1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Non-fatal accident in the workplace among young workers age 18-24 was 40% higher than adult workers.
Therefore, ILO launched an occupational safety and health integration program in schools. Pharmacy schools
classified into high-risk level since its much contact with chemicals. This study aimed to develop a syllabus for
occupational safety health and environment subject among pharmacy schools in Semarang. This study used to
research and development level 1. The research was conducted from April until August 2019 in 4 pharmacy
schools in Semarang. Informants consisted of 4 teachers, one head department of pharmacy, and two validators
chosen by purposive sampling. The data collection used human instrument, interview guidelines, and
questionnaire. The result showed that the validation score for the product was 96,3. It concluded that the
syllabus development was categorized at an excellent level and qualified to teach. This development product
used a reference in arranging syllabus for occupational safety health and environment. This study continued to
research and development level 2..
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: miranda.ikm.unnes@gmail.com
291
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
292
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
pekerjaan atau bidang tertentu sehingga relevan untuk beberapa program keahlian, salah satunya
terhadap kebutuhan dunia kerja. farmasi. Alokasi waktu yang diberikan untuk
Salah satu program keahlian yang ada mata pelajaran tersebut adalah 72 jam pelajaran.
dalam spektrum SMK, yaitu Program Keahlian K3LH diberikan untuk siswa kelas X pada
Farmasi, meskipun secara kuantitas berjumlah semester satu dan dua.
hanya kisaran 5% dari seluruh jumlah SMK, Dalam pengembangan silabus, perlu
namun memiliki potensi dan risiko bahaya yang diperhatikan beberapa prinsip yang menjadi
tinggi (Rasouli, 2018). Hal tersebut kaidah dalam pelaksanaan kurikulum tingkat
dimungkinkan karena proses formulasi produk satuan pendidikan. Prinsip dasar dalam
farmasi melibatkan kontak dengan berbagai pengembangan silabus adalah: (1) ilmiah, (2)
bahan kimia termasuk yang bersifat korosif dan relevan, (3) sistematis, (4) konsisten, (5)
iritan, seperti asam, basa, pelarut, dan bahan memadai, (6) aktual dan kontekstual, (7)
lain yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan fleksibel, dan (8) menyeluruh.
(Agarwal, 2018). Selain itu, paparan terhadap Berdasarkan studi pendahuluan oleh
bahan obat antibiotik juga dapat menyebabkan penulis dan telaah silabus mata pelajaran
resistensi pada mikroba (Sarker, 2014). Pada Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
beberapa kasus juga didapati kejadian dermatitis Hidup (K3LH) pada empat SMK dengan
kontak akibat pekerjaan pada industri farmasi Program Keahlian Farmasi di Semarang,
(Goossens, 2011). Secara umum, terdapat didapati gambaran tentang penyusunan
potensi bahaya yang ditemukan di laboratorium perangkat pembelajaran yang juga selaras
farmasi dengan tiga prioritas bahaya tertinggi dengan beberapa penelitian sejenis, yakni
yaitu terhirup gas beracun, terbakar dan silabus belum sesuai dengan kompetensi dasar
terpapar panas, dan terkena tumpahan bahan nasional yang ditetapkan oleh Direktorat
asam (Aher, 2016). SMK farmasi menerapkan Pembinaan SMK, tidak lengkap, serta belum
K3 yang bertujuan untuk mengurangi potensi terstruktur dengan baik.
bahaya di sekolah (Syakbania, 2017). Permasalahan yang timbul juga meliputi
Silabus adalah rencana pembelajaran penyampaian materi yang terlalu luas dan
pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dangkal ataupun terlalu sempit (Prayogi, 2017).
yang mencakup KI, KD, materi pembelajaran, Banyak permasalahan muncul karena
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi penyesuaian dengan kurikulum yang baru
waktu, dan sumber belajar. Sedangkan menurut sehingga belum ada format silabus maupun
Niron (2009), silabus pada dasarnya merupakan materi ajar tentang K3 di sekolah (Taviv, 2018).
rencana pembelajaran jangka panjang pada Hal ini menunjukkan bahwa integrasi K3 pada
suatu dan/atau kelompok mata pelajaran SMK Program Keahlian Farmasi terutama pada
tertentu. Silabus atau yang disebut dengan mata pelajaran K3LH belum terlaksana dengan
ideal/potential curriculum juga merupakan hasil baik dan sistematis, sehingga dikhawatirkan
atau produk pengembangan desain proses pembelajaran K3 tidak memberikan
pembelajaran, bersifat makro sehingga harus dampak yang optimal kepada siswa. Padahal,
dijabarkan lagi ke dalam program-program pengajaran K3 di sekolah menengah dapat
pembelajaran yang lebih rinci yaitu Rencana memberikan manfaat yang signifikan apabila
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). diberlakukan standar yang baik (Pisaniello,
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal 2013).
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pada penelitian sebelumnya yang
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: dilakukan oleh Ratnasari (2015), dihasilkan
07/D.D5/KK/2018, mata pelajaran produk pengembangan media pembelajaran
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan interaktif dengan hasil penilaian kategori layak
Hidup (K3LH) termasuk ke dalam kelompok (skor 4,25 dan 4,1888). Uji coba kelompok kecil
mata pelajaran dasar program keahlian (C2) menyatakan bahwa media tersebut dalam
293
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
kategori sangat baik (44%) dan kategori baik dan pakar bidang kurikulum. Sumber informasi
(55,56%). Uji coba kelompok besar menyatakan sekunder diperoleh dari dokumen silabus mata
bahwa media tersebut dalam kondisi sangat baik pelajaran K3LH yang dimiliki oleh masing-
(33%) dan kategori baik (63%). Sejauh ini masing SMK farmasi.
pengembangan K3 di sekolah masih berfokus Penelitian dilaksanakan di 4 SMK
pada media pembelajaran saja, padahal sebelum program keahlian farmasi Kota Semarang pada
bahan dan media ajar dibuat, perlu diperhatikan bulan April hingga Agustus tahun 2019. Teknik
terkait silabus yang menjadi acuannya. Untuk pengambilan data yang digunakan adalah
itu, penelitian ini dilakukan untuk menyusun wawancara semiterstruktur, angket, studi
produk pengembangan silabus keselamatan dokumen, dan Focus Group Discussion (FGD).
kesehatan kerja dan lingkungan hidup untuk Wawancara semiterstruktur yang termasuk ke
SMK farmasi se-Kota Semarang. dalam kategori in-depth interview dilakukan
dengan tujuan untuk menemukan permasalahan
METODE secara lebih terbuka, di mana pihak yang
Jenis dan rancangan penelitian yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
digunakan adalah Penelitian dan Teknik angket dilakukan dengan mengedarkan
Pengembangan (Research and Development/R&D) daftar pertanyaan yang berupa formulir-
level 1 yakni meneliti tanpa menguji. Penelitian formulir, diajukan secara tertulis kepada
yang dilakukan adalah merancang sebuah sejumlah subyek untuk mendapatkan informasi,
produk kemudian rancangan tersebut divalidasi tanggapan, jawaban, dan sebagainya. Dalam
secara internal oleh pendapat ahli dan praktisi penelitian ini, angket digunakan untuk proses
pada bidangnya namun tidak diproduksi atau validasi produk oleh ahli. Studi dokumen
diuji secara eksternal melalui pengujian dilakukan dengan menghimpun dan
lapangan (Sugiyono, 2016). menganalisis dokumen-dokumen pendukung.
Sumber informasi diperoleh dari sumber FGD dilakukan dengan tujuan untuk
primer dan sumber sekunder. Sumber primer memunculkan informasi mengenai keinginan
diperoleh melalui informan Informan dalam dan sudut pandang peserta tentang silabus mata
penelitian ini adalah ketua prodi farmasi SMK pelajaran K3LH.
Nusaputera 2, guru pengampu mata pelajaran Instrumen yang digunakan dalam
K3LH program keahlian farmasi di SMK penelitian ini adalah human instrument, pedoman
Theresiana, SMK Yayasan Pharmasi, SMK wawancara, dan angket. Teknik analisa data
Nusaputera 2, dan SMK Assodhiqiyah. yang digunakan adalah content analysis, mulai
Informan dipilih secara purposive sampling yang dari penyajian data, evaluasi, dan penarikan
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk uraian
Validator dalam penelitian ini adalah atau narasi dan tabel. Evaluasi dilakukan
pakar bidang K3 di bidang laboratorium kimia dengan cara membandingkan data yang telah
294
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
295
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
tentang penyakit akibat kerja, serta KD 3.9 dan yang semula: “membedakan” menjadi:
4.9 tentang P3K. “memahami”, (3) Pencantuman sumber belajar
Dokumen silabus yang digunakan oleh secara lebih spesifik, (4) Perubahan judul kolom
salah satu SMK yang lain juga tidak lengkap. penilaian yang semula: “alternatif penilaian”
Dokumen hanya memuat identitas mata menjadi “penilaian”, (5) Penambahan batasan
pelajaran, kompetensi dasar, dan alokasi waktu batasan penyakit secara spesifik pada indikator
untuk masing-masing KD tersebut. Tidak ada pencapaian kompetensi 3.2.2 tentang contoh
penjelasan lebih rinci mengenai indikator penyakit menular, (6) Penambahan dan
pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, pengurangan alokasi waktu untuk beberapa
dan sumber belajar yang pada umumnya kompetensi, (7) Pencantuman batasan materi
tercantum di dalam silabus. Di dua SMK secara detail pada indikator pencapaian
lainnya, ketidaksesuaian dokumen silabus kompetensi 3.5.1 tentang peraturan K3 yang
didapati pada alokasi waktu yang totalnya 52 berlaku di Indonesia, (8) Penambahan materi
dan 54 jam pelajaran. Alokasi waktu tersebut pada kompetensi api dan kebakaran tentang
memiliki perbedaan yang jauh dari durasi total proteksi kebakaran aktif dan pasif, dan (9)
yang diberikan yaitu 72 jam pelajaran. Penambahan materi P3K tentang langkah-
Berdasarkan hasil wawancara, didapati langkah pertama penanganan kejadian
ketidaksesuaian yang dapat dilihat dari jawaban kecelakaan, khususnya di lingkup farmasi.
salah satu informan. Ketidaksesuaian Oleh validator di bidang kurikulum,
ditemukan antara lain pada materi sistem produk pengembangan silabus dinilai melalui
pelayanan kesehatan serta api dan kebakaran. instrument dengan skor total dari jawaban yang
Sistem pelayanan kesehatan yang seharusnya diperoleh adalah 104. Setelah dihitung dengan
diberikan dan tercantum, namun pada rumus yang telah ditentukan, rancangan produk
pelaksanaannya tidak ada. pengembangan silabus memperoleh nilai akhir
Materi yang diberikan hanyalah sistem 96,3 (berada di dalam rentang 91-100) yang
pelayanan kefarmasian yang tidak termasuk di termasuk ke dalam kategori amat baik. Oleh
dalam mata pelajaran K3LH. materi yang validator di bidang laboratorium kimia, produk
seharusnya diberikan tentang api dan kebakaran pengembangan silabus dinilai secara kualitatif.
juga tidak ada, hanya sebatas simbol-simbol Dari hasil penilaian tersebut, materi di dalam
bahaya saja. Ketidakselarasan materi juga produk pengembangan silabus mata pelajaran
ditemukan pada materi usaha kesehatan sekolah K3LH dinilai telah memenuhi syarat untuk
dan materi kecelakaan kerja. Selain itu, terdapat diberikan kepada siswa.
perbedaan jawaban yang menyatakan bahwa Permasalahan yang ditemukan
tidak ada proses pembaharuan dan monitoring sebelumnya antara lain adalah
silabus. ketidaklengkapan struktur silabus yang
Dalam proses pengembangan silabus digunakan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
mata pelajaran K3LH untuk SMK program keterbatasan guru pengampu yang tidak berasal
keahlian farmasi, selain mengadakan proses dari bidang pendidikan, tidak adanya supervisi
wawancara, peneliti juga mengadakan kegiatan dan pembaharuan silabus, maupun pelatihan
FGD. Selama proses FGD berlangsung terdapat penyusunan perangkat pembelajaran yang
berbagai kritik dan masukan yang digunakan kurang maksimal. Supervisi akademik yang
sebagai pertimbangan agar produk berkelanjutan apabila dilaksanakan dengan
pengembangan silabus dapat maksimal. baik, dapat berperan penting untuk
Masukan yang didapatkan antara lain: (1) meningkatkan kemampuan dalam penyusunan
Pencantuman KI-1 (spiritual) dan KI-2 (sosial) silabus (Susetya, 2017).
di dalam silabus, (2) Perubahan kata kerja Permasalahan selanjutnya yang
dalam indikator pencapaian kompetensi 3.1.1 ditemukan dalam penelitian yaitu identitas yang
tentang pelayanan kesehatan dasar dan rujukan tidak dicantumkan di dalam salah satu
296
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
297
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
298
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
dengan harapan untuk memudahkan guru dibandingkan kompetensi yang lain. Begitu pula
dalam memberikan batasan materi kepada kompetensi yang memerlukan waktu singkat
siswa. tidak perlu diberikan alokasi waktu yang terlalu
Pada kompetensi sistem pelayanan lama. Di dalam produk pengembangan silabus
kesehatan di Indonesia, terdapat penemuan ini, alokasi waktu yang lebih lama terdapat pada
bahwa tidak disampaikannya materi sistem kompetensi 3.5 dan 4.5 tentang keselamatan
pelayanan kesehatan di Indonesia yang kerja, kompetensi 3.6 dan 4.6 tentang api dan
sebenarnya sudah tercantum di dalam indikator kebakaran, serta kompetensi 3.8 dan 4.8 tentang
pencapaian kompetensi pada salah satu sekolah. penyakit akibat kerja. Hal tersebut dilakukan
Temuan lain juga didapati pada kompetensi dengan pertimbangan materi yang lebih banyak
pencegahan dan penularan penyakit. tidak serta keperluan pembelajaran secara praktik
adanya batasan penyakit apa saja yang perlu sehingga membutuhkan jam pelajaran yang
disampaikan dalam materi, membuat lebih lama. Pada kompetensi 4.5, siswa dituntut
penyampaian dapat menjadi terlalu luas atau untuk dapat melaukan identifikasi potensi
terlalu sempit. bahaya pada laboratorium farmasi. Pada
Kurangnya keselarasan tentang materi kompetensi 4.6, siswa dituntut untuk dapat
yang diberikan pada salah satu sekolah juga mendemonstrasikan cara penggunaan APAR.
didapati pada kompetensi tentang APD. Materi Pada kompetensi 4.8, siswa dituntut untuk
APD seharusnya diberikan pada kompetensi dapat melakukan pengukuran lingkungan fisik.
yang lain, namun pada kenyataannya guru Sumber belajar sebagai komponen
belum dapat membedakan materi indikator penting dalam menimbulkan proses belajar,
pencapaian kompetensi antara keselamatan haruslah ditentukan dengan jelas. Pada
kerja dan APD. Sedangkan mengenai api dan dokumen-dokumen silabus sebelumnya, sumber
kebakaran, indikator pencapaian yang secara belajar belum dicantumkan dengan jelas
umum langsung hanya ditekankan pada spesifikasinya. Untuk itu, di dalam
pengetahuan tentang APAR. Selain itu, salah pengembangan silabus ini, sumber belajar
satu sekolah hanya memberikan materi tentang diusahakan untuk dapat tertulis secara rinci,
simbol-simbol bahaya saja dan belum mengarah mulai dari judul buku, peraturan, hingga
ke dalam indikator pencapaian kompetensi referensi lainnya
terkait api dan kebakaran. Di dalam produk
pengembangan ini diberikan penambahan PENUTUP
indikator pencapaian untuk pengetahuan
tentang peraturan kebakaran, serta proteksi Penelitian ini menghasilkan produk
kebakaran aktif dan pasif yang leboh pengembangan silabus mata pelajaran K3LH
komprehensif. Indikator pencapaian materi untuk SMK program keahlian farmasi se-Kota
yang terdapat dalam produk pengembangan Semarang. Produk pengembangan silabus
silabus K3LH dapat dilihat pada Tabel 2. tersebut termasuk dalam kategori amat baik
Dalam produk pengembangan silabus ini, dengan nilai akhir 96,3. Silabus yang dihasilkan
jenis penilaian, alokasi waktu, dan sumber dinilai memenuhi syarat untuk dapat diajarkan
belajar ditentukan dengan menyesuaikan di sekolah.
masing-masing kompetensi. Jenis penilaian Kelemahan dalam penelitian ini adalah
antara kompetensi yang satu dengan yang sulitnya melibatkan stakeholder dari industri
lainnya berbeda. Total alokasi waktu juga tidak farmasi untuk dapat ikut memberikan masukan
perlu dibagi sama rata untuk setiap kompetensi. dalam pengembangan silabus K3LH. Saran
Kompetensi yang memerlukan alokasi waktu yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya
lebih banyak untuk penugasan lapangan, atau adalah melanjutkan penelitian ini pada tahap
karena konten materi yang lebih banyak pula, Research and Development (R&D) Level 2 yaitu
dapat diberikan alokasi waktu yang lebih melakukan uji coba skala kecil dan uji coba
299
Miranda., Anik, S, W. / Pengembangan Silabus Keselamatan / HIGEIA 4 (2) (2020)
300