Kasus 1
Kasus 1
Seorang anak nama Ridho usia 2,5 tahun mempunyai ayah yang sering melakukan kekerasan
pada anak, jika anak tidak menuruti perintahnya maka ayah anak tersebut menjewer
telinganya bahkan memukul. Ibunya tidak dapat mengendalikan kekerasan yang dilakukan
oleh suaminya terhadap dirinya dan anaknya.
Penyelesaian Tugas
Pemeriksaan Penunjang
CT-scan :
II. Klasifikasi Kekerasan
Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang
dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar,
luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut,
cakaran. Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku
ekstrem serta agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah,
menipu, berbohong, mencuri. Physical abuse, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan
pelindung anak memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian). Pukulan
akan diingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu.
Kekerasan fisik pada anak dapat menimbulkan dampak negatif, anak yang mendapat
perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi
orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-
anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi
agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan
mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih
kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga
menyebabkan korban meninggal dunia.
Kriteria hasil :
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan diri sendiri
e. Keselamatan anak
Intervensi
1. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan
perilaku masa lalu
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
3. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
4. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
5. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
6. kolaborasi dengan agen lain untuk mengembangkan keamanan lingkungan
7. Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga sosial untuk mendapatkan bantuan finansial,
makanan, pakaian, rumah, dan perawatan kesehatan untuk membantu mencegah
pengabaian.
Kriteria hasil :
Intervensi
1. Tenangkan klien
2. Berusaha memahami keadaan klien
3. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas
5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
6. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan
perlakuan kekerasan
NOC : Parenting
Kriteria hasil :
Intervensi
Kriteria hasil:
Intervensi
1. Monitor lingkungan untuk perubahan status
2. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik
3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
4. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
5. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan
Kriteria hasil:
Intervensi
1. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat
menurunkan / mengurangi takut
2. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
3. Gendong / ayun-ayun anak
4. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan
ketakutan pasien
Intervensi:
Kriteria hasil:
a. Hindari perilaku kekerasan fisik
b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan
Intervensi:
Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan masyarakat,
international dan nasional NGO serta masyarakat sipil.
Kapasitas pekerja sosial provinsi, kabupaten, dan masyarakat perlu diperkuat. Tugas dan
tanggung jawab yang baru ditetapkan dan akuntabilitas harus menentukan kapasitas yang
diperlukan di setiap tingkatan.
Kerangka hukum dan peraturan perlu ditingkatkan dan sesuai dengan standard inernasional..
Kerangka hukum yang menyeluruh dan mengikat diperlukan ditingkat pusat. Kerangka
hukum dan peraturan ditingkat provinsi dan kabupaten harus sejalan dengan kerangka hukum
nasional.
Meliputi kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung serta sistem data dan informasi
untuk perlindungan anak.
Rangkaian dari layanan sosial perlindungan anak ditingkat masyarakat dimulai dari
pelayanan pencegahan primer, sekunder sampai layanan penanganan tersier,
Mediasi Keluarga ; Identifikasi dini; Dukungan keuangan ‘ Asuhan petirahan (Respite care)
Kampanye Kesadaran; Pendidikan, media, Kelompok Pengasuhan
Pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara menyeluruh
dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.
Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan orangtua dan
menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan dari kekerasan terhadap
anak.
Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan anak anak
yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku kekerasan
menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak misalnya melalui konseling dan
mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.
Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis sebagai akibat
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau tindakan-tindakan buruk lainnya.
Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari dampak buruk
atau, jika dianggap layak, melakukan pengawasan terstruktur dan memberikan layanan
dukungan. Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan
intervensi tersier atau
reaktif.
Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling terhubungkan dalam
sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.
American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School Health.
Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].