Mutiara Febrianti Ambarita/ 190424962/ Kelas D/ Etika Bisnis dan Profesi
Chapter 5 Etika dan Lingkungan
1. Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber: polusi dan penyusutan sumber daya. Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembutan atau penggunaan komoditas. Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi sumber daya yang terbats atau langka. Polusi Udara. Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembuatan atau penggunaan komoditas. Adanya pemanasan global, hujan asam, dan banyak gas-gas beracun di udaraa yang dapat menimbulkan berbagai racun di bumi. Polusi: yaitu yang tidak diinginkan dan pencemaran lingkungan yang tidak disengaja oleh aktivitas manusia seperti manufaktur, pembuangan limbah, pembakaran bahan bakar fosil, dll. Penipisan sumber daya: Konsumsi sumber daya yang terbatas atau langka. Pemanasan global: Peningkatan suhu di seluruh dunia karena meningkatnya kadar gas rumah kaca. Gas rumah kaca: Karbon dioksida, dinitrogen oksida, metana, dan klorofluorokarbon (gas yang menyerap dan menahan panas dari Matahari, mencegahnya keluar kembali ke luar angkasa, seperti halnya rumah kaca yang menyerap dan menahan panas Matahari). Penipisan ozon: Kerusakan bertahap gas ozon di stratosfer di atas kita disebabkan oleh pelepasan klorofluorokarbon (CFC) ke udara. Hujan asam: Terjadi ketika oksida belerang dan oksida nitrogen digabungkan dengan uap air di awan untuk membentuk asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam ini kemudian dibawa turun dalam curah hujan. Limbah organic: Sebagian besar kotoran manusia, limbah, dan limbah industri yang tidak diolah dari pemrosesan berbagai produk makanan, dari industri pulp dan kertas, dan dari tempat penggemukan hewan. Polusi Air. Saat ini lebih dari satu juta orang tidak memiliki akses untuk air sehat, terutapa pada negara-negara miskin. Ada beberapa faktor yang terkait dengan menurunnya persediaan air. Kenaikan populasi dan aktifitas ekonomi menambah permintaaan terhadap sumber air bersih. Polusi Tanah. Limbah padat contohnya adalah sampah rumah tangga yang semakin banyak jumlahnya tidak sebanding dengan fasilitas untuk menanganinya. Belum lagi limbah padat berbahaya yang dihasilkan dari industri kimia dan perminyakan, bahkan limbah nuklir. Penyusutan Spesies dan Habitat. Manusia menyebabkan punahnya ribuan spesies binatang dan tumbuhan begitu pula dengan semakn sedikitnya jumlah habitat hutan yang hilang karena digunduli oleh industri kayu, dan dijadikan permukiman. Penyusutan Bahan Bakar Fosil. Penggunaan bahan bakar fosil meningkat terus sedangkan ketersediaannya semakin menipis. Penyusutan Mineral. Seperti halnya bahan bakar fosil, kondisi mineral yang tersedia pun semakin sedikit disbanding dengan penggunannya yang semakin banyak. Ketersediaan bahan-bahan pengganti bahan bakar fosil dan mineral pun terbatas, sehingga hanya dapat menunda sebentar habisnya ketersediaan bahan bakar fosil dan mineral. 2. Etika Pengendalian Polusi Tidak adanya upaya pengeendalian polusi dikarenakan para pelakunya para pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis, dan melihat lingkungan sebagai barang tak terbatas. Lembaga bisnis mengabaikan akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan sebab: (1) Para pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis; (2) Bisnis melihat lingkungan sebagai barang tak terbatas. Etika Ekologi, adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai dan mempertahankannya. Sistem ekologi: Seperangkat organisme dan lingkungan yang saling terkait dan saling bergantung. Etika ekologis: Pandangan etis bahwa bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia layak untuk dilestarikan demi kepentingan mereka sendiri, terlepas dari apakah ini bermanfaat bagi manusia. Paul Taylor “sifat karakter secara moral adalah baik ketika mengekspresikan atau mewujudkan sikap moral dasar, yang saya sebut sebagi penghargaan terhadap alam”. Pengahragaan alam didasarkan pada fakta bahwa masing-masing makhluk hidup berusaha mencari yang baik bagi dirinya dan demikian pula sebuah “pusat teleologi kehidupan”. Namun hingga kini untuk memperluas hak-hak moral terhadap hal-hal non-manusia masih sangat kontroversial. Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi dalam menghadapi masalah lingkungan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia maupun pertimbangan utilitarian. Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak. William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia. Undang-undang federal menetapkan batasan-batasan atas hak properti pada para pemilik perusahaan. Masalah utama dari pandangan Blackstone adalah pandangan ini gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan. Menurut William T. Blackstone, lingkungan yang nyaman bukanlah sesuatu yang kita semua inginkan, melaikan sesuatu dimana yang lain berkewajiban untuk memungkinkan kita semua memilikinya. Dalam pendapat Blackstone, ia gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan kaitannya dengan hak atas properti. Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat. Biaya Pribadi dan Biaya Sosial. Biaya pribadi: Biaya yang harus dikeluarkan oleh individu atau perusahaan dari kantongnya sendiri untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi tertentu. Biaya sosial: Biaya internal pribadi ditambah biaya eksternal untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi tertentu. Polusi membebankan biaya eksternal, dan hal ini selanjutnya berarti biaya-biaya produksi (biaya pribadi atau internal) lebih kecil dibandingkan biaya sosial. Akibatnya, pasar tidak menetapkan disiplin potimal pada produsen, dan hasilnya adalah penurunan utilitas sosial. Jadi, polusi lingkungan merupakan suatu pelanggaran atas prinsip-prinsip utilitarian yang merupkan dasar sistem pasar. Penyelesaian: Tugas- Tugas Perusahaan. Internalisasi biaya polusi: Penyerapan biaya eksternal oleh produsen, yang kemudian memperhitungkannya saat menentukan harga barang. Penyelesaian untuk masalah biaya-biaya eksternal, menurut argumen utilitarian yang disebutkan sebelumnya, adalah dengan memasukkan biaya polusi atau pencemaran ke dalam perhitungan atau dengan kata lain, biaya-biaya ini ditanggung oleh produsen dan diperhitungkan untuk menentukan harga komoditas mereka. Keadilan. Ketidakadilan lingkungan: Penanggungan biaya eksternal polusi sebagian besar oleh mereka yang tidak menikmati keuntungan bersih dari aktivitas yang menghasilkan polusi. Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan biaya) tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh keadilan distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Para pengamat mencatat bahwa polusi sering berpengaruh terhadap meningkatnya ketidakadilan. Internalisasi biaya eksternal juga terlihat konsiten dengan persyaratan keadilan retributif dan kompensatif. Audit sosial: Laporan biaya sosial dan manfaat sosial dari aktivitas perusahaan. Prinsip kehati-hatian: Prinsip bahwa jika suatu praktik membawa risiko bencana yang tidak diketahui dan konsekuensi yang tidak dapat diubah, tetapi tidak pasti seberapa besar risiko itu, maka praktik tersebut harus ditolak sampai dipastikan risikonya tidak ada atau tidak signifikan. Biaya dan Keuntungan. Thomas Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya-keuntungan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi biaya dan keuntungan; (2) Megevaluasi biaya dan keuntungan; (3) Menambahakan biaya dan keuntungan Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara. Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan dominasi sosial belum berubah , maka kita tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Kaum ekofeminis meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan keadilan memiliki peran terbatas dalam etika lingkungan, namun etika lingkungan yang baik harus memperhitungkan perspektif-perspektif etika memberi perhatian. Ekologi sosial: Krisis lingkungan yang kita hadapi berakar pada sistem hierarki dan dominasi sosial yang menjadi ciri masyarakat kita. Ekofeminisme: Keyakinan bahwa akar krisis ekologi kita terletak pada pola dominasi alam yang terkait erat dengan praktik dan institusi sosial di mana perempuan telah disubordinasikan kepada laki-laki. 3. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis Konservasi: Penghematan atau penjatahan sumber daya alam untuk penggunaan nanti. Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan di masa mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Pengendalian polusi merupakan salah satu bentuk konservatisme. Hak Generasi Mendatang. Tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang sebenarnya menjadi milik generasi mendatang dan melanggar hak-hak mereka atas sumber daya tersebut, namun sejumlah penulis menyatakn bahwa salah bila kita berpikir generasi mendatang juga punya hak. Keadilan bagi Generasi Mendatang. John Rowls: meskipun tidak adil bila memberikan beban yang berat bagi generasi sekarang demi generasi mendatang, namun juga tidak adil bila generasi sekarang tidak meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi mendatang. Keberlanjutan: Kapasitas sesuatu untuk terus berfungsi di masa depan. Kelestarian lingkungan: Kapasitas lingkungan alam untuk terus memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka dari lingkungan itu. Pertumbuhan Ekonomi. Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber daya alam yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas kehidupan yang memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem perekonomian secara substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.