OLEH:
MICHAEL SEMBIRING
193020406038
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan saya kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik..
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Dampak Covid-19 Dari Sudut Pandang Ekonomi Makro Dan Mikro ” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi. Saya berharap makalah tentang pencegahan virus corona dapat menjadi
referensi bagi pembaca agar tetap waspada di tengah suasana tidak kondusif.
Saya menyadari makalah bertema virus ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah
ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, Saya
memohon maaf.
Demikian yang dapat Saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Palangkaraya,Juni 2020
Daftar Isi
Judul
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan......................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................1
Tujuan pembahasa..................................................................................................2
BAB II Pembahasan....................................................................................................11
Coronaviruses (Covid-19).........................................................................................26
Pengertian COVID-19................................................................................................32
Data COVID-19.....................................................................................................34
Tingkat fatalitas kasus COVID-19 dengan kondisi penyakit yang sudah ada
Sebelumnya................................................................................................................37
Pencegahan COVID-19..........................................................................................37
3.1 Kesimpulan............................................................................................................40
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang COVID-19
Saat ini, manusia dan perekonomian dunia nyaris berhenti bergerak akibat virus
korona. Tak berdaya menghadapi makhluk berukuran 80-150 nanometer. Tak
tahu pasti kapan bisa bergerak leluasa kembali.
Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965, saat DA Tyrrell dan
ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris, mengisolasi virus dari saluran
pernapasan orang dewasa dengan flu biasa. Pada waktu bersamaan dan setelah
itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari
orang-orang yang kena flu.
Kajian Jeffrey S Kahn dan Kenneth McIntosh yang dimuat di the Pediatric
Infectious Disease Journal, November 2005, menyatakan, korona menimbulkan
infeksi saluran pernapasan berupa pneumonia pada bayi dan anak. Virus itu juga
memicu asma pada anak-anak dan orang dewasa serta infeksi saluran
pernapasan parah pada orang lanjut usia.
Selain pada manusia, kemajuan penelitian ragam virus korona pada hewan
juga meningkat pesat. Virus diketahui menimbulkan berbagai penyakit pada
hewan, seperti tikus, ayam, kalkun, anak sapi, anjing, kucing, kelinci, dan babi.
Virus-virus itu ada yang hanya beredar pada populasi hewan, tapi ada yang
menular ke manusia. Karena itu, korona kemudian dikenal sebagai virus
zoonotik atau bisa menular dari hewan ke manusia.
Gejala SARS mirip influenza, seperti demam, menggigil, lemah, nyeri otot,
sakit kepala. Batuk kering, napas pendek, dan diare tampak pada minggu
pertama dan kedua, kemudian menjadi parah secara cepat sehingga perlu
perawatan intensif.
Penularan virus dari manusia ke manusia lewat percikan cairan bersin dan batuk
serta tinja umumnya terjadi di fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan penerapan
pengendalian infeksi yang tepat, akhirnya wabah SARS mereda.
Orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala, tapi ada yang batuk ringan, demam,
napas pendek, hingga gangguan pernapasan akut parah yang perlu ventilator,
bahkan kematian. Diare dan pneumonia juga dilaporkan.
Virus ini umumnya menyebabkan penyakit parah pada orang lanjut usia, orang
dengan kekebalan tubuh lemah, serta yang memiliki penyakit kronis seperti
gangguan ginjal, kanker, gangguan paru, dan diabetes.
Kamera pelacak suhu badan ditempatkan di area pameran bursa kerja di sebuah
mal di Seoul, Korea Selatan, Senin (8/6/2015). Pemerintah Korea Selatan
mengumumkan sudah enam orang meninggal akibat Sindrom Pernapasan Timur
Tengah (MERS).
Wabah terbaru virus korona terjadi sejak akhir tahun 2019, bermula di Wuhan,
Provinsi Hubei, China. Virus diduga bersumber dari kelelawar yang menular ke
hewan lain sebelum ”melompat” ke manusia.
Berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai parah,
pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena virus.
Namun, berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai
parah, pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena
virus. Akibatnya, laju penularan Covid-19 sangat tinggi. Jika SARS sekitar 3,
MERS kurang dari 1, laju penularan Covid-19 adalah 1,4-2,5.
Hal lain, kita harus melakukan tugas utama manusia, yakni menjaga
keseimbangan alam. Dengan mengonsumsi segala sesuatu secukupnya, makan
hanya yang benar-benar aman dan sehat. Dengan demikian, bisa mengurangi
kemungkinan lompatan virus dari hewan liar ke manusia.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS,
yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus
Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah dan gagal organ.
Kelelawar, ular, dan berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih dianggap
sebagai vektor virus Corona atau COVID-19. Terlepas dari benar-tidaknya
informasi tersebut, COVID-19 membuktikan diri mampu menular
antarmanusia. Penularan sangat cepat hingga Organisasi Kesehatan Dunia
WHO menetapkan pandemi virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/2020).
WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona
secara global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian akibat COVID-
19 dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini lebih
dari 136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris
81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia, yang merupakan negara
Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini tercatat memiliki lebih dari
15 ribu kasus.
Sebelumnya, virus corona jenis baru ini muncul di Wuhan, China. Virus ini
kemudian menular antar manusia melalui tetesan cairan pernapasan tubuh
melalui tangan atau permukaan padat.
Lalu, orang sehat yang tangannya terkontaminasi bisa terinfeksi bila memegang
mulut, hidung atau matanya. Sampai akhirnya, virus corona jenis baru ini pun
disebut Covid-19.
Dalam istilah sederhana, dilansir dari The Sun, Covid-19 adalah singkatan dari
Corona (CO), Virus (VI) Disease (D) dan tahun 2019 (19), yang mana virus
corona Covid-19 ini pertama kali muncul di tahun 2019.
"Nama atau istilah virus ini sangat penting untuk mencegah penggunaan nama
lain yang bisa tidak akurat dan memicu stigma lain," kata WHO.
Para ahli juga mengatakan nama penyakit Covid-19 ini sangat berperan dalam
menginformasinya wabah virus corona sekarang ini.
Sebelum resmi disebut Covid-19, para ilmuwan menyebut virus corona terbaru
ini sebagai coronavirus 2019-nCoV yang mengacu pada novel coronavirus.
Virus corona jenis baru yang disebut SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut
2019-nCoV adalah virus jenis baru yang belum diidentifikasi pada manusia
sebelumnya.
Sejak pertama kali virus ini terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019,
wabah ini telah berkembang sangat cepat. WHO lalu melabeli wabah virus
corona Covid-19 ini sebagai pandemi global.
Gejala khas corona Covid-19 sendiri termasuk demam, batuk, kesulitan
bernapas, nyeri otot hingga kelelahan. Pada kasus yang lebih parah, virus ini
bisa menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis
dan syok septik.
Kabar baiknya, 80 persen orang dengan positif corona Covid-19 ini berhasil
pulih dan hanya 6 persen yang mengalami penyakit kritis.
Meski begitu, hingga kini jumlah orang yang terinfeksi virus corona Covid-19
ini masih meningkat setiap hari. Kita bisa mengurangi penyebarannya dengan
mengikuti pedoman para ahli kesehatan, yakni tetap berada di dalam rumah dan
menjaga jarak sosial.
BAB II
ISI
Ketiga tingkat rendah, seperti industri sektor jasa hanya sedikit hambatan yaitu
orderan jasa yang menurun akan tetapi masih bisa diatasi dan tidak terlalu
terpengaruh.
Ini adalah alasan mengapa uang digital akan meningkat karena uang digital
tidak bisa dipegang atau disentuh sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya
penularan virus, beda halnya dengan uang fisik (kertas dan logam) yang bisa
dipegang dan tentu ini akan menyebabkan terjadinya penyebaran virus.
Nilai tukar dollar AS meningkat. Hal ini debabkan oleh banyak hal salah
satunya adalah turunnya ekonomi negara China sehingga negara Indonesia
terkena imbasnya karena negara kita pro terhadap negara China yang
merupakan lawan perang dagang AS-China yang masih panas. Dan sekarang 1
dollar AS telah mencapai sekitar Rp. 16.466 (per 25 Maret).
Dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh wabah ini ternyata ada sisi baiknya,
yaitu pertama meningkatnya daya beli barang lokal dikarenakan pemerintah
sudah melarang barang import selama wabah ini masih berlangsung.
Kedua, polisi udara menurun akibat kurangnya kendaraan yang disebabkan oleh
social distancing.
Presiden Joko Widodo mengatakan insentif itu juga dengan penurunan bunga.
Meski begitu, ketentuan itu hanya bisa dinikmati oleh UMKM dengan kredit di
bawah Rp10 miliar.
Selain UMKM, kelonggaran kredit juga akan diberikan kepada tukang ojek dan
sopir taksi. Kelonggaran pinjaman tersebut juga telah mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun kelonggaran itu berlaku mulai 31 Maret 2020 sampai dengna 31 Maret
2021.
PLN sudah berhasil menyediakan listrik gratis atau diskon untuk 8,5 juta
pelanggan prabayar atau yang menggunakan token.
Rincian pelanggan yang berhak yaitu sebanyak 24 juta pelanggan rumah tangga
450 VA mendapatkan listrik gratis.
Tidak ada batasan spesifik materi belajar apa saja yang harus dilakukan oleh
siswa di rumah. Hal ini karena akses atau fasilitas belajar yang dimiliki masing-
masing siswa di rumah tidak lah sama.
Untuk menunjang proses kegiatan belajar dari rumah ini kemendikbud sudah
melakukan kerja sama dengan beberapa provider telekomunikasi seperti,
Indosat, Telkomsel dan XL untuk memberikan kuota edukasi untuk mengakses
aplikasi ataupun website belajar.
Virus corona atau corona virus disease 2019 (Covid-19) telah membuat
perekonomian dalam negeri kontraksi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
setidaknya mencatat ada delapan mudharat yang disebabkan oleh wabah virus
tersebut.
Pertama, sampai 11 April lebih dari 1,5 juta karyawan putus kerja atau
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan. Di mana 1,2 juta pekerja itu
berasal dari sektor formal, 265.000 dari sektor informal.
Kedelapan, inflasi pada bulan Maret 2020 tercatat sebesar 2,96% year on
year (yoy) disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan serta beberapa
harga pangan yang melonjak. Meski, terjadi deflasi pada komoditas aneka
cabai dan tariff angkutan udara.
Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita positif virus
Corona di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal
253,183 dan yang sembuh 1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di
Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris dan Perancis. Sementara jumlah yang
meninggal terbanyak berturut-turut adalah Amerika Serikat, Italia, Inggris,
Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang sembuh sudah semakin banyak
daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita dan yang meninggal
belum menunjukkan penurunan. Begitu juga di Indonesia. Berdasarkan data per
5 Mei 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, total jumlah
penderita positif corona di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini
bertambah sebanyak 484 orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini
juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020. Baca juga: Sri Mulyani Paparkan
Skenario Terburuk Perekonomian RI Akibat Corona Dampak wabah Covid-19
kepada perekonomian dunia juga sangat dahsyat. Pada triwulan pertama 2020
ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang Indonesia tumbuh
negatif: Singapura -2.2, Hongkong -8,9, Uni Eropa -2,7 dan China mengalami
penurunan sampai minus 6,8. Beberapa negara masih tumbuh positif namun
menurun bila dibanding dengan kuartal sebelumnya. Amerika Serikat turun dari
2,3 menjadi 0,3, Koreea Selatan dari 2,3 menjadi 1,3 dan Vietnam dari 6,8
menjadi 3,8. Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di
kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020
ini. Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar
perkiraan mengingat pengaturan physical distancing dan PSBB mulai
diberlakukan pada awal bulan April 2020. Perekonomian Indonesia
Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi
sebesar 0,53 persen. Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk
tidak keluar rumah maka banyak orang mengakses pekerjaan, hiburan dan
pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut, volume penjualan
listrik PLN ke rumah tangga meningkat. Berdasarkan rilis dari Badan Pusat
Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada
Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan,
berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya
larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan
Februari lalu. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative
seiring dengan diberlakukannya PSBB. Lalu kapan wabah Covid-19 ini
berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indoensia?
Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan
oleh The Singapore University of Technology and Design dengan menggunakan
metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE
(Data Driven Estimation), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia
telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara berangsur akan
berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020
yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi
berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir
Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni
seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal. Baca juga: IMF: Perekonomian
Global Belum Akan Pulih Sepenuhnya Tahun Depan Bila prediksi yang
ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri
yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan
perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan
Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai
waktu untuk langsung operasional. Peluang untuk bangkit Kekosongan aktifitas
selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang
bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan
masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai
diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu
mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak perusahaan juga
akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga bulan. Dari sisi makro ekonomi,
dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran untuk
kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor
keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan
di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset
Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal
oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam
perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan
pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan
Rp 146,9 triliun. Stimulus fiskal Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan
pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal yang digelontorkan akan
menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84 persen dari
total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen.
Baca juga: Ekonom: Bila Lockdown Diterapkan, Perekonomian akan Mati
Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh
Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro
Wajib Minimum (GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan
diikuti dengan penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 ini juga telah
memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain).
Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh
negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi
ini. Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia
harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak
penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu
diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi
birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu
dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi
Covid-19 ini.
Di tambah dengan jalur distribusi logistik yang juga terganggu, dampak negatif
mau tak mau akan menerpa ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Demikian kesimpulan dari Pusat Kajian Visi Teliti Saksama (VTS) melalui riset
kajian berjudul Limbung Roda Terpasak Corona.
Menurut uji simulasi pandemi dengan model sistem dinamik oleh peneliti Visi
Teliti Saksama, M. Widyar Rahman, pandemi corona di Indonesia diperkirakan
reda pada awal Juni 2020. Lantas, jika wabah Covid-19 di Indonesia
diperkirakan baru bisa mereda pada Juni 2020, bagaimana dengan pemulihan
ekonomi Indonesia?
Pasalnya, pemenuhan stok yang seharusnya dilakukan dua sampai tiga bulan
jelang Ramadan tidak bisa terpenuhi akibat impor yang mandek. Melihat
dampaknya yang masif, kerugian yang ditimbulkan pamdemi Covid-19 tentu
tidak main-main.
“Jika dibandingkan wabah SARS 2002–2003 yang juga berasal dari China,
dampak negatif dari merebaknya Covid-19 terhadap perekonomian akan jauh
lebih luas,” lanjutnya.
Dalam 5 tahun terakhir, China selalu menempati tiga besar mitra dagang utama
Indonesia. Malahan, sejak 2014, China merupakan negara asal impor dengan
nilai terbesar bagi Indonesia.
Berdasar kategori barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal sepanjang
Januari hingga Desember 2019, makin kentara ketergantungan Indonesia
terhadap China. Dari ketiga kategori barang yang diimpor oleh negara ini,
sebanyak 37% barang konsumsi, 25% bahan baku penolong, dan 44% barang
modal jelas diimpor dari China.
Selain di bidang investasi, China juga memiliki peran besar dalam sektor
pariwisata di Indonesia. Dalam kurun 8 tahun, turis China meningkat jumlahnya
sebanyak 309%, yaitu dari 511.000 pada pada 2010 menjadi 2,14 juta pada
2017.
Peneliti Senior Visi , Sita Wardhani menuturkan dari sisi produksi rata-rata
produsen dalam negeri memiliki stok bahan baku hingga Maret dan April 2020.
Jika pada bulan-bulan tersebut belum juga ada pasokan dari China atau hanya
terpenuhi sedikit, proses produksi pabrik di Indonesia dapat terhambat.
Ada sedikit harapan dari rilis Biro Statistik Nasional (NBS) China soal Indeks
Pembelian Manajer (Purchasing Manager Index/PMI) resmi China yang naik
menjadi 52 pada Maret 2020. Pada bulan Februari, ketika pandemi meninggi,
PMI China hanya 35,7, rekor terendah yang pernah dialami China. Untuk
informasi, angka di atas 50 menunjukkan, industri mengalami ekspansi.
Sebaliknya, angka di bawah 50 menggambarkan kondisi kontraksi.
Namun, hal ini diyakini belum menandakan stabilisasi dalam kegiatan ekonomi.
Pasalnya, di tengah biaya produksi yang makin tinggi karena terganggunya jalur
distribusi, permintaan pasar juga belum sembuh sepenuhnya. Apalagi, ada
penurunan permintaan impor dari negara lain, termasuk Indonesia.
“Namun jika masa pemulihan yang dialami China lebih lama lagi, asumsi China
baru berproduksi kembali di bulan Juni, artinya proses impor baru bisa
dilakukan di bulan Juli. Dengan begitu, dampak resesi yang dihadapi Indonesia
akan lebih dalam lagi,” ujarnya.
Selain dialami industri mamin, lanjutnya, gangguan lebih dalam juga bakal
dialami industri manufaktur lain. Dampak dari kelangkaan bahan baku ini akan
membawa inflasi yang lebih tinggi karena industri manufaktur tidak mampu
memenuhi permintaan dan memicu terjadinya shortage.
Di sisi lain, dengan inflasi yang tinggi, tentu rumah tangga akan menurunkan
konsumsinya. Padahal kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia
sejauh ini adalah konsumsi rumah tangga.
“Dengan tingkat inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga juga turun sejalan
dengan daya beli yang juga menurun. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi pun
dapat terpuruk lebih jauh,” ungkap Sita.
Visi Teliti Saksama merupakan pusat kajian dan publikasi multiplatform dari
berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang berdiri
3 tahun lalu. Tim periset Visi berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka,
dengan pengalaman terlibat dalam pembuatan beragam kebijakan di bidang
komoditas, perdagangan, dan program komunikasi. Hasil kajian-kajian yang
bermanfaat bagi masyarakat luas dituangkan.
Menurut data terbaru dari Johns Hopkins CSSE (11/4), virus corona alis Covid-
19 telah menyebar hingga ke 185 negara di dunia, dengan jumlah infeksi
mencapai 1.698.416 kasus dan yang dinyatakan sembuh mencapai 376.669
orang. Demi meminimalisir bertambahnya jumlah infeksi, beberapa negara
seperti Italia, Spanyol, hingga India memberlakukan kebijakan lockdown,
sementara negara lainnya, termasuk Indonesia, lebih memilih kebijakan
memberlakukan anjuran social distracting bagi warganya. Kebijakan tersebut
tentu berpengaruh besar bagi perekonomian. Tidak hanya di Indonesia,
pelemahan ekonomi akibat dari pandemi virus Corona terjadi merata hampir di
seluruh dunia. Berikut merupakan beberapa dampak virus Corona terhadap
perekonomian global.
Menurut Cedric Chehab, Kepala Risiko Negara dan Strategi Global di Fitch
Solutions, ketakutan terkait dampak virus Corona secara global, akan
menyebabkan para investor enggan mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi.
Di sisi lain, ketakutan global pun akan menurunkan harga saham di pasar-pasar
utama. Sementara di sisi lain, kekhawatiran atas penyebaran global dari Virus
Corona telah mendorong para investor menawar harga obligasi ke titik
terendah. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian arah ekonomi terkait
dampak Covid-19 secara luas. Dampak ini diperkirakan akan terus terjadi
hingga masa pandemi virus Corona benar-benar selesai.
Penyakit yang ditularkan dengan cara ini terutama pada penyakit saluran
pernapasan, di antaranya sebagai berikut.
1. Melalui udara yang mengandung bibit penyakitnya,
misalnya penularan
penyakit TB.
2. Melalui ludah ketika batuk atau ber-cakap-cakap, misalnya
penularan penyakit dipteri dan pertusis.
a.Penyakit Tifus
1. Penyebab: bakteri Salmonella typhi.
2.Masa inkubasi: 10-14 hari.
3. Cara penularan: melalui makanan dan minuman
yang mengandung Salmonella twhi.
b. Penyakit Kolera
1.Penyebab: Vibrio Cholerae untuk kolera asiatica dan Vibrio
Cholerae Eltor untuk kolera eltor.
2. Masa inkubasi: beberapa jam sampai 5 hari.
3.Cara penularan: melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (tercemar)
oleh bibit penyakit kolera.
d. Penyakit Hepatitis
1.Penyebab: penyebab penyakit hepatitis ialah
virus. 2.Masa inkubasi: selama 2-6 minggu
3.Cara penularan:
a) Penularan hepatitis C dan Delta melalui tranfusi darah.
b) Hepatitis E penularannya melalui mulut.
Hakikat Teori
2.2Coronaviruses (Covid-19)
Peta kasus terkonfirmasi per kapita hingga 7 Mei 2020
Pengertian COVID-19
Orang dapat terkena COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus.
Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari
hidung atau mulut yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19
batuk, bersin atau berbicara. Orang-orang dapat terkena COVID-19 jika
mereka menghirup tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang lain. Tetesan ini dapat mendarat di benda dan permukaan di
sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang
dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau
membersihkannya dengan alkohol.
Data COVID-19
Tingkat fatalitas kasus COVID-19 dengan kondisi penyakit yang sudah ada
Sebelumnya
Pencegahan COVID-19
7. Jika Anda demam, batuk, dan sulit bernapas, cari bantuan medis,
tetapi teleponlah terlebih dahulu jika memungkinkan dan ikuti
petunjuk dari otoritas kesehatan setempat. Mengapa? Otoritas
nasional dan lokal akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di
daerah Anda. Menelepon terlebih dahulu akan memungkinkan
penyedia layanan kesehatan Anda dengan cepat mengarahkan Anda
ke fasilitas kesehatan yang tepat. Ini juga akan melindungi Anda
dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
8. Tetap perbarui informasi terbaru dari sumber tepercaya, seperti
WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional Anda. Mengapa?
Otoritas lokal dan nasional paling baik ditempatkan untuk memberi
nasihat tentang apa yang harus dilakukan orang di daerah Anda untuk
melindungi diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Covid 19 merupakan salah satu jenis penyakit yang bisa menular yang mana
pertamanya penyakit ini berasal dari binatang akan tetapi dia menjangkit ada
manusia bahkan bisa menyebar dari satu manusia ke manusia yang lain dan
penyakit covid 19 ini menyerang pada sistem pernafasan. Virus corona sendiri
memiliki diameter yaitu 125 nanometer atau 0,125 mikrometer yang mana
ukuran ini di temukan oleh seorang yang bernama Anthony R. fehr dan Stanley
Perlman
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan.
Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut
mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia.
WHO (2019)
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-
and-answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses
Kompas (2020)
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama-
covid-19/
Ourworldindata (2020)
https://ourworldindata.org/mortality-risk-covid#case-fatality-rate-of-covid-19-
by-age
Inews (2020)
https://www.inews.id/lifestyle/health/3-saran-who-agar-tidak-cemas-hadapi-
pandemi-covid-19