Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN STRESS MAHASISWA TINGKAT AKHIR

DALAM PENYUSUNAN KTI DITENGAH WABAH COVID 19


DAN SISTEM LOCKDOWN YANG DIBERLAKUKAN DI
KAMPUS AKPER YPIB MAJALENGKA

Oleh : Sri Wahyuni, Rahayu Setyowati

ABSTRAK

Stres yakni tekanan yang dirasakan akibat adanya ketidakseimbangan antara masalah
yang dihadapi dengan kemampuan mengatasinya. Berdasarkan potensi terjadinya stres
pada mahasiswa perlu dilakukan survei untuk melihat gambaran tingkat stres mahasiswa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran stres mahasiswa tingkat akhir dalam
penyusunan KTI ditengah wabah coid 19 dan sistem lockdown di AKPER YPIB
Majalengka, dengan jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif
serta menggunakan teknik total sampling diperoleh sampel sebanyak 56 orang. Stres
mahasiswa diukur dengan menggunakan kuesioner DASS 42. Hasil penelitian dengan
uji analisis univariat, diperoleh mahasiswa mengalami gejala fisik dengan tingkat ringan
sebanyak 90.67% orang dengan gejala seperti sesak napas, berkeringat berlebih, detak
jantung tidak stabil. Mahasiswa mengalami gejala psikologis dengan tingkat ringan
sebanyak 92.8% orang dengan gejala seperti cemas, mudah marah karena hal yang sepele,
merasa sedih dan tertekan, mudah panik, takut dan gelisah. Kemudian mahasiswa
mengalami gejala perilaku pun dengan tingkat ringan sebanyak 89.3% orang dengan
gejala seperti merasa sulit untuk bersantai, tidak mampu bersabar jika mengalami
penundaan serta kehilangan minat dan inisiatif dalam melakukan sesuatu. Secara
keseluruhan tingkat stres mahasiswa dalam penyusunan KTI ditengah wabah covid 19
dan sistem lockdown di AKPER YPIB Majalengka ini berada pada tingkat ringan.
Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri untuk tetap berproses melaksanakan
kegiatan proses bimbingan dan penyusunan dengan selalu memperhatikan protokol covid
19, serta memperhatikan faktor-faktor rentan yang dapat membuat dirinya stress, lalu
mengatasinya.

Kata kunci: tingkat stres, mahasiswa tingkat akhir,KTI, Covid 19. lockdown
Daftar Pustaka : 13 buku
PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi merubah status akhir bukanlah syarat mutlak kelulusan
dari siswa menjadi Mahasiswa. Status ini namun diserahkan pihak perguruan tinggi,
di Masyarakat Indornesia dipandang lebih sehingga dapat diartikan bahwa prasyarat
dari siswa dari segi penampilan, cara penyusunan KTI dan skripsi adalah salah
berfikir, cara berperilaku dan dianggap satu ciri suatu perguruan tinggi (Suhapti
memiliki pengetahuan yang lebih sehingga dan Wimbarti, 1999 dalam Faela Hanika
tuntutan terhadap mahasiswa menjadi lebih Fachroza, 2013).
tinggi. Menurut Bertens (2005) Kenyataan yang ada untuk
menyatakan bahwa mahasiswa merupakan menyelesaikan studi tidaklah mudah, untuk
Individu yang bersekolah di perguruan lulus dari pendidikan tingginya
tinggi selama kurun waktu tertentu dan (memperoleh gelar akademik) mahasiswa
memiliki tugas untuk berusaha keras dalam harus menghadapi berbagai tantangan,
studinya. kendala dan hambatan, sehingga mencapai
Bagi mahasiswa yang sedang hasil yang memuaskan (Douglass &
menempuh pendidikan di perguruan tinggi Douglass, 1980) dalam (Sitti Hadijah Ulfa,
dituntut untuk menyelesaikan studinya 2010). Ferrari (Lestariningsih, 2007)
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. berpendapat banyak faktor yang mendasari
Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin individu melakukan penundaan waktu
segera melihat putra-putrinya memperoleh dalam menyelesaikan pekerjaan. Faktor
gelar yang dapat mereka banggakan, tersebut adalah faktor eksternal dan
tuntutan dari pihak akademik, dorongan internal. Faktor eksternal adalah
dari teman, dosen, maupun keinginan dari lingkungan yang berada di luar individu.
diri sendiri. Tuntutan, dorongan maupun Lingkungan di luar individu tersebut
keinginan dari pihak ini akan meliputi kondisi lingkungan yang
mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam mendasarkan hasil akhir dan lingkungan
memandang penyelesaian studi sesuai yang laten. Sedangkan faktor internal
batas waktu yang ditentukan atau tidak. meliputi kondisi fisik dan kondisi
Kedudukan penyusunan karya Tulis psikologis individu. Kondisi fisik pekerja
Ilmiah sebagai salah satu sistem evaluasi dapat digambarkan sebagai riwayat
akhir di Pendidikan Tinggi telah ditetapkan kesehatan yang dimiliki atau penyakit yang
dan diatur dalam Peraturan Pemerintah pernah dialami. Sedangkan yang dimaksud
No 30/1990 pasal 15 ayat (2) yaitu: Ujian kondisi psikologis individu mencakup
dapat diselenggarakan melalui ujian wilayah aspek kepribadiaan yang dimiliki
semester, ujian akhir program studi,ujian seseorang misalnya, motivasi, self esteem,
KTI ujian skripsi, ujian tesis dan ujian tingkat kecemasan, self control dan efikasi
disertasi. Pernyataan tersebut ditegaskan diri. (Sitti Hadijah Ulfa, 2010).
kembali pada pasal 16 ayat (1) yaitu ujian Selain itu, Indonesia dan dunia saat
akhir karya tulis ilmiah diadakan dalam ini sedang menghadapi wabah Covid 19
rangka penilaian hasil belajar pada akhir yang mulai ditemukan di Wuhan China
studi untuk memperoleh gelar diploma akhir tahun 2019 dan mulai ditemukan
Ahli Madya. Peraturan Pemerintah No 30/ kasus di Indonesia awal Maret 2020,
1990 juga mengandung pengertian bahwa penyebaran dan penularan yang begitu
penyusunan kara tulis ilmiah sebagai tugas cepat membuat pemerintah Indonesia
mengambil kebijakan untuk SFH (School produktivitas manusia untuk jangka
From Home) dan WFH (Work From panjang. Data Riskesdas 2018
Home) yang artinya belajar dan bekerja di memunjukkan prevalensi ganggunan
rumah sehingga otomatis proses bimbingan mental emosional yang ditunjukkan
KTI Mahasiswa pun online tanpa tatap dengan gejala-gejala depresi dan
muka secara langsung, begitupun kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
kebutuhan mahasiswa akan buku-buku mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
sumber yang dibutuhkan untuk menambah dari jumlah penduduk Indonesia.
referensi di KTI nya jadi terhambat karena Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
sulitnya akses ke perpustakaan sehingga seperti skizofrenia mencapai sekitar
menambah stress dan kepanikan 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
mahasiswa. penduduk.
Wabah covid 19 ini berimbas di Pada tahun 2016 Nurliana Sipayung
segala bidang dan menjadi ketakutan dan melakukan penelitian tentang coping stres
kekhawatiran tersendiri di masyarakat, yang berhubungan dengan mahasiswa,
terutama mahasiswa yang sedang dalam penelitiannya di fakultas Bimbingan
menghadapi tugas akhir karena target dan dan Konseling Universitas Sanata Darma
tuntutan untuk segera lulus tepat waktu, melaporkan bahwa terdapat 33 (62%)
Mahasiswa dituntut pula untuk lebih mahasiswa yang sedang mengerjakan
dewasa dalam pemikiran, tindakan, serta skripsi mengalami stres tinggi, kategori
perilakunya, karena semakin tinggi rendah berjumlah 20 mahasiswa (38%).
pendidikan, semakin tinggi pula tekanan- Stres yang dialami mahasiswa termasuk
tekanan yang dihadapi dalam segala aspek stres negatif sebab memberi dampak buruk
(Savira, 2013: 1). Akibatnya kesulitan- pada diri mahasiswa tersebut. Stres yang
kesulitan yang dirasakan tersebut dialami mahasiswa nampak pada segi fisik,
berkembang menjadi perasaan negatif yang emosional, kognitif dan interpersonal.
akhirnya dapat menimbulkan ketegangan, Berdasarkan hasil observasi
kekhawatiran, stres, rendah diri, frustrasi, pengamatan yang dilakukan terhadap
dan kehilangan motivasi yang akhirnya beberapa mahasiswa yang sedang dalam
dapat menyebabkan mahasiswa menunda masa pengerjaan karya tulis terkadang
penyusunan skripsinya, bahkan ada yang membutuhkan waktu yang cukup lama
memutuskan untuk tidak menyelesaikan untuk menyelesaikan prosesnya, dengan
skripsinya dalam beberapa waktu. alasan efek WFH, stres psikologis dengan
(Mu’tadin, 2002 dalam I Made, 2017). wabah covid 19, tuntutan segera lulus tepat
Menurut data WHO (2019), terdapat waktu, sulit mendapatkan referensi karena
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 lockdown sehingga sulit mengunjungi
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena perpustakaan, sulitnya bertemu dan
skizofrenia, serta 47,5 jutaterkena bertatap muka secara langsung dengan
dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai dosen pembimbing karena WFH.
faktor biologis, psikologis dansosial Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
dengan keanekaragaman penduduk; maka ingin meneliti lebih lanjut gambaran stres
jumlah kasus gangguan jiwaterus mahasiswa dengan judul “Gambaran Stres
bertambah yang berdampak pada Mahasiswa Tingkat Akhir dalam
penambahan beban negara dan penurunan Penyusunan KTI ditengah wabah covid19
dan sistem lockdown yang diberlakukan di pendukungnya yaitu menggunakan
Kampus AKPER YPIB Majalengka”. Depression Anxiety Stress Scale 42
(DASS 42). DASS merupakan skala
METODE PENELITIAN subjektif dibentuk untuk mengukur status
Jenis penelitian yang digunakan emosional negatif dari depresi cemas dan
adalah penelitian Kuantitatif yaitu stres. DAS 42 adalah suatu alat ukur yang
pengumpulan data dari sampel tentang digunakan oleh Lovibon (1995) untuk
distribusi karakteristik responden serta menilai serta mengetahui tingkat depresi,
gambaran kejadian stres mahasiswa tingkat kecemasan dan stres. Alat ukur ini
akhir yang sedang menyusun KTI. Yang merupakan alat ukur yang sudah diterima
menjadi populasi dalam penelitian ini secara internasional. DASS 42 bertujuan
adalah Mahasiswa akper YPIB Majalengka untuk mengenal status emosional individu
ang sedang proses penyusunan KTI yang biasanya digambarkan sebagai stres.
sebanyak 56 mahasiswa. Teknik Peneliti menggunakan alat ukur yaitu
pengambilan sampel dalam penelitian ini kuesioner DASS 42 dengan kategori
adalah menggunakan teknik total tingkatan stres yaitu :
sampling. Total sampling menurut 1. Stres ringan dengan skor < 56% dari
sugiyono (2013) adalah teknik skor total
pengambilan sampel dimana jumlah 2. Stres sedang dengan skor 56% - 75%
sampel sama dengan populasi. Alasan dari skor total
mengambil total sampling karena populasi 3. Stres berat dengan skor > 75% dari skor
yang kurang dari 100 sehingga seluruh
total (Isnaini.DN. 2010)
populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya. Kuesionaer disebar melalui
online (WA Grup) sehingga mahasiswa HASIL PENELITIAN
mengisi via ponsel ditempat tinggal Hasil Univariat
masing – masing pada bulan maret 2020 1. Karakteristik responden berdasarkan
dimana Dalam penelitian ini yang jenis kelamin dan usia
digunakan untuk pengambilan data beserta

Tabel 1.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia pada
mahasiswa AKPER YPIB Majalengka tingkat akhir

No Karakteristik Frekuensi Presentase%


1. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 18 32,1%
b. Perempuan 38 67,9%
2. Usia
a. 20 Tahun 25 44,7%
b. 21 Tahun 20 35,7%
c. 22 Tahun 11 19,6%

Distribusi karakteristik responden pada tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi


mahasiswa Akademi keperawatan YPIB berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Majalengka yang sedang menjalankan Distribusi jenis kelamin responden
proses penyusunan KTI dalam pandemi mahasiwa keperawatan yang menjadi
covid 19 dan WFH pada bulan Maret 2020 responden sebagian besar adalah
perempuan yaitu 38 (67,9%) dan laki – laki 20 orang (35,7%) dan usia 22 tahun
sebanyak 18 orang (32,1%), untuk berjumlah 11 orang (19,6%).
Distribusi usia sebagian besar berusia 20
Tahun (44,7,6%), usia 21 tahun sebanyak

2. Gejala fisik stres


Tabel 1.2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan gejala fisik stres pada mahasiswa
AKPER YPIB Majalengka tingkat akhir

NO Gejala Fisik Stress N %


1. Ringan 51 90,67 %
2. Berat 5 9,33 %
Total 56 100%

Berdasarkan tabel 1.2 diatas tentang distribusi gejala fisik stres yang dialami oleh
mahasiswa tingkat akhir AKPER YPIB Majalengka sebanyak 51 orang (90,67%)
mengalami gejala fisik stres yang ringan dan 5 orang (9,33%) mengalami gejala fisik
stres yang berat.

3. Gejala psiklogi stress


Tabel 1.3
Distribusi karakteristik responden berdasarkan gejala psikologi stres pada
mahasiswa AKPER YPIB Majalengka tingkat akhir

NO Gejala psikologi Stress N %


1. Ringan 52 92,8 %
2. Berat 4 7,2 %
Total 56 100%

Berdasarkan tabel 1.3 diatas tentang (92,8%) mengalami gejala psikologi stres
distribusi gejala psiklogi stres yang dialami yang ringan dan 4 orang (7,2%)
oleh mahasiswa tingkat akhir AKPER mengalami gejala psikologi stres yang
YPIB Majalengka sebanyak 52 orang berat.

4. Gejala prilaku stres


Tabel 1.4
Distribusi karakteristik responden berdasarkan gejala perilaku stres pada
mahasiswa AKPER YPIB Majalengka tingkat akhir

NO Gejala psikologi Stress N %


1. Ringan 50 89,3 %
2. Berat 6 10,7 %
Total 56 100%

Berdasarkan tabel 1.4 diatas tentang distribusi gejala perilaku stres yang
dialami oleh mahasiswa tingkat akhir stres yang ringan dan 6 orang (10,7%)
AKPER YPIB Majalengka sebanyak 50 mengalami gejala psikologi stres yang
orang (89,3%) mengalami gejala perilaku berat.

5. Tingkat Stres
Tabel 1.5
Distribusi karakteristik responden berdasarkan gejala fisik stres pada mahasiswa
AKPER YPIB Majalengka tingkat akhir

NO Tingkat Stress N %
1. Ringan 49 87,5 %
2. Sedang 7 12,5 %
Total 56 100%

Berdasarkan tabel 1.5 diatas tentang mengalami tingkat stres yang ringan dan 7
distribusi Tingkat stres yang dialami oleh orang (12,5%) mengalami tingkat stres
mahasiswa tingkat akhir AKPER YPIB sedang.
Majalengka sebanyak 49 orang (87,5%)

Hasil Bivariat
Analisis bivariat merupakan uji dan jenis kelamin terhadap variabel terikat
statistik yang digunakan untuk melihat yaitu tingkat stres.
hubungan antara variabel bebas yaitu usia

1. Usia dan tingkat stres


Tabel 1.6
Distribusi usia responden dengan tingkat stres pada mahasiswa AKPER YPIB
Majalengka tingkat akhir

Tingkat Stres Total


USIA Ringan Sedang
n %
n % n %
20 20 51,3 5 29,4 25 44,6
21 11 28,2 9 53,9 20 35,7
22 8 20,5 3 17,7 11 19,7

TOTAL 39 100 17 100 56 100

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat usia 21 tahun mengalami stres ringan dan
bahwa dari 56 responden yang berada 8 responden (20.5%) pada usia 22 tahun
pada kategori usia terdapat 20 responden mengalami stres ringan. Sedangkan
(51.%) pada usia 20 tahun mengalami terdapat 5 responden (29.4%) pada usia 20
stres ringan, 11 responden (28.2%) pada tahun mengalami stres sedang, 9 responden
(53.9%) pada usia 21 tahun mengalami mengalami stres sedang pula.
stres sedang dan 3 responden (17,7%)
2. Jenis kelamin dan tingkat stres

Tabel 1.7
Distribusi Jenis Kelamin responden dengan tingkat stres pada mahasiswa AKPER
YPIB Majalengka tingkat akhir

Tingkat Stres Total


Jenis
Ringan Sedang
Kelamin n %
n % n %
Laki laki 12 28,57 6 42,86 18 32,14

Perempuan 30 71,43 8 57,14 38 67,86

TOTAL 42 100 14 100 56 100

Berdasarkan tabel 1.7 dapat dilihat dengan jenis kelamin perempuan


bahwa dari 56 responden yang berada mengalami stres ringan dan 6 responden
pada kategori jenis kelamin terdapat 12 (42.86%) dengan jenis kelamin laki – laki
responden (28.57%) dengan jenis kelamin mengalami stres sedang dan 38 responden
laki-laki mengalami stres ringan, (67.86%) jenis kelamin perempuan
sedangkan terdapat 30 responden (71.3%) mengalami stres sedang pula.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk Berdasarkan usia responden paling
mengetahui gambaran tingkat stres banyak yaitu 44.7% berusia 20
mahasiswa tingkat akhir AKPER YPIB tahun berjumlah 25 responden.
Majalengka dalam penyusunan Karya Untuk usia 21 tahun sebanyak 20
Tulis Ilmiah (KTI) ditengah wabah covid responden dengan persentase 35.7%,
19 dan sistem Lockdown yang diterapkan sedangkan untuk yang berusia 22
AKPER YPIB Majalengka. tahun jumlah persentasenya 19.%
1. Karakteristik Responden dengan 11 responden.
Responden pada penelitian ini yaitu b. Jenis Kelamin
mahasiswa tingkat yang sedang proses Berdasarkan jenis kelamin
menyusun Karya Tulis Ilmiah ditengah responden paling banyak yaitu
pandemi wabah covid 19 dan sistem berjenis kelamin perempuan dengan
lockdown di AKPER YPIB persentase 67.9% sebanyak 38
Majalengka. Adapun jumlah sampel responden sedangkan yang berjenis
pada penelitian ini sebanyak 56 kelamin laki-laki 18 responden
mahasiswa. dengan persentase 32.1%.
a. Usia
2. Gambaran gejala fisik stres dilakukan responden dalam penelitian
Menurut Dickinson (2006) dalam dalam mengelola stres cukup variatif
Henricus, 2016 stres meningkatkan dan membuat para responden memiliki
risiko dari mahasiswa untuk mengalami beragam alternatif dalam mengatasi
berbagai gangguan penyakit fisik yang masalah yang dihadapinya. Ditamba
meliputi kekebalan tubuh menurun, lagi dengan adanya wabah covid 19 ini
sakit kepala, sakit jantung, gangguan tingkat stres dan kekhawatiran
tekanan darah, hilangnya energi, alergi mahasiswa akan bahayanya virus ini
dan stroke. Adapun gejala stres yang begitu tinggi dan sistem lockdown yang
banyak ditunjukkan oleh mahasiswa diterapkan pemerintah juga
antara lain gangguan tidur seperti diberlakukan oleh AKPER YPIB
kesulitan tidur, serta adanya gangguan Majalengka sehingga menambah
daya ingat. kesulitan mahasiswa dalam proses
Dari hasil univariat terdapat 51 bimbingan dan bertatap muka langsung
responden (90,67%) mengalami adanya dengan dosen pembimbing.
gejala stres bersifat fisik yang ringan
dan 5 responden (9.33%) mengalami 3. Gambaran gejala psikologis stres
gejala stres bersifat fisik yang berat. Stres merupakan segala sesuatu
Gejala stres fisik yang ringan yang mengganggu manusia untuk
dikategorikan apabila mayoritas beradaptasi atau mengatasi suatu
jawaban responden terkait beberapa hal masalah, reaksi tubuh terhadap situasi
yang dirasakan pada saat proses yang tampak berbahaya dan sulit, dalam
penyusunan KTI berada pada skor < 22 kondisi ini tubuh memproduksi hormon
dari skor total. adrenalin yang berfungsi untuk
Gejala stres bersifat fisik yang mempertahankan diri. Sebagian besar
dirasakan responden juga dikategorikan stres berasal dari pikiran negatif dan
ringan apabila pernyataan responden rasionalisasi yang salah yang tercipta
yang mengatakan tidak sesuai dengan dalam pikiran individu itu sendiri
dirinya atau tidak pernah dirasakan (Lazarus, 2005 dalam Faela Hanika
dalam dirinya maupun kadang-kadang Achroza, 2013).
atau sesuai dengan dirinya sampai Menurut Sarafino (1994) dalam
tingkat tertentu, gangguan fisik yang Faela Hanika Achroza (2013), reaksi
dirasakan saat sebelum dan setelah terhadap stres terdiri dari beberapa
bimbingan skripsi, seperti tidak aspek psikologis, yaitu kognisi, emosi
menghabiskan banyak energi, tidak dan perilaku sosial. Berdasarkan hasil
teramat gemetar, dan detak jantung wawancara yang dilakukan maka dapat
stabil. . terlihat gambaran stres pada
Penelitian ini juga sejalan dengan keseluruhan subjek penelitian. Adapun
penelitian Zauma (2014), bahwa gambaran stres pada mahasiswa yang
sumber masalah stres yang dialami sedang menyusun Karya Tulis Ilmiah
responden cukup beragam. Secara fisik, atau Tugas Akhir berdasarkan dimensi
tiap responden mengalami reaksi stres psikologisnya tampak pada aspek
yang umum terjadi, seperti berkeringat kognisi yaitu berupa melemahnya
dan mudah lelah. Kemudian yang ingatan atau perhatian dalam aktifitas
kognitif. Berdasarkan aspek emosi stressor akademik, yaitu behavior
dapat tampak seperti rasa takut, phobia, respon. Behavior response adalah
kecemasan, depresi, perasaan sedih dan respon yang muncul dari perilaku,
marah. seperti menarik diri, menggunakan
Pada hasil univariat obat-obatan dan alkohol, tidur terlalu
menunjukkan bahwa sebanyak 51 banyak atau terlalu sedikit, makan
responden mengalami adanya gejala terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan
stres psikologis yang ringan dan 5 menangis tanpa alasan. Respon tersebut
responden mengalami gejala stres pun dapat muncul pada mahasiswa
psikologis yang berat. Gejala stres yang mengalami stres akademik saat
psikologis ringan dikategorikan apabila mengerjakan tugas akhir ditambah lagi
mayoritas jawaban responden terkait ditengah mengadapi wabah covid 19.
beberapa hal yang dirasakan saat Pada hasil univariat
sebelum dan setelah bimbingan skripsi menunjukkan bahwa sebanyak 52
berada pada skor < 47 dari skor total. responden mengalami adanya gejala
Gejala stres psikologis juga perilaku stres yang ringan dan 4
dikategorikan ringan apabila pernyataan responden mengalami gejala perilaku
responden yang mengatakan tidak stres yang berat. Gejala perilaku stres
pernah atau kadang-kadang merasakan ringan dikategorikan apabila mayoritas
gangguan psikologis yang signifikan jawaban responden terkait beberapa hal
selama proses bimbingan dan yang dirasakan saat sebelum dan
penyusunan KTI, yakni terkadang setelah bimbingan skripsi berada pada
merasakan cemas dan berharap situasi skor < 35 dari skor total.
tersebut segera berakhir, kadang- Gejala perilaku stres yang
kadang merasa marah karena hal-hal dirasakan responden juga dikategorikan
sepele, terkadang bereaksi berlebihan ringan apabila pernyataan responden
terhadap suatu situasi, kadang merasa yang mengatakan tidak sesuai dengan
sedih dan tertekan, gelisah, ketakutan, dirinya atau tidak pernah dirasakan
sulit sabar, panik dan kadang sangat dalam dirinya maupun kadang-kadang
mudah tersinggung. (sesuai dengan dirinya sampai tingkat
Dengan adanya mahasiswa yang tertentu) gangguan perilaku yang
memiliki gejala stres psikologis yang dirasakan saat sebelum dan setelah
ringan dalam penyusunan KTI ini bimbingan skripsi, seperti terkadang
memungkinkan mahasiswa tersebut sulit merasa santai, terkadang tidak
dapat mengelola emosi yang sedang sabar ketika mengalami penundaan
terjadi pada dirinya dengan baik atau serta kadang-kadang sulit
memiliki kecerdasan emosional yang meningkatkan inisiatif dalam
baik sehingga gejala stres psikologis melakukan sesuatu.
yang dirasakan dapat diminimalisir. Gejala perilaku stres ringan ini
juga terjadi akibat adanya langkah yang
4. Gambaran Gejala perilaku stres baik dalam menanggulangi gejala
Olejnik dan Holschuh (2007) perilaku yang dirasakan, misalnya
dalam Shofiyanti Nur Zauma (2013), denganmelakukan hal-hal yang
menjelaskan salah satu respon terhadap membuat dirinya tenang seperti
menceritakan masalah yang di hadapi eksternal, situasi atau peristiwa yang
dengan teman atau orang tua. menempatkan tuntutan psikologis dan
Di sisi lain terdapat 4 responden fisik khusus pada seseorang. Stres yang
mengalami gejala perilaku stres yang muncul pada diri mahasiswa nampak
berat. Gejala perilaku stres berat dalam beberapa aspek dalam dirinya.
dikategorikan apabila mayoritas Aspek fisik subyek mengeluhkan tidur
jawaban responden terkait beberapa hal tidak teratur, pusing kepala, makan
yang dirasakan saat sebelum dan tidak teratur dan kelelahan; aspek emosi
setalah bimbingan skripsi berada pada yang dikeluhkan seperti gelisah,
skor >35 dari skor total. Hal tersebut ketakutan, mudah marah, aspek kognitif
dilatarbelakangi oleh beberapa misalnya mengeluhkan mudah lupa,
pernyataan responden yang mengatakan mudah melakukan kesalahan, sulit
sangat sering merasakan gejala-gejala menemukan ide, aspek interpersonal
perilaku stres yang signifikan seperti misalnya minder dan lebih suka
halnya dengan gejala yang disebutkan menyendiri.
di atas pada responden yang merasakan Pada hasil univariat
gejala psikologis yang ringan, seperti menunjukkan bahwa sebanyak 49
sulit bersantai, kehilangan minat dalam responden berada pada stres ringan, dan
segala hal, sulit meningkatkan inisiatif 7 responden pada tingkat stres sedang,
dalam melakukan sesuatu dan lain dan tidak ada responden yang
sebagainya. mengalami stres berat. Skala stres
Penelitian ini sejalan dengan ringan dikategorikan apabila mayoritas
hasil penelitian Rina Julianti (2015) jawaban responden terkait gejala
yang mengatakan bahwa mahasiswa fisiologi, psikologi dan perilaku yang
yang sementara dalam tahap proses dirasakan saat sebelum dan setelah
pengerjaan skripsi sering merasakan bimbingan skripsi berada pada skor <
gejala seperti sering melamun 65 dari skor total, skala stres sedang
memikirkan skripsi yang belum selesai, dikategorikan apabila berada pada skor
selalu menggerutu karena banyaknya 56-75 dari skor total sedangkan skala
revisi pada skripsi, kegiatan-kegiatan stres berat dikategorikan apabila berada
yang semula menyenangkan menjadi pada skor > 75 dari skor total.
terasa sulit, selalu kehilangan Kesimpulannya mahasiswa
kemampuan untuk menanggapi situasi, AKPER YPIB Majalengka memiliki
pergaulan sosial, dan kegiatan rutin stres yang ringan. Berdasarkan sumber
lainnya terasa berat, kemampuan stres secara keseluruhan yang paling
konsentrasi menurun tajam. menonjol dalam penelitian ini adalah
aspek frustrasi atau gejala stres
5. Gambaran tingkat stres Mahasiswa psikologis.
Menurut Kreitner dan Kinicki Penelitian ini sejalan dengan
(2005) dalam Sitti Hadijah Ulfa (2010), hasil penelitian yang dilakukan oleh
Stres adalah suatu respon yang adaptif, Erni Syofia (2009), tingkatan stres yang
dihubungkan oleh karakter dan proses dialami mahasiswa yang sedang
psikologis individu, yang merupakan menyelesaikan skripsi adalah 9 orang
suatu konsekuensi dari setiap tindakan stres ringan, 69 orang stres sedang, 3
orang yang mempunyai tingkat stres sosialnya yang baru sebagai orang
yang berat. Rata-rata tingkat stres yang dewasa. Pada tahap dewasa muda,
rendah dan sedang dialami mahasiswa individu mulai membentuk kemandirian
yang sedang menyusun skripsi karena dalam hal personal dan ekonomi.
dalam masa perkembangan menjadi Melanjutkan pendidikan ke tingkat
menjadi mahasiswa proses perguruan tinggi atau akademi,
pertumbuhan otak mencapai mengembangkan karir, serta
puncaknya. membentuk hubungan sosial secara
Hal ini adalah karena selama kelompok maupun yang mengarah pada
periode, proses pertumbuhan otak perkawinan adalah tugas perkembangan
mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang menonjol pada tahap ini.
yang berfungsi memproses informasi Dari hasil analisis bivariat
berkembang dengan cepat. Sehingga didapatkan dari 56 responden yang
memiliki kemampuan merumuskan terbagi menjadi 3 kelompok umur
perencanaan strategis atau kemampuan didapatkan bahwa 39 responden
mengambil keputusan. Selain itu juga mengalami stres ringan dan 17 lainnya
perkembangan integritas yang dialami mengalami stres berat. dimana dengan
mahasiswa sudah baik. Integritas paling usia 20 tahun terdapat 5 responden
tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan mengalami stres sedang dan 9
yang dicapai seseorang setelah responden dengan umur 21 tahun
memelihara benda-benda, orang-orang, mengalami stres sedang pula.
produkproduk, dan ide-ide, serta setelah Dari hasil penelitian Yaswinto
berhasil melakukan penyesuaian diri (2015) menjelaskan bahwa Rata-rata
dengan berbagai keberhasilan dan tingkat stres yang rendah dan sedang
kegagalan dalam kehidupannya. karena dalam masa perkembangan
menjadi menjadi mahasiswa, proses
6. Hubungan usia dengan tingkat stress pertumbuhan otak mencapai
Usia memiliki ciri khas serta puncaknya. Seperti yang dikatakan
perkembangan yang menonjol, yaitu Mussen, Conger, dan Kagan dalam
perkembangan kognitif berada pada Hendriati di masa ini (usia menjadi
puncaknya atau mengalami mahasiswa) merupakan suatu periode
perkembangan yang besar dari usia kehidupan di mana kapasitas untuk
sebelumnya. Pada masa transisi dewasa memperoleh dan menggunakan
awal ini mahasiswa mulai menguji ide- pengetahuan secara efisien mencapai
ide mengenai diri dan dunia puncaknya. Hal ini adalah karena
disekitarnya secara umum. selama periode, proses pertumbuhan
Clarke-Stewart dan Friedman otak mencapai kesempurnaan. Sistem
dalam Rindang Gunawati 2006, saraf yang berfungsi memproses
mengemukakan bahwa perubahan informasi berkembang dengan cepat.
kognitif yang terjadi pada mahasiswa Sehingga memiliki kemampuan
yaitu mulai mampu untuk berpikir merumuskan perencanaan strategis atau
secara abstrak dan mulai melepaskan kemampuan mengambil keputusan.
diri secara emosional dari orang tua 7. Hubungan Jenis Kelamin dengan
dalam rangka menjalankan peran Tingkat Stres
Faktor-faktor yang perempuan lebih tinggi 23% daripada
mempengaruhi stres dalam menyusun laki-laki. Demikian pula hasil penelitian
skripsi salah satunya faktor internal dari Matud dengan menggunakan
yaitu jenis kelamin. Penelitian di Utilizing the Life Event Stresful
Amerika Serikat menyatakan bahwa Success Questionnaire (LESSQ) pada
wanita cenderung memiliki tingkat stres 1566 perempuan dan 1250 laki-laki
yang lebih tinggi dibandingkan pria. pada rentang usia 18-65 tahun
Secara umum wanita stres 30% lebih menunjukkan perempuan lebih sering
tinggi daripada pria (Rindang, 2005). dilaporkan mengalami stres
Dari hasil analisis bivariat dibandingkan laki-laki.
didapatkan perempuan memiliki tingkat Demikian pula penelitian Busari
stres yang tinggi dibanding laki-laki, 30 (2012), menunjukkan bahwa responden
responden perempuan mengalami stres laki-laki dan perempuan umumnya,
ringan sementara responden laki – slaki tidak ada perbedaan signifikan yang
sebanyak 12 responden. 6 responden ditemukan antara responden pria dan
laki-laki semua mengalami stres ringan wanita dalam persepsi mereka dari stres
sedangkan responden perempuan akademik, namun menggunakan nilai
terdapat 8 yang mengalami stres rata-rata sebagai dasar, responden
sedang. perempuan dinilai lebih tinggi
Jenis kelamin berperan terhadap dibandingkan dengan responden laki-
terjadinya stres. Ada perbedaan respon laki. Mengenai reaksi terhadap stres,
antara laki-laki dan perempuan saat responden pria dan wanita berbeda
menghadapi konflik. Otak perempuan secara signifikan dalam persepsi
memiliki kewaspadaan yang negatif mereka tentang reaksi emosional dan
terhadap adanya konflik dan stres, pada kognitif tetapi tidak berbeda secara
perempuan konflik memicu hormon signifikan dalam persepsi mereka
negatif sehingga memunculkan stres, tentang reaksi fisiologis dan perilaku
gelisah, dan rasa takut. Sedangkan laki- terhadap stresor.
laki umumnya menikmati adanya Dari penjelasan di atas, dapat
konflik dan persaingan, bahkan ditarik kesimpulan bahwa tingkat stres
menganggap bahwa konflik dapat pada mahasiswa AKPER YPIB
memberikan dorongan yang positif. Majalengka yang sedang proses
Dengan kata lain, ketika perempuan bimbingan KTI ditengah wabag covid
mendapat tekanan, maka umumnya 19 berdasarkan jenis kelamin yaitu
akan lebih mudah mengalami stres. mahasiswa wanita lebih tinggi daripada
Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa pria.
perempuan cenderung mengalami
tingkat stres yang lebih tinggi KESIMPULAN
dibandingkan laki-laki, yaitu 50,3% dan Berdasarkan hasil dan pembahasan
4,9% (Lusia Nasrani, 2015). dari penelitian mengenai gambaran stres
Penelitian dari McDonough dan mahasiswa tingkat akhir dalam
Walter dengan menggunakan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ditengah
Wheaton’s chronic stres inventory, wabah covid 19 dan sistem lockdown yang
menemukan bahwa skor distres pada diterapkan kampus AKPER YPIB
Majalengka maka dapat disimpulkan responden dan gejala tersebut juga
bahwa : berada pada level ringan yaitu
1. Stres yang dialami oleh mahasiswa berada pada tingkat tertentu dan
yang sedang proses menyusun KTI masih bisa ditolerir.
yaitu adanya gejala fisik, psikologis dan
perilaku yang dirasakan akibat adanya SARAN
ketidakseimbangan antara masalah 1. Bagi Mahasiswa diharapkan dapat lebih
yang dihadapi dengan kemampuan mempersiapkan diri untuk mengerjakan
mengatasinya, dan tingkat stres yang tugas akhir, misalnya belajar dengan
dialami oleh mahasiswa tingkat akhir di giat, mencari bahan-bahan dan
AKPER YPIB Majalengka berada pada referensi yang dibutuhkan dalam
tingkat stres ringan serta gejala yang penyusunan tugas akhir, mengelola
dirasakan yang paling menonjol yaitu waktu dengan baik sehingga dapat
gejala psikologis stres. selesai tepat waktu, serta diharapkan
2. Gejala fisik stres yaitu adanya gejala dapat memperhatikan faktor-faktor apa
sakit yang dirasakan pada tubuh saja yang paling rentan membuat
responden dan gejala tersebut dirasakan dirinya mengalami stres lalu
berada pada level ringan yang berada mengantisipasinya.
pada tingkat tertentu yang masih bisa 2. Bagi institusi, diharapkan institusi baik
diatasi. itu dosen pembimbing maupun
3. Gejala psikologis stres yaitu gejala peraturan akademik mengenai batas
perubahan emosi yang dirasakan waktu dan proses penyusunan KTI agar
responden dan gejala tersebut dirasakan lebih dilonggarkan kembali
berada pada level ringan yang berada memperhatikan situasi kondisi dengan
pada tingkat tertentu dan masih bisa di adanya wabah ini sehingga mahasiswa
kontrol. tidak stres dan tertekan dalam proses
4. Gejala perilaku stres yaitu adanya penyusunan KTI ini.
perubahan perilaku yang dirasakan

DAFTAR PUSTAKA
Achroza, Faela Hanika. “Hubungan Antara Agung G & Budiani MS. “Hubungan
Komunikasi Interpersonal Dosen kecerdasan dan self efficacy dengan
Pembimbing Mahasiswa dan tingkat stres mahasiswa yang sedang
Problem Focused Coping dengan mengerjakan skripsi”. Skripsi.
Stres dalam Menyusun Skripsi pada Universitas Negeri Surabaya, 2013.
Mahasiswa FKIP Bimbingan dan
Konseling Universitas Muria Universitas Mulawarman yang Sedang
Kudus”. Skripsi. Fakultas Psikologi. Menyusun Skripsi”. Jurnal
Universitas Muria Kudus, 2009. Psikologi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas
Adawiyah, Rabiatul. “Analisis Tingkat Mulawarman, 2013.
Stres Mahasiswa dalam Menghadapi
Penyusunan Skripsi”. Skripsi. Gunawati, Rindang, dkk. “Hubungan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Antara Efektifitas Komunikasi
Universitas Muhammadiyah MahasiswaDosen Pembimbing
Yogyakarta, 2017. Utama Skripsi dengan Stres
Menyusun Skripsi pada Mahasiswa ‘Aisyah Yogyakarta”. Naskah
Program Studi Psikologi Fakultas Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Kedokteran Universitas Universitas ‘Aisyah Yogyakarta,
Diponegoro”. Jurnal Psikologi. 2016.
Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro, 2006.

Gyllensten K. The role of gender in


workplace stres: A critical literature
review. Health Education Journal.
2005.

Julianti, Rina dkk. “Hubungan Komunikasi


Antara Mahasiswa dan Dosen
Pembimbing Skripsi dengan Stres
dalam Menyusun Skripsi pada
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes
Ranah Minang Tahun 2015”. Jurnal
Keperawatan. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Stikes Ranah Minang,
2015.

Laura A, King. Psikologi Umum, Solo:


Salemba Humanika. h. 417, 2012

Lestari, Septiana Dwi. “Hubungan antara


Kecerdasan Emosional dengan Stres
dalam Menyusun Skripsi pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta”. Skripsi. Fakultas
Psikologi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016.

Nasrani, Lusia dkk. “Perbedaan Tingkat


Stres antara Laki-laki dan
Perempuan pada Peserta Yoga di
Kota Denpasar”. Jurnal Fisiologi.
Fakultas Kedokteran. Universitas
Udayana, 2015.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian


Kesehatan, Jakarta: PT RINEKA
CIPTA. h. 145, 2005.

Oryza, Widya. “Hubungan Tingkat Stres


dengan Kejadian Insomnia pada
Mahasiswa Tingkat Akhir DIV
Bidan Pendidik Reguler dalam
Penyusunan Skripsi Di Universitas

Anda mungkin juga menyukai