Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendidikan dan Pelatihan

2.1.1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan menurut Dessler dalam Jurnal Wirotomo &

Pasaribu, (2015:468) merupakan proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan

karyawan untuk melakukan pekerjaannya. Sedangkan Menurut Mumus

(2013:1005) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah merupakan salah satu cara

dalam mengukur kompetensi aparatur pemerintah. Adapun istilah diklat adalah

proses penyelenggaraan belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi bagi

calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil. Pada hakekatnya pendidikan

dan pelatihan mempunyai tujuan yang sama, dengan tujuan pengembangan tenaga

kerja untuk dapat memperoleh tiga hal, seperti jika seseorang dilatih, maka selama

pendidikan, orang tersebut diberitahu atau diberikan pengetahuan mengenal tentang

bagaimana cara-cara baik dalam melakukan suatu pekerjaan, jadi latihan

sebenarnya diadakan untuk mengisi kesenjangan antara ilmu pengetahuan,

keahlian, sikap, dan pemikiran yang dimiliki seseorang sesuai dengan tuntutan

pekerjaan atau tugasnya.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan antara lain:

a. Tujuan pelatihan; dalam merencanakan pendidikan dan latihan hal pertama yang

harus diperhatikan adalah penentuan tujuan. Adanya tujuan pendidikan dan

6
7

pelatihan tersebut bertujuan peningkatan pengetahuan, keterampilan atau ada

tujuan lain.

b. Manfaat pelatihan; tiap pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat membawa

manfaat, baik untuk individu maupun organisasi. Adanya manfaat bagi individu

menjadikan orang termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas sumber

dayanya.

c. Isi/materi pelatihan; materi yang diberikan kepada peserta pendidikan dan

pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan. Apabila tujuannya adalah

peningkatan keterampilan, mesti materi yang diberikan akan lebih banyak

bersifat praktek.

d. Waktu dan tempat pelatihan tempat dilaksanakan; pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan harus memperhitungkan waktu karena adanya pengaturan waktu tepat

maka, tidak ada jam efektif yang terbuang.

e. Pelatih dan karyawan (peserta) yang akan dilatih; pelatih dan peserta merupakan

faktor utama diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan.

f. Biaya yang dibutuhkan dalam pelatihan; kegiatan tanpa adanya biaya, maka akan

menghasilkan yang maksimal karena semua aktivitas selalu membutuhkan dana.

g. Metode pelatihan yang dipakai; pelaksanaan pendidikan dan pelatihan harus

menggunakan metode yang tepat, hal ini disebabkan ketetapan metode yang akan

sangat berpengaruh terhadap hasil pendidikan dan latihan yang dijalankan.

h. Fasilitas yang diperlukan dalam pelatihan; fasilitas yang mendukung kegiatan,

misalnya fasilitas penginapan, makan dan sebagainya.


8

2.1.2. Metode Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Siswanto dalam Jurnal Mumus & Kota (2013:1005) ”Metode-

metode Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu cara sistematis yang dapat

mengkondisikan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan untuk

mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotrik”.

Metode pendidikan dan pelatihan merupakan pendekatan terhadap

pelaksanaan dan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan. Metode latihan harus

didasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai faktor, yaitu:

waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat Pendidikan dasar peserta, latar belakang

peserta, dan lain-lain.

Menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto dalam Jurnal Mumus & Kota,

(2013:1005), ada dua metode latihan dan pengembangan, yaitu:

1. Latihan (training)

Latihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan seorang

karyawan dengan cara meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan

dalam menjalankan suatu pekerjaan.

2. Pendidikan (education)

Pendidikan adalah latihan untuk memperbaiki atau mengembangkan

pengetahuan seorang karyawan secara umum, termasuk peningkatan penguasaan

teori dan keterampilan mengambil keputusan dalam menghadapi persoalan-

persoalan organisasi perusahaan.


9

2.1.3. Pengertian Pendidikan

Menurut Andrew E. Sikula dalam Jurnal Pakpahan et al., (2014:118)

disebutkan bahwa ”Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan umum dan

pemahaman terhadap lingkungan kehidupan manusia secara menyeluruh dan proses

pengembangan pengetahuan, kecakapan/keterampilan, pikiran, watak, karakter dan

sebagainya”.

Menurut Undang- Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang dimaksud pendidikan adalah “Usaha sadar untuk

mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Pakpahan et al., (2014:118)

Menurut Edy Sutrisno dalam Jurnal Ningrum et al.,(2013:3) pendidikan


merupakan totalitas interaksi manusia untuk pengembangan manusia
seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses yang terus-menerus yang
senantiasa berkembang. Peserta didik merupakan masukan, setelah
mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan
yaitu sumber daya dari kurikulum yang ada, menghasilkan keluaran berupa
kemampuan tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah
laku termasuk didalamnya pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan
sebagainya.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo dalam Jurnal Pt et al., (2014:5) mengemukakan

beberapa batasan pendidikan yang dibedakan berdasarkan fungsinya yakni :

a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, dalam hal ini pendidikan

menyiapkan peserta didik untuk hari esok.

b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yakni sebagai suatu kegiatan

yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta

didik. Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap

berkesinambungan (procedural), dan sistemik oleh karena berlangsung dalam


10

semua situasi kondisi disemua lingkungan yang saling mengisi ( lingkungan

rumah, sekolah dan masyarakat).

c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara, yakni sebagai suatu

kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga

Negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yakni suatu kegiatan membimbing

peserta didik sehingga memiliki bekal untuk bekerja.

Hamlik dalam Jurnal Pt et al., (2014:5) berpendapat bahwa pendidikan


adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama.
Pengertian tersebut dapat pula diartikan sebagai usaha yang dilakukan
dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membantu serta
membimbing seseorang dalam mengembangkan segala potensinya dan
kualitas yang satu ke kualitas yang lebih tinggi.

2.1.4. Pengertian Pelatihan

Menurut Zainal dkk (2015:164) Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang


menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampiran di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang
relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik
daripada teori, sementara itu keterampilan adalah meliputi pengertian
physical skill, social skill, managerial skill dan lain-lain.

Menurut Mathis dan Jakson dalam Jurnal Baharuddin et al., (2015:58)

mengemukakan bahwa ”Pelatihan adalah suatu proses di mana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi”.

Sedangkan Menurut Davis dan Werther dalam Jurnal Baharuddin et al.,

(2015:58) “Training prepares people to do their present job and development

prepares employess needed knowledge, skill and attitude”. Artinya, bahwa

pelatihan mempersiapkan orang untuk melakukan pekerjaan mereka sekarang dan


11

pengembangan mempersiapkan pegawai yang membutuhkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Pengertian pelatihan menurut Notoatmojo dalam Jurnal Wirotomo et al.,

(2015:468) “Merupakan upaya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan

atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas

tertentu”.

Menurut Simamora dalam Jurnal Baharuddin et al., (2015:58) berpendapat

bahwa “Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan

perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja

karyawan.”

Menurut Baharuddin et al., (2015:58) “Pelatihan terdiri atas serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman,

ataupun perubahan sikap seseorang.”

Menurut Handoko dalam Jurnal Baharuddin et al., (2015:58) mengatakan

bahwa “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang

berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan

praktik daripada teori”.

Menurut Simamora dalam Jurnal Ningrum et al., (2013:3) pelatihan


(training) merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan
dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Dalam
pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat
memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan,
dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan
biasanya terfokus pada penyediaan bagi para karyawan keahlian-keahlian
khusus atau membantu mereka mengoreksi kelemahan- kelemahan dalam
kinerja mereka.
12

2.1.5. Tahap-tahap Pelatihan

Tahap-tahap Program Pelatihan Menurut Bernardin & Russel Program

dalam Jurnal Mumus & Kota, (2013:1005) pelatihan mempunyai tiga tahap

aktivitas yang mencakup:

1. Penilaian kebutuhan pelatihan (Need Assesment) yang tujuannya adalah

mengumpulkan informasi untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya program

pelatihan.

2. Pengembangan program pelatihan (development) bertujuan untukmerancang

lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan guna

mencapai tujuan pelatihan.

3. Evaluasi program pelatihan (evaluation) yang mempunyai tujuan untuk menguji

dan menilai apakah program-program pelatihan yang telah dijalani, secara

efektif mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tujuan Utama Pendidikan dan Pelatihan adalah:

1. Menghasilkan kompetensi dalam menggunakan keterampilan yang ditentukan

untuk pencapaian standar pada suatu kondisi yang telah ditetapkan dalam

berbagai pekerjaan dan jabatan.

2. Penelusuran (penilaian) kompetensi yang telah dicapai dan sertifikasi.

Hasil Pendidikan dan Penilaian hendaknya dihubungkan dengan kebutuhan:

a. Standar kompetensi yang akan diberikan,

b. Program Pendidikan dan Pelatihan didasarkan atas uraian kerja,


13

c. Kebutuhan multi-skilling,

d. Alur karir (career path).

2.1.6. Jenis-jenis Pelatihan

Pelatihan yang dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan berbeda dan

dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Beberapa jenis pelatihan menurut

Mathis dan Jackson dalam Priansa (2017:206) disajikan dalam tabel berikut.

Tabel II.1
Jenis-jenis Pelatihan
No Alasan Penjelasan

1 Pelatihan Rutin Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin dilakukan untuk

memenuhi berbagai syarat hokum yang diharuskan dan

berlaku sebagai pelatihan untuk semua pegawai

(orientasi pegawai baru).

2 Pelatihan Teknis Pelatihan pekerjaan/teknis memungkinkan pegawai

untuk melakukan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab

dengan baik, misalnya pengetahuan tentang produk,

proses dan prosedur teknis, dan hubungan pelanggan

3 Pelatihan Dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan

Antarpribadi dan antarpribadi serta meningkatkan hubungan dalam

Pemecahan pekerjaan organisasional, misalnya komunikasi

Masalah antarpribadi, keterampilan manajerial atau

kepengawasan pemecahan konflik


14

4 Pelatihan Menyediakan focus jangka panjang untuk meningkatkan

Perkembangan kepabilitas individual dan organisasional untuk masa

dan Inovatif depan, misalnya praktik-praktik bisnis, perkembangan

eksekutif, dan perubahan organisaional

Sumber : Priansa (2017:206)

2.1.7. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

A. Tujuan Pelatihan

Menurut Suparyadi (2015:184) ”Pelatihan memainkan peranan yang signifikan

dalam mengembangkan sumber daya manusia, dan hanya dengan karyawan yang

terlatih dan efisien suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya”.

Berdasarkan definisi ini, maka pelatihan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan Produktifitas

Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang

pekerjaannya akan mampu bekerja lebih daripada karyawan yang kurang

menguasai pengetahuan dan tidak memiliki keterampilan di bidang

pekerjaannya.

2. Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi

Penguasaan pengetahuan dan meningkatnya keterampilan di bidang

pekerjaannya yang diperoleh karyawan dari suatu program pelatihan, akan

membuat mereka mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien.


15

3. Meningkatkan Daya Saing

Karyawan yang terlatih dengan baik tidak hanya berpeluang mampu

meningkatkan produktivitas, tetapi juga akan mampu bekerja semakin efektif dan

efisien, sehingga dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Bekerja secara

efektif berarti mampu mengahsilkan jumlah produk yang standar sesuai dengan

keinginan pelanggan, dan secara efisien berarti dalam menghasilkan jumlah

produk yang sama, karyawan ini menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.

B. Manfaat Pelatihan

1. Meningkatkan Kemandirian

Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidnag

pekerjaannya akan lebih mandiri dan hanya sedikit memerlukan bantuan atasan

untuk melaksanakan pekerjaannya.

2. Meningkatkan Motivasi

Motivasi karyawan yang dilatih sesuai bidang pekerjaannya akan meningkat. Hal

itu disebabkan oleh dua hal, yaitu: pertama bahwa dengan menguasai

pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaannya, maka mereka

menjadi lebih yakin dan percaya diri mampu melaksanakan pekerjaannya

dengan baik, kedua, pelatihan memberikan kesadaran kepada karyawan bahwa

dirinya menjadi bagian dan diperlukan kontribusinya oleh organisasi, sehingga

mereka merasa dihargai oleh organisasi.


16

3. Menumbuhkan Rasa Memiliki

Rasa diakui keberadaanya dan kontribusinya sangat diperlukan oleh organisasi

serta pemahamannya tentang tujuan-tujuan organisasi yang diperoleh selama

pelatihan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri setiap karyawan

terhadap masa depan dan eksistensi organisasi.

4. Mengurangi Keluarnya Karyawan

Karyawan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pekerjaannya

akan merasa nyaman bekerja. Kenyamanan dalam bekerja ini disebabkan oleh

adanya rasa dihargai atau diakui keberadaan dan kontribusinya oleh perusahaan.

Pada akhirnya, karyawan yang merasa nyaman dengan pekerjaan dan

organisasinya akan merasa puas, sehingga mereka tidak berfikir untuk keluar

dari pekerjaannya sekarang dan mencari pekerjaan di perusahaan lain.

5. Meningkatkan Laba Perusahaan

Karyawan yang terlatih dengan baik akan mampu memproduksi barang atau jasa

yang dapat memuaskan pelanggan, sehingga ha lini dapat mendorong pelanggan

menjadi setia atau loyal. Pelanggan yang setia atau loyal akan melakukan

pembelian kembali, dan bahkan merekomendasikan orang lain untuk

mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa seperti mereka. Dengan

demikian sangat mungkin penjualan menjadi lebih banyak, sehingga laba

perusahaan dapat meningkat.


17

Menurut Werther dan Davis dalam Priansa, (2017:205) menyatakan bahwa

”Manfaat pelatihan adalah adanya kemampuan untuk meningkatkan jenjang karier

pegawai dan membantu pegawai untuk berkembang dalam rangka menyelesaikan

berbagai tanggung jawab pada masa yang akan datang”.

2.2. Profesi

2.2.1. Pengertian Profesi

Menurut Mendri & Prayogi, (2014:7) Profesi secara etimologi, berasal dari
bahasa Latin Profecus, yang brarti mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam pekerjaan. Secara terminologi, profesi
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya dan ditekankan pada pekerjaan mental. Selain itu,
profesi juga diartikan sebagai semua jenis pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan khusus atau keterampilan tertentu, seringkali merupakan
pekerjaan yang dihormati karena melibatkan tingkat pendidikan tinggi.

2.2.2. Perbedaan antara Pekerjaan dan Profesi

Berikut Perbedaan antara Pekerjaan dan Profesi

Tabel II.2.
Perbedaan Pekerjaan dan Profesi
Pekerjaan Profesi
1. Pekerjaan adalah kegiatan yang 1. Sebuah profesi adalah pekerjaan
dilakukan dengan imbalan nilai yang didasarkan pada pelatihan
moneter. pendidikan khusus
2. Pekerjaan seringkali berjangka 2. Biasanya, profesi diatur oleh badan
pendek dan dilakukan untuk pemerintahan dan mungkin
memenuhi kebutuhan hidup mengharuskan seseorang untuk
3. Pekerjaan tidak membuat dampak lulus ujian yang telah ditentukan
signifikan bagi kehidupan agar dianggap memenuhi syarat
dalam profesi tersebut.
18

masyarakat dan biasanya jangka 3. Seseorang mungkin diminta untuk


pendek. melakukan pelatihan, magang, atau
4. Jika seseorang tidak senang dengan kegiatan lainnya sebelum
pekerjaan, mereka cenderung beralih menyandang profesi.
kepekerjaan yang lebih baik. 4. Beberapa profesi termasuk akuntan,
5. Ada berbagai jenis pekerjaan advokat, arsitek, dokter gigi, dokter,
termasuk pekerjaan purna waktu, perawat, ekonom, insinyur, analis
paruh waktu, musiman, sementara, keuangan, jurnalis, trapisokupasi
kontrak, wirausaha. pengacara, apoteker, dokter,
6. Pekerjaan tergantung jenisnya, pendeta, pilot psikolog, ilmuwan,
mungkin juga memerlukan studi pekerja sosial, insinyur perangkat
kasus. lunak, guru, dokter hewan, dll.
7. Jam kerja jug atergantung pada jenis
pekerjaannya, tapi juga bisa berkisar
dari satu jam sampai 9 jam.
Sumber : Mendri & Prayogi, (2014:9)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya ada perbedaan mendasar anatara

profesi dan pekerjaan. Profesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya di mana profesi tersebut diatur

oleh etika profesi yang berlaku bagi profesi tersebut. Sementara itu, pekerjaan

adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya yang

pekerjaan itu tidak ada yang mengatur dan bia bebas karena tidak ada aturan atau

etika yang mengikat. Dengan kata lain, perbedaan pekerjaan dan profesi adalah

adanya etika yang mengatur dan ada tidaknya campur tangan dalam kegiatan

tersebut.
19

Menurut Guthrie dalam Mendri & Prayogi, (2014:10) ada sepuluh ciri khas

profesi, kesepuluh ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisasi dari jenis intelektual yang terus

berkembang dan diperluas

2. Suatu teknik intelektual

3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada ursusan praktis

4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi

5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan

6. Kemampuan untuk memimpin pada profesi sendiri

7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan

kualitas komunitas yang tinggi antara anggotanya

8. Pengakuan sebagai profesi

9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari

pekerjaan profesi

10. Hubungan yang erat dengan profesi lain.

Anda mungkin juga menyukai