Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOLOGI REPRODUKSI IKAN

PENGAMATAN CIRI KELAMIN JANTAN DAN BETINA SERTA


PENGAMBILAN GONAD PADA IKAN GABUS (Channa striata)

OBSERVATION MALE AND FEMALE SEX CHARATERISTIC AND


GONAD TAKING IN SNAKEHEAD FISH (Channa striata)

Kelompok 2

Putri Annisa 05051181924008


Phagy Fathoni Putri 05051181924064
Ichsanul Mukmin 05051281924034
Ariani Indah Sari 05051281924067
Ayu Oktavianingsih 05051381924049
Ariani Indah Sari 05051281924067

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1. Pengenalan Ciri Kelamin Ikan
Pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam budidaya ikan sangat
penting dalam penentuan induk jantan dan betina yang akan digunakan dalam proses
pemijahan pada kegiatan pembenihan ikan. Pada umumnya suatu spesies ikan terdiri dari
dua jenis kelamin, betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan
dengan mengetahui perbedaan ciri kelamin (seksual) pada ikan jantan dan ikan betina.
Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual sekunder dan ciri seksual
primer. Ciri seksual primer merupakan ciri seksual yang berhubungan secara langsung
dengan proses reproduksi, dalam hal ini adalah organ-organ reproduksi dan hormon-
hormon yang mempengaruhinya. Organ reproduksi yang menghasilkan sel kelamin
disebut gonad. Gonad ikan meliputi ovarium dan pembuluhnya (oviduk) pada betina;
serta testis dan pembuluhnya (spermduk) pada jantan. Ovarium dan testis, biasanya
berjumlah sepasang terletak membujur didalam rongga perut terhubung dengan saluran
gonad (spermduk atau oviduk) yang selanjutnya ke arah luar melalui lubang genital
(genital pore). Pada umumnya kelamin ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan
melihat saluran kelaminnya. Pada ikan betina, telur dikeluarkan melalui oviduk (saluran
telur) yang terpisah dari saluran kencing (uretra); sedangkan pada ikan jantan, sperma
dikeluarkan melalui saluran sperma yang menyatu dengan saluran kencing (uretra) yang
umumnya berbentuk menonjol seperti penis pada mamalia dan disebut dengan papila
genital. Ciri seksual sekunder adalah ciri kelamin yang dapat ditandai dengan melihat
ciri-ciri fisik untuk membedakan ikan jantan dan betina. Jenis ikan yang memiliki
morfologi (bentuk dan ukuran tubuh) yang jelas berbeda antara ikan jantan dan betina
maka ikan tersebut memiliki ciri dimorfisme seksual. Sedangkan jenis ikan yang
memiliki perbedaan warna yang jelas antara ikan jantan dan betina maka ikan tersebut
memiliki ciri dikromatisme seksual. Suatu jenis ikan dapat memiliki kedua ciri tersebut
atau hanya salah satunya saja, atau bahkan tidak kedua-duanya. Secara umum, bentuk
sirip ikan jantan lebih panjang, warna ikan jantan lebih cerah dan cemerlang, serta ikan
jantan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Namun dari segi ukuran, pada
beberapa spesies, ikan betina memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih besar dari ikan

1 Universitas Sriwijaya
2

jantan. Berdasarkan kemunculannya ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua,
yaitu ciri seksual sekunder sementara dan ciri seksual sekunder permanen. Ciri seksual
sekunder sementara hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Ciri seksual
sekunder muncul akibat adanya rangsangan lingkungan pada saat musim pemijahan.
Perubahan ini merupakan salah satu bentuk adaptasi reproduksi yang dikembangkan
oleh spesies ikan tersebut untuk kelestarian jenisnya. Ciri seksual sekunder yang berciri
permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim
pemijahan (Smith C,. et.al, 2004)

1.1.2. Tingkat Kematangan Gonad


Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dari perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan
betina sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-
10%. Dalam mencapat kematangan gonad, dapat dibagi daam beberapa tahapan. Secara
umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity) bergantung pada
pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan. Pembagian tahap kematangan
gonad dilakukan dalam dua cara, yakni analisis laboratorium dan pengamatan visual.
Tingkat kematangan gonad ikan diamati secara morfologi, yang terdiri atas bentuk
gonad, warna gonad, ukuran panjang dan berat gonad. Ukuran ikan pada saat pertama
kali matang gonad tidak selalu sama. Perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan
kondisi ekologis perairan (Muslim, 2007). Tingkat kematangan gonad terdiri dari 2
faktor yaitu faktor dari dalam tubuh ikan dan faktor dari dalam tubuh ikan (internal) dan
faktor dari luar tubuh ikan (eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi kematangan
gonad ikan antara lain adalah umur, jenis spesies, dan kondisi hormonal. Kondisi
hormon yang terdapat dalam tubuh ikan akan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin
yang berhubungan dengan proses reproduksi, sehingga mempengaruhi kematangan
gonad ikan. Faktor yang berasal dar luar tubuh ikan adalah faktor-faktor yang berasal
dari lingkungan. Faktor tersebut dapat berupa faktor fisika, kimia, dan biologi. Faktor
fisika seperti suhu. Faktor kimia seperti kandungan oksigen terlarut dalam air juga
mempengaruhi fisiologi reproduksi. Ketersediaan pakan alami (faktor biologi) juga
dapat mempengaruhi proses reproduksi ikan (Alfarisy, dkk., 2013).
Indeks kematangan gonad adalah suatu nilai persentase hasil perbandingan bobot
gonad dengan bobot tubuh ikan secara keseluruhan, nilai indeks kematangan gonad

Universitas Sriwijaya
3

semakin besar dengan semakin berkembangnya gonad sampai ikan memijah atau
mengeluarkan telur. Nilai indeks kematangan gonad tertinggi sejalan dengan
perkembangan gonad, dan dicapai pada tingkat kematangan gonad IV. Ikan betina yang
mempunyai nilai indeks kematangan gonad lebih kecil dari 20 % dapat melakukan
pemijahan beberapa kali setiap tahunnya Pada ikan betina nilai IKG lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya Indeks Kematangan Gonad (IKG)
dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya
berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan merperbandingkan demikian
akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai
morfologi yang kuantitatif. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan
didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi setiap saat (Fatah dan Adjie, 2013).
1.2 Tujuan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengenalan
ciri kelamin sekunder pada ikan dapat dilihat melalui bentuk tubuh sirip, adanya organ
khusus, warna, dan sebagainya, dan mengetahui tingkat kematangan gonad dan indeks
kematangan gonad pada ikan gabus (Channa striata).
Universitas Sriwijaya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan morfologi ikan gabus


Menurut Ardianto (2015), klasifikasi ikan Gabus (Channa striata) adalah sebagai
berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo : Perciformes
famili : Channidae
genus : Channa
spesies : Channa striata

Gambar 1.1 Ikan gabus (Channa striata)

Tubuh ikan gabus bagian atas berwarna coklat sampai hitam dan tubuh bagian
bawah berwarna coklat muda sampai keputih-putihan. Bentuk kepala agak pipih dengan
sisik-sisik besar di atas kepala. Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepa sampai ekor
umumnya berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Bagian bawah tubuh ikan
gabus mulai dari bawah wulut sampai ekor berwarna putih. Bagian samping tubuh ikan
gabus bercoret tebal (striata, bercoret-coret) agak kabur, warna tersebut seringkali
menyerupai lingkungan sekitarnya. Ikan gabus memiliki mulut yang besar dan bergigi
tajam. Sirip punggung ikan gabus memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian
ujungnya (Ardianto, 2015).

2.2. Habitat dan penyebaran ikan gabus (Channa striata)


5

Ikan gabus terdapat pada perairan yang dangkal, seperti sungai dan rawa dengan
kedalaman 40 cm dan menyukai tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, ataupun
wilayah bebatuan untuk bersenbunyi. Ikan gabus juga sering didapati di danau, saluran
air atau sawah. Ikan gabus termasuk salah
4 satu jenis ikan air tawarUniversitas
yang mempunyai
Sriwijaya
penyebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air tawar,
dan sawah dan benih ikan gabus banyak ditemukan di daerah perairan yang banyak
rerumputan atau tanaman air dan belukar yang terendam air. Ikan gabus menghuni
kawasan perairan air tawar Asia hingga Afrika. Channa adalah jenis ikan air tawar
dengan 30 spesies yang tersebar di kedua wilayah tersebut. Di kawasan Asia, ikan gabus
tersebar dari Afganistan, Pakistan bagian barat, Nepal bagian selatan, India, Bangladesh,
Srilangka, Myanmar, Indo-China, Cina, Jepang, Taiwan, Philipina, Malaysia, Singapura,
dan Indonesia. Asia Tenggara merupakan pusat penyebaran ikan gabus terbesar dengan
10 spesies di dalamnya. Lima spesies tersebar di singapura, malaysia, dan Indonesia
antara lain Channa micropeltes, Channa striata, Channa lucius, Channa melasoma, dan
Channa gachua (Utami, 2017).
2.3. Ciri seksual primer ikan gabus (Channa striata)
Ciri seksual primer ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan
betina dan testis dan pembuluhnya pada ikan jantan. Sedangkan ciri seksual sekunder
berguna untuk membedakan ikan jantan dan betina yang dapat dilihat dari luar atau
secara marfologi. Pengamatan ciri seksual primer dilakukan dengan cara membedah
tubuh kemudian mengamati bentuk gonad ikan tersebut berupa testes atau ovari. Warna
ovari yang belum matang masih berwarna merah dan bening. Jika sudah memasuki TKG
IV warna ovari menjadi kuning. Testes yang belum matang gonad masih berwarna
merah bening, sedangkan yang sudah matang gonad akan berwarna putih susu. Tekstur
ovari yang belum matang gonad mempunyai tekstur halus, sedangkan yang sudah
matang gonad akan lebih kasar. Tekstur testes akan lebih kasar dan pejal jika sudah
matang gonad, sedangkan yang belum akan halus dan bening (Fishbase, 2017).

2.4. Ciri seksual sekunder ikan gabus (Channa striata)


Ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu seksual sekunder yang
bersifat sementara yang hanya muncul pada saat musism pemijahan saja dan seksual
sekunder yang bersifat permanen yang muncul pada saat sebelum dan sesudah
pemijahan. Bentuk tubuh ikan gabus betina lebih besar dan gemuk sedangkan ikan gabus

Universitas Sriwijaya
6

jantan ebih ramping. Bentuk kepala ikan gabus betina membulat atau terlihat tumpul
sedangkan bentuk kepala ikan gabus jantan lebih runcing. Bentuk perut ikan gabus
betina lebih lebar, gemuk dan lembek sedangkan perut ikan gabus jantan rata dan lebih
pejal. Ukuran tubuh ikan gabus betina lebih besar dan lebar sedangkan ukuran tubuh
ikan gabus jantan lebih kecil. Warna tubuh ikan gabus betina lebih pucat dibandingkan
jantan sedangkan ikan gabus jantan terlihat lebih cerah hitam kehijauan. Untuk lubang
genital, ikan gabus betina lubang genitalnya terlihat membulat dan besar sedangkan
jantan biasanya terlihat lebih kecil dan meruncing. (Effendie, 2002)

2.5 Tingkat kematangan gonad ikan gabus (Channa striata)


Ikan gabus betina memiliki ciri-ciri ovari berwarna kuning, tetapi jika diperhatikan
dari tingkatan kematangan gonadnya, setiap tingkatan memiliki perbedaan. Ovari TKG I
pada ikan gabus memiliki bentuk yang masih halus seperti benang-benang. TKG II pada
ikan betina ovari sudah mulai terbentuk. Ovari sudah terlihat berisi walaupun warna
ovari masih merah, namun ovarinya sudah dapat dibedakan dengan melihat pada bagian
posterior dan anteriornya. Ovari TKG III sudah mulai berwarna kuning dan lebih jelas
dari TKG II. Ovari tersebut juga sudah mulai berisi butir telur, namun pada tingkatan ini
butir telur belum bisa dipisahkan karena masih menyatu. Pada ovari yang telah
memasuki TKG IV, merupakan tingkatan yang paling mudah untuk membedakannya.
Bentuk ovari yang jelas dan besar serta warnanya yang kuning cerah dapat langsung
ditentukan tingkatan kematangan gonad nya. Gonad ikan gabus jantan memiliki ciri-ciri
pada setiap tingkatannya. TKG I testes pada jantan hampir sama dengan ovari pada
betina. Testes masih berwarna merah dan bening. TKG II, testes sudah mulai
berkembang. Bentuknya sudah mulai jelas terlihat dan warna testes masih berwarna
merah. TKG III testes sudah terlihat berwarna putih tetapi masih belum matang
(Irmawati, 2016).
7

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Reproduksi Ikan ini dilaksanakan di Via google meet pada
hari rabu, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai tanggal 3 Maret 2021.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
Tabel 3.1. Alat yang digunakan
No Nama Alat Jumlah
1 Tusuk gigi Secukupnya
2 Pisau 2
3 Penggaris 1
4 Sterofoam 1
5 Timbangan digital 1

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1 Ikan Gabus 2

3.3. Cara Kerja


A. Untuk mencari ciri kelamin primer:
1. Potong sirip ventral dan pektoral ikan
2. Buanglah sirip pada bagian ikan yang akan dibedah
3. Bedah ikan secara melingkar mulai dari anus sampai dibelakang sirip ventral,
hati-hati jangan sampai terkena organ dalamnya.
4. Fillet bagian ikan yang tidak terbedah sampai terlihat tulang belakangnya
(Vertebrae).
5. Amati gonadnya serta gambarkan dan jelaskan fungsinya.
B. Untuk mencari ciri kelamin sekunder:
1. Bedakan antara ikan jantan dan ikan betina dengan melihat ukuran, warna,
2. bentuk tubuh dan ciri kelamin sekunder lainnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
4.1.1. Perbedaan Ciri Kelamin Sekunder Ikan Gabus (Channa striata) Jantan dan
Betina
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil perbedaan ciri kelamin
sekunder pada ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina yang dilampirkan pada tabel
4.1. sebagai berikut :

Tabel 4.1. Perbedaan ciri kelamin sekunder ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina

Ciri-ciri seksual Ikan Jantan Ikan Betina

Bentuk tubuh Ramping dan lebih kecil Lebih besar dan gemuk

Ukuran tubuh Lebih kecil Lebih besar dan lebar

Bentuk kepala Bentuk kepala meruncing Bentuk kepala membuat,


terlihat agak tumpul

Bentuk perut Perutnya lebih datar dan lebih Perutnya terlihat membuat
pejal dan lembek

Sirip perut Sirip perutnya berwarna hitam Sirip perut berwarna hitam
dan ada warna kuning
pucatnya

Warna Terlihat lebih cerah Lebih pucat dibandingkan


dengan jantan

Lubang genital Lebih kecil dan meruncing Membulat dan membesar

4.1.2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)


Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil tingkat
kematangan gonad pada ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina yang
dilampirkan pada tabel 4.2. sebagai berikut :
Tabel 4.2. Tingkat kematangan gonad ikan gabus (Channa striata)
9
No Kelompok TKG
Betina Jantan
1 Channa striata - 1

4.1.3. Indeks Kematangan Gonad Ikan Gabus


8 (Channa striata)Universitas Sriewijaya
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil indeks kematangan gonad
pada ikan gabus (Channa striata) jantan dan betina yang dilampirkan pada tabel 4.3.
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Indeks kematangan gonad ikan gabus (Channa striata)

No. Jenis Kelamin Bobot Gonad Bobot Ikan IKG

1. Jantan 2,9 gram 143,1 gram 2,02 %

2. Betina 0 125,6 gram 0%

4.1. Pembahasan

Dari hasil pengamatan maka diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus (Channa
striata) dapat dibedakan menjadi jantan dan betina melalui perbedaan ciri kelaminnya.
Berdasarkan aspek organ reproduksinya, ikan gabus dapat diketahui dari dua macam
seksualitas yaitu seksualitas primer dan sekunder serta ciri-ciri seksualitasnya. Ciri
seksual primer adalah alat atau organ yang berhubungan dengan proses reproduksi
secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta
ovarium dan salurannya pada ikan betina. Sedangkan seksual sekunder dapat dilihat
dengan mengamati bentuk tubuh, ukuran, warna tubuh, bentuk kepala dan bentuk
lainnya. Menurut Asyari (2007), betina biasanya ditandai dengan bentuk kepala yang
membulat, perutnya lembek dan membesar, warna tubuhnya cenderung terang, dan bila
diurut akan keluar telur. Pejantan sendiri ditandai dengan bentuk kepala yang lonjong,
warna tubuhnya cenderung gelap, lubang pada kelamin memerah, serta akan
mengeluarkan cairan putih agak bening ketika diurut.
Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, telur dan sperma
ikan semakin berkembang. Pada praktikum yang didapatkan, penentuan tingkat
kematangan gonad (TKG) yang dilakukan secara visual dengan melihat bentuk, warna
serta perkembangan isi gonad berdasarkan Effendie (2002), maka tingkat kematangan
gonad ikan gabus jantan adalah berada di TKG I. Pada tahap ini testes nampak berwarna
merah dan bening, lalu ukurannya pun lebih kecil dari ovari. Namun pada kasus kali ini,

Universitas Sriwijaya
10

gonad ikan gabus betina yaitu ovari, tidak dapat ditemukan, sehingga praktikan tidak
dapat mengamati TKG ke berapa ikan gabus tersebut. Tidak ditemukannya gonad ini
bisa jadi dikarenakan karena gonad ikan terlalu kecil sehingga tidak bisa diamati dan
sangat susah untuk mengukur bobot dari ovari yang sangat kecil tersebut. Susilawati
(2000) dalam Makmur (2002) menyatakan ukuran ikan pada waktu mencapai matang
gonad pertama kali bervariasi di antara dan di dalam spesies. Hal ini diduga karena
faktor ketersediaan pakan di suatu perairan, pola adaptasi dan strategi hidup ikan yang
berbeda, selain itu adanya kecepatan pertumbuhan pada masing-masing ikan juga
menyebabkan ikan akan mencapai tingkat kematangan gonad yang berbeda.
Nilai indeks kematangan gonad dipengaruhi oleh berat gonad serta berat total
ikan tersebut. Maka dari itu untuk mencari nilai indeks kematangan gonad adalah
dengan membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan keseluruhan, lalu
didapatkanlah hasil berupa persen. Susilawati dalam Sarah (2017) menyatakan bahwa
pertambahan nilai IKG sejalan dengan peningkatan TKG pada gonad ikan. Pada
praktikum kali ini, hanya didapatkan gonad jantan, sehingga pada tahap penimbangan
gonad hanya ditimbang gonad jantan atau testis saja. Tingkat kematangan gonad dari
testis ikan gabus (Channa striata) yang didapatkan adalah TKG 1, maka dari itu hasil
bobot testis pun tidak begitu besar, hanya sekitar 2 gram sekian. Testis yang sangat kecil
atau ovari yang tidak ditemukan bisa jadi karena ikan baru saja memijah, sesuai dengan
pendapat Tamsil dalam Ernawati (2009), umumnya gonad ikan akan terus berkembang
dan akan mencapai nilai maksimum pada TKG IV, kemudian menurun saat memasuki
TKG V, karena ikan sudah melakukan pemijahan. Dari hasil praktikum didapatkan
bahwa nilai IKG yang diperoleh yaitu < 20%, yang mengartikan bahwa ikan gabus
(Channa striata) merupakan kelompok ikan yang bernilai IKG kecil dan dikategorikan
sebagai ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali tiap tahunnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bagenal (1978) dalam Wahyu (2010), yang menyatakan bahwa ikan
yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20% adalah kelompok ikan yang dapat
memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya.
Universitas Sriwijaya

BAB
5
KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka kesimpulan pada praktikum kali ini


ialah:
1. Tingkat kematangan gonad ikan gabus (Channa striata) pada
praktikum kali ini berada pada TKG 1.
2. Nilai indeks kematantan gonad ikan gabus (Channa striata)
jantan berkisar 2,02 %
3. Ikan gabus (Channa striata) termasuk kelompok ikan yang bernilai
IKG kecil dan dikategorikan sebagai ikan yang dapat memijah lebih dari
satu kali tiap tahunnya.
4. Perbedaan ciri seksual sekunder dikromatisme yang dapat diamati
pada ikan gabus (Channa striata) yakni, ikan gabus jantan lebih terang
ketimbang ikan gabus betina
5. Perbedaan ciri seksual sekunder dimorfisme yang dapat diamati pada
ikan gabus (Channa striata) yakni dapat dilihat dari lubang genitalnya,
pada jantan lebih runcing sedangkan betina membulat.
5.2. Saran
Semoga bisa praktikum offline agar bisa memahami materi lebih baik lagi
ketimbang online, sebab praktikum online sering terjadi kendala di jaringan.
Sarannya semoga praktikan bisa lebih aktif saat praktikum berlangsung dan
bisa
memperhatikan praktikum dengan teliti agar tidak ada ilmu yang terlewat
11 Universitas Sriwijaya
DAFTAR
PUSTAKA

Alfarisy, M. U., N. Abdulgani dan I. Ulfin. 2013. Pengaruh Jenis Kelamin dan
Ukuran Terhadap Kadar Albumin pada Ikan Kurisi (Channa striata). Jurnal
Sains dan Seni Pomits, 2 (1).

Ardianto. 2015. Ikan gabus (Channa striata) manfaat pengembangan dan


alternatif teknik budayanya. Pusat riset Perikanan Budidaya. Jakarta Selatan
Asyari, 2007. Pentingnya Labirin bagi Ikan Rawa. Jurnal Bawal : Widya
Riset Perikanan Tangkap, (5): 161-167.

Effendie M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama,


Yogyakarta.163 hal.

Fatah. K dan S. Adjie. 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris


marmorata) di Waduk Kedung Ombo Provinsi Jawa Tengah. Bawal, 5 (2):
89-96.

Fitrawati A.M. 2015. Pola pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan baronang
lingkis (Siganus canalicilatus). Tertangkap di Perairan Pantai Utara dan
Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar. Sulawesi Selatan [Tesis]. Program
Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Irmawati. 2015. Seleksi induk dan formulasi pakan bagi budidaya ikan gabus
untuk mendukung ketersediaan sumber protein masyarakat. Laporan
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Ismail, K. 2015. Kiat Mengatasi Stres pada Ikan. Surakarta: Mediatama. Irmawati.
2016. Genetika Populasi Ikan. Andi Press, Yogyakarta. Hal 246. Makmur, S.
dan D. Prasetyo. 2006. Kebiasaan Makan, Tingkat Kematangan

Gonad dan Fekunditas Ikan Haruan (Channa Striata Bloch) di


Suaka Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan.
Jurnal Ilmu- ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Kalimantan
Selatan, 13(1): 27-31.

Muslim. 2007. Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Kurisi (Channa striata)
di Rawa Sekitar Sungai Kelekar. Agria, 3 (2): 25-27.

Smith, C., Reichard, M., Jurajda, P., & Przybylski, M. 2004. The
reproductive ecology of the European bitterling (Rhodeus sericeus).
Journal of Zoology,262(02), 107-124.

Susilawati,R. 2000. Aspek Biologi Reproduksi, Makanan dan Pola


Pertumbuhan Ikan Biji Nangka (UpeneusmoluccensisBlkr.) di
Perairan Teluk Labuan Jawa Barat. Skripsi. Institute Pertanian
Bogor. Bogor Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. 48
hal.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan data lapangan


A. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
IKG jantan (%) = Bobot gona d x
100
Bobot tubuh
= 2,9 gra m x 100
143,1 gram
= 2,02 %
IKG betina (%) = Bobot gona d x
100
Bobot tubuh
= 0 gra m x 100
125,6 gram
= 0%
Lampiran 2. Gambar

Gambar 1. Ikan Gabus Jantan Gambar 2. Ikan Gabus Betina


Gambar 3. Testis

Anda mungkin juga menyukai