Anda di halaman 1dari 9

Kasus 1

Seorang anak nama Ridho usia 2,5 tahun mempunyai ayah yang sering melakukan kekerasan
pada anak, jika anak tidak menuruti perintahnya maka ayah anak tersebut menjewer
telinganya bahkan memukul. Ibunya tidak dapat mengendalikan kekerasan yang dilakukan
oleh suaminya terhadap dirinya dan anaknya.

Penyelesaian Tugas

I. Pengkajian Kasus Anak yang Diperlakukan Menyimpang


 Identitas Klien
a. Nama : Muhammad Ridho
b. Umur : 2,5 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Keluhan Utama : Kekerasan atau penganiayaan fisik
 Pengkajian Fisik :
Telinga memar karena sering dijewer dan terdapat memar pada daerah punggung.
 Riwayat Kejadian :
Ayahnya sering melakukan kekerasan pada Ridho, jika Ridho tidak menuruti
perintahnya maka ayahnya menjewer telinganya bahkan memukul. Ibunya tidak
dapat mengendalikan kekerasan yang dilakukan oleh suaminya terhadap dirinya
dan anaknya.
 Urutan Kejadian :
Ridho dipukuli ayahnya kemarin pada hari Rabu, 29 April 2015 karena tidak mau
membereskan mainan setelah bermain. Ibunya membawa Ridho ke Rumah Sakit
untuk memeriksakan keadaannya pada hari Kamis, 30 April 2015.
 Wawancara dengan Anak :
Ridho tidak mau diajak berbicara, dia hanya diam dan menangis.
 Wawancara dengan Ibu :
Ibunya mengatakan sedih karena tidak dapat melakukan apapun untuk dapat
menyelamatkan anaknya. Beliau juga mendapatkan penyiksaan dari ayahnya
Ridho.
 Interaksi Orang Tua dengan Anak :
Interaksi Verbal : Ridho hanya mau berbicara dengan Ibunya
Kontak Mata : Kontak mata Ridho dengan ibunya baik
Sentuhan : Ibunya selalu membelai
 Perkembangan anak

 Pemeriksaan Penunjang

CT-scan :
II. Klasifikasi Kekerasan

Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang
dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar,
luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut,
cakaran. Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku
ekstrem serta agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah,
menipu, berbohong, mencuri. Physical abuse, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan
pelindung anak memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian). Pukulan
akan diingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu.
Kekerasan fisik pada anak dapat menimbulkan dampak negatif, anak yang mendapat
perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi
orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-
anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi
agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan
mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih
kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga
menyebabkan korban meninggal dunia.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi berhubungan dengan
perlakuan kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
7. (Nanda, 2012)

IV. Intervensi Keperawatan


1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.

Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi

trauma pada anak

NOC : Abuse Protection

Kriteria hasil :
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan diri sendiri
e. Keselamatan anak

NIC: Enviromental Mangemen: safety

Intervensi

1. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan
perilaku masa lalu
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
3. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
4. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
5. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
6. kolaborasi dengan agen lain untuk mengembangkan keamanan lingkungan
7. Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga sosial untuk mendapatkan bantuan finansial,
makanan, pakaian, rumah, dan perawatan kesehatan untuk membantu mencegah
pengabaian.

2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,


ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak

dapat berkurang / hilang

NOC : Kontrol cemas

Kriteria hasil :

a. Monitor intensitas kecemasan


b. Menyingkirkan tanda kecemasan
c. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan strategi koping efektif

NIC : Penurunan cemas

Intervensi

1. Tenangkan klien
2. Berusaha memahami keadaan klien
3. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas
5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
6. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan
perlakuan kekerasan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi

NOC : Parenting

Kriteria hasil :

a. Menyediakan kebutuhan fisik anak


b. Merangsang perkembangan kognitif
c. Merangsang perkembangan emosi
d. Merangsang perkembangan spiritual
e. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

NIC : Anticipatory guidance

Intervensi

1. Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional selanjutnya


dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga.
2. Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
3. sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien
4. tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
5. Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah
6. Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera

NOC : Pengendalian resiko

Kriteria hasil:

a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan


b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Menghindari cidera fisik
e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan

Intervensi
1. Monitor lingkungan untuk perubahan status
2. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik
3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
4. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
5. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan

5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

Tujuan : Pasien tidak merasa takut

NOC : Kontrol ketakutan

Kriteria hasil:

a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan


b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c. Mengendalikan respon ketakutan
d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

NIC 1 : Pengurangan Ansietas

Intervensi

1. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat
menurunkan / mengurangi takut
2. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
3. Gendong / ayun-ayun anak
4. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan
ketakutan pasien

NIC 2 : Peningkatan koping

Intervensi:

1. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan


2. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa
3. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
4. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal
5. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai
ancaman

6. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan

Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan

NOC : Abusive behavior self-control

Kriteria hasil:
a. Hindari perilaku kekerasan fisik
b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

NIC : Family terapi

Intervensi:

1. Tentukan terapi dengan keluarga


2. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
3. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
4. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
5. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

V. Lembaga Perlindungan Anak


Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KPAI, adalah lembaga
independen Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 36/1990, 77/2003
dan 95/M/2004 merupakan dasar hukum pembentukan lembaga ini.

VI. Sistem perlindungan anak di Indonesia

Dalam sistem perlindungan anak meliputi:

 Pencegahan terhadap kekerasan, penelantaran, perlakukan salah dan eksploitasi yang


direspon secara efektif ketika hal tersebut muncul serta menyediakan layanan yang
dibutuhkan, rehabilitasi dan kompensasi terhadap para korban

 Memperoleh pengetahuan tentang akar penyebab kegagalan pada perlindungan anak


dan sejauhmana mengetahui tentang kekerasan , penelantaran, eksploitasi dan
perlakukan salah terhadap anak disemua kondisi.

 Mengembangkan kebijakan dan regulasi, yang mempengaruhi untuk tindakan


pencegahan dan penanganan, dan bagiamana memastikan perkembangannya.

 Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan masyarakat,
international dan nasional NGO serta masyarakat sipil.

PENDEKATAN PERLINDUNGAN ANAK BERBASIS SISTEM

Sistem perlindungan anak yang efektif mensyaraatkan adanya komponen-komponen yang


saling terkait. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:

•Layanan Kesejahteraan Sosial


Penguatan dan pemberian pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak memerlukan
gambaran yang jelas tentang tugas, tanggung jawab dan proses kelembagaan di setiap tingkat.
Proses dan kriteria pelaporan, penilaian, dan perencanaan intervensi dan penanganan kasus
perlu dipetakan, yang kemudian dilakukan standarisasi dan disosialisasikan di semua tingkat.

Kapasitas pekerja sosial provinsi, kabupaten, dan masyarakat perlu diperkuat. Tugas dan
tanggung jawab yang baru ditetapkan dan akuntabilitas harus menentukan kapasitas yang
diperlukan di setiap tingkatan.

• Kerangka kerja legal/peraturan perundang-undangan

Kerangka hukum dan peraturan perlu ditingkatkan dan sesuai dengan standard inernasional..
Kerangka hukum yang menyeluruh dan mengikat diperlukan ditingkat pusat. Kerangka
hukum dan peraturan ditingkat provinsi dan kabupaten harus sejalan dengan kerangka hukum
nasional.

Meliputi kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung serta sistem data dan informasi
untuk perlindungan anak.

• Perubahan sikap/ perilaku

Di tingkat masyarakat, berbagai komponen tersebut harus disatukan dalam rangkaian


kesatuan pelayanan perlindungan anak yang mendorong kesejahteraan dan perlindungan anak
dan meningkatkan kapasitas keluarga dan masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab
mereka. Meliputi, kampanye dan lobby; pemahaman media; ekspresi pendapat anak; debat
nasional; membangun kapasitas, dan lain sebagainya.

PELAYANAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SISTEM

Rangkaian dari layanan sosial perlindungan anak ditingkat masyarakat dimulai dari
pelayanan pencegahan primer, sekunder sampai layanan penanganan tersier,

Mediasi Keluarga ; Identifikasi dini; Dukungan keuangan ‘ Asuhan petirahan (Respite care)
Kampanye Kesadaran; Pendidikan, media, Kelompok Pengasuhan
Pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara menyeluruh
dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.

Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan orangtua dan
menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan dari kekerasan terhadap
anak.

Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan anak anak
yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku kekerasan
menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak misalnya melalui konseling dan
mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.

Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis sebagai akibat
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau tindakan-tindakan buruk lainnya.
Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari dampak buruk
atau, jika dianggap layak, melakukan pengawasan terstruktur dan memberikan layanan
dukungan. Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan
intervensi tersier atau
reaktif.

Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling terhubungkan dalam
sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC

NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia:


NANDA International.

NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.

American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School Health.
Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].

Soegijianto, Soegeng.2002.Ilmu Penyakit Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai