Anda di halaman 1dari 37

PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO PADA

PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS


WILAYAH RT 01/02 KARIANGAU
DESEMBER 2013 – FEBRUARI 2014

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI


PERSYARATAN TUGAS DOKTER INTERNSHIP
PERIODE NOVEMBER 2013 – MARET 2014

Pendamping:
dr. Nitra Ayu Utami

Disusun Oleh:
dr. Hieronimus Indra Wirakusuma
dr. Roi Dihita Rajaguguk
dr. Kristina Yuniasih
dr. Rika Stefani Tjahjono
dr. Panji Dwi Utomo
dr. I Made Tirta Saputra

PUSKESMAS KARIANGAU
KELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT
KOTA BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS


PADA WILAYAH RT 01/02 KARIANGAU DESEMBER 2013 – FEBRUARI 2014

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Dokter Internship


Di Puskesmas Kariangau, Balikpapan.

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Kepala Puskesmas Kariangau Pendamping

Yogik Wahyudianto, Ssi, Apt dr. Nitra Ayu Utami


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk,
karunia, dan rahmat-Nya jualah sehingga tugas mandiri yang berjudul “Pengendalian Faktor
Resiko Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Pada Wilayah RT 01/02 Kariangau Desember
2013 – Februari 2014” dapat terselesaikan.
Penulisan laporan ini dibuat guna melengkapi tugas Dokter Internship di Puskesmas
Kariangau. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini berfungsi sebagai apa yang telah
disebut di atas. Namun, besar harapan penulis ini juga dapat bermanfaat bagi puskesmas,
dalam hal ini Puskesmas Kariangau dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan,
meningkatnya mutu Puskesmas, sehingga dapat menjadi puskesmas unggulan di wilayah
Kota Balikpapan. Penulisan laporan ini tiada akan pernah terselesaikan tanpa dukungan
berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Bp. Yogik Wahyudianto,Ssi,Apt selaku kepala Puskesmas dan pembimbing
selama berada di Puskesmas Kariangau.
2. dr. Nitra Ayu Utami sebagai pendamping, atas segala ketulusan dan kerelaannya
mendampingi kita semua.
3. dr. Nur Ayu Hasanah dan seluruh Tim Dokter Puskesmas Kariangau.
4. Ibu Siti Rohidah selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Kariangau
5. Ibu Aka dan Bp. Imam yang membantu kami dalam pengumpulan sampel
6. Bapak, ibu perawat, bidan dan seluruh karyawan Puskesmas Kariangau yang telah
sudi meluangkan waktunya untuk membantu penyusunan laporan dan membagi
ilmunya kepada kami selama menjalani Kepaniteraan di Puskesmas Kariangau
7. Kedua orang tua dan keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan
moril dan materiil selama mengikuti program Dokter Intership.
Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang berlimpah
dari ALLAH SWT atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Kami menyadari bahwa hasil evaluasi yang dituangkan dalam laporan ini masih jauh
dari kesempuranaan, kami berharap laporan kritik dan saran yang dapat membangun dan
bermanfaat untuk kami dan kemajuan pelayanan Puskesmas Kariangau.

Balikpapan, Februari 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia karena
penyakit tidak menular dan Diabetes Melitus berada di peringkat ke 6 sebagai penyebab
kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes, dan 4% meninggal sebelum
usia 70 tahun. (Konsensus Nasional DM tahun 2012)
Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Dirjen P2PL) Kemenkes RI, Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama, Sp.P
(K),MARS,DTM&H,DTCE, mengatakan berdasarkan International Diabetes Federation
(IDF) lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes.
Sedangkan pada tahun 2013 Indonesia merupakan Negara urutan ke 7 dengan prevalensi
diabetes tertinggi dibawah Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Di Indonesia DM
telah menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan karena dapat menimbulkan
kebutaan, gagal ginjal dan kaki diabetik
Prevalensi diabetes mellitus makin meningkat pada usia lanjut. Meningkatnya
prevalensi DM di beberapa Negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di
Negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak factor antara lain peningkatan
pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degenerative. Jumlah orang yang menderita DM di
Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk
Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita DM.
Menurut data dari Puskesmas Karingau pada tahun 2013 penyakit DM menempati
urutan ke 9 dari 10 penyakit terbanyak di Kariangau dan menempati urutan ke 2 terbanyak
penyakit tidak menular setelah hipertensi. Dari data ini diperoleh jumlah pasien yang
berobat ke puskesmas pada tahun 2013 berjumlah 5251 pasien, dan 215 diantaranya
menderita DM dengan usia paling banyak antara 45-54 tahun. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindak lanjut lebih untuk mendeteksi dini dan mencari penyebab mengapa
peyakit DM mereka tidak terkontrol. Karena jika dapat dilakukan deteksi dini dan kontrol
penyakit DM maka kualitas hidup mereka tidak menurun. Sampel yang diambil adalah
orang yang menderita DM dari wilayah RT 01/02 Kariangau berdasarkan data-data yang
telah ada di Kelurahan Kariangau karena wilayah RT 01/02 sangat dekat dengan
Puskesmas Pembantu Kariangau sehingga lebih mudah dalam mengontrol penderita DM
tersebut.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah yaitu:
1. Apa saja faktor- faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah
pada penderita DM khususnya di wilayah RT 01/02 Kelurahan Kariangau?
2. Apa saja alternatif pemecahan masalah untuk menanggulangi peningkatan kadar
gula darah pada penderita DM di RT 01/02 Kelurahan Kariangau?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, mempelajari, dan mengevaluasi tentang Penyakit DM di RT 01/02,
Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan tahun 2013
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tidak
terkontrol pada penderita DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan
tahun 2013 melalui pendekatan sistem (input, proses, output).
 Mencari pemecahan masalah mengenai kadar gula darah yang tidak terkontrol pada
penderita DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan.
 Memberikan masukan dan saran kepada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu untuk
mengatasi masalah penyakit DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota
Balikpapan.

D. Batasan Pengkajian
1. Batasan Judul
Laporan kegiatan dengan judul “Pengendalian Faktor Resiko Pada Pasien Dengan
Diabetes Mellitus wilayah RT 01/02 Kariangau Desember 2013 – Februari 2014”
mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut:
a. Rencana
Adalah rancangan segala sesuatu yang akan dikerjakan
b. Peningkatan
Adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas
c. Cakupan
Jangkauan suatu hal.
d. Program
Adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.
e. Wilayah RT 01/02 Kariangau
Merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan Balikpapan Barat, Kota
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur
f. Desember 2013- Februari 2014
Adalah periode waktu dilaksanakannya pemantauan kadar gula darah pasien
diabetes mellitus di wilayah RT 01/02 Kariangau

2. Batasan Operasional
 Sasaran adalah 25 penduduk yang menderita penyakit Diabetes Mellitus di RT 01/02
kariangau (yang telah di screening sebelumnya)
 Cakupan adalah factor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah

3. Ruang Lingkup
a. Lingkup lokasi : RT 01/02 Kelurahan Kariangau Kota Balikpapan
b. Lingkup waktu : Bulan Desember – Februari tahun 2014
c. Lingkup sasaran : Penderita Diabetes Mellitus ( GDS > 200 mg/dl)
d. Lingkup metode : Wawancara, pencatatan dan pengamatan terlibat
e. Lingkup materi : Evaluasi

E. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada
instansi terkait dan dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk memperbaiki
status kesehatan khususnya di Puskesmas Pembantu yang berada dilingkungan RT
01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan.
2. Bagi Masyarakat
a) Masyarakat dapat mengetahui penyakit DM lebih lanjut dan dapat mencegah
komplikasi yang timbul dari penyakit DM
b) Masyarakat mampu mempraktekan pola hidup sehat untuk penderita DM
c) Masyarakat mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia secara
optimal dengan cara mengontrol kadar gula darah secara rutin
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan mengenai penyakit DM dan permasalahannya serta cara
pemecahan masalah kesehatan tersebut di masyarakat dengan pendekatan sistem.

F. Metodologi
Pengumpulan data dilakukan di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan
pada tanggal 28 Januari dan 7 Februari 2014 , diambil 25 orang yang menderita DM yang
bertempat tinggal di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan..
Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara,
pemeriksaan kadar gula darah dalam tubuh, pengobatan, pencatatan, dan pengamatan
terlibat, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan puskesmas tahun 2013 yang ada
di Petugas kesehatan Puskesmas Kariangau.
Data kemudian diolah untuk diidentifikasi penyebab masalahnya melalui pendekatan
sistem, kemudian melakukan konfirmasi dengan petugas puskesmas untuk menemukan
penyebab masalah yang paling mungkin. Langkah selanjutnya mencari alternatif
pemecahan masalah dari penyebab yang paling mungkin. Kemudian memprioritaskan
alternatif pemecahanan masalah dengan kriteria matriks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITUS

A. Defnisi
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja
insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana tubuh mengeluarkan
terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan
kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem
tubuh. 1

B. Klasifikasi2
Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
3. Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat
kehamilan.

Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes. Kadar
glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi dari nilai normal, namun belum
cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan
prediabetes adalah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT).

C. Etiologi2
Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh
sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat
pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini,
namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan
seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1
berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada
kejadian diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes
tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol
darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik,
Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2.
Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah
makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.
1. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
2. Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
3. Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau
kadar kolesterol HDL <40mg/dl
4. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT)
5. Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat
lahir lebih dari 4.500 gram
6. Makanan tinggi lemak dan tinggi kalori
7. Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
8. Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
9. Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
10. Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi
insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama


kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel
tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus
berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan
memperberat resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat
menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi
resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak
cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.
Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah
normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.

D. Patofisiologi
Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi
dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati,
dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena
pembuluh darah di otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung
penyakit jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada
ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci
darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi
busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada
bagian yang tidak berasa apa-apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau terkena
benda panas3.
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa
sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian
tersebut sudah berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat
atau kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk,
kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena
infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf, disebut
neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa (sensorik) baal, kurang berasa sampai mati
rasa. Selain itu gangguan motorik, timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot,
mudah lelah. Kaki yang tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam
tidak akan dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi.
Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut 3.
Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus
kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati
diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang masing-masing
memegang peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya
perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan
titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu 4.
Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan
terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus
dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan infeksi berkembang menjadi
selulitis dan berakhir dengan gangren4.
Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering
dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini sukar sembuh dan
mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah angiopati
arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang
jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk
perkembangan bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis,
aliran nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit 5.

E. Gambaran Klinis
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes
melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya
diabetes melitus jika seseorang mengalami keluhan klasik diabetes melitus berupa :
1. poliuria (banyak berkemih)
2. polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
3. polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
4. penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat
diperiksa keluhan tambahan diabetes melitus berupa :

1. lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal


2. penglihatan kabur
3. penyembuhan luka yang buruk
4. disfungsi ereksi pada pasien pria
5. gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.
Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa
kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM (diabetes melitus) jika ia mengalami satu atau
lebih kriteria di bawah ini:
1. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL
2. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL
3. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
4. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keteragan :

 Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
 Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
 TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa
khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam
setelah meminum larutan tersebut.

Tabel 1. kadar glukosa darah sewaktu dan puasa


sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
Kadar Gula Darah Bukan DM Belum DM
pasti DM
Sewaktu Plasma vena <100 100 - 199 ≥200
(mg/dL) Darah kapiler <90 90 – 199 ≥200
Puasa (mg/dL) Plasma vena <100 100 – 125 ≥126
Darah kapiler <90 90 – 99 ≥100
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia – PERKENI tahun 2011

F. Komplikasi4
1. Komplikasi Akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik
(KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar
glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL),
dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi
penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan
diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak
(paling sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien
tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa
lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien
sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan
pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya.

2. Komplikasi Kronis
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat
mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
a. Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung
koroner dan serangan jantung mendadak
b. Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
c. Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke.

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh


darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada
pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan
kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka
pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan
risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan
amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki.
Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai
perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan,
dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik
pada telapak kaki.

G. Penatalaksanaan
Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa
darah menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien tersebut.
1. Sarana pengendalian secara non-farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa :
a. Pola makan sehat dan aktifitas fisik
Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup
yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga
tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap
tidak mencapai target, maka harus diberikan satu macam obat hipoglikemik
oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar
glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu
macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin2.
Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol
peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American
Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi
yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA bahkan
telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan
dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan
olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa
darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-
4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti
berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga.
Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki
komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas
fisiknya2.

Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap


merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes melitus,
meskipun sudah sedemikian majunya riset di bidang pengobatan diabetes
dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir6. 
Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan
Relatif (BBR) 6.

BB
BBR = -------- x 100% (BB: Kg, TB: cm)
TB – 100
Kriteria:
 Kurus (underweight) : BBR < 90%
 Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
 Gemuk (overweight) : BBR > 110%
 Obesitas : BBR > 120%
Contoh Kasus:
Seorang ibu berusia 45 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan
65 kg, selama 15 tahun terakhir menderita DM dengan aktivitas biasa.
BB 65
BBR = ------------ x 100% = -----------x 100% = 108% (Normal)
TB-100 160-100
Jadi kebutuhan energi per hari seorang ibu tadi adalah = 65 x 30 kalori = 1950
kalori/hari

b. Berhenti merokok
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan
sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak
struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk
berhenti merokok2.

2. Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa :


a. pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)7

Tabel 2. Jenis Obat Hipoglikemik Oral yang tersedia di Indonesia.8

NAMA GENERIK DOSIS Lama Frekuensi Harian


Kerja (Kali) (mg)
(jam)
SULFONILUREA Klorpropamid 100-500 50 24-36 1
Tolbutamid 500-2000 - 6-12 2-3
Glibenklamid 2.5-20 2.5 12-24 1-2
Glipizid 5-20 5 10-16 1-2
Glikazid 80-240 40 10-20 1-2
Glikuidon 30-120 15 10-20 1-3
BIGUANID Metformin 250-3000 15 6-8 1-3
Inhibitor α Acarbose 150-300 50 - 1-3
Glukosidase

b. Pemberian Insulin.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk
mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka
yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang
diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat
hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi.
Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan
meminum obat atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai
insulin sesuai dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali
berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan8.
BAB III
DATA UMUM KELURAHAN KARIANGAU, BALIKPAPAN BARAT DAN

GAMBARAN PROFIL RESPONDEN

A. Keadaan Geografis

1. Letak Wilayah, Keadaan Geografi, dan Cuaca

Balikpapan merupakan kota perdagangan, jasa, dan industri karena letak

geografisnya sangat strategis dari aspek lalu lintas perkonomian dan perhubungan bagi

daerah-daerah di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Penajam Paser Utara, Paser,

Kutai Kertanegara dan Samarinda.

Kota Balikpapan terletak di antara 1⁰ LS – 1,5⁰LS dan 116,5⁰ BT – 117⁰ BT

termasuk dalam wilayah administrasi Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah

503,30 km2.

Topografi wilayah Kota Balikpapan mempunyai karakteristik wilayah yang luas

wilayahnya, 85% terdiri dari daerah berbukit-bukit, dan 15% lainnya merupakan daerah

datar yang sempit dan terletak diantara daerah-daerah perbukitan dan sepanjang pantai.

RT 01/02 terletak di Kelurahan Kariangau. Kelurahan Kariangau terletak di wilayah

Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia. Menurut

data kantor Kelurahan Kariangau terdapat 12 RT di Kariangau, yaitu RT 01, RT 02, RT

03, RT 04, RT 05, RT 06, RT 07, RT 08, RT 09, RT 10, RT 11, dan RT 12.

2. Batas Wilayah

Wilayah Kelurahan Kariangau dibatasi oleh:


- Sebelah Utara : Kelurahan Mentawir (Kabupaten Penajam Passer Utara)

- Sebelah Timur: Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Karang Joang

- Sebelah Selatan: Kelurahan Baru Ulu

- Sebelah Barat : Kelurahan Jenebora (Kabupaten Penajam Passer Utara)

3. Luas Wilayah

Luas Wilayah Kelurahan Kariangau berdasarkan statistik tahun 2012 adalah 170.146

km2

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Karianagu tahun 2012 berdasarkan data dari Kantor

Kelurahan Kariangau tahun 2012, adalah 4.187 jiwa, dengan jumlah 1.054 kepala

keluarga. Jumlah penduduk di RT 01 Kelurahan Kariangau342 jiwa, dengan jumlah

123 kepala keluarga. Sedangkan penduduk di RT 02 Kelurahan Kariangau 481 jiwa,

dengan jumlah 147 kepala keluarga

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Kelurahan Kariangau, Balikpapan Barat mempunya luas wilayah sebesar 170.146 km2

dengan jumalh penduduk 4.187 jiwa. Bila dihitung maka kepadatan penduduk

kelurahan Kariangau adalah 0.02 jiwa/km2.

3. Seks Ratio Penduduk


Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio

jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.

Untuk seks ratio penduduk kelurahan Kariangau dimana jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 2.278 orang dan perempuan 1.909 orang. (sumber: Kantor Kelurahan

Kariangau Tahun 2012).

Tabel 3. Ratio jenis kelamin RT 01/02 Kelurahan Kariangau

RT Laki-laki Perempuan Jumlah

01 210 jiwa 132 jiwa 342 jiwa

02 258 jiwa 223 jiwa 481 jiwa

TOTAL 823 jiwa

4. Komposisi penduduk

Untuk penduduk umur 0-14 tahun di Keluraha Kariangau adalah sebanyak 1.357 jiwa,

untuk kelompok umur 15-64 tahun di Kelurahan Kariangau adalah sebanyak 2746 jiwa,

untuk kelompok umur > 64 tahun di Kelurahan Kariangaut 84jiwa.

C. Data Sarana Kesehatan Wilayah Kariangau

Berdasarkan data Puskesmas Kariangau didapatkan bahwa:

1. Terdapat 1 Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Puskesmas Kariangau yang

dilaksanakan oleh 1 perawat. PKD diadakan setiap hari yang terdiri dari perawat dan

kader.
2. Terdapat 13 Posyandu di 12 RT di Kelurahan Kariangau, posyandu tersebut diadakan

tiap bulan secara bergantian di tiap RT. Akan tetapi, yang aktif hanya 12 posyandu, RT

11 tidak dapat melaksanakan secara rutin dikarenakan kendala medan.

3. Terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) yang buka setiap hari, terletak di RT 01 dan RT

02 yang dilaksanankan oleh 2 orang perawat dengan peralatan medis seadanya yaitu 1

stetoskop, 1 tensimeter, 1 alat untuk mengukur gds, 1 timbangan dan 1 meteran.

D. GAMBARAN PROFIL RESPONDEN

Responden terdiri dari 25 jiwa RT 01 dan RT 02 Kelurahan Kariangau yang

menderita DM. Rata-rata usia responden antara 40-75 tahun. Tingkat pendidikan

responden rata-rata adalah sekolah dasar. Pekerjaan responden rata-rata adalah ibu rumah

tangga. Rata-rata responden tidak memiliki penghasilan karena responden merupakan

lansia yang bergantung pada penghasila dari anaknya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan N Persen
(%)
Tidak Sekolah 5 20.8
SD 17 70.85
SMP 1 4.16
SMA 1 4.16
Jumlah 24 100
Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.85%) berpendidikan
SD. Sedangkan 5 responden (20.8) tidak bersekolah.

Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan N Persen
(%)
Karyawan 1 4.16
Wiraswasta 4 16.68
Ibu Rumah Tangga 18 75
Nelayan 1 4.16
Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (75%) berkerja sebagai
ibu rumah tangga.

Tabel 3. Distribusi Jumlah Pendapatan

Pendapatan N Persen
(%)
Tidak berpenghasilan 10 41.67
< Rp 500.000 1 4.16
Rp. 500.000 – Rp 1.500.000 6 25
> Rp 1.500.000 7 29.17
Jumlah 24 100

Dari data di atas terlihat hampir dari setengah (41.67 %) responden tidak
berpenghasilan. Sedangkan lebih dari seperempat (29.17%) responden memiliki penghasilan
lebih dari Rp. 1.500.000,- setiap bulannya.
Tabel 4. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Diabetes

Pengetahuan Tentang N Persen (%)


Pengertian Diabetes

Tahu 1 4.16

Tidak tahu 23 95.84

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden (95.84%) tidak mengetahui
tentang pengertian penyakit diabetes melitus.

Tabel 5. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit Diabetes

Pengetahuan Tentang N Persen (%)


Penyebab Diabetes

Tahu 4 16.67

Tidak tahu 20 83.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden (83.33%) tidak mengetahui
tentang peyebab penyakit diabetes melitus.

Tabel 6. Pengetahuan Responden Apakah Penyakit Diabetes Disebabkan oleh


Keturunan Keluarga

Pengetahuan Tentang Faktor N Persen (%)


Genetik Penyebab Diabetes

Tahu 7 29.17

Tidak tahu 17 70.83

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.83%) tahu bahwa
penyakit diabetes melitus disebabkan karena keturunan

Tabel 7. Apakah Keluarga Responden Ada Yang Menderita Penyakit Diabetes


N Persen (%)

Ya 9 37.5

Tidak 15 62.5

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (62.5%) tidak memiliki
anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus.

Tabel 8. Kebiasaan Responden Mengkonsumsi Minuman Manis

Konsumsi Minuman Manis N Persen (%)

Ya 16 66.67

Tidak 8 33.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (66.67%) gemar
mengkonsumsi minuman manis.

Tabel 9. Kebiasaan Responden Berolahraga Lebih Dari 30menit

Kebiasaan Berolahraga Lebih N Persen (%)


Dari 30 menit

Ya 10 41.67

Tidak 14 58.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (58.33%) tidak
berolahraga selama lebih dari 30 menit secara rutin.

Tabel 10. Kebiasaan Responden Memeriksakan Gula Darah Secara Rutin


Periksa Gula Darah Secara N Persen (%)
Rutin

Ya 17 70.83

Tidak 7 29.17

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.83%) secara rutin
memeriksakan gula darah ke puskesmas.

Tabel 11. Kebiasaan Responden Melakukan Pengobatan

Ketaatan Berobat N Persen (%)

Ya 15 62.5

Tidak 9 37.5

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (62.5%) melakukan
pengobatan diabetes melitus ke puskesmas

Tabel 12. Distribusi Tempat Berobat Responden

Tempat Berobat Responden N Persen (%)

Puskesmas Pembantu 16 41.03

Puskesmas 14 35.90

Rumah Sakit 9 23.07

Alternatif / Herbal 0 0

Jumlah 39 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari seperempat responden (41.03%) memilih
untuk berobat di Puskesmas Pembantu

Tabel 14. Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Diabetes


Pengetahuan Tentang Bahaya N Persen (%)
Diabetes

Ya 10 41.67

Tidak 14 58.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (58.33%) tidak
mengetahui tentang bahaya penyakit diabetes melitus.

Tabel 15. Kadar Gula Darah dan Kolesterol Responden

*Penderita DM lama sudah memakai insulin namun sudah tidak dikonsumsi lg.

No Nama Gula Darah

1 2 3 Kolesterol
1 Ny. Nurmiah 93 72 109 379
2 Ny. Hindong 126 115 59 116
3 Ny. Sadariah 129 168 111 150
4 Ny. Haminoung 126 114 147 145
5 Tn. Haling 86 95 165 182
6 Ny. Saiyah 220 136 149 166
7 Ny. Jumriah 118 88 190 166
8 Ny. Siti Ramlah 117 94 115 149
9 Tn. Kai Nane 291 117 151 157
10 Ny. Banong 138 84 111 174
11 Ny. Tima 98 100 95 169
12 Ny. Hj. Rahibinah 79 126 86 119
13 Ny. Marwah 184 89 95 190
14 Ny. Hj. Askiah 239 434 109 158
15 Ny. Kumala* 93 251 405 241
16 Ny. Hj. Hanikah 116 164 146 327
17 Ny. Siti Nane 291 456 207 167
18 Ny. Nurziah 532 513 417 345
19 Ny. Samsiah 175 315 260 210
20 Ny. Aisyah 344 390 380 160
21 Tn. Ampo 68 103 98 226
22 Ny. Ondeng 301 305 409 211
23 Tn. Umar 290 270 268 131
24 Ny. Sugiati 286 232 482 166
Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Antropometri

No Nama Tinggi Berat Index Masa Lingkar Hasil IMT


Badan Badan Tubuh Perut (cm)
(cm) (kg)
1 Ny. Nurmiah 156 68 27,94 90 Obesitas
2 Ny. Hindong 151 62 27,19 72 Obesitas
3 Ny. Sadariah 152 45 19,47 84 Normal
4 Ny. Haminoung 149 49 22,07 76 Normal
5 Tn. Haling 172 61 20,61 84 Normal
6 Ny. Saiyah 160 94 36,71 109 Obesitas
7 Ny. Jumriah 148 89 40,63 117 Obesitas
8 Ny. Siti Ramlah 146 55 25,80 73 Pre Obesitas
9 Tn. Kai Nane 147 48 22,21 62 Normal
10 Ny. Banong 149 60 27,02 89 Obesitas
11 Ny. Tima 144 50 24,11 87 Pre Obesitas
12 Ny. Hj. Rahibinah 154 75 31,62 97 Obesitas
13 Ny. Marwah 158 85 34,04 103 Obesitas
14 Ny. Hj. Askiah 146 45 21,11 81 Normal
15 Ny. Kumala 142 55 27,27 95 Obesitas
16 Ny. Hj. Hanikah 152 50 21,64 75 Normal
17 Ny. Siti Nane 147 43 19,89 76 Normal
18 Ny. Nurziah 155 56 23,30 79 Normal
19 Ny. Samsiah 155 46 19,14 76 Normal
20 Ny. Aisyah 155 66 27,47 93 Obesitas
21 Tn. Ampo 142 55 27,27 95 Obesitas
22 Ny. Omdeng 157 60 24,34 85 Pre Obesitas
23 Tn. Umar 155 66 27,47 90 Obesitas
24 Ny. Sugiati 157 66 26,77 107 Obesitas

Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah

No Nama Tekanan Darah (mmHg)


1 2 3
1 Ny. Nurmiah 110/80 170/100 160/100
2 Ny. Hindong 140/80 140/80 140/80
3 Ny. Sadariah 140/70 170/100 150/90
4 Ny. Haminoung 130/80 120/80 130/70
5 Tn. Haling 90/70 90/70 90/70
6 Ny. Saiyah 130/90 130/100 140/90
7 Ny. Jumriah 100/80 120/80 150/90
8 Ny. Siti Ramlah 100/80 130/90 130/80
9 Tn. Kai Nane 160/90 140/80 140/80
10 Ny. Banong 120/100 130/90 140/80
11 Ny. Tima 140/80 130/80 140/80
12 Ny. Hj. Rahibinah 100/70 130/90 130/90
13 Ny. Marwah 140/90 150/110 150/90
14 Ny. Hj. Askiah 130/80 130/90 140/70
15 Ny. Kumala 200/110 150/100 140/90
16 Ny. Hj. Hanikah 130/90 170/110 170/110
17 Ny. Siti Nane 160/90 130/70 130/60
18 Ny. Nurziah 100/60 140/90 130/80
19 Ny. Samsiah 120/80 130/80 150/80
20 Ny. Aisyah 160/90 140/100 150/90
21 Tn. Ampo 150/100 120/80 140/90
22 Ny. Omdeng 130/80 140/80 140/80
23 Tn. Umar 140/100 140/100 140/90
24 Ny. Sugiati 140/80 130/90 160/70

BAB V

ANALISIS DATA
Tabel 18. Keberhasilan Pengendalian Kadar Gula Darah

Jumlah Persentase

Berhasil 21 87%

Tidak Berhasil 3 13%

Berdasarkan data di atas, didapatkan 87% kadar gula darah sampel berhasil
dikendalikan, sedangkan 13% tidak berhasil dikendalikan, karena beberapa faktor. Pada
sampel 1 kenaikan gula darah diakibatkan karena sampel tidak rutin mengkonsumsi OHO.
Pada sampel 2 diakibatkan karena gemar mengkonsumsi makanan/minuman yang manis.
Pada sampel 3 diakibatkan karena sampel tidak rutin berolahraga.

Tabel 19. Keberhasilan Pengendalian Tekanan Darah

Jumlah Persentase

Berhasil 20 83,33%

Tidak Berhasil 4 16,67%

Berdasarkan data diatas, didapatkan 83,33% tekanan darah sampel berhasil


dikendalikan. Adapun 16,67% tidak berhasil dikendalikan karena beberapa faktor. Pada
sampel 1 pasien tidak rutin kontrol untuk tekanan darahnya. Pada sampel 2 disebabkan
karena aktivitas fisik yang berlebihan sebelum dilakukannya pemeriksaan tekanan darah ke 3.
Pada sampel 3 disebabkan karena adanya distress yang berlebihan. Pada sampel 4 disebabkan
karena ketidakrutinan mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Pada tabel 1, terlihat bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah SD sebanyak 17
orang (70,85%). Yang melanjutkan hingga SMP sebanyak 1 orang (4,16%). Sementara yang
melanjutkan hingga SMA sebanyak 1 orang (4,16%). Sedangkan yang tidak bersekolah
berjumlah 5 orang (20,8%). Berdasarkan literatur yang ada, terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan akan penyakit Diabetes. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
maka makin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Pada tabel 2, terlihat bahwa pekerjaan terbanyak responden RT 01-02 Kelurahan


Kariangau adalah ibu rumah tangga, sebanyak 18 orang (75%). Sebagai wiraswasta sebanyak
4 orang (16,68%). Sebagai karyawan sebanyak 1 orang (4,16%). Sebagai nelayan sebanyak 1
orang (4,16%).
Pada tabel 3, didapatkan bahwa responden RT 01-02 Kelurahan Kariangau yang tidak
berpenghasilan adalah 10 orang (41,67%) karena hampir sebagian responden merupakan
lansia yang sudah tidak bekerja dan kini hanya menggantungkan diri pada penghasilan anak-
anaknya. Responden yang berpenghasilan sebesar < Rp 500.000, yakni sebanyak 1 orang
(4,16%). Berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 6 orang (25%).
Berpenghasilan > Rp 1.500.000 sebanyak 7 orang (29,17%).

Pada tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui pengertian
Diabetes Melitus, yakni sebanyak 23 orang ( 95,84%). Banyak masyarakat yang tidak
mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih
kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan
rendah.

Pada tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui penyebab
Diabetes Melitus, yakni sebanyak 20 orang (83,33%). Banyak masyarakat yang tidak
mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih
kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan
rendah.
Pada tabel 6, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui apakah
penyakit Diabetes Melitus salah satunya disebabkan oleh faktor genetik, yakni sebanyak 17
orang (70,83%). Dari tabel diatas banyak masyarakat yang tidak mengetahui ini karena
sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih kurang baik apalagi di
daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah.

Pada tabel 7, mengenai adanya hubungan keluarga antara responden dengan penderita
Diabetes Melitus, ternyata menurut 15 responden (62,5%) tidak memiliki anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus. Sedangkan responden yang memiliki anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus adalah sebanyak 9 orang (37,5%).

Pada Tabel 8, mengenai kebiasaan responden mengkonsumsi minuman manis,


ternyata 16 responden (66,67%) gemar mengkonsumsi minuman manis. Menurut literatur,
gemar mengkonsumsi minuman manis akan meningkatkan risiko menderita penyakit
Diabetes Melitus.
Pada tabel 9, mengenai kebiasaan responden dalam berolahraga > 30 menit selama 3-
4 hari setiap minggu, ternyata 14 responden (58,33%) gemar melakukan olahraga rutin > 30
menit tiap hari selama 3-4 hari setiap minggu. Menurut literatur, gemar berolahraga akan
menurunkan risiko menderita penyakit Diabetes Melitus. Selain itu oberolahraga rutin juga
akan meningkatkan keberhasilan terapi bagi para penderita Diabetes Melitus.

Pada tabel 10, mengenai kebiasaan responden dalam memeriksakan gula darahnya
secara rutin, ternyata 17 orang (70,83%) secara rutin memeriksakan gula darahnya ke pusat
kesehatan masyarakat. Menurut literatur, rutin memeriksakan gula darah akan membantu
dalam mendeteksi angka terjadinya penyakit Diabetes Melitus maupun mengontrol
keberhasilan terapi.

Pada tabel 11, mengenai kebiasaan responden melakukan pengobatan, ternyata 15


orang (62,5%) melakukan pengobatan di puskesmas. Dari tabel ini terlihat bahwa banyak
responden yang menyadari bahwa penyakit Diabetes Melitus harus diobati dan salah satu
tempat untuk berobat adalah di Puskesmas.

Pada tabel 12, mengenai distribusi tempat berobat, ternyata hampir sebagian
responden (41,03%) memilih untuk berobat di Puskesmas Pembantu. Hal ini berhubungan
dengan biaya pengobatan, jarak antara rumah dengan pusat kesehatan utama (Puskesmas)
maupun Rumah Sakit cukup jauh untuk ditempuh.

Pada tabel 13, mengenai bahaya penyakit Diabetes Melitus, ternyata 14 orang
(58,33%) tidak mengetahui bahaya dari penyakit Diabetes Melitus. Dari tabel diatas banyak
masyarakat yang tidak mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas
kesehatan setempat masih kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden
dengan tingkat pendidikan rendah.

Berdasarkan data pada Tabel 15. Mengenai Kadar Gula Darah dan Kolesterol Responden,
maka didapatkan grafik seperti berikut :
Grafik 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Sebelum dan Setelah Intervensi

Berdasarkan Grafik diatas, dapat dilihat bahwa responden nomor 1 – 16 tidak


menderita diabetes melitus, sedangkan responden nomor 17-24 menderita diabetes melitus.
Pada responden nomor 1-16 didapatkan kadar gula darah yang dari angka 120-199 g/dL
sebelum dilakukan intervensi, hal ini disebabkan karena porsi makanan yang dimakan
sebelum dilakukan pemeriksaan melebihi porsi makan seharusnya. Akan tetapi setelah
dilakukan intervensi berupa konseling mengenai pola makan dan aktifitas, maka didapatkan
rata-rata penurunan kadar gula darah pada responden.
Pada responden nomor 17-24 didapatkan peningkatan kadar gula darah yang
meningkat dari sebelum intervensi sampai intervensi yang pertama, hal ini dikarenakan jarak
intervensi yang cukup lama, sehingga obat yang dikonsumsi responden tidak dilanjutkan.
Kadar gula darah kembali menurun setelah dilakukan konseling dan pengobatan secara
intensif.

A. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan carta resiko mederita penyakit jantung dan pembuluh darah 10 tahun
kedepan, maka didapatkan alternatif pemecahan masalah berupa
Tabel 20 . Persentase Responden Berdasarkan Aplikasi Carta Prediksi Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah 10 Tahun Kedepan.

Resiko N Persen (%)

Resiko < 20% 15 62.5

Resiko 20% - 30% 7 29.2

Resiko >30% 2 8.3

Jumlah 24 100

Risiko < 20% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Bila risiko < 10% check kembali dalam waktu 12 bulan

Bila risiko 10 - < 20% check kembali tiap 3 bulan hingga target tercapai, selanjutnya tiap 6-9
bulan

Risiko 20 - < 30% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap > 140/90mmHg (pada DM TD>130/80mmHg) pertimbangkan salah


satu dosis rendah obat : Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari, Enalapril 5-20 mg perhari,
Atenolol 50-100 mg perhari atau Amlodipine 5-10 mg perhari

Cek teratur tiap 3-6 bulan

Risiko > 30% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap = 130/90 mmHg harus diberikan salah satu dosis rendah obat :
thiazide i, ACE inhibitor beta-blocker atau calcium channel blocker

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap = 130/80 mmHg pertimbangkan salah satu dosis rendah obat :
Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari, Enalapril 5-20 mg perhari, Atenolol 50-100 mg
BAB VI
perhari atau Amlodipine 5-10 mg perhari

Berikan statin

Cek teratur tiap 3 bulan


PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sesuai dengan perumusan masalah didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor resiko yang menyebabkan kadar gula darah responden menjadi tidak
terkontrol karena tingkat pengetahuan responden terhadap pengertian,
penyebab dan bahaya dari penyakit diabetes melitus yang rendah, kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang manis dan kurangnya aktifitas fisik.
2. Alternatif pemecahan masalah untuk mengurangi kadar gula darah yang tidak
terkontrol adalah dengan melakukan konseling individu secara intensif dan
pemberian obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah sesuai dengan carta
resiko mederita penyakit jantung dan pembuluh darah 10 tahun kedepan.

B. SARAN
1. Bagi Peneliti
Memperbaiki cara melakukan penelitian terutama pada metodologi dan
epidemiologi penelitian.
2. Bagi masyarakat
 Meningkatkan pengetahuan tentang Diabetes Melitus.
3. Bagi Puskesmas Kelurahan Kariangau
 Meningkatkan peran aktif untuk memperluas cakupan pelayanan terhadap
masyarakat di daerah yang kurang terjangkau terutama dalam kegiatan
penyuluhan mengenai Diabetes Melitus.
 Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam memantau penderita
Diabetes Melitus.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

1. Pinzur M.S. Diabetic Foot. Diunduh dari: http//www.emedicine.com/ pada tanggal 20


Januari 2014
2. Diunduh dari: http://diabetesmelitus.org/ pada tanggal 18 Januari 2014
3. Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada Diabetes. Diunduh dari:
http://rds.yahoo.com/ pada tanggal 19 Januari 2014
4. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa
Aksara Jakarta, 1995; hal: 241-330.
5. Sjamsuhidayat R, De Jong WD : Buku ajar ilmu bedah, EGC; Jakarta, 1997
6. Diunduh dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ppt%20Diet%202.pdf pada
tanggal 21 Januari 2014
7. Isselbacher, Baraundwald, Wilson, Harrison’s Principles of internal medicine,
International edition, Mcgraw Hill Book Co.,Singapore,1994.
8. Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah, Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004. Hal 571-705.

Anda mungkin juga menyukai