Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TINDAKAN AMNIOTOMI SAAT PERSALINAN

Disusun oleh

Nama: Uswatun Hasanah

Nim: A.18.10.063

Kelas: B keperawatan

Tingkat/semester: 2 (dua)/ 4(empat)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Alhamsulillah, puji dan syukur penulis panjatkan keehadirat Allah swt. Yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat dan mampu menyelesaikan tugas kuliah yang

beruba makalah yang berjudul “TINDAKAN AMNIOTOMI SAAT PERSALINAN”.

Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran demi menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini yang telah disusun dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat untuk kita semua.

Bulukumba, 20 Maret 2020

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cairan amnion (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari

tekanan kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terlindung dari

infeksi dan sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik.

Amniotomi rutin selama persalinan normal tidak memberikan keuntungan bagi ibu dan

bayi. Tinjauan studi tentang prosedur amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak

ada fase pemendekan pada proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan

persalinan denganoperasicaesar.

Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih

utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah

cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan

untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga

uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang

penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul

selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.

(Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) . Selama selaput ketuban masih

utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai

perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu
perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara

spontan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan amniotomi?

2. Apa indikasi dan kontraindikasi amniotomi?

3. Bagaimana teknik tindakan amniotomi?

4. Apa keuntungan dan kerugian melakukan tindakan amniotomi?

C. Tujuan

Dalam penulisan makalah ini tujuan yang ingin penulis capai yaitu:

1. Dapat mengetahui apa itu amniotomi

2. Dapat mengetahui indikasi dan kotraindikasi amniotomi

3. Dapat mengetahui prosedur dan teknik tindakan amniotomi

4. Dapat mengetahui keuntungan dan kerugian tindakan amniotomi


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amniotomi

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan

membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat

cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).

Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan

(fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith

catheter). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi

dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.

Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian

proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi

dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian,

dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat

menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.

Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban:

1.   Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus,

tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi

2.   Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia


3.   Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya

anoksia/anoksia kronis pada bayi

4.   Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya

pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi.

5.   Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah

atau postmaturitas janin.

Alasan Diperlukannya Amniotomi Saat Persalinan

Kantung ketuban berisi air ketuban dan plasenta. Fungsi air dan kantung ketuban

adalah untuk melindungi janin dari benturan, cedera, dan infeksi, menjaga suhu tubuh janin

agar tetap normal, sekaligus sebagai tempat bagi janin untuk tumbuh dan berkembang

sebelum dilahirkan.

Kebanyakan ibu hamil mengalami pecah air ketuban secara alami atau pecah dengan

sendirinya, dan hal ini dianggap sebagai pertanda waktu persalinan sudah dimulai. Namun

pada beberapa kasus, kantung ketuban belum juga pecah sampai waktu persalinan tiba.

Dalam kondisi ini, dokter atau bidan biasanya akan menyarankan tindakan amniotomi.

Selain itu, tindakan amniotomi juga biasanya dilakukan untuk:

1. Induksi atau memulai persalinan

Amniotomi merupakan salah satu metode induksi persalinan yang baik. Tujuan

dilakukan induksi persalinan adalah agar kontraksi rahim terjadi dan proses persalinan
dimulai. Metode ini dapat dikombinasikan dengan metode induksi lainnya, seperti

pemberian obat oksitosin lewat suntikan.

2. Memperkuat kontraksi persalinan

Tindakan amniotomi juga dapat dilakukan sebagai metode augmentasi persalinan,

yaitu proses merangsang rahim agar frekuensi, durasi, dan kekuatan kontraksi

meningkat setelah munculnya kontraksi alami.

Metode ini sering kali digunakan untuk mengatasi persalinan lama yang dapat

membahayakan kondisi janin dan ibu hamil. Persalinan lama ini bisa terjadi karena

kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk melebarkan jalan lahir atau karena ukuran bayi

terlalu besar.

Selain itu, amniotomi juga dapat dilakukan untuk mempersingkat waktu

persalinan, mencegah komplikasi akibat proses persalinan yang terlalu lama, dan

untuk menghindari operasi caesar.

3. Memantau kondisi janin

Amniotomi terkadang diperlukan untuk mengawasi kondisi janin di dalam rahim

yang membutuhkan pemantauan khusus. Pemantauan ini dilakukan dengan cara

memasang elektroda pada janin, kemudian elektroda tersebut disambungkan ke

monitor.
Setelah tersambung ke monitor, dokter dapat mendengarkan detak jantung janin

dan memantau akvititas janin dengan lebih jelas, sehingga dapat menentukan ada atau

tidaknya kelainan pada janin menjelang persalinan.

4. Mendeteksi keberadaan mekonium

Amniotomi juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adnya mekonium atau tinja janin

dalam air ketuban. Tindakan ini perlu dilakukan karena mekonium yang tertelan oleh

janin dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau infeksi pada paru-paru bayi.

Meski memiliki beberapa manfaat, tidak semua ibu hamil membutuhkan atau boleh

menjalani tindakan amniotomi. Beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil tidak

dapat menjalani amniotomi adalah:

 Janin belum masuk ke dalam panggul.

 Posisi bayi sungsang.

 Plasenta previa.

 Vasa previa. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah plasenta atau tali pusat

janin turun hingga keluar dari serviks. Kondisi ini berpotensi membahayakan nyawa ibu

dan janin.

   Jenis jenis amniotomi

1.   Amniotomi untuk augmentasi.


Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu

lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan

spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan

meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.

2.   Amniotomi untuk induksi.

Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja

atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.

B. Indikasi dan Kontraindikasi Amniotomi

1. Inidikasi amniotomi

Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka

sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:  Plasenta

previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.  Pada primigravida

dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa

lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

 Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.

 Akselerasi persalinan.

 Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.

 Pada kasus solusio plasenta.

2.      Kontraindikasi Amniotomi

a.    Polihidramnion
Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, lebih dari 2 liter

atau 2000 mL.

b.      Presentasi Muka

Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan.

Pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah.

c.   Tali Pusat terkemuka

Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada canalis

servikalis.

d.  Vasa Previa

Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium

uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput ketuban atau tidak terlindung

dengan tali pusat atau jaringan plasenta sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.

e.    Letak Lintang

Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu

sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih

tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.

C. Prosedur Tindakan Amniotomi

Berikut adalah prosedur amniotomi:

Sikap dan perilaku


1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.

2. Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.

3. Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

4. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan sesudah tindakan.

5. Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).

6. Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

Content/Isi

1. Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).

2. Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput

ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali pusat/bagian-

bagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam lebih nyaman dilakukan di antara kontraksi,

kecuali jika selaput ketuban tidak teraba.

3. Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan

memandu dengan jari tangan.

4. Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan

menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.

5. Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke

dalam larutan klorin.

6. Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan kepala

dan memastikan tali pusat/bagian-bagian kecil teraba.

7. Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan

kepala dan tidak ada tali pusat/bagian janin lain).


8. Melakukan evaluasi warna ketuban, adakah mekonium atau darah.

9. Memeriksa ulang denyut jantung janin (DJJ).

Teknik

1. Meletakkan alat secara ergonomis.

2. Menjaga privasi pasien.

3. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan efisien.

D. Keuntungan dan Kerugian Tindakan Amniotomi

Keuntungan amniotomi

a.   Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya

mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka

elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan

pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda

diatas abdomen ibu.

b.  Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan

intrauterin secara langsung dan akurat

c.    Lamanya persalinan bisa diperpendek

d.    Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi

salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini

selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus


e. Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang

berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti

f.     Partus berlangsung lebih cepat

g.   Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan

SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.

Kerugian amniotomi

a.    Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan

cacatnya tulang kepala janin

b.   Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat

c.   Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk

persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa

terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah

mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.

Selain itu, tindakan amnniotomi saat persalinan juga memiliki beberapa risiko, yaitu:

 Infeksi ketuban atau korioamnionitis.

 Perdarahan setelah melahirkan, terutama pada ibu hamil dengan kondisi vasa previa.

 Penekanan atau lilitan tali pusar.

 Gawat janin.

 Diperlukannya operasi caesar jika amniotomi tidak membantu proses persalinan normal.
Risiko-risiko tersebut biasanya lebih mungkin terjadi pada ibu hamil dengan masalah

kehamilan tertentu, atau jika amniotomi dilakukan terlalu cepat (sebelum waktu perkiraan

persalinan dan berlum terdapat tanda-tanda persalinan). Selama serviks sudah matang

atau melebar sepenuhnya dan bayi siap dilahirkan, risiko tindakan amniotomi relatif

kecil.

Selama menunggu lahirnya Si Buah Hati, tidak ada salahnya Bumil mencari berbagai

informasi tentang tindakan dalam persalinan, termasuk amniotomi, jika sewaktu-waktu

tindakan tersebut dibutuhkan.


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan

kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di

dalam rongga amnion.

Inidikasi amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka

sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:  Plasenta previa

lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.  Pada primigravida dengan plasenta

previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan

janin yang sudah meninggal.

Kontraindikasi Amniotomi yaitu   Polihidramnion, presentasi muka, tali pusat terbuka, vasa previa,

letak lintang.

Prosedur dan tindakan amniotomi yaitu Sikap dan perilaku, contac/isi dan teknik

tindakan amniotomi.

, tindakan amnniotomi saat persalinan juga memiliki beberapa risiko, yaitu:

 Infeksi ketuban atau korioamnionitis.

 Perdarahan setelah melahirkan, terutama pada ibu hamil dengan kondisi vasa previa.

 Penekanan atau lilitan tali pusar.


 Gawat janin.

 Diperlukannya operasi caesar jika amniotomi tidak membantu proses persalinan normal.

B. Saran

Tindakan amniotomi harus dilakukan ketika memang sangat diperlukan, agar hal hal

yang tidak diinginkan pada bayi dan ibunya tdiak terjadi. Ikuti prosedur dan teknik dalam

pemberian tindakan amniotomi.

Anda mungkin juga menyukai