Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH DAMPAK COVID-19 BAGI EKONOMI MAKRO DAN MIKRO

OLEH:
MICHAEL SEMBIRING
193020406038

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN PERIKANAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan saya kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik..

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Dampak Covid-19 Dari Sudut Pandang Ekonomi Makro Dan Mikro ” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi. Saya berharap makalah tentang pencegahan virus corona dapat menjadi
referensi bagi pembaca agar tetap waspada di tengah suasana tidak kondusif.

Saya menyadari makalah bertema virus ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah
ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, Saya
memohon maaf.

Demikian yang dapat Saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Palangkaraya,Juni 2020

Daftar Isi
Judul

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan......................................................................................................1

Latar Belakang........................................................................................................1

Tujuan pembahasa..................................................................................................2

BAB II Pembahasan....................................................................................................11

Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Makro dan Mikro....................................11

Pengertian penyakit menular.....................................................................................17

Cara cara penularan penyakit menular......................................................................22

Coronaviruses (Covid-19).........................................................................................26

Proses Awal Munculnya COVID-19.........................................................................26

Penyebaran COVID-19 di Dunia..............................................................................28

Penyebaran Covid-19 di Indonesia............................................................................31

Pengertian Virus Corona............................................................................................32

Pengertian COVID-19................................................................................................32

Gejala dari COVID-19...............................................................................................36

Bagaimana Penyebaran Dari COVID-19...................................................................34

Data COVID-19.....................................................................................................34

Kasus COVID – 19 Global........................................................................................34

Kasus COVID – 19 Indonesia....................................................................................34


Tabel Persebaran Kasus COVID-19 Di Indonesia....................................................34

Tingkat fatalitas kasus COVID-19 berdasarkan usia.................................................37

Tingkat fatalitas kasus COVID-19 dengan kondisi penyakit yang sudah ada
Sebelumnya................................................................................................................37
Pencegahan COVID-19..........................................................................................37

Bab III Penutup...........................................................................................................40

3.1 Kesimpulan............................................................................................................40

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang COVID-19

Saat ini, manusia dan perekonomian dunia nyaris berhenti bergerak akibat virus
korona. Tak berdaya menghadapi makhluk berukuran 80-150 nanometer. Tak
tahu pasti kapan bisa bergerak leluasa kembali.

Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965, saat DA Tyrrell dan
ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris, mengisolasi virus dari saluran
pernapasan orang dewasa dengan flu biasa. Pada waktu bersamaan dan setelah
itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari
orang-orang yang kena flu.

Akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi meneliti strain


virus pada manusia dan sejumlah binatang. Virus itu, antara lain, virus
bronkitis, virus hepatitis pada tikus, virus penyebab radang lambung pada babi.
Semua virus itu secara morfologi mirip jika dilihat dengan mikroskop elektron.
Kelompok virus tersebut lantas dinamakan virus korona berdasarkan bentuk
permukaan yang mirip mahkota. Belakangan, korona resmi diterima sebagai
genus baru virus.

Kajian Jeffrey S Kahn dan Kenneth McIntosh yang dimuat di the Pediatric
Infectious Disease Journal, November 2005, menyatakan, korona menimbulkan
infeksi saluran pernapasan berupa pneumonia pada bayi dan anak. Virus itu juga
memicu asma pada anak-anak dan orang dewasa serta infeksi saluran
pernapasan parah pada orang lanjut usia.

Selain pada manusia, kemajuan penelitian ragam virus korona pada hewan
juga meningkat pesat. Virus diketahui menimbulkan berbagai penyakit pada
hewan, seperti tikus, ayam, kalkun, anak sapi, anjing, kucing, kelinci, dan babi.

Virus-virus itu ada yang hanya beredar pada populasi hewan, tapi ada yang
menular ke manusia. Karena itu, korona kemudian dikenal sebagai virus
zoonotik atau bisa menular dari hewan ke manusia.

Tidak mengherankan, penyebab sindrom pernapasan akut parah (severe


acute respiratory syndrome/SARS) tahun 2002-2003 di China selatan adalah
virus korona yang berasal dari hewan. Epidemi SARS dilaporkan sedikitnya
di 26 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.

Laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus korona


SARS (SARS-CoV) yang diidentifikasi pada 2003 diyakini dari hewan.
Sumbernya
diperkirakan kelelawar yang menular ke luwak lantas menginfeksi manusia
pertama kali di Provinsi Guangdong, China, pada 2002.

Gejala SARS mirip influenza, seperti demam, menggigil, lemah, nyeri otot,
sakit kepala. Batuk kering, napas pendek, dan diare tampak pada minggu
pertama dan kedua, kemudian menjadi parah secara cepat sehingga perlu
perawatan intensif.

Penularan virus dari manusia ke manusia lewat percikan cairan bersin dan batuk
serta tinja umumnya terjadi di fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan penerapan
pengendalian infeksi yang tepat, akhirnya wabah SARS mereda.

Gelombang wabah virus korona berikutnya adalah Sindrom Pernapasan Timur


Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS). Penyakit yang disebabkan
virus MERS‐CoV ini diindetifikasi di Arab Saudi tahun 2012. Sumber virus
ini adalah unta. Belum dipastikan rute penularan dari unta ke manusia. Yang
pasti, wabah terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia di fasilitas
kesehatan.

Orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala, tapi ada yang batuk ringan, demam,
napas pendek, hingga gangguan pernapasan akut parah yang perlu ventilator,
bahkan kematian. Diare dan pneumonia juga dilaporkan.

Virus ini umumnya menyebabkan penyakit parah pada orang lanjut usia, orang
dengan kekebalan tubuh lemah, serta yang memiliki penyakit kronis seperti
gangguan ginjal, kanker, gangguan paru, dan diabetes.

Sejak September 2012, ada 27 negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika,


melaporkan kasus MERS. Wabah besar terjadi di Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
dan Korea Selatan. Meski wabah sudah berhenti, kasus MERS masih terus
terjadi. Hingga kini dilaporkan ada 2.494 kasus positif MERS dengan 858
kematian.

Kamera pelacak suhu badan ditempatkan di area pameran bursa kerja di sebuah
mal di Seoul, Korea Selatan, Senin (8/6/2015). Pemerintah Korea Selatan
mengumumkan sudah enam orang meninggal akibat Sindrom Pernapasan Timur
Tengah (MERS).

Wabah terbaru virus korona terjadi sejak akhir tahun 2019, bermula di Wuhan,
Provinsi Hubei, China. Virus diduga bersumber dari kelelawar yang menular ke
hewan lain sebelum ”melompat” ke manusia.

Meski bentuknya mirip, virus ini memiliki perbedaan karakter sehingga


dinamakan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 (penyakit akibat virus
korona 2019).
Sebagaimana infeksi korona lain, tampilan klinisnya dari tanpa gejala,
gangguan pernapasan ringan, pnumonia sampai gangguan pernapasan parah,
gagal ginjal serta kematian. Penularan juga lewat percikan cairan dari bersin
dan batuk. Masa inkubasi sekitar 2-14 hari, rata-rata gejala tampak pada hari ke-
5.

Berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai parah,
pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena virus.

Namun, berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai
parah, pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena
virus. Akibatnya, laju penularan Covid-19 sangat tinggi. Jika SARS sekitar 3,
MERS kurang dari 1, laju penularan Covid-19 adalah 1,4-2,5.

Pengendalian wabah sangat tergantung dari kewaspadaan, kesigapan dan


kesiapan infrastruktur kesehatan sejak dari manajemen pemerintah pusat dan
daerah dalam menerapkan upaya kesehatan masyarakat, hingga ke fasilitas dan
tenaga kesehatan dalam merawat penderita. Dunia telah menjadi satu kesatuan
akibat tingginya mobilitas manusia dan barang. Karena itu, tidak ada lagi
penyakit negara lain, kita semua bisa terkena.

Hal lain, kita harus melakukan tugas utama manusia, yakni menjaga
keseimbangan alam. Dengan mengonsumsi segala sesuatu secukupnya, makan
hanya yang benar-benar aman dan sehat. Dengan demikian, bisa mengurangi
kemungkinan lompatan virus dari hewan liar ke manusia.

Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan


pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini
diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai
jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular,
kelelawar, dan berbagai jenis tikus.

Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar


hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan
hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus
sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis
yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.

Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS,
yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus
Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah dan gagal organ.
Kelelawar, ular, dan berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih dianggap
sebagai vektor virus Corona atau COVID-19. Terlepas dari benar-tidaknya
informasi tersebut, COVID-19 membuktikan diri mampu menular
antarmanusia. Penularan sangat cepat hingga Organisasi Kesehatan Dunia
WHO menetapkan pandemi virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/2020).

Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID-19 yang sangat


cepat hingga hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen dari virus
Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat hingga butuh
penanganan secepatnya. Sayangnya, hingga kini belum ada obat spesifik untuk
menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19.

WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona
secara global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian akibat COVID-
19 dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini lebih
dari 136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris
81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia, yang merupakan negara
Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini tercatat memiliki lebih dari
15 ribu kasus.

1.2 Tujuan Pembahasan

Penyebaran virus corona Covid-19 yang meluas ini tengah menimbulkan


kekhawatiran masyarakat. Hal itu karena virus corona jenis baru ini disebut bisa
menyebabkan kematian.

Sebelumnya, virus corona jenis baru ini muncul di Wuhan, China. Virus ini
kemudian menular antar manusia melalui tetesan cairan pernapasan tubuh
melalui tangan atau permukaan padat.

Lalu, orang sehat yang tangannya terkontaminasi bisa terinfeksi bila memegang
mulut, hidung atau matanya. Sampai akhirnya, virus corona jenis baru ini pun
disebut Covid-19.

Dalam istilah sederhana, dilansir dari The Sun, Covid-19 adalah singkatan dari
Corona (CO), Virus (VI) Disease (D) dan tahun 2019 (19), yang mana virus
corona Covid-19 ini pertama kali muncul di tahun 2019.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun akhirnya menetapkan Covid-19 untuk


menyebut virus corona yang sedang mewabah di seluruh dunia ini.
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

"Nama atau istilah virus ini sangat penting untuk mencegah penggunaan nama
lain yang bisa tidak akurat dan memicu stigma lain," kata WHO.

Para ahli juga mengatakan nama penyakit Covid-19 ini sangat berperan dalam
menginformasinya wabah virus corona sekarang ini.

Sebelum resmi disebut Covid-19, para ilmuwan menyebut virus corona terbaru
ini sebagai coronavirus 2019-nCoV yang mengacu pada novel coronavirus.

Virus corona jenis baru yang disebut SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut
2019-nCoV adalah virus jenis baru yang belum diidentifikasi pada manusia
sebelumnya.

Penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 inilah pada akhirnya disebut


Covid-19. Jadi, virus jenis baru ini akhirnya lebih dikenal sebagai corona
Covid-19.

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit,


mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan paling parah, seperti Sindrom
Pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah
(SARS).

Sejak pertama kali virus ini terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019,
wabah ini telah berkembang sangat cepat. WHO lalu melabeli wabah virus
corona Covid-19 ini sebagai pandemi global.
Gejala khas corona Covid-19 sendiri termasuk demam, batuk, kesulitan
bernapas, nyeri otot hingga kelelahan. Pada kasus yang lebih parah, virus ini
bisa menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis
dan syok septik.

Kabar baiknya, 80 persen orang dengan positif corona Covid-19 ini berhasil
pulih dan hanya 6 persen yang mengalami penyakit kritis.

Meski begitu, hingga kini jumlah orang yang terinfeksi virus corona Covid-19
ini masih meningkat setiap hari. Kita bisa mengurangi penyebarannya dengan
mengikuti pedoman para ahli kesehatan, yakni tetap berada di dalam rumah dan
menjaga jarak sosial.

BAB II

ISI

Dampak Covid-19 Terhadap Perkembangan Ekonomi Makro dan


Mikro
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan.
Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut
mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia.

Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang


menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.

Di Indonesia, pemerintah mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan


dampak virus Corona terhadap industri.

Beberapa stimulus ekonomi diluncurkan, bahkan Presiden Joko Widodo


meminta seluruh pihak untuk melakukan social distancing termasuk Work From
Home (WFH) dan beberapa Kepala Daerah memutuskan untuk meliburkan
kegiatan belajar mengajar.

Berikut adalah dampak dari pandemi covid-19 terhadap perekonomian dan


kebijakan Pemerintah Indonesia:

Dampak dari Pandemi Covid Terhadap Perekonomian Indonesia

Industri yang terkena dampak

Pertama adalah tingkat tinggi, seperti perusahaan manufaktur otomotif di bawah


tekanan besar karena ketergantungan mereka pada rantai pasokan global
sehingga menghambat proses produksi.

Industri garment yang memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan


dengan cara dua pekan kerja dan dua pekan libur guna mengurangi penyebaran
virus corona, tentu hal ini berdampak pada menurunnya produksi sehingga
perusahaan bisa mengalami kerugian yang berujung PHK.

Sektor pariwisata dan penerbangan yang sepi penumpang dikarenakan adanya


kebijakan social distancing, serta ritel non makanan yang sepi pengunjung.

Kedua tingkat sedang, seperti industri perfilman yang mengurangi proses


syuting, industri media dan pers yang terhambat mencari konten dan berita.

Ketiga tingkat rendah, seperti industri sektor jasa hanya sedikit hambatan yaitu
orderan jasa yang menurun akan tetapi masih bisa diatasi dan tidak terlalu
terpengaruh.

Keuangan digital meningkat


Seperti yang sudah kita ketahui bahwa virus corona dapat menempel pada
benda, uang adalah salah satunya.

Ini adalah alasan mengapa uang digital akan meningkat karena uang digital
tidak bisa dipegang atau disentuh sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya
penularan virus, beda halnya dengan uang fisik (kertas dan logam) yang bisa
dipegang dan tentu ini akan menyebabkan terjadinya penyebaran virus.

Nilai tukar dollar AS meningkat. Hal ini debabkan oleh banyak hal salah
satunya adalah turunnya ekonomi negara China sehingga negara Indonesia
terkena imbasnya karena negara kita pro terhadap negara China yang
merupakan lawan perang dagang AS-China yang masih panas. Dan sekarang 1
dollar AS telah mencapai sekitar Rp. 16.466 (per 25 Maret).

Meningkatnya daya beli produk lokal

Dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh wabah ini ternyata ada sisi baiknya,
yaitu pertama meningkatnya daya beli barang lokal dikarenakan pemerintah
sudah melarang barang import selama wabah ini masih berlangsung.

Kedua, polisi udara menurun akibat kurangnya kendaraan yang disebabkan oleh
social distancing.

Kebijakan Pemerintah Terkait Pandemi Covid-19 :

Sosial distancing (Pembatasan sosial), adalah serangkaian tindakan


pengendalian infeksi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau
memperlambat penyebaran penyakit menular.

Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak


antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat
meminimalkan penularan penyakit, contohnya seperti Penutupan sekolah,
tempat kerja, isolasi, karantina, menutup atau membatasi transportasi umum.

Pajak penghasilan ditanggung pemerintah. Penghasilan teratur yang diterima


oleh pegawai berpenghasilan 200 juta rupiah setahun yang berkerja pada
perusahaan yang terdampak pandemi virus corona mendapat fasilitas Pajak
Penghasilan pasal 21 (PPh 21) ditanggung pemerintah.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 23/PMK.03/2020 perusahaan yang


terdampak pandemi virus corona merupakan perusahaan yang terdaftar pada
440 KLU (Klasifikasi Lapangan Usaha) tertentu dan perusahaan yang telah
ditetapkan sebagai perusahaan KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).
Kelonggaran membayar kredit. Pemerintah memberikan sejumlah insentif
untuk kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di antaranya
kelonggaran membayar kredit hingga satu tahun.

Presiden Joko Widodo mengatakan insentif itu juga dengan penurunan bunga.
Meski begitu, ketentuan itu hanya bisa dinikmati oleh UMKM dengan kredit di
bawah Rp10 miliar.

Selain UMKM, kelonggaran kredit juga akan diberikan kepada tukang ojek dan
sopir taksi. Kelonggaran pinjaman tersebut juga telah mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Adapun kelonggaran itu berlaku mulai 31 Maret 2020 sampai dengna 31 Maret
2021.

Subsidi Listrik. Merupakan kebijakan keringanan biaya listrik kepada


pelanggan PLN di tengah pandemi virus corona.

Kebijakan tersebut sudah mulai diberlakukan sejak 1 April, dan diharapkan


semua pelanggan yang berhak mendapatkan subsidi listrik bisa mengakses
subsidi listrik tersebut.

PLN sudah berhasil menyediakan listrik gratis atau diskon untuk 8,5 juta
pelanggan prabayar atau yang menggunakan token.

Rincian pelanggan yang berhak yaitu sebanyak 24 juta pelanggan rumah tangga
450 VA mendapatkan listrik gratis.

Selanjutnya, 7 juta rumah tangga 900 VA bersubsidi mendapat diskon


pembayaran listrik 50 persen selama tiga bulan. Kebijakan ini diperuntukkan
bagi rakyat miskin.

Belajar di rumah. Kementerian Pendidikan memberikan sejumlah acuan untuk


pelaksanaan belajar dari rumah selama masa pandemi ini.

Tidak ada batasan spesifik materi belajar apa saja yang harus dilakukan oleh
siswa di rumah. Hal ini karena akses atau fasilitas belajar yang dimiliki masing-
masing siswa di rumah tidak lah sama.

Untuk menunjang proses kegiatan belajar dari rumah ini kemendikbud sudah
melakukan kerja sama dengan beberapa provider telekomunikasi seperti,
Indosat, Telkomsel dan XL untuk memberikan kuota edukasi untuk mengakses
aplikasi ataupun website belajar.
Virus corona atau corona virus disease 2019 (Covid-19) telah membuat
perekonomian dalam negeri kontraksi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
setidaknya mencatat ada delapan mudharat yang disebabkan oleh wabah virus
tersebut.

Pertama, sampai 11 April lebih dari 1,5 juta karyawan putus kerja atau
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan. Di mana 1,2 juta pekerja itu
berasal dari sektor formal, 265.000 dari sektor informal.

Kedua, Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia di bawah level 50 yakni


hanya 45,3 pada Maret 2020. Ketiga, lebih dari 12.703 penerbangan di 15
bandara dibatalkan sepanjang Januari-Februari, dengan rincian 11.680
penerbangan domestik dan 1.023 penerbangan internasional.

Keempat, sekitar Rp 207 miliar kehilangan pendapatan di sektor pelayanan


udara, dengan sekitar Rp 48 miliar kehilangan disumbangkan oleh penerbangan
dari China. Kelima, angka turis menurun hingga 6.800 per hari, khususnya turis
dari China.

Keenam, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia memperkirakan


penurunan tingkat okupansi di sekitar 6.000 hotel di Indonesia dapat mencapai
50%. Ini bisa mempengaruhi turunnya devisa pariwisata lebih dari setengah
tahun lalu. Ketujuh, impor Indonesia sepanjang Januari-Maret 2020 turun 3,7%
year to date (ytd).

Kedelapan, inflasi pada bulan Maret 2020 tercatat sebesar 2,96% year on
year (yoy) disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan serta beberapa
harga pangan yang melonjak. Meski, terjadi deflasi pada komoditas aneka
cabai dan tariff angkutan udara.

Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita positif virus
Corona di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal
253,183 dan yang sembuh 1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di
Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris dan Perancis. Sementara jumlah yang
meninggal terbanyak berturut-turut adalah Amerika Serikat, Italia, Inggris,
Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang sembuh sudah semakin banyak
daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita dan yang meninggal
belum menunjukkan penurunan. Begitu juga di Indonesia. Berdasarkan data per
5 Mei 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, total jumlah
penderita positif corona di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini
bertambah sebanyak 484 orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini
juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020. Baca juga: Sri Mulyani Paparkan
Skenario Terburuk Perekonomian RI Akibat Corona Dampak wabah Covid-19
kepada perekonomian dunia juga sangat dahsyat. Pada triwulan pertama 2020
ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang Indonesia tumbuh
negatif: Singapura -2.2, Hongkong -8,9, Uni Eropa -2,7 dan China mengalami
penurunan sampai minus 6,8. Beberapa negara masih tumbuh positif namun
menurun bila dibanding dengan kuartal sebelumnya. Amerika Serikat turun dari
2,3 menjadi 0,3, Koreea Selatan dari 2,3 menjadi 1,3 dan Vietnam dari 6,8
menjadi 3,8. Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di
kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020
ini. Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar
perkiraan mengingat pengaturan physical distancing dan PSBB mulai
diberlakukan pada awal bulan April 2020. Perekonomian Indonesia
Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi
sebesar 0,53 persen. Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk
tidak keluar rumah maka banyak orang mengakses pekerjaan, hiburan dan
pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut, volume penjualan
listrik PLN ke rumah tangga meningkat. Berdasarkan rilis dari Badan Pusat
Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada
Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan,
berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya
larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan
Februari lalu. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative
seiring dengan diberlakukannya PSBB. Lalu kapan wabah Covid-19 ini
berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indoensia?
Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan
oleh The Singapore University of Technology and Design dengan menggunakan
metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE
(Data Driven Estimation), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia
telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara berangsur akan
berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020
yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi
berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir
Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni
seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal. Baca juga: IMF: Perekonomian
Global Belum Akan Pulih Sepenuhnya Tahun Depan Bila prediksi yang
ditujukan untuk pendidikan dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri
yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan
perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan
Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai
waktu untuk langsung operasional. Peluang untuk bangkit Kekosongan aktifitas
selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang
bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan
masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai
diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu
mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak perusahaan juga
akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga bulan. Dari sisi makro ekonomi,
dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran untuk
kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor
keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan
di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset
Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal
oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam
perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan
pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan
Rp 146,9 triliun. Stimulus fiskal Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan
pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal yang digelontorkan akan
menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84 persen dari
total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen.
Baca juga: Ekonom: Bila Lockdown Diterapkan, Perekonomian akan Mati
Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh
Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro
Wajib Minimum (GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan
diikuti dengan penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 ini juga telah
memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain).
Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh
negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi
ini. Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia
harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak
penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu
diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi
birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu
dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi
Covid-19 ini.

Pengertian covid-19 (penyakit menular)


Covid-19 ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang
lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan
penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau
benda-benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur.

Masalah dominannya penyakit menular dalam komposisi penyakit yang


abadi di Indonesia tentu tidak menggembirakan. Berkembangnya penyakit
menular di Indonesia merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang kurang terawat
menyebabkan munculnya berbagai wabah penyakit. Untuk mencegah dan
mengatasi wabah penyakit itu, pemerintah membekali setiap petugas
kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk pence-gahan serta
penanganan masalah wabah penyakit menular tersebut.

Wabah Covid-19 berpotensi mengubah tatanan ekonomi dunia yang ditandai


dengan berubahnya peta perdagangan dunia, selain mengakibatkan mandegnya
berbagai bidang usaha.

Kinerja perdagangan global dipastikan akan terganggu akibat lambatnya


perbaikan kinerja manufaktur, khususnya di China hingga menjelang semester
pertama tahun ini.

Di tambah dengan jalur distribusi logistik yang juga terganggu, dampak negatif
mau tak mau akan menerpa ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Demikian kesimpulan dari Pusat Kajian Visi Teliti Saksama (VTS) melalui riset
kajian berjudul Limbung Roda Terpasak Corona.

Menurut uji simulasi pandemi dengan model sistem dinamik oleh peneliti Visi
Teliti Saksama, M. Widyar Rahman, pandemi corona di Indonesia diperkirakan
reda pada awal Juni 2020. Lantas, jika wabah Covid-19 di Indonesia
diperkirakan baru bisa mereda pada Juni 2020, bagaimana dengan pemulihan
ekonomi Indonesia?

“Tentunya proses pemulihan ekonomi akan membutuhkan waktu yang lebih


panjang, setidaknya sampai akhir 2021,” kata Widyar, Senin (27/4/2020).

Menurut analisis Widyar, pandemi tidak akan bertahan bertahun-tahun


di Indonesia. Melalui peran aktif seluruh warga negara, penurunan jumlah kasus
Covid-19, seharusnya dapat lebih cepat dari perkiraan model tersebut.
Namun, hal ini tetap dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil pemerintah
dalam upaya menekan penyebarannya.

“Kami memperkirakan, peningkatan permintaan barang dan jasa akan terjadi


pada Ramadan dan Idulfitri, meski tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Namun, sedikit kenaikan permintaan ini belum cukup untuk mengkompensasi
cedera pada industri,” ungkapnya.

Pasalnya, pemenuhan stok yang seharusnya dilakukan dua sampai tiga bulan
jelang Ramadan tidak bisa terpenuhi akibat impor yang mandek. Melihat
dampaknya yang masif, kerugian yang ditimbulkan pamdemi Covid-19 tentu
tidak main-main.

“Jika dibandingkan wabah SARS 2002–2003 yang juga berasal dari China,
dampak negatif dari merebaknya Covid-19 terhadap perekonomian akan jauh
lebih luas,” lanjutnya.

Dalam kaitan analisa dampak ini, Visi mengumpulkan berbagai informasi


untuk memperkirakan dampak yang terjadi pada perekonomian Indonesia.
Adapun studi dilakukan pada Februari hingga awal Maret. Analisa yang
dilakukan berawal dengan melihat hubungan ekonomi antara Indonesia dan
China, sebagai episentrum awal penyebaran virus.

Dalam 5 tahun terakhir, China selalu menempati tiga besar mitra dagang utama
Indonesia. Malahan, sejak 2014, China merupakan negara asal impor dengan
nilai terbesar bagi Indonesia.

Berdasar kategori barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal sepanjang
Januari hingga Desember 2019, makin kentara ketergantungan Indonesia
terhadap China. Dari ketiga kategori barang yang diimpor oleh negara ini,
sebanyak 37% barang konsumsi, 25% bahan baku penolong, dan 44% barang
modal jelas diimpor dari China.

Dalam hal investasi langsung, selama rentang 5 tahun terakhir (2016—2019),


Indonesia menerima aliran investasi China sebesar US$13,2 miliar atau
peringkat ketiga terbesar bagi Indonesia.

Selain di bidang investasi, China juga memiliki peran besar dalam sektor
pariwisata di Indonesia. Dalam kurun 8 tahun, turis China meningkat jumlahnya
sebanyak 309%, yaitu dari 511.000 pada pada 2010 menjadi 2,14 juta pada
2017.
Peneliti Senior Visi , Sita Wardhani menuturkan dari sisi produksi rata-rata
produsen dalam negeri memiliki stok bahan baku hingga Maret dan April 2020.
Jika pada bulan-bulan tersebut belum juga ada pasokan dari China atau hanya
terpenuhi sedikit, proses produksi pabrik di Indonesia dapat terhambat.

“Dampak minimum pada perekonomian adalah dengan asumsi perekonomian


China bangkit dan kembali aktif pada April,” kata Sita.

Ada sedikit harapan dari rilis Biro Statistik Nasional (NBS) China soal Indeks
Pembelian Manajer (Purchasing Manager Index/PMI) resmi China yang naik
menjadi 52 pada Maret 2020. Pada bulan Februari, ketika pandemi meninggi,
PMI China hanya 35,7, rekor terendah yang pernah dialami China. Untuk
informasi, angka di atas 50 menunjukkan, industri mengalami ekspansi.
Sebaliknya, angka di bawah 50 menggambarkan kondisi kontraksi.

Masih menurut NBS, industri China memperoleh pemasukan 370,66 miliar


yuan atau US$52,43 miliar pada Maret 2020. Nilai tersebut turun 34,9%
dibandingkan tahun sebelumnya, dan melanjutkan tren di Januari-Februari yang
tercatat turun 38,3%. Setidaknya, menurut NBS, ada delapan dari 41 sektor
industri yang disurvei mencatat kenaikan laba pada Maret. Kondisi ini lebih
baik dibandingkan Januari-Februari yang mencatat hanya empat sektor
mengalami kenaikan laba.

Namun, hal ini diyakini belum menandakan stabilisasi dalam kegiatan ekonomi.
Pasalnya, di tengah biaya produksi yang makin tinggi karena terganggunya jalur
distribusi, permintaan pasar juga belum sembuh sepenuhnya. Apalagi, ada
penurunan permintaan impor dari negara lain, termasuk Indonesia.

“Namun jika masa pemulihan yang dialami China lebih lama lagi, asumsi China
baru berproduksi kembali di bulan Juni, artinya proses impor baru bisa
dilakukan di bulan Juli. Dengan begitu, dampak resesi yang dihadapi Indonesia
akan lebih dalam lagi,” ujarnya.

Selain dialami industri mamin, lanjutnya, gangguan lebih dalam juga bakal
dialami industri manufaktur lain. Dampak dari kelangkaan bahan baku ini akan
membawa inflasi yang lebih tinggi karena industri manufaktur tidak mampu
memenuhi permintaan dan memicu terjadinya shortage.

Di sisi lain, dengan inflasi yang tinggi, tentu rumah tangga akan menurunkan
konsumsinya. Padahal kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia
sejauh ini adalah konsumsi rumah tangga.
“Dengan tingkat inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga juga turun sejalan
dengan daya beli yang juga menurun. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi pun
dapat terpuruk lebih jauh,” ungkap Sita.

Visi Teliti Saksama merupakan pusat kajian dan publikasi multiplatform dari
berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang berdiri
3 tahun lalu. Tim periset Visi berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka,
dengan pengalaman terlibat dalam pembuatan beragam kebijakan di bidang
komoditas, perdagangan, dan program komunikasi. Hasil kajian-kajian yang
bermanfaat bagi masyarakat luas dituangkan.

Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian Global

Menurut data terbaru dari Johns Hopkins CSSE (11/4), virus corona alis Covid-
19 telah menyebar hingga ke 185 negara di dunia, dengan jumlah infeksi
mencapai 1.698.416 kasus dan yang dinyatakan sembuh mencapai 376.669
orang. Demi meminimalisir bertambahnya jumlah infeksi, beberapa negara
seperti Italia, Spanyol, hingga India memberlakukan kebijakan lockdown,
sementara negara lainnya, termasuk Indonesia, lebih memilih kebijakan
memberlakukan anjuran social distracting bagi warganya. Kebijakan tersebut
tentu berpengaruh besar bagi perekonomian. Tidak hanya di Indonesia,
pelemahan ekonomi akibat dari pandemi virus Corona terjadi merata hampir di
seluruh dunia. Berikut merupakan beberapa dampak virus Corona terhadap
perekonomian global.

Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan

Pandemi virus Corona menyebabkan banyak lembaga besar dan bank


memutuskan untuk mengubah perkiraan kondisi ekonomi global, termasuk
Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi atau OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development).
Dalam terbarunya, OECD menyebut jika pertumbuhan produk domestik bruto
China akan mengalami penurunan terbesar. China diperkirakan hanya akan
mengalami pertumbuhan ekonomi hingga tersisa 4,9 persen saja, jauh lebih
lambat dari perkiraan sebelumnya yang mencapai angka 5,7 persen.
Kondisi ini tentu berimbas buruk bagi perekonomian global. OECD
memperkirakan Covid-19 akan membuat ekonomi global mengalami penurunan
pertumbuhan hingga tersisa 2,4 persen di tahun 2020, turun dari proyeksi
sebelumnya yang mencapai 2,9 persen.
Ancaman PHK Besar-besaran

Pembatasan yang sedang diterapkan di beberapa negara terkait pandemi


Corona, telah membuat banyak pabrik beroperasi. Apple, Jaguar, Diageo, Land
Rover hingga Volkswagen, merupakan segelintir pabrik besar yang saat ini
sudah mulai membatasi produksinya. Sebagai contoh, Bloomberg Economics
mencatat pabrik-pabrik besar yang ada di China hanya menggunakan 60-70
persen kapasitas produksi mereka, bahkan beberapa pabrik di negara yang
terkena dampak paling parah, seperti Italia, dilaporkan terpaksa menghentikan
produksi mereka. Penurunan jumlah produksi inilah yang memicu PHK besar-
besaran, dan gelombang pengangguran pun sulit dihindarkan. Kondisi ini
dipastikan akan menyebabkan penurunan kemampuan ekonomi yang signifikan,
terutama di negara-negara berkembang seperti India, dan lainnya

Pasar Saham Terjun Bebas

Menurut Cedric Chehab, Kepala Risiko Negara dan Strategi Global di Fitch
Solutions, ketakutan terkait dampak virus Corona secara global, akan
menyebabkan para investor enggan mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi.
Di sisi lain, ketakutan global pun akan menurunkan harga saham di pasar-pasar
utama. Sementara di sisi lain, kekhawatiran atas penyebaran global dari Virus
Corona telah mendorong para investor menawar harga obligasi ke titik
terendah. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian arah ekonomi terkait
dampak Covid-19 secara luas. Dampak ini diperkirakan akan terus terjadi
hingga masa pandemi virus Corona benar-benar selesai.

Industri Travel Paling Terpukul

Keputusan beberapa negara yang melakukan lockdown dan pembatasan


pengunjung akibat pandemi virus Corona, membuat perusahaan yang bergerak
di bidang pariwisata, seperti hotel, travel agent, penerbangan, dan lainnya,
sangat terpukul.
Menurut Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno,
sejak Februari kemarin setidaknya ada 20 agen travel besar di Indonesia yang
terpaksa menawarkan cuti di luar tanggungan karena tidak bisa membayar biaya
operasional, termasuk gaji karyawannya.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi terjadi secara global. Bahkan
untuk negara-negara yang memilih mengambil kebijakan lockdown, mereka
harus rela kehilangan pendapatan dari sektor bisnis tersebut. Sebut saja Italia
dan Spanyol yang terkena dampak cukup parah akibat Covid-19.
Proses Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Sulit

Bloomberg Economics berasumsi jika proses pemulihan ekonomi akibat


pandemi virus Corona bisa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali
ke titik normal. Pola pemulihan ini bisa membentuk pola huruf ‘U’, bukan pola
huruf ‘V’ seperti yang diprediksi banyak pihak.
Hal senada disampaikan Li, manajer Made-in-China.com, yang memprediksi
angka produksi di China tidak akan mencapai level maksimal, meski para
karyawan pabrik sudah kembali bekerja. Hal ini disebabkan karena hambatan
rantai pasokan yang membuat kapasitas produksi jadi terbatas.
Terhambatnya rantai pasokan akan membuat para pekerja yang dirumahkan
selama pandemi, belum tentu langsung diminta kembali bekerja. Imbasnya akan
kembali kepada daya beli masyarakat yang akan sulit bangkit, dan
ketidakpastian ekonomi masih akan terjadi.

Cara-Cara Penularan covid -19

a. Melalui Kontak Jasmani (Personal Contact)

1) Kontah Langsung (Direct Contact)

Penyakit dapat menular kepada orang lain karena adanya kontak


langsung antara anggota badan dengan anggota badan orang yang
ditulari. Misalnya, penularan penyakit kelamin dan penyakit kulit.

2) Kontak Tak Langsung (Indirect Contact)

Penyakit dapat menular kepada orang lain melalui perantaraan benda-


benda yang telah terkontaminasi (tercemar) oleh penderita, misalnya
melalui handuk, pakaian, dansaputangan.
b. Melalui Makanan dan Minuman (Food Borne Infection)

Penyakit dapat menular melalui perantaraan makanan dan


minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan
cara ini terutama penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran
percerna-kan makanan, seperti kolera, tifus, poliomyelitis, hepatitis, dan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cacing. Di negara miskin masih
banyak orang menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
untuk keperluan rumah tangga sehingga penyakit-penyakit tersebut
seringkali ditularkan melalui air. Oleh karena itu, penyakit
tersebut dinamakan juga water borne diseases.

c. Melalui Serangga (Insect Borne Infection)

Penyakit yang dapat menular dengan perantara serangga, antara lain


sebagaiberikut.
1.Malaria, yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles.
2. Demam berdarah, yang disebabkan oleh salah satu virus dari
selotipe genusflavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
3.Demam kuning, yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
4.Filariasis atau penyakit kaki gajah, yang disebabkan
oleh cacing Filaria
bancroftiatau Filaria malayi, ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.
5. Penyakit saluran pencernaan makanan dapat ditularkan oleh lalat
yang dipindah-
kan dari feses (kotoran) penderita ke makanan atau alat-alat makan.
d. Melalui Udara (Air Borne Infection)

Penyakit yang ditularkan dengan cara ini terutama pada penyakit saluran
pernapasan, di antaranya sebagai berikut.
1. Melalui udara yang mengandung bibit penyakitnya,
misalnya penularan
penyakit TB.
2. Melalui ludah ketika batuk atau ber-cakap-cakap, misalnya
penularan penyakit dipteri dan pertusis.

2.1.2 Jenis-Jenis Penyakit Menular yang Bersumber Lingkungan Tidak Sehat

Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah


air bersih, persampahan dan sanitasi, serta pembuangan air limbah yang
langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan
pandangkalan saluran/sungai tersumbat.Pada saat musim penghujan selalu
terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta
pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:

a.Penyakit Tifus
1. Penyebab: bakteri Salmonella typhi.
2.Masa inkubasi: 10-14 hari.
3. Cara penularan: melalui makanan dan minuman
yang mengandung Salmonella twhi.

b. Penyakit Kolera
1.Penyebab: Vibrio Cholerae untuk kolera asiatica dan Vibrio
Cholerae Eltor untuk kolera eltor.
2. Masa inkubasi: beberapa jam sampai 5 hari.
3.Cara penularan: melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (tercemar)
oleh bibit penyakit kolera.

c. Penyakit Tuberculosis (TB)


1.Penyebab: bakteri Mycobacterium Tuberculosa.
2. Masa inkubasi: antara 4-6 minggu.
3. Cara penularan:
a) melalui pernapasan, bakteri masuk ke dalam paru-paru bersama udara,
b) melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu.

d. Penyakit Hepatitis
1.Penyebab: penyebab penyakit hepatitis ialah
virus. 2.Masa inkubasi: selama 2-6 minggu
3.Cara penularan:
a) Penularan hepatitis C dan Delta melalui tranfusi darah.
b) Hepatitis E penularannya melalui mulut.

Hakikat Teori

2.2Coronaviruses (Covid-19)
Peta kasus terkonfirmasi per kapita hingga 7 Mei 2020

Proses Awal Munculnya COVID-19

China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus


Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya
penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu,
kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan
pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak
diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi
di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang,
beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan.

Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah


muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi
Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di
China adalah pada 8 Desember. Hanya saja, informasi tersebut juga
bergantung pada inisiatif negara-negara yang memberikan informasi
penyakit kepada badan kesehatan global tersebut.
Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal
medis The Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di
Wuhan, yang merawat beberapa pasien yang paling awal,
menyebutkan tanggal infeksi pertama yang diketahui pada 1 Desember
2019.

Informasi awal mula munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke


belakang. Pada 16 Desember, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan
mengirim sampel dari pasien lain dengan demam persisten untuk pengujian
laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan virus menyerupai sindrom
penapasan akut parah (severeacuterespiratorysyndrome/SARS).

Pada 30 Desember 2019, Ai Fen, dokter yang juga kepala departemen


ruang gawat darurat rumah sakit tersebut, mengunggah gambar laporan
laboratorium di media sosial Tiongkok. Gambar itu diposting ulang dan
diedarkan oleh dokter lain, Li Wenliang.

Menurut data Pemerintah China yang dilihat South China


MorningPost, seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun
kemungkinan menjadi orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17
November 2019. Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus
baru dilaporkan setiap hari.

Angka penduduk di China yang terjangkit Covid-19 menunjukkan


tren eksponensial. Pada 15 Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai
27.

Peningkatan kasus Covid-19 harian mencapai dua digit untuk pertama


kalinya dilaporkan juga terjadi di China pada 17 Desember 2020. Tiga hari
berikutnya, jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19
telah mencapai 60 orang.
Penyebaran COVID-19 di Dunia

Kasus covid-19 pertama di luar China dilaporkan di Thailand pada 13


Januari 2020. Masih di Benua Asia, pada 29 Januari 2020 Covid-19
mencapai Timur Tengah untuk pertama kalinya saat jumlah kasus Covid-
19 bertambah dan menyebar ke lebih banyak negara. Saat itu Uni Emirat
Arab melaporkan kasus impor dalam keluarga empat orang.

Empat hari sebelum Covid-19 mencapai kawasan Timur Tengah, dua


benua sekaligus juga melaporkan masuknya virus yang sama. Perancis
menjadi negara pertama di Benua Eropa yang mengonfirmasi tiga kasus
Covid-19 tanggal 25 Januari 2020.

Pada tanggal yang sama, kasus pertama Covid-19 juga merambah


Benua Australia. Kasus Covid-19 dikonfirmasi oleh Victoria
HealthAuthorities tanggal 25 Januari. Departemen Kesehatan
Commonwealth berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Victoria dan
telah memberi tahu WHO. Pasien, seorang pria dari Wuhan, terbang ke
Melbourne dari Guandong pada 19 Januari.

Dalam perkembangannya, Covid-19 menyebar ke Benua Afrika.


Tanggal 14 Februari 2020, kementerian kesehatan dan WHO
mengumumkan bahwa kasus virus korona orang asing pertama kali
dikonfirmasi di Mesir, negeri yang terletak di Benua Asia dan Afrika.
Dalam pernyataan bersama WHO, Juru Bicara Kementerian Kesehatan
Mesir KhaledMogahed mengatakan bahwa kasus tersebut dinyatakan
positif covid-19 setelah ia menjalani tes laboratorium.

Hanya berselang 11 hari, 25 Februari 2020, Kementerian Kesehatan,


Penduduk, dan Reformasi Rumah Sakit Aljazair melaporkan kasus Covid-
19 pertama di negara Benua Afrika itu. Otoritas kesehatan melaporkan
bahwa tes menunjukkan orang dewasa Italia, yang tiba di Aljazair pada 17
Februari 2020, telah dinyatakan positif Covid-19.

Kematian dan Kesembuhan

Korban pertama akibat Covid-19 terjadi 11 Januari 2020. China


mencatat kematian pertama penduduk akibat Covid-19. Namun, lebih
kurang tiga minggu kemudian China juga mencatat adanya orang yang
pertama kali mampu bertahan melawan virus Korona.

Pria berusia 23 tahun yang dikenal dengan nama keluarganya Huang


tersebut bekerja di Stasiun Kereta Hankou. Pusat transportasi ini berlokasi
sekitar 1 kilometer (0,6 mil) barat dari Pasar Ikan Huanan, tempat yang
dianggap sebagai awal munculnya Covid-19.

Kurang dari sebulan berikutnya, tepatnya 2 Februari 2020, kematian


akibat Covid-19 di luar China untuk pertama kalinya dilaporkan di
Filipina. Pasien itu adalah pria China berusia 44 tahun dan diketahui
sebagai teman wanita berusia 38 tahun yang dites positif Covid-19 pada 30
Januari dan kasus pertama di Filipina.

Tanggal 1 April 2020, seorang bayi berusia enam minggu di Negara


Bagian Connecticut, AS, meninggal karena Covid-19. Meninggalnya bayi
itu menandai kasus kematian penduduk termuda yang sangat jarang dalam
pandemi Covid-19.

28 Maret, Spanyol dan Italia mencapai rekor pertama kali untuk


jumlah korban meninggal dalam satu hari akibat Covid-19. Spanyol
mencatat 832 orang dan Italia mencatat 889 orang penduduk meninggal.
Dalam perkembangannya, AS mencatat angka kematian penduduk terbesar
di dunia dalam sehari akibat virus yang sama, yakni mencapai 2.000 orang
pada 10 April 2020.
Perjalanan wabah Covid-19 juga menunjukkan kemampuan orang
lanjut usia bertahan dari virus Korona. Tanggal 8 April 2020, dilaporkan
seorang perempuan asal Belanda berusia 107 tahun sejauh ini menjadi
manusia tertua di dunia yang dinyatakan sembuh setelah mengidap Covid-
19.

Pembatasan dan Pengobatan

Pembatasan pertama kali terjadi di China, negara asal munculnya


Covid-19. Tanggal 23 Januari 2020 diberlakukan lockdown atau karantina
di kota Wuhan. Wilayah Provinsi Hubei lainnya kemudian mengikuti
dalam beberapa hari sesudahnya.

Sejak pemberlakuan kebijakan di kota Wuhan, istilah lockdown atau


karantina dikenal luas di seluruh dunia. Sejumlah negara juga tercatat
melakukan karantina. Pada 2 Februari, Filipina memberlakukan larangan
perjalanan bagi wisatawan yang datang dari China, Hong Kong, dan
Makau, dan masa karantina 14 hari untuk penduduk Filipina.

Dalam upaya penanganan wabah, otoritas di sejumlah negara


kemudian menerapkan kebijakan pembatasan yang beragam. Namun,
kebijakan pembatasan yang berujung kerusuhan besar pertama kali
dilaporkan terjadi di India, 28 Maret 2020.

Pada 27 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa pasien pertama


akan segera terdaftar di Norwegia dan Spanyol dalam uji coba yang
disebut solidaritytrial. Uji coba ini membandingkan efektivitas empat obat
yang berbeda atau kombinasi obat terhadap Covid-19.

Pada 19 Maret, China mengumumkan untuk pertama kalinya tidak


ada lagi korban meninggal akibat Covid-19 sejak kasus ini mulai rutin
dikabarkan dari China pada Januari lalu. Mendekati sebulan sesudahnya,
tepatnya 10 April 2020, Vietnam mengumumkan tidak ada kasus baru
Covid-19 di negara yang berdekatan dengan China itu.

Kabar tersebut sangat mengesankan mengingat belum ada korban


jiwa dan hanya tercatat 268 kasus Covid-19 sampai dengan 17 April 2020
di Vietnam. Kesuksesan Vietnam menangani wabah Covid-19 tak lepas
dari ketegasan pemerintahnya melaksanakan karantina nasional.

Penyebaran Covid-19 di Indonesia

Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus pertama


Covid-19 di Indonesia di Istana Negara tanggal 2 Maret 2020. Dua warga
negara Indonesia yang positif Covid-19 tersebut mengadakan kontak
dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.

Pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia


meninggal akibat Covid-19. Korban yang meninggal di Solo adalah
seorang laki-laki berusia 59 tahun, diketahui sebelumnya menghadiri
seminar di kota Bogor, Jawa Barat, 25-28 Februari 2020.

Di minggu yang sama, pasien 01 dan 03 dinyatakan sembuh. Kedua


pasien yang resmi dinyatakan sembuh dan boleh meninggalkan rumah
sakit pada 13 Maret 2020 itu adalah kesembuhan pertama kali pengidap
Covid-19 di Indonesia. Pasien 02 yang berusia lanjut, yakni 64 tahun,
juga berhasil mengatasi Covid-19.

Dua bulan lebih sesudah masuknya Covid-19 ke Indonesia, untuk


pertama kalinya tercatat angka kesembuhan pengidap covid-19 lebih besar
dari jumlah penduduk yang meninggal karena virus tersebut. Tanggal 07
Mei 2020, data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19 menunjukkan 2317 pasien yang sembuh, sedangkan jumlah pasien
meninggal 895 orang.

Namun, data kesembuhan pasien Covid-19 yang melampaui angka pasien


meninggal bukanlah tanda bahwa wabah virus ini akan segera teratasi di
Indonesia. Sejauh ini, angka kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat.
Dua bulan lebih sejak dinyatakan resmi, jumlah kasus pengidap Covid-19
di Indonesia tercatat per tanggal 7 Mei 2020 mencapai 12.438 kasus.

Pengertian Virus Corona

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan


penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus
diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti MiddleEastRespiratorySyndrome
(MERS) dan SevereAcuteRespiratorySyndrome (SARS). Virus corona
yang paling baru ditemukan menyebabkan penyakit coronavirus COVID-
19.

Pengertian COVID-19

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


coronavirus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak
diketahui sebelum wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
COVID-19 sekarang menjadi pandemi yang menyerang banyak negara
secara global.
Gejala dari COVID-19

Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering,


dan kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi
beberapa pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau, atau
ruam pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala
ini biasanya ringan dan mulai secara bertahap. Beberapa orang menjadi
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala yang sangat ringan.

Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu


perawatan di rumah sakit. Sekitar 1 dari 5 orang yang mendapat COVID-
19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua,
dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar seperti tekanan darah
tinggi, masalah jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker, memiliki
risiko lebih tinggi terkena penyakit serius. Namun, siapa pun dapat
terkena COVID-19. Orang-orang dari segala usia yang mengalami
demam dan / atau batuk yang berhubungan dengan kesulitan bernafas /
sesak nafas, nyeri / tekanan dada, kehilangan kemampuan berbicara atau
bergerak harus segera mencari perhatian medis. Jika memungkinkan,
disarankan untuk memanggil penyedia layanan kesehatan atau fasilitas
terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke klinik yang tepat.

Bagaimana Penyebaran Dari COVID-19

Orang dapat terkena COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus.
Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari
hidung atau mulut yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19
batuk, bersin atau berbicara. Orang-orang dapat terkena COVID-19 jika
mereka menghirup tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang lain. Tetesan ini dapat mendarat di benda dan permukaan di
sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang
dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau
membersihkannya dengan alkohol.

Data COVID-19

Kasus COVID – 19 Global ( 6 Mei 2020 )

Kasus Sembuh Meninggal

3,755,341 1,245,415 263,831

Kasus COVID – 19 Indonesia ( 6 Mei 2020 )

Kasus Sembuh Meninggal

12,438 2,317 895


Tabel Persebaran Kasus COVID-19 Di Indonesia

Persebaran Kasus COVID-19 Di Indonesia

Jakarta 4,770 — 741 414


West Java 1,320 27 177 90
East Java 1,221 31 199 123
Central Java 891 28 145 64
South Sulawesi 665 75 235 45
Banten 487 41 122 41
West Nusa Tenggara 289 64 53 5
Bali 277 — 166 4
Papua 248 71 48 6
West Sumatra 238 46 38 16
South Kalimantan 225 55 24 9
South Sumatra 210 28 47 5
Central Kalimantan 186 84 15 7
East Kalimantan 182 177 13 2
North Sumatra 141 11 43 16
North Kalimantan 131 188 6 1
Special Region of Yogyakarta 122 34 53 7
Riau Islands 98 50 57 10
West Kalimantan 90 20 8 3
Central Sulawesi 70 27 12 3
SouthEast Sulawesi 69 31 15 2
Lampung 63 8 18 5
Riau 61 9 28 6
West Sulawesi 58 50 4 2
West Papua 53 70 0 1
North Maluku 50 48 5 0
Jambi 47 13 1 0
North Sulawesi 45 20 17 4
Bangka Belitung Islands 28 20 4 1
Maluku 23 15 12 0
Aceh 17 4 7 1
Gorontalo 15 13 2 1
Bengkulu 14 8 1 1
East Nusa Tenggara 12 2 1 0
Tingkat fatalitas kasus COVID-19 berdasarkan usia

Data terkini di seluruh negara menunjukkan bahwa lansia paling berisiko

Tingkat fatalitas kasus COVID-19 dengan kondisi penyakit yang sudah ada
Sebelumnya

Pencegahan COVID-19

Anda dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi atau menyebarkan COVID-


19 dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan sederhana:

1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan Anda dengan gosok


berbasis alkohol atau cuci dengan sabun dan air. Mengapa? Mencuci
tangan dengan sabun dan air atau menggunakan gosok tangan
berbasis alkohol membunuh virus yang mungkin ada di tangan Anda.
2. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter antara diri Anda dan orang
lain. Mengapa? Ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara,
mereka menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau mulut
mereka yang mungkin mengandung virus. Jika Anda terlalu dekat,
Anda dapat menghirup tetesan, termasuk virus COVID-19 jika orang
tersebut menderita penyakit tersebut.
3. Hindari pergi ke tempat yang ramai. Mengapa? Di mana orang-orang
berkumpul bersama dalam kerumunan, Anda lebih mungkin untuk
melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki COIVD-19
dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik 1 meter.
4. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut. Mengapa? Tangan
menyentuh banyak permukaan dan dapat mengambil virus. Setelah
terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung,
atau mulut Anda. Dari sana, virus dapat masuk ke tubuh Anda dan
menginfeksi Anda.
5. Pastikan Anda, dan orang-orang di sekitar Anda, mengikuti
kebersihan pernapasan yang baik. Ini berarti menutupi mulut dan
hidung Anda dengan siku atau jaringan yang tertekuk saat Anda
batuk atau bersin. Kemudian segera buang tisu bekas dan cuci tangan
Anda. Mengapa? Tetesan menyebarkan virus. Dengan mengikuti
kebersihan pernapasan yang baik, Anda melindungi orang-orang di
sekitar Anda dari virus seperti flu, flu dan COVID-19.
6. Tetap di rumah dan isolasi diri bahkan dengan gejala kecil seperti
batuk, sakit kepala, demam ringan, sampai Anda pulih. Minta
seseorang membawakan Anda persediaan. Jika Anda harus
meninggalkan rumah, kenakan masker untuk menghindari
menulari
orang lain. Mengapa? Menghindari kontak dengan orang lain akan
melindungi mereka dari kemungkinan COVID-19 dan virus lainnya.

7. Jika Anda demam, batuk, dan sulit bernapas, cari bantuan medis,
tetapi teleponlah terlebih dahulu jika memungkinkan dan ikuti
petunjuk dari otoritas kesehatan setempat. Mengapa? Otoritas
nasional dan lokal akan memiliki informasi terbaru tentang situasi di
daerah Anda. Menelepon terlebih dahulu akan memungkinkan
penyedia layanan kesehatan Anda dengan cepat mengarahkan Anda
ke fasilitas kesehatan yang tepat. Ini juga akan melindungi Anda
dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
8. Tetap perbarui informasi terbaru dari sumber tepercaya, seperti
WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional Anda. Mengapa?
Otoritas lokal dan nasional paling baik ditempatkan untuk memberi
nasihat tentang apa yang harus dilakukan orang di daerah Anda untuk
melindungi diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Covid 19 merupakan salah satu jenis penyakit yang bisa menular yang mana
pertamanya penyakit ini berasal dari binatang akan tetapi dia menjangkit ada
manusia bahkan bisa menyebar dari satu manusia ke manusia yang lain dan
penyakit covid 19 ini menyerang pada sistem pernafasan. Virus corona sendiri
memiliki diameter yaitu 125 nanometer atau 0,125 mikrometer yang mana
ukuran ini di temukan oleh seorang yang bernama Anthony R. fehr dan Stanley
Perlman

Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan.
Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut
mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia.

Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang


menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.

Di Indonesia, pemerintah mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan


dampak virus Corona terhadap industri.
DAFTAR PUSTAKA

WHO (2019)
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-
and-answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses

Kompas (2020)
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama-
covid-19/

Ourworldindata (2020)
https://ourworldindata.org/mortality-risk-covid#case-fatality-rate-of-covid-19-
by-age

Google News (2019)


https://news.google.com/covid19/map?hl=en-
ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen&mid=%2Fm%2F03ryn

Inews (2020)
https://www.inews.id/lifestyle/health/3-saran-who-agar-tidak-cemas-hadapi-
pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai