Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK

A. Definisi Kepribadian

Kepribadian merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang mengarahkannya


untuk berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku tertentu yang khas dalam berhubungan
dengan lingkungannya. Kepribadian berasal dari kata Persona, yang berarti ‘topeng’. Namun
bukan berarti bahwa kepribadian merupakan cara seseorang menutupi identitas dirinya.
Kata persona dalam Bahasa Yunani lebih merujuk pada simbol yang merepresentasikan
identitas seseorang; ‘alat’ yang digunakan oleh seseorang untuk memperkenalkan dirinya
pada dunia. Lickerman mengatakan bahwa kepribadian lebih bersifat menetap dan
dipengaruhi oleh faktor keturunan, sedangkan karakter lebih terbentuk karena pembelajaran
terhadap nilai dan kepercayaan.

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai "kualitas perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik" (Abin Syamsuddin
Makmun, 1996) dalam buku Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, oleh  (Prof. Dr. M.
Djawad Dahlan: 2012, 126-127).

G.W. Allport berpendapat bahwa personality adalah suatu organisasi psichophysis yang
dinamis daripada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

May, berpendapat: Personality is a social stimulus value. Artinya personality itu merupakan
perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita, itulah
kepribadian kita.

Dari beberapa pendapat para ahli, kita dapat menyimpulkan bahwa ;


kepribadian adalah proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan terhadap
system psikofisik (fisik dan mental) sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau
khas pada setiap orang terhadap lingkungan.

B. Kepribadian dengan Karakter


Banyak sekali pendapat para ahli melalui penelitian yang di lakukan sejak tahun 1920-an
bahwa kepribadian dengan karakter adalah suatu hal yang berbeda. Namun demikian,
penelitian yang dilakukan oleh Paul Bloom pada tahun 2000-an menunjukkan hasil yang
berbeda. Hasil studinya menunjukkan bahwa bahkan pada bayi berusia 6 bulan sekalipun,
seseorang sudah memiliki karakter dan pemahaman akan moral. Hasil penelitian ini seolah
membuka kembali pintu yang telah lama tertutup mengenai karakter. Oleh karenanya, arus
psikologi positif saat ini sudah mulai kembali banyak meneliti tentang karakter.
“Karakter” berasal dari Bahasa Yunani “Kharakter” yang berarti melekat erat pada sebuah
batang pohon. Ketika kita mengukir sebuah simbol atau gambar tertentu pada batang pohon,
maka gambar itu tidak mudah terhapus dan akan melekat sepanjang pohon itu tumbuh.
Begitu pula dengan karakter, merupakan kombinasi sifat-sifat yang dimiliki seseorang, yang
melekat di dalam dirinya dan tidak mudah dihapus atau diubahkan.
Sebenarnya tidak jauh berbeda definisi karakter dengan definisi kepribadian yang sudah di
jelaskan pada sub-bab sebelumnya. Namun beberapa ahli berusaha memberikan penekanan
ynag berbeda mengenai istilah ini, tetapi sesungguhnya karakter dan kepribadian adalah dua
istilah yang serupa.
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun


lingkungan (seperti:fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).

1. Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah


postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik),
kesehatan ( sehat  atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan
keberfungsian organ tubuh.
2. Intelegensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Individu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya
sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
3. Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian
anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
agamis; dalam arti, orangtua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta
bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut
cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang
broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak
memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya
cenderung akan mengalami distorsi atau kelainan dalam penyesuaian dirinya
(maladjustment).
4. Teman sebaya (peer group). Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman
sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai
mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok
atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan
orangtuanya. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai
dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat
kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya, biasanya kurang
memilki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh
sifat dan perilaku kelompoknya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata tidak
sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum minuman keras atau bergaul bebas,
karena pengaruh perilaku teman sebaya.
5. Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki
tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut
cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan antara
masyarakat modern yang budayanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan masyarakat
primitif yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian,
hubungan interpersonal atau cara memandang waktu. (Prof. Dr. M. Djawad Dahlan:
2012, 128-129)
D. Tipe Kepribadian

1. Tipe Kepribadian secara Umum

Kepribadian manusia sangat bermacam-macam oleh karena itu segolongan ahli berusaha
menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu karena mereka berpendapat
bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik.

a) Menurut Hippocrates-Galenus

Ahli-ahli tersebut antara lain adalah Hippocrates-Galenus, ahli-ahli dari mahzab


Italia. Mereka menggolongkan manusia atas dasar temperamennya menjadi empat
tipe, yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Cairan badan yang


Prinsip Tipe Sifat-sifat khasnya
dominan
Chole (empedu kuning) Tegangan (tension) Choleris Hidup, besar semangat, keras,
daya juang besar, hatinya
mudah terbakar, optimis
Melanchole (empedu Penegaran (rigidity) Melanholis Mudah kecewa, daya juang
hitam) kecil, muram, pesimistis
Phlegma (lendir) Plastisitas Phlegmatic Tak suka terburu-buru (calm,
tenang), tak mudah
dipengaruhi, setia
Sanguis (darah) Ekspansivitas Sanguinis Hidup, mudah berganti haluan,
ramah, lekas bertindak tapi juga
lekas berhenti

b) Menurut Eysenck
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) membagi tipe kepribadian menjadi
tiga, yaitu:

 Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati


kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil
bagian dalam aktivitas sosial.
 Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik.
 Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang
disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

c) Menurut Kretchmer dan Sheldon

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) membagi tipologi kepribadian
berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini
adalah:

 Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus
memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun
dan sensitif.
 Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek,
memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial
luas, banyak teman, dan suka makan.
 Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis
memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik,
pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran
(dysplastic).

d) Menurut Jung
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) menyatakan tipologi kepribadian dikelompokan
berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:

 Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.


 Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh
nilai-nilai subjektif.
 Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

2. Tipe Kepribadian pada Peserta Didik

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang
dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988)
menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:

1.      Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.

2.      Anak yang biasa-biasa saja.

3.      Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di sekolah.

E. Psikologi Perkembangan kepribadian


Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti
dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa.
Dalam teori freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam
proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat
kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun
(dalamA.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-
6tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahapdewasa, yang
terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja (A.Supratika, Op Cit, hal. 56).
F. Teori Perkembangan Kepribadian

Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:
1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian
dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat
dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam
radius soial yang lebih luas.
2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat
setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha
menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam
tahap-tahap yang ada. Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun
1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah
mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah
“delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap
menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya
“upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau
kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap
lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan
dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga
berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan
kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap
tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian
yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus
dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh
dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah
lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena
serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.

G. Kasus pada Perkembangan Kepribadian


Dibawah ini beberapa contoh dan masalah tentang perkembangan kepribadian mulai dari
anak sampai lanjut usia:
    1. Anak dan Balita
a) Banyak orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang tiba-
tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut sakit
kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orang tua yang anaknya masih
kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan kebingungan
apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat.
b) Apakah anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar diucapkan
oleh para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-
anak mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari prestasinya,
sikap dan perilakunya, sifatnya,sampai dengan fisiknya. Jeli sekali pengamatan
para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-anaknya. Selanjutnya,
orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan terapi” Artikel ini,tidak
mengajak pembaca untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah,namun mengajak
pembaca untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
c) Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif,dan
tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-
faktortertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1). Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2). Faktor pola asuh
3). Faktor lingkungan
4). Faktor pendidikan
5). Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)
d) Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama, bahkan
kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang
berbedaketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia pun di
duniayang segala sesuatunya sama persis

    2 .Remaja.
a) Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja
adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja
itu sendiri. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih
perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak remaja mereka
masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.Sebaliknya, bagi para
remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri
yang mandiri dari pengaruh orangtua.
b) Merespon Emosi. Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita
dalam mencapai tujuan dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau
sebaliknya bila tujuan kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut
emosi akan menjadi semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa
hal berikut:
1). Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan emosi.
2). Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional (meskipun
beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku berdasarkan alasan logis dan
objektif).
3). Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan emosi
(sombong, marah, cemburu, frustrasi dll)
4). Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas kasih, sayang,
perasaan tertarik dll.
3. Dewasa.
a. Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup orang dewasa
yang bisa menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang menjadi depresi, depresi
bisa melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa
saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa
dibilang sebuah pilihan sikap.
b. Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang
umum terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol,
narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan
berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun
juga.Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa
seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi
akibat kecanduan cinta meski korban
maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya.
4. Usia Lanjut.
    Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik,
kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atautergolong patologik. Sifat
kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebihnampak jelas setelah memasuki lansia sehingga
masa muda diartikansebagai karikatur kepribadian lansia.

Anda mungkin juga menyukai