Kelompok 2
1 Universitas Sriwijaya
2
jantan. Berdasarkan kemunculannya ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua,
yaitu ciri seksual sekunder sementara dan ciri seksual sekunder permanen. Ciri seksual
sekunder sementara hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Ciri seksual
sekunder muncul akibat adanya rangsangan lingkungan pada saat musim pemijahan.
Perubahan ini merupakan salah satu bentuk adaptasi reproduksi yang dikembangkan
oleh spesies ikan tersebut untuk kelestarian jenisnya. Ciri seksual sekunder yang berciri
permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim
pemijahan (Smith C,. et.al, 2004)
Universitas Sriwijaya
3
semakin besar dengan semakin berkembangnya gonad sampai ikan memijah atau
mengeluarkan telur. Nilai indeks kematangan gonad tertinggi sejalan dengan
perkembangan gonad, dan dicapai pada tingkat kematangan gonad IV. Ikan betina yang
mempunyai nilai indeks kematangan gonad lebih kecil dari 20 % dapat melakukan
pemijahan beberapa kali setiap tahunnya Pada ikan betina nilai IKG lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya Indeks Kematangan Gonad (IKG)
dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya
berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan merperbandingkan demikian
akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai
morfologi yang kuantitatif. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan
didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi setiap saat (Fatah dan Adjie, 2013).
1.2 Tujuan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengenalan
ciri kelamin sekunder pada ikan dapat dilihat melalui bentuk tubuh sirip, adanya organ
khusus, warna, dan sebagainya, dan mengetahui tingkat kematangan gonad dan indeks
kematangan gonad pada ikan gabus (Channa striata).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh ikan gabus bagian atas berwarna coklat sampai hitam dan tubuh bagian
bawah berwarna coklat muda sampai keputih-putihan. Bentuk kepala agak pipih dengan
sisik-sisik besar di atas kepala. Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepa sampai ekor
umumnya berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Bagian bawah tubuh ikan
gabus mulai dari bawah wulut sampai ekor berwarna putih. Bagian samping tubuh ikan
gabus bercoret tebal (striata, bercoret-coret) agak kabur, warna tersebut seringkali
menyerupai lingkungan sekitarnya. Ikan gabus memiliki mulut yang besar dan bergigi
tajam. Sirip punggung ikan gabus memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian
ujungnya (Ardianto, 2015).
Ikan gabus terdapat pada perairan yang dangkal, seperti sungai dan rawa dengan
kedalaman 40 cm dan menyukai tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, ataupun
wilayah bebatuan untuk bersenbunyi. Ikan gabus juga sering didapati di danau, saluran
air atau sawah. Ikan gabus termasuk salah
4 satu jenis ikan air tawarUniversitas
yang mempunyai
Sriwijaya
penyebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air tawar,
dan sawah dan benih ikan gabus banyak ditemukan di daerah perairan yang banyak
rerumputan atau tanaman air dan belukar yang terendam air. Ikan gabus menghuni
kawasan perairan air tawar Asia hingga Afrika. Channa adalah jenis ikan air tawar
dengan 30 spesies yang tersebar di kedua wilayah tersebut. Di kawasan Asia, ikan gabus
tersebar dari Afganistan, Pakistan bagian barat, Nepal bagian selatan, India, Bangladesh,
Srilangka, Myanmar, Indo-China, Cina, Jepang, Taiwan, Philipina, Malaysia, Singapura,
dan Indonesia. Asia Tenggara merupakan pusat penyebaran ikan gabus terbesar dengan
10 spesies di dalamnya. Lima spesies tersebar di singapura, malaysia, dan Indonesia
antara lain Channa micropeltes, Channa striata, Channa lucius, Channa melasoma, dan
Channa gachua (Utami, 2017).
2.3. Ciri seksual primer ikan gabus (Channa striata)
Ciri seksual primer ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan
betina dan testis dan pembuluhnya pada ikan jantan. Sedangkan ciri seksual sekunder
berguna untuk membedakan ikan jantan dan betina yang dapat dilihat dari luar atau
secara marfologi. Pengamatan ciri seksual primer dilakukan dengan cara membedah
tubuh kemudian mengamati bentuk gonad ikan tersebut berupa testes atau ovari. Warna
ovari yang belum matang masih berwarna merah dan bening. Jika sudah memasuki TKG
IV warna ovari menjadi kuning. Testes yang belum matang gonad masih berwarna
merah bening, sedangkan yang sudah matang gonad akan berwarna putih susu. Tekstur
ovari yang belum matang gonad mempunyai tekstur halus, sedangkan yang sudah
matang gonad akan lebih kasar. Tekstur testes akan lebih kasar dan pejal jika sudah
matang gonad, sedangkan yang belum akan halus dan bening (Fishbase, 2017).
Universitas Sriwijaya
6
jantan ebih ramping. Bentuk kepala ikan gabus betina membulat atau terlihat tumpul
sedangkan bentuk kepala ikan gabus jantan lebih runcing. Bentuk perut ikan gabus
betina lebih lebar, gemuk dan lembek sedangkan perut ikan gabus jantan rata dan lebih
pejal. Ukuran tubuh ikan gabus betina lebih besar dan lebar sedangkan ukuran tubuh
ikan gabus jantan lebih kecil. Warna tubuh ikan gabus betina lebih pucat dibandingkan
jantan sedangkan ikan gabus jantan terlihat lebih cerah hitam kehijauan. Untuk lubang
genital, ikan gabus betina lubang genitalnya terlihat membulat dan besar sedangkan
jantan biasanya terlihat lebih kecil dan meruncing. (Effendie, 2002)
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1 Ikan Gabus 2
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
4.1.1. Perbedaan Ciri Kelamin Sekunder Ikan Gabus (Channa striata) Jantan dan
Betina
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil perbedaan ciri kelamin
sekunder pada ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina yang dilampirkan pada tabel
4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Perbedaan ciri kelamin sekunder ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina
Bentuk tubuh Ramping dan lebih kecil Lebih besar dan gemuk
Bentuk perut Perutnya lebih datar dan lebih Perutnya terlihat membuat
pejal dan lembek
Sirip perut Sirip perutnya berwarna hitam Sirip perut berwarna hitam
dan ada warna kuning
pucatnya
4.1. Pembahasan
Dari hasil pengamatan maka diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus (Channa
striata) dapat dibedakan menjadi jantan dan betina melalui perbedaan ciri kelaminnya.
Berdasarkan aspek organ reproduksinya, ikan gabus dapat diketahui dari dua macam
seksualitas yaitu seksualitas primer dan sekunder serta ciri-ciri seksualitasnya. Ciri
seksual primer adalah alat atau organ yang berhubungan dengan proses reproduksi
secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta
ovarium dan salurannya pada ikan betina. Sedangkan seksual sekunder dapat dilihat
dengan mengamati bentuk tubuh, ukuran, warna tubuh, bentuk kepala dan bentuk
lainnya. Menurut Asyari (2007), betina biasanya ditandai dengan bentuk kepala yang
membulat, perutnya lembek dan membesar, warna tubuhnya cenderung terang, dan bila
diurut akan keluar telur. Pejantan sendiri ditandai dengan bentuk kepala yang lonjong,
warna tubuhnya cenderung gelap, lubang pada kelamin memerah, serta akan
mengeluarkan cairan putih agak bening ketika diurut.
Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, telur dan sperma
ikan semakin berkembang. Pada praktikum yang didapatkan, penentuan tingkat
kematangan gonad (TKG) yang dilakukan secara visual dengan melihat bentuk, warna
serta perkembangan isi gonad berdasarkan Effendie (2002), maka tingkat kematangan
gonad ikan gabus jantan adalah berada di TKG I. Pada tahap ini testes nampak berwarna
merah dan bening, lalu ukurannya pun lebih kecil dari ovari. Namun pada kasus kali ini,
Universitas Sriwijaya
10
gonad ikan gabus betina yaitu ovari, tidak dapat ditemukan, sehingga praktikan tidak
dapat mengamati TKG ke berapa ikan gabus tersebut. Tidak ditemukannya gonad ini
bisa jadi dikarenakan karena gonad ikan terlalu kecil sehingga tidak bisa diamati dan
sangat susah untuk mengukur bobot dari ovari yang sangat kecil tersebut. Susilawati
(2000) dalam Makmur (2002) menyatakan ukuran ikan pada waktu mencapai matang
gonad pertama kali bervariasi di antara dan di dalam spesies. Hal ini diduga karena
faktor ketersediaan pakan di suatu perairan, pola adaptasi dan strategi hidup ikan yang
berbeda, selain itu adanya kecepatan pertumbuhan pada masing-masing ikan juga
menyebabkan ikan akan mencapai tingkat kematangan gonad yang berbeda.
Nilai indeks kematangan gonad dipengaruhi oleh berat gonad serta berat total
ikan tersebut. Maka dari itu untuk mencari nilai indeks kematangan gonad adalah
dengan membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan keseluruhan, lalu
didapatkanlah hasil berupa persen. Susilawati dalam Sarah (2017) menyatakan bahwa
pertambahan nilai IKG sejalan dengan peningkatan TKG pada gonad ikan. Pada
praktikum kali ini, hanya didapatkan gonad jantan, sehingga pada tahap penimbangan
gonad hanya ditimbang gonad jantan atau testis saja. Tingkat kematangan gonad dari
testis ikan gabus (Channa striata) yang didapatkan adalah TKG 1, maka dari itu hasil
bobot testis pun tidak begitu besar, hanya sekitar 2 gram sekian. Testis yang sangat kecil
atau ovari yang tidak ditemukan bisa jadi karena ikan baru saja memijah, sesuai dengan
pendapat Tamsil dalam Ernawati (2009), umumnya gonad ikan akan terus berkembang
dan akan mencapai nilai maksimum pada TKG IV, kemudian menurun saat memasuki
TKG V, karena ikan sudah melakukan pemijahan. Dari hasil praktikum didapatkan
bahwa nilai IKG yang diperoleh yaitu < 20%, yang mengartikan bahwa ikan gabus
(Channa striata) merupakan kelompok ikan yang bernilai IKG kecil dan dikategorikan
sebagai ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali tiap tahunnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bagenal (1978) dalam Wahyu (2010), yang menyatakan bahwa ikan
yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20% adalah kelompok ikan yang dapat
memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya.
Universitas Sriwijaya
BAB
5
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Alfarisy, M. U., N. Abdulgani dan I. Ulfin. 2013. Pengaruh Jenis Kelamin dan
Ukuran Terhadap Kadar Albumin pada Ikan Kurisi (Channa striata). Jurnal
Sains dan Seni Pomits, 2 (1).
Fitrawati A.M. 2015. Pola pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan baronang
lingkis (Siganus canalicilatus). Tertangkap di Perairan Pantai Utara dan
Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar. Sulawesi Selatan [Tesis]. Program
Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Irmawati. 2015. Seleksi induk dan formulasi pakan bagi budidaya ikan gabus
untuk mendukung ketersediaan sumber protein masyarakat. Laporan
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Ismail, K. 2015. Kiat Mengatasi Stres pada Ikan. Surakarta: Mediatama. Irmawati.
2016. Genetika Populasi Ikan. Andi Press, Yogyakarta. Hal 246. Makmur, S.
dan D. Prasetyo. 2006. Kebiasaan Makan, Tingkat Kematangan
Muslim. 2007. Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Kurisi (Channa striata)
di Rawa Sekitar Sungai Kelekar. Agria, 3 (2): 25-27.
Smith, C., Reichard, M., Jurajda, P., & Przybylski, M. 2004. The
reproductive ecology of the European bitterling (Rhodeus sericeus).
Journal of Zoology,262(02), 107-124.