Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI AKUATIK


UJI TOKSISITAS AKUT LOGAM Pb Nitrat (Pb(NO3)2) TERHADAP
IKAN KAKAP PUTIH (Barramundi sp.)

Oleh :
Nama : Yoan Nadela Okta
NIM : L011181301
Kelompok : 1 (Satu) B

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

I
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Praktikum Ekotoksikologi Akuatik

Nama Mahasiswa : Yoan Nadela Okta

NIM : L0111813021

Program Studi : Ilmu Kelautan

Laporan lengkap telah dipersiksa dan disetujui oleh:

Hendra Hasyim, S.Kel., M.Si/Dr. Widyastuti, S. Kel.


Koordinator Praktikum

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Ekotoksikologi
Akuatik ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan lengkap ini
adalah untuk menyelesaikan mata kuliah Ekotoksikologi Laut dan juga untuk menambah
wawasan tentang ekotoksikologi akuatik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Shinta Werorilangi, M.Sc selaku
koordinator mata kuliah serta dosen matakuliah ekotokskologi laut lainnya yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada Hendra Hasyim, S.Kel, M.Si dan
Dr. Widyastuti, S. Kel. selaku koordinator laboratorium yang sudah memberikan saran dan
ilmunya untuk menunjang dalam praktikum ini. Serta, kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan praktikum ini.

Jakarta, 20 Mei 2021

Yoan Nadela Okta


L011181301

III
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………………………………………………………………………….I
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................................... II
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. III
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ V
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .................................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 3
A. Pengertian Ekotoksikologi Akuatik................................................................................. 3
B. LC 50 .................................................................................................................................. 4
C. Pb Nitrat ............................................................................................................................. 5
D. Barramundi sp................................................................................................................... 5
III. METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................................................. 6
A. Waktu dan Tempat ........................................................................................................... 6
B. Alat dan Bahan ................................................................................................................. 6
C. Prosedur Kerja .................................................................................................................. 7
D. Analisis Data ..................................................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................................. 9
A. Hasil ........................................................................................................................................... 9
B. Pembahasan ............................................................................................................................ 9
V. PENUTUP ....................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 12
LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 13

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. persamaan regresi linear konsentrasi Pb Nitrat dengan probit % mortalitas . 9

V
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalah lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia
internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di suatu negara telah
menjadi tanggung jawab dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang terjadi
meliputi pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya dan pemanasan global.
Pencemaran atau polusi menjadi suatu kondisi yang telah merubah kondisi ekosistem dari
bentuk asal menjadi lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi
yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan bahan-bahan pencemar atau polutan.
Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toxic) yang berbahaya
bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian
menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 1994 dalam Ainuddin & Widyawati, 2017).
Pencemaran laut semakin meningkat dengan berperkembangan industri yang pesat
dan kegiatan pertambangan yang ekstraktif serta meningkatnya urbanisasi terutama pada
daerah pesisir tanpa menggunakan fasilitas penanganan limbah akan menambah dampak
buruk terhadap lingkungan terutama pesisir dan lautan, sehingga pencemaran yang terjadi
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut. Laut juga merupakan
tempat pembuangan langsung sampah atau limbah dari berbagai aktivitas manusia
dengan cara yang murah dan mudah. Dengan demikian, di laut akan dijumpai berbagai
jenis sampah dan bahan pencemar terutama logam (Siahainenia, 2001).
Sumber pencemaran laut oleh kapal yang berbahaya adalah masuknya minyak
kedalam laut yang berasal dari kapal yang berlayar diperairan suatu negara, baik yang
terjadi secara sengaja sebagai akibat pembersihan tanki-tanki atau pembuangan minyak
residu atau pun yang terjadi tidak dengan sengaja disebabkan kebocoran yang terjadi
pada kapal yang sudah tua. Tumpahan minyak merupakan salah satu jenis pencemaran
yang pengaruhnya cukup besar dalam waktu jangka panjang. Pada dasarnya laut secara
alamiah mempunyai kemampuan untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke
dalamnya, akan tetapi apabila zat yang masuk tersebut melampaui batas kemampuan laut
untuk menetralisir dan telah melampaui ambang batas, maka kondisi ini mengakibatkan
terjadinya pencemaran lingkungan laut.Pencemaran laut telah menjadi masalah bersama
bagi bangsa-bangsa di dunia ini. Pencemaran laut memiliki sifat yang dinamis mengikuti
pergerakan arus laut, adakalanya pencemaran itu menyebar hingga menembus batas

1
antar negara. Sifat pencemaran laut yang dinamis tersebut dapat menjadi masalah
transnasional.
Uji toksisitas menjadi pendahuluan untuk mendeteksi senyawa bioaktif suatu bahan
baik bahan alam maupun sintetis, karena semua senyawa bioaktif merupakan senyawa
yang toksik terutama pada dosis tinggi. Efek toksik merupakan gambaran awal efek
fisiologis/ farmakologis suatu senyawa kimia tertentu terhadap organisme uji. Pengukuran
kematian suatu organisme sederhana seperti larva Artemia salina, dapat digunakan untuk
indikator interval toksisitas spesifik suatu senyawa bioaktif ekstrak tumbuhan. Interval ini
termasuk bilamana seluruh organisme uji mati dan bilamana seluruh organisme uji dapat
bertahan hidup. Konsentrasi yang menyebabkan kematian organisme uji sebanyak 50%,
disebut LC50. Kematian tersebut tergantung dari faktor besarnya konsentrasi dan lama
waktu pengujian (Helmi, 2008).

B. Tujuan dan Kegunaan

Praktikum uji toksisitas akut CdCl2 terhadap Amphiprion sp. bertujuan untuk
menentukan konsentrasi dari bahan uji atau tingkat dari suatu agen (suhu atau pH) yang
dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi sekelompok organisme uji pada jangka
pendek dengan kondisi terkontrol.

C. Ruang Lingkup

Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui efek dari konsentrasi
bahan uji yang ditimbulkan pada hewan uji dengan jangka waktu pendek dan kondisi yang
terkontrol.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ekotoksikologi Akuatik

Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang paling tua dari pada farmakologi.
Secara tradisional, toksikologi dianggap sebagai ilmu racun yang berhubungan dengan
nyawa manusia melalui lingkungan (Batu, 2017). Adanya polutan dalam suatu lingkungan
(ekosistem), dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu
organisme. Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis
dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem.
Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu
respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan respon
dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance (Puspito,2004).
Toksikologi perairan juga mengkaji konsentrasi atau kuantitas bahan kimia yang
diperkirakan terdapat dalam air, sedimen, atau makanan di lingkungan perairan. Di
samping itu, toksikologi perairan juga mengkaji masalah transpor, distribusi, transformasi,
dan nasib terakhir bahan kimia, terutama yang bersifat toksik, di lingkungan perairan.
Toksikologi perairan (aquatic toxicology) merupakan studi kualitatif dan kuantitatif untuk
mengetahui dampak buruk (adverse effect) atau efek toksik dari bahan kimia dan bahan-
bahan lain sebagai hasil aktifitas manusia terhadap organisme perairan. Ekotoksikologi
akuatik diartikan sebagai pengujian ilmu toksisitas yang mempelajari sifat dan perilaku
polutan dalam ekosistem perairan, serta dampak polutan terhadap organisme, populasi,
dan komunitas. Sejarah evolusi dan perkembangan pengujian ilmu ini dipertimbangkan,
dan landasan teoritisnya dirumuskan. Peran ekotoksikologi akuatik dalam memecahkan
masalah terkait dengan pembuktian kriteria penilaian kualitas air dan standarisasi
pencemaran air yang disebabkan oleh manusia maupun lingkungan.
Masuknya polutan ke dalam lingkungan terbagi 2 yaitu secara alami dan sumber dari
aktivitas manusia. Secara alami dapat dari daur biogeokimia dan pelapukan batuan,
sedangkan yang disebabkan aktivitas manusia dapat dari pelepasan unintended
(kecelakaan nuklir, penambangan, kecelakaan kapal), pembuangan berbagai jenis limbah
ke lingkungan secara sengaja maupun tidak sengaja dan aplikasi biocide dalam
penanganan hama dan vector (Nugroho, 2004).
Uji toksisitas merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menilai
keamanan suatu senyawa kimia baik senyawa itu sendiri maupun senyawa tersebut
berada dalam bahan-bahan lainnya seperti bahan pangan. Menurut Lu (1995), toksisitas

3
didefenisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan
terhadap makhluk hidup dan sistem biologi lainnya. Mekanisme kerja yang mendasari efek
toksik biasanya dapat diketahui lewat berbagai perubahan tingkat subseluler. Bagian yang
potensial dipengaruhi toksikan adalah nukleulus, mitokondria, lisozom, reticulum
endoplasma, struktur subseluler lainnya dan membrane plasma. Mekanisme ini juga bisa
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia berbagai molekul sasaran berupa protein, koenzim
lipid dan asam-asam nukleat. Dilain pihak karbohidrat jarang terpengaruh oleh toksikan
(Setiasih, dkk, 2016).
Uji toksisitas dibedakan menjadi uji toksisitas akut, subkronik, dan kronik. Uji toksisitas
akut dirancang untuk menentukkan Lethal dose atau disingkat LD50 suatu zat. Uji
toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji sebanyak satu
kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam (Jumain, dkk, 2018).
1. Uji toksisitas akut
Uji toksisitas akut merupakan uji pra klinik yang bertujuan mengukur derajat efek
toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah pemberian dosis tunggal. Tolak ukur
kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal pada uji toksisitas
akut adalah LD50, Tanaman obat harus melalui berbagai proses uji untuk keamanan
konsumsinya, salah satunya uji toksisitas akut (Syamsul, E.S., Dkk., 2015).
2. Toksisitas kronik
Uji toksisitas kronik atau jangka panjang dilakukan dengan memberikan bahan uji
berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang- kurangnya sebagian
besar dari masa hidupnya. Tujuan uji toksisitas kronik adalah untuk memperoleh
informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas subkronik,
karakterisasi toksisitas dari suatu sediaan uji yang dipaparkan dalam waktu lama dan
berulang, dan menentukan dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (Rofiqoh, 2015).

B. LC 50

LC merupakan konsentrasi yang dapat mematikan organisme yang menghubungkan


konsentrasi dengan respon kematian secara kontinu. Nilai LC dapat memprediksi
konsentrasi yang memiliki efek yang mematikan terhadap organisme. Semakin tinggi
konsentrasi toksikan maka semakin banyak jumlah kematian organisme yang terlihat
dengan nilai LC juga semakin besar. Namun, dalam uji toksisitas akut dipilih LC50 sebagai
tingkat efek yang mewakili toksisitas yang memiliki potensi dampak terhadap kehidupan
akuatik (Ihsan, et al., 2017).

4
C. Pb Nitrat
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk
hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah. Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis
logam berat yang memiliki tingkat toksisitas tinggi. Sumber utama timbal yang masuk ke
lingkungan berasal dari limbah industri seperti industri baterai, industri bahan bakar,
pengecoran maupun pemurnian dan industri kimia lainnya. (Sudarmadji, dkk., 2006 dalam
Safrianti, et al., 2012).
Akumulasi logam berat pada ikan terjadi karena adanya kontak antara medium yang
mengandung toksik dengan ikan. kontak langsung melalui pemindahan zat kimia dari
lingkungan air kedalam atau kepermukaan tubuh ikan, Masuknya logam berat kedalam
tubuh organisme perairan dapat melalui tiga cara yaitu ; makanan, insang, dan difusi
melalui permukaan kulit.
Kandungan logam berat pada ikan berbeda-beda pada tiap bagiannya. Logam berat
juga dapat menghambat laju pertumbuhan ikan. toksisitas logam berat timbal (Pb) dapat
memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan, semakin lama pemaparan timbal dan
semakin tinggi konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan. Toksisitas logam
timbal (Pb) terhadap organisme air yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
organisme khususnya pada organ ikan seperti insang dan usus kemudian pada jaringan
bagian dalam seperti hati dan ginjal tempat logam tersebut terakumulasi (Darmono,2001).

D. Barramundi sp.
Barramundi merupakan salah satu jenis ikan dari keluarga Latidae dari ordo
Perciformes yang berasal dari habitat air tawar, laut, dan muara di wilayah Indo-Pasifik
dari Teluk Persia ke arah timur ke selatan Cina dan Jepang dan ke selatan ke Papua Baru
Guinea dan Australia utara (Berra 2001; Froese dan Pauly 2007).

5
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Uji Toksisitas akut dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia untuk


pembuatan larutan induk/stok, Laboratorium Ekologi Laut untuk persiapan wadah dan
Laboratorium Penangkaran dan Rehabilitasi Ekosistem untuk Uji Toksisitas akut,
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Pembuatan Larutan Induk/Stok


Pada pembuatan larutan stok alat dan bahan yang digunakan, yaitu Pb Nitrat
sebagai bahan uji, gelas ukur 1000 mL untuk menyimpan aquades, labu ukur 1 liter
untuk wadah larutan stok, spatula untuk mengambil serbuk Pb Nitrat, gelas corong untuk
membantu memindahkan larutan ke labu ukur, cawan petri untuk wadah bahan uji saat
ditimbang, timbangan analitik digunakan untuk menimbang bahan uji, Gloves untuk
pelindung tangan, tissue untuk membersihkan, aquades untuk melarutkan bahan uji dan
membersihkan alat.
2. Persiapan Wadah
Alat yang digunakan dalam proses persiapan wadah uji, yaitu toples berukuran 2
liter yang berfungsi sebagai wadah uji, aerator dan selang aerasi berfungsi sebagai alat
untuk menghomogenkan larutan stok, dan spidol berfungsi sebagai alat untuk
memberikan tanda pada tiap toples.
Bahan yang digunakan dalam proses persiapan adalah larutan induk/stok yang
berfungsi sebagai bahan yang akan di uji.
3. Uji Toksisitas Akut
Adapun alat yang digunakan pada praktikum uji toksisitas akut aadalah beaker glass
berfungsi sebagai wadah untuk mecampurkan larutan, labu ukur berfungsi sebagai
wadah dalam pengenceran larutan , ember berfungsi sebagai wadah penyimpanan
larutan , jarring ikan berfungsi sebagai pengambilan ikan dalam aquarium , selang
berfungsi sebagai aerasi ( untuk penambahan oksigen pada larutan induk) , thermometer
berfungsi untuk mengukur suhu larutan , hendfratometer berfungsi untuk mengukur
kadar atau konsentrasi bahan terlarut , dan salinometer berfungsi untuk pengukuran
salinitas.

6
Adapun bahan yang di gunakan pada praktikum uji toksisitas akut adalah air laut berfungsi
sebagai bahan dalam pencampuran larutan dan larutan stok uji berfungsi sebagai
bahan yang akan di uji.

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan Induk/Stok


Proses pembuatan larutan stok yaitu dilakukan penimbangan serbuk bahan uji Pb
Nitrat meletakkan bahan ke cawan petri arloji yang berfungsi sebagai wadah bahan uji
yang akan ditimbang lalu menimbang menggunakan timbangan analitik, pada saat
mengambil bahan menggunakan spatula, kemudian melarutkan bahan uji menggunakan
gelas ukur dan membersihkan sisa-sisa bahan uji menggunakan aquades, mengaduk
bahan uji tersebut sampai tidak terdapat gumpalan, setelah itu memasukkan kedalam
labu ukur dan mengaduk sampai homogeny, kemudian menambahkan aquades untuk
mengencerkan bahan uji hingga mencapai konsentrasi 1000 ppm.

2. Persiapan Wadah
Alat yang digunakan yaitu toples ukuran 2 liter untuk wadah uji. Pertama-tama
menyiapkan toples 2 liter sebanyak 15 kemudian memberi lebel pada toples sesuai
konsentrasi yang akan digunakan (0 20 40 60 dan 80), lalu menyususn toples secara
acak kemudian memasang selang aerator ke setiap toples. Aerator dan selang aerasi
yang digunakan untuk menghomogenkan larutan stok.
3. Uji Toksisitas Akut
Pada uji toksisitas akut, mula – mula dilakukan pengenceran larutan stok dengan
menggunakan air laut dengan konsentrasi (0 20 40 60 dan 80), lalu memasukkan larutan
kedalam toples sebanyak 2 liter, kemudian memasukkan selang aerasi disetiap toples
dan nyalakan, setelah itu mempersiapkan hewan uji dan memasukkan hewan uji
kedalam toples yang telah berisi larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda, setelah
itu mengambil secara acak 10 ikan hewan uji ke dalam masing masing toples dengan
menggunakan saringan. Setelah itu melakukan pengamatan tingkah laku ikan setiap 24
jam selama 96 jam dan kemudian melakukan pengukuran DO, suhu, dan salinitas setiap
24 jam pengukuran kualitas air mulai dilakukan sesaat setelah semua wadah uji telah
terisi, kemudian membersihkan kotoran atau buangan hewan uji di dalam toples dengan
menggunakan pipet.

7
D. Analisis Data
Rumus Pengenceran yaitu:
M1 x V1 = M2 x V2
Keterangan :
V1 : Volume larutan standee yang di encerkan
V2 : Volume larutan pengenceran
M1 : Konsentrasi larutan yang di encerkan
M2 : Konsentrasi larutan pengenceran

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berikut ini kurva persamaan regresi linear antara konsentrasi Pb Nitrat dengan
probit %mortalitas Barramundi.sp

6
y = 0.9346x - 0.0143
5 R² = 0.9979

3
PROBIT

0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
-1
PPM

Gambar 1. persamaan regresi linear konsentrasi Pb Nitrat dengan probit % mortalitas

B. Pembahasan
Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tertinggi untuk nilai
mortalitas yaitu pada konsentrasi 40 ppm dengan nilai mortalitas total 60% dengan
kematian sampel sebanyak 18 sampel, pada konsentrasi 30 ppm diperoleh nilai mortalitas
total 57% dengan kematian sampel sebanyak 17 sampel, pada konsentrasi 20 mg/L
dengan nilai mortalitas total 50% dengan kematian sampel sebanyak 15 sampel, pada
konsentrasi 10 ppm dengan nilai mortalitas total 30% dengan kematian sampel sebanyak
9 sampel dan pada konsentrasi 0 ppm dengan nilai mortalitas total 0% dengan nilai
LC50 yang diperoleh yaitu 23.2 mg/L
LC50 menggambarkan seberapa besar nilai konsentrasi yang menghasilkan
respon berupa angka kematian (Mortalitas) sebesar 50% dari populasi. Dari table hasil
analisis diperoleh total kematian individu pada mortalitas 50% adalah 15 sampel dari total
30 sampel populasi yang menunjukan konsentrasi sebesar 20 mg/L. Hal ini sesuai
dengan perolehan hasil konsentrasi LC50 sebesar 23.2 mg/L.

9
Berdasarkan Gambar 1 diperoleh persamaan linier yang merupakan korelasi antara
probit persentase mortalitas (y) dengan logaritma konsentrasi Pb Nitrat (x) sebagai berikut:
y = -0.0143 + 0.9346x. Nilai koefisian korelasinya (R) adalah sebesar 0.9989,
menunjukkan bahwa antara probit persentase mortalitas dengan logaritma konsentrasi Pb
Nitrat berkorelasi positif dan korelasinya erat (R2= 0,9979) di mana kontribusi logaritma
konsentrasi Pb Nitrat terhadap probit persentase mortalitas adalah sebesar 99.79%.

10
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
mortalitas tertinggi diperoleh pada konsentrasi 40 mg/L dengan nilai mortalitas total 60%,
pada konsentrasi 30 mg/L diperoleh nilai mortalitas total 57%, pada konsentrasi 20 mg/L
dengan nilai mortalitas total 50%, pada konsentrasi 10 mg/L dengan nilai mortalitas total
30%dan pada konsentrasi 0 mg/L dengan nilai mortalitas total 0%.
Untuk konsentrasi letal median/ LC50 logam Pb Nitrat terhadap tingkat mortalitas
Barramundi sp. adalah 23.2 ppm. Total kematian individu pada mortalitas 50% adalah 15
sampel dari total 30 sampel populasi yang menunjukan konsentrasi sebesar 20 mg/L. Hal
ini sesuai dengan perolehan hasil konsentrasi LC50 tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Damaianto. B Dan Masduqi, A. 2014. Indeks Pencemaran Air Laut Pantai Utara
Kabupaten Tuban Dengan Parameter Logam. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 1.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan. Toksikologi
Senyawa Logam), Penerbit : Universitas Indonesia Press,. Jakarta.
Helmi H., 2008 Uji Toksisitas Kolowe (Chydenanthus Excelsus, Miers) Dengan
Menggunakan Metode Bslt (Brine Shrimp Lethality Test). Akuatik-Jurnal
Sumberdaya Perairan Volume 1. Edisi 2.
Ihsan, T., Tivany E., dan Ravany Y. V. 2017. Analisis LC50 logam Pb, Co, dan Cr
terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio. L) pada limbah cair industry percetakan Kota
Padang. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. Vol.14. No.2. 98-103.
Jumain , Syahruni , dan Farid F.T. 2018. Uji Toksisitas Akut dan LD50 Ekstrak Etanol
Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) PADA MENCIT (Mus musculus). Media
Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018.
Rofiqoh, A.D. 2015. Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus
Androgynous) Terhadap Kadar Bilirubin Serum Dan Histologi Hepar Tikus (Rattus
Norvegicus) Betina, Skripsi, Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Safrianti, I., Nelly W., dan Titin A. Z. 2012. Absorbsi timbal (II) oleh selulosa limbah jerami
padi teraktivasi asam nitrat: pengaruh pH dan waktu kontak. JKK. Vol.1. No.1. 1-7.
Setiasih. I. S., dkk, 2016. Uji Toksisitas Kubis Bunga Diolah Minimal (KBDM) Hasil
Ozonasi. Jurnal Penelitian Pangan Vol. 1.
Siahainenia. 2001. Pencemaran laut, Dampak dan Penanggulangannya. Makalah
Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. IPB Bogor.

Syamsul, E.S., Dkk., 2015. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kerehau (Callicarpa
longifolia Lam.) Terhadap Mencit Putih. Jurnal Imiah Manuntung. Akademi Farmasi
Samarinda.

12
LAMPIRAN

A. DOKUMENTASI

Gambar 1. Persiapan alat dan bahan

Gambar 2. Pemindahan bahan uji ke beaker glass

Gambar 3. Persiapan bahan untuk uji toksisitas

B. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Larutan Stok

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti yang ada di penuntun dan
video. Siapkan beaker glass, lanu ukur 1 L sebanyak 3 buah, spatula, gloves, labu
semprot, gelas corong, cawan perti, akuades, larutan, timbangan analitik, serta hewan
uji.

13
Pembuatan larutan stok dilakukan 24 jam sebelum pengujian toksisitas akut
dilakukan. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam tahap pembuatan larutan
stok, yaitu perhitungan nilai atom relative, nilai massa atom relative, dan konsentrasi
larutan stok/induk, serta volume akhir larutan yang diharapkan. Dibutuhkan 1,598 gr
Pb(NO3)2 dicampur dengan air laut sebanyak 1 liter untuk mendapatkan konsentrasi
larutan stok 1000 ppm. Saat akan menimbang Pb(NO3)2, wadah berupa cawan petri
harus ditimbang terlebih dahulu. Semua alat yang telah digunakan akan dibersihkan
menggunakan aquades untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.

2. Persiapan Wadah
Menyiapkan alat dan bahan. Melabeling wadah uji, langkah ini merupakan langkah
yang penting untuk diperhatikan. Menyiapkan selang aerasi. Memasukkan aerasi
kedalam wadah uji.
Untuk wadah yang digunakan untuk uji toksisitas adalah toples ukuran 2 L, selang
dan logam candium chloride, pb nitrat dan cu sulfat. Menyiapkan selang untuk aerasi
kemudian lakukan pelabelan pada setiap wadah uji dan letakkan wadah uji pada masing
masing konsentrasi secara acak.

3. Uji toksisitas

Pertama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya encerkan
larutan stok dengan air laut, sesuai dengan perhitungan sebelumnya, kemudian
masukkan Larutan Pb Nitrat untuk pengenceran Rumus pengenceran yang digunakan
ialah M1×V1=M2×V2, lalu aduk hingga merata. Kemudian mengambil larutan untuk
diencerkan kembali sesuai dengan perhitungan sebelumnya. Mengulangi hal yang sama
untuk setiap konsentrasi Bahan Uji. Selanjutnya masukkan aerasi ke dalam wadah uji
dan nyalakan. Pemberian aerasi dilakukan secara perlahan agar tidak membuat Ikan
Badut (Amphiprion sp.) sebagai hewan uji stress, Kemudian mempersiapkan hewan uji
(Amphiprion Sp.). Selanjutnya mengamati hewan uji setiap 24 jam selama 6 jam.
Kemudian melakukan pengukuran DO, Suhu dan salinitas setiap 24 jam. Kotoran ikan
yang ada pada toples dibersihkan menggunakan pipet karena kualitas air sangat
dipentingkan.
Pengukuran DO, pH, salinitas, dan suhu dilakukan tiap 24 jam, sehingga kondisi
tetap stabil, dan data yang didapatkan optimal Kemudian mencatat pada lembar kerja
dan dilakukan analisis untuk mendapatkan nilai LC50 pada masing-masing bahan uji.

14
C. ANALISIS DATA

1. Tabel Perhitungan
Konsentrasi (%) CuSO4 ppm Log(ppm) Probit Kematian (%) Mortalitas Total
0 0 0.00 0 0% 0 30
10 100000 5.00 4.48 30% 9 30
20 200000 5.30 5 50% 15 30
30 300000 5.48 5.18 57% 17 30
40 400000 5.60 5.25 60% 18 30

2. Hasil analisi regresi linear


SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.998957
R Square 0.997916
Adjusted R Square
0.997221
Standard Error
0.118415
Observations 5

ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 20.14161 20.14161 1436.422 4.04E-05
Residual 3 0.042066 0.014022
Total 4 20.18368

Coefficients
Standard Error t Stat P-value Lower 95%Upper 95%Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept -0.01431 0.117994 -0.12132 0.911109 -0.38983 0.361196 -0.38983 0.361196
Log (ppm) 0.934592 0.024659 37.90015 4.04E-05 0.856115 1.013069 0.856115 1.013069

3. Perhitungan Nilai LC50


Dari analisi regresi linear diatas maka dipeeroleh nilai coefficien ab.
maka diketahui :
a =.9345
b = -0.014310
r = 0.9989
Persamaan regresi : Y = a + bx
Y = 0.934x+(-0.014)
5 = 0.934x+(-0.014)
x = 5.36
Dimana LC50 = antiLog(x)
maka :
LC50 = antiLog (5.36)
= 23.2
15
1

Anda mungkin juga menyukai