Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan aktif yang digunakan dalam
mendiagnosis, mengobati, mengurangi, dan menghilangkan suatu penyakit (Depkes RI,
2018). Stabilitas sediaan farmasi adalah salah satu kriteria yang penting terhadap suatu
produksi yang baik. Stabilitas adalah suatu aplikasi dari produk untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar tetap sesuai dengan keasliannya yang diciptakan dalam
batasan waktu sepanjang penyimpanan dan penggunaannya (Joshita, 2008 dalam
Oktami: 72). Ketidak stabilan terhadap obat dapat mempengaruhi efikasi obat yang
dapat menyebabkan penurunan hingga hilangnya khasiat dan juga perubahan senyawa
obat hingga menyebabkan toksik. Ketidak stabilan obat dapat ditandai dengan
perubahan terhadap fisik obat (perubahan terhadap warna, bau, rasa dll). Obat yang
stabil adalah obat yang kadarnya tidak berkurang dalam kurun waktu penyimpanan.
Stabilitas obat dapat dipengaruhi oleh fisika dan kimia, faktor fisik dapat berasal dari
panas, cahaya, kelembaban dan secara kimia terjadi perubahan rekasi kimia (Attwood
dan Florence, 2011 dalam Oktami: 73).

Dekomposisi obat dapat terjadi ketika suatu bahan obat memliki gugus
fungsional yang dapat berinteraksi dengan reseptor untuk menghasilkan efek terapi.
Namun pada sisi lain, gugus fungsional tersebut dapat berinteraksi dengan komponen
senyawa lain dalam suatu formula seperti hidrolisis, isomerasi, oksidasi, dan fotolisis
(Kumar et all, 2011 dalam Alfaridz dan Musfiroh, 2020: 24). Dalam pembahasan kali
ini, penulis akan membahas terkait pengaruh reaksi oksidasi terhadap obat. Reaksi
oksidasi Merupakan proses degradasi obat yang berhubungan dengan mekanisme
transfer elektron dimana akan membentuk anion dan kation yang reaktif. Gugus-gugus
seperti sulfida, amina dan fenol rentan mengalami transfer elektron oksidasi yang akan
menjadi sulfones, sulfoxide, N-oxides dan hydroxylamine (Blessy et al., 2014 dalam
Alfaridz dan Musfiroh, 2020:25).

Reaksi oksidasi juga dapat dipercepat dengan adanya ion logam berat, oksigen
dan cahaya yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikan bebas ini akan
berinteraksi dengan oksigen dan membentuk peroksi radikal yang sangat reaktif dan
menyebabkan oksidasi (Patel et al., 2015 dalam Alfaridz dan Musfiroh, 2020:25).
Reaksi oksidasi disebut juga sebagai redoks (reaksi oksidasi reduksi), reaksi redoks
adalah suatu peristiwa yang didalamnya terjadi proses oksidasi dan reduksi disertai
dengan adanya perubahan bilangan oksidasi.

Reaksi reduksi (pelepasan oksigen oleh suatau senyawa)

HgO(s)  HgO(l) + O2(g)

Reaksi oksidasi (pengikat oksigen oleh suatu senyawa)

2Zn(s) + O2(g) ZnO(s)

Salah satu contoh kandungan obat yang dapat mudah teroksidasi yaitu asam
askorbat (Vitamin C). Vitamin C dapat dengan mudah teroksidasi dengan adanya udara
(oksigen) sehingga kadarnya sulit untuk dipertahankan. Oksidasi vitamin C
menghasilkan asam dehidroaskorbat yang tidak memilik efek farmakologi terhadap
tubuh, berikut merupakan proses terjadinya reaksi oksidasi asam askorbat:

Anda mungkin juga menyukai