang mana
presentase dari setiap bahan harus sesuai takarannya sehingga seimbang.
Tabel 4.3. Pertumbuhan panjang mutlak (g)
Perlakuan Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Jumlah Rerata
Ulangan
1 2 3 4 5
P1 2,48 cm 3,21 cm 4 cm 3,26 cm - 12,95 3,23
P2 1,93 cm 1,21 cm 2,3 cm 1,45 cm - 6,89 1,72

Pada tabel diatas menunjukan pertumbuhan panjang mutlak pada ikan nila
yang dipelihara selama 30 hari, didapatkan perlakuan terbaik yaitu pada p1 yang
merupakan perlakuan dengan penambahan ampas tahu pada formulasi pakannya yaitu
terdapat pada ulangan ke 3 sebesar 4 cm dan untuk hasil pertumbuhan terendah
terdapat pada perlakuan 2 di ulangan ke 2 sebesar 1,21 cm. Ampas tahu memperikan
pengaruh yang signifikan pada pertambahan panjang mutlak ikan, ampas tahu
mengandung protein yang cukup tinggi untuk pertumbuhan ikan.

Tabel 4.4. Efisiensi pakan


Perlakua Efisiensi pakan (%) Jumlah Rerata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P1 47, 52 % 3,07 % 42,54 % 2, 57 % - 95,43 % 23,85
P2 33,83% 26,80 % 30,23 % 28 % - 118,86 % 29,715

Dari data pada tabel 4.4. menunjukan perlakuan terbaik pada perlakuan p1
dengan ulangan ke 1 yaitu sebesar 42,52% dan untuk perlakuan terendah yaitu pada
perlakuan p1 ulangan ke 4 sebesar 2,57%. Rendahnya efisiensi pakan yang dihasilkan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal seperti kondisi
lingkungan dan kondisi dari ikan itu sendiri serta perawatan yang kurang baik yang
membuat nilai presentase pada ulangan ke 4 rendah. Ampas tahu ini sangat berpotensi
dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan terutama pada ikan
nila, yang mana pengaplikasian pakan ke ikan itu diberikan sebanyak 5 % dari bobot

Universitas Sriwijaya
tubuh ikan yang dipelihara dengan manajemen pemberian pakan yaitu 3 kali dalam
sehari pagi, siang dan sore hari.

Tabel 4.5. Daya Apung


Perlakua Daya apung
n Ulangan
1 2 3 4 5
P1 1 menit 15 detik 6 menit 2 menit, 7 detik 6 menit -
P2 1 menit, 8 detik 1 menit 1, 12 menit 4, 47 detik -

Dari data daya apung diatas pada tabel 4.5. didapatkan hasil daya apung dari
pakan paling lama pada perlakuan p1 denga ulangan ke 2 dan 4, sedangkan untuk
hasil daya apung paling cepat tenggelam ditunjukan pada p2 dengan ulangan ke 2
yaitu hanya 1 menit. Daya apung dari pakan ini ada hubungannya dengan berat jenis
dari bahan pakan yang digunakan, semakin besar berat jenis pakan dibandingkan
berat jenis air maka pakan akan cepat tenggelam begitu juga sebaliknya. Jadi hasil
terbaik untuk daya apung pakan itu pada perlakuan 1 yang mana dilihat dari uji
fisiknya pakan dapat mengapung cukup lama dalam air yang berarti pakan yang
ditambahkan ampas tahu bisa digunakan untuk pakan ikan nila.

Tabel 4.6. Daya Tahan Pakan


Perlakua Daya tahan pakan
n Ulangan
1 2 3 4 5
P1 19 jam, 25 menit 19 jam 16 jam 22 jam -
P2 19 jam, 5 menit 21 jam, 30 menit 17 jam 13 jam -

Dari data yang ditunjukan pada tabel 4.6. daya tahan pakan atau stabilitas
pakan dalam air yang paling lama ditunjukkan pada perlakuan p1 dengan ulangan ke
4 yaitu 22 jam lamanya. Jadi dapat dipastikan bahwa pakan yang baik digunakan
untuk ikan nila berdasarkan hasil uji daya tahan pakan atau stabilitas adalah dengan
penambahan ampas tahu pada formulasi pakan yang mana apabila pakan cepat
melebut dalam air akan menyebabkan kotornya kolam dan menyebabkan air kolam

Universitas Sriwijaya
menjadi keruh yang mengandung ammonia akan menimbulkan penyakit pada ikan
yang dipelihara.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut ;
1. Ampas tahu memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan
nila yaitu mencapai 85%.
2. Formulasi pakan dengan penambahan bahan pakan ampas tahu mengsilkan
perlakuan terbaik dari setiap data.
3. Ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk ikan
sehingga berpengaruh nyata dalam pertumbuhan ikan.
4. Pada perlakuan 2 tidak diberi ampas tahu menunjukan hasil data yang cukup
baik namun perlu ditingkatkan lagi dalam formulasi pakan yaitu dapat
ditingkatkan dengan penambahan ampas tahu pada saat formulasi bahan
pakan.
5. Dari hasil data yaitu dari kelangsungan hidup, pertambahan bobot mutlak,
pertambahan panjang mutlak, daya apung, efisiensi pakan, dan stabilitas
pakan dalam air perlakuan terbaik pada p2. Penggunaan pakan alternatif
tepung ampas tahu ini sudah banyak digunakan oleh para peneliti dalam
formulasi pakan karena dapat menunjang pertumbuhan dan kelangsungan
hidup dari ikan yang dipelihara terutama pada ikan nila.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Bautista, 1989. Pakan dan Nutrisi Ikan Nila. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, Vol. 3 No. 1.
Hildah, 2012. Evaluasi Bahan Pakan. Jakarta : Grandmedia Pustaka Utama.
Landaw, 1992. Optimasi pemberian pakan Silase Kering Ampas Tahu Sebagai Pakan
Ikan Nila. Fakultas Perikanan : Universitas Brawijaya.
Nopriadi, 2019. Nilai Gizi Tepung Kedelai Sebagai Subtitusi Tepung Ikan. Jurnal
Aquaculture No. 48 Tahun 2019.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai