Anda di halaman 1dari 13

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Oleh : Suprianto, S.Kep.Ns, M.Psi

Pendahuluan
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon
terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa
bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal
ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

Tujuan Belajar
Mahasiswa mampu mengerti asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan.

Pengertian Marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri
dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu
perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan
fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang
tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1.   Frustasi: sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2.   Hilangnya harga diri:  pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3.   Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.

Tanda dan Gejala:


1.    Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2.   Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3.   Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4.   Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5.    Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)

Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi
perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan
marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan
marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.

Rentang Respons Marah


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal
adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
(Keliat, 1997, hal 6).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.

Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1.   Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
2.   Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan
3.   Frustasi.
4.   Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien        : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.

Tanda dan gejala Perilaku Kekerasan:


1.      Fisik
 Mata melotot
 Pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah
 Postur tubuh kaku

2. Verbal
 Mengancam
 Mengumpat dengan kata-kata kotor
 Suara keras
 Bicara kasar, ketus
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

3. Perilaku
 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai
 Menyerang orang
 Melukai diri sendiri/orang lain
 Merusak lingkungan
 Amuk/agresif

Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan
yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan
dapat menimbulkan kemarahan.

Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala
atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah
diantaranya adalah:
1.   Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air
besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
2.   Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi
wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
3.   Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.

Perilaku Kekerasan
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1.      Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2.      Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
3.      Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.
4.      Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.

Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan
Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1.      Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2.      Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
3.      Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4.      Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5.      Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar
di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian,
perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-
masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan
professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan
dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki,
karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah. Proses
keperawatan klien marah adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
            a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
 b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan
dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
            c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien
seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain
sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar
yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
            e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah
dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil
analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

Pohon masalah
 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
 Perilaku kekerasan
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Resiko TUM : setelah 1. Setelah … X pertemuan 1. Bina hubungan saling
Perilaku dilakukan tindakan klien menunjukkan percaya dengan:
Kekerasan keperawatan, klien tanda-tanda percaya  Beri salam setiap
kepada perawat: berinteraksi.
dapat
o Wajah cerah,  Perkenalkan
menunjukkan
tersenyum nama, nama
perilaku yang lebih o Mau berkenalan panggilan
asertif o Ada kontak mata perawat dan
o Bersedia tujuan perawat
TUK: menceritakan berinteraksi
1. Klien dapat perasaan  Tanyakan dan
membina panggil nama
hubungan kesukaan klien
saling percaya  Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X pertemuan 2. Bantu klien
mengidentifikasi klien menceritakan mengungkapkan
penyebab penyebab perilaku perasaan marahnya:
 Motivasi klien
perilaku kekerasan yang
untuk
kekerasan yang dilakukannya: menceritakan
dilakukannya o Menceritakan penyebab rasa
penyebab kesal atau
perasaan jengkelnya
jengkel/kesal baik  Dengarkan tanpa
dari diri sendiri menyela atau
maupun memberi
lingkungannya penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien

3. Klien dapat 3. Setelah … X pertemuan 3. Bantu klien


mengidentifikasi klien menceritakan mengungkapkan
tanda-tanda tanda-tanda saat terjadi tanda-tanda perilaku
perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang
kekerasan o Tanda fisik : mata dialaminya:
merah, tangan  Motivasi klien
mengepal, menceritakan
ekspresi tegang, kondisi fisik
dan lain-lain. (tanda-tanda fisik)
o Tanda emosional : saat perilaku
perasaan marah, kekerasan terjadi
jengkel, bicara  Motivasi klien
kasar. menceritakan
o Tanda sosial : kondisi emosinya
bermusuhan yang (tanda-tanda
dialami saat terjadi emosional) saat
perilaku terjadi perilaku
kekerasan. kekerasan
 Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang lain
(tanda-tanda
sosial) saat terjadi
perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan 4. Diskusikan dengan
mengidentifikasi klien menjelaskan: klien perilaku
jenis perilaku o Jenis-jenis kekerasan yang
kekerasan yang ekspresi dilakukannya selama
pernah kemarahan yang ini:
dilakukannya selama ini telah  Motivasi klien
dilakukannya menceritakan
o Perasaannya saat jenis-jenis tindak
melakukan kekerasan yang
kekerasan selama ini pernah
o Efektivitas cara dilakukannya.
yang dipakai  Motivasi klien
dalam menceritakan
menyelesaikan perasaan klien
masalah setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
 Diskusikan
apakah dengan
tindak kekerasan
yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan 5. Diskusikan dengan
mengidentifikasi klien menjelaskan klien akibat negatif
akibat perilaku akibat tindak kekerasan (kerugian) cara yang
kekerasan yang dilakukannya dilakukan pada:
o Diri sendiri : luka,  Diri sendiri
dijauhi teman, dll  Orang
o Orang lain/keluarga
lain/keluarga :  Lingkungan
luka, tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien dapat 6. Setelah … X pertemuan 6. Diskusikan dengan
mengidentifikasi klien : klien:
cara konstruktif o Menjelaskan cara-  Apakah klien mau
dalam cara sehat mempelajari cara
mengungkapkan mengungkapkan baru
marah mengungkapkan
kemarahan
marah yang sehat
 Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
 Cara fisik:
nafas dalam,
pukul bantal
atau kasur,
olah raga.
 Verbal:
mengungkapk
an bahwa
dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
 Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
 Spiritual:
sembahyang/
doa, zikir,
meditasi, dsb
sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan 7. 1. Diskusikan cara yang
mendemonstras klien memperagakan mungkin dipilih dan
ikan cara cara mengontrol anjurkan klien
mengontrol perilaku kekerasan: memilih cara yang
perilaku o Fisik: tarik nafas mungkin untuk
kekerasan dalam, memukul mengungkapkan
bantal/kasur kemarahan.
o Verbal: 7.2. Latih klien
mengungkapkan
memperagakan cara
perasaan
kesal/jengkel pada yang dipilih:
orang lain tanpa  Peragakan cara
menyakiti melaksanakan
o Spiritual: zikir/doa, cara yang dipilih.
meditasi sesuai  Jelaskan manfaat
agamanya cara tersebut
 Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah dilakukan.
 Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara yang
masih belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Setelah … X pertemuan 8.1. Diskusikan
dukungan keluarga: pentingnya peran
keluarga untuk o Menjelaskan cara serta keluarga
mengontrol merawat klien sebagai pendukung
perilaku dengan perilaku klien untuk
kekerasan kekerasan mengatasi perilaku
o Mengungkapkan
kekerasan.
rasa puas dalam
merawat klien 8.2. Diskusikan potensi
keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan
8.3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat dilaksanakan
oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara
merawat klien
(menangani
perilaku kekerasan)
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan

9. Klien 9.1. Setelah ...X pertemuan 9.1. Jelaskan manfaat


menggunakan klien menjelaskan: menggunakan obat
obat sesuai o Manfaat minum secara teratur dan
program yang obat kerugian jika tidak
telah ditetapkan o Kerugian tidak menggunakan obat
minum obat 9.2. Jelaskan kepada
o Nama obat
klien:
o Bentuk dan warna
 Jenis obat (nama,
obat
warna dan bentuk
o Dosis yang
obat)
diberikan
 Dosis yang tepat
kepadanya
untuk klien
o Waktu pemakaian
 Waktu pemakaian
o Cara pemakaian
 Cara pemakaian
o Efek yang
 Efek yang akan
dirasakan
dirasakan klien
9.2. Setelah … X
9.3. Anjurkan klien:
pertemuan klien
 Minta dan
menggunakan obat menggunakan
sesuai program obat tepat waktu
 Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
 Beri pujian
terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan
obat.

Implementasi
Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada
klien khususnya, pada kien amuk/ kekerasan yaitu:
a.       Psikoterapiutik
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu meningkatkan harga diri
3) Membantu koping klien
b.      Lingkungan terapiutik
1) Lingkungan yang bersahabat
2) Pujian atas keberhasilan klien
c.       Kegiatan hidup sehari-hari
1) Membantu memenuhi aktivitas sehari-hari
2) Membimbing klien dalam perawatan diri.
d.      Somatik
Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk klien untuk minum obat.
     Pendidikan kesehatan :
     1)      Membantu klien mengenal penyakitnya.
     2)      Mengikutsertakan keluarga dalam mengatasi masalah klien.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah
tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut.
Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada
orang lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal.
5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.
6. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya.
7. Konsep diri klien sudah meningkat.
8. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan
perasaan marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai