Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENTINGNYA SHOLAT DALAM


KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI

Di susun oleh :
Kelompok V
1. Rendy Yusuf
2. Fatimatu Zahro
3. Khusnul Hidayati
4. Rita Rahayu
5. Sofita Isnaniya
6. Irma Yusniawati

SEKOLAH TINGGI
MANAGEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN TEHNIK INFORMATIKA
2010
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT dengan berkat dan
rahmat- Nya sehingga makalah tentang “Pentingnya Sholat dalam Kehidupan Sehari-hari”
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer STMIK ASIA Malang

Makalah ini berisi tentang Pengertian Sholat, Macam-macam Sholat, Tata Cara serta
Rukun, Syarat Sah Sholat serta manfaat sholat bagi diri sendiri dan bagi kehidupan sehari-
hari. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan keterangan, data-data, waktu, tenaga dan pemikiran demi
terselesaikannya makalah ini.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini
penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Malang, 15 Januari 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah....................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan…..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat.....................................................................................
B. Macam-macam Sholat….........................................................................
1. Sholat Fardhu....................................................................................
2. Sholat Sunnah....................................................................................
a. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah.. .
b. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah......................
C. Tata Cara Melakukan Sholat...................................................................
1. Gerakan dan Baca’an Sholat.............................................................
D. Manfa’at Sholat.......................................................................................
1. Manfa’at sholat bagi diri sendiri ......................................................
2. Manfa’at sholat bagi kesehatan.........................................................
E. Rukun, Syarat Wajib, Syarat Sah dan Sunnah Sholat.............................
1. Rukun Sholat......................................................................................
2. Syarat Wajib Sholat............................................................................
3. Syarat Sah Sholat................................................................................
4. Sunnah Sholat.....................................................................................
F. Hal-hal yang Membatalkan Sholat..........................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan dan Saran....................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah pernah bersabda: “Shalat itu adalah tiangnya agama, barang siapa yang
mendirikannya maka berarti ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkannya
berarti ia telah meruntuhkan agama” (Al-Hadits). Bahkan hal ini dipertegas oleh firman
Allah SWT.:

‫ت َوالصَّلو ِة ْال ُو ْسطَ َوقُ ْو ُم ْوا هَّلِل ِ قَنِتِي َْن‬ َّ ‫ َحافِظُ ْوا َعلَى ال‬.
ِ ‫صلَو‬

Artinya: “Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS Al-Baqarah [2]: 238).
Dengan ayat di atas, dapat kita pahami bahwa begitu pentingnya melaksanakan dan
memelihara shalat (shalat fardhu). Karena melaksanakan shalat merupakan salah satu ciri bagi
orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT., dan sebagai sarana untuk mendekatkan
diri kepada-Nya. Hal ini telah nyata dalam Firman-Nya:

‫ي‬ ِّ ِ‫صاَل ةَ ل‬
ْ ‫لذ ْك ِر‬ َّ ‫َواَقِ ِم ال‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS Thaha [20]: 14)

Jelas sekali, bahwa dengan shalat kita dituntut untuk bisa mengingat-Nya, mengingat
kebesaran-Nya dan mengakui kerendahan diri di hadapan-Nya. Namun, ada sebagian orang
yang salah mengartikan makna ayat ini, mereka beranggapan tidak wajib shalat kalau kita bisa
mengingat-Nya tanpa melakukan gerakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Mereka hanya melihat esensi shalat semata, tidak melihatnya sebagai syari’at yang harus
dilaksanakan oleh orang yang beriman.

Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaanya dari ibadat-
ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Ankabut : 45)

Oleh karena itu, kiranya hal itu bisa dijadikan salah satu alasan dan latar belakang
dibuatnya makalah ini dengan judul “Pentingnya Sholat dalam Kehidupan kita Sehari-
hari”.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang di atas kiranya dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa yang di maksud dengan sholat?


2. Berapakah macam-macam sholat?
3. Bagaimanakah tata cara melakukan sholat?
4. Apa manfa’at sholat bagi diri sendiri dan bagi kesehatan?
5. Apa saja rukun dan syarat syah sholat?
6. Apa saja hal-hal yang membatalkan sholat?

C. Tujuan Makalah

Dengan adanya makalah ini, para mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami hal-hal di bawah ini:

 Pengertian shalat
 Macam-macam sholat
 Tata cara sholat
 Manfa’at sholat
 Rukun dan syarat syah sholat
 Hal-hal yang membatalkan sholat

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu:

Bab I pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisannya.

Bab II isi, yang terdiri dari pengertian shalat, macam-macam sholat, tata cara sholat, manfa’at
sholat, rukun syarat wajib, syarat sah dan sunnah sholat, hal-hal yang membatalkan sholat.

Bab III penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran


BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat

Shalat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah berhadap hati
kepada Allah sebagai ibadah yang di wajibkan atas tiap-tiap orang islam, baik laki-laki
maupun perempuan. Berupa perbuatan, perkataan, dan berdasarkan atas syarat-syarat dan
rukun-rukun tertentu, yang di mulai dengan “Takbir”, dan di akhiri dengan “Salam”.

Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam. Dalam deretan rukun
Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah
syahadat (syahadatain).
Kewajiban dan syi’ar yang paling utama adalah shalat, ia merupakan tiang Islam dan
ibadah harian yang berulang kali. Ia merupakan ibadah yang pertama kali dihisab atas setiap
mukmin pada hari kiamat. Shalat merupakan garis pemisah antara iman dan kufur, antara
orang-orang beriman dan orang-orang kafir,

Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Shalat

َ‫ع الرَّا ِك ِع ْين‬cَ ‫صلَىةَ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم‬
َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang – orang yang
ruku (QS Al-Baqarah, 43)

َ‫َ ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن خَ ي ٍْر تَ ِج ُدوْ هُ ِع ْن ُدالل ِهط اِ َّن هللاَ بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬c‫ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َو َماتُقَ ِّد ُموْ ا َِِال‬cَ‫صلَوْ ة‬
َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬
‫ص ْي ٌر‬
ِ َ‫ب‬
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu usahakan dari
kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah
maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan (QS Al-Baqarah 110)

‫صلَوةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك َر‬


َّ ‫صلَوةَ اِ َّن ال‬
َّ ‫َواَقِي ِْم ال‬
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan
munkar. (QS Al –Ankabut : 45)

َ‫صالَةَ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َواَ ِط ْيعُوْ اال َّرسُوْ َل لَ َعلَ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬
َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian
semua diberi rahmat. (QS An-Nuur: 56)

Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan
perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata –
kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang Islam
dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata
mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila
shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

B. Macam-macam Sholat
1. Sholat Fardlu
a. Sholat Dzuhur
Waktunya: ketika matahari mulai condong ke arah Barat hingga bayangan suatu benda
menjadi sama panjangnya dengan benda tersebut kira – kira pukul 12.00 – 15.00 siang
b. Sholat Ashar
Waktunya: sejak habisnya waktu dhuhur hingga terbenamnya matahari. Kira – kira –
kira pukul 15.00 –18.00 sore
c. Sholat Maghrib
Waktunya: sejak terbenamnya matahari di ufuk barat hingga hilangnya mega merah di
langit. Kira – kira pukul 18.00 – 19.00 sore
d. Sholat Is’ya
Waktunya: sejak hilangnya mega merah di langit hingga terbit fajar. Kira – kira pukul
19.00 – 04.30 malam
e. Sholat Shubuh
Waktunya : sejak terbitnya fajar (shodiq) hingga terbit matahari. Kira – kira pukul
04.00 – 5.30 pagi

2. Sholat Sunnah

Shalat sunnah itu ada dua macam:

A. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah

1. Shalat Idul Fitri

2. Shalat Idul Adha

Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu
bakar dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR
Imam Bukhari dan Muslim)

Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir (di luar
Takbiratul Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua
melakukan lima kali takbir sebelum membaca Al-Fatihah.

3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)

4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)


Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan terjadinya gerhana
matahari. Beliau SAW bersabda:

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda


(kebesaran) Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak
juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian mengalaminya
(gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir.” (HR
Imam Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan seseorang untuk
memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat didirikan dengan
berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap raka’at, dan
melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.

5. Shalat Istisqo’

Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua raka’at, seperti
shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Tata caranya seperti shalat ‘Id.

6. Shalat Tarawih

Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid pada
suatu malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi shalat
(lagi di masjid) pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau bertambah
banyak. Pada malam ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu
Rasulullah), namun Rasulullah SAW tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi
SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan tadi malam, namun aku
tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal (shalat) itu akan
difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu terjadi dalam bulan
Ramadhan.” (HR Imam Muslim)

Jumlah raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan kesepakatan


shahabat mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.
7. Shalat Witir (yang mengiringi Shalat Tarawih)

Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan berjamaah, karena
Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.

B. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah

1. Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi Shalat Fardlu), terdiri dari:

a. 2 raka’at sebelum shubuh


b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’

2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)

Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79, As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64.
Dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan jumlah raka’at tidak dibatasi. Dari Ibnu
Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua
(raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka
witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

3. Shalat Witir di luar Ramadhan

Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at. Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2
raka’at, kemudian satu raka’at salam. Boleh juga dilakukan seluruh raka’at
sekaligus dengan satu kali Tasyahud dan salam.

4. Shalat Dhuha

Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah
keduanya (tiap shalat 2 raka’at) dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)

Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan dua
raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk rumahnya (Ummu Hani) pada
hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin), beliau shalat 12 raka’at,
maka kata Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan
daripada shalat (12 raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’ dan
sujud beliau.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

5. Shalat Tahiyyatul Masjid

Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari
kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah
Ahli Hadits)

6. Shalat Taubat

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun
berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan memohon ampunan kepada Allah,
kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)

7. Shalat Tasbih

Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-
Fatihah dan Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa
laa ilaaha illallah wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua
sujud, duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at
pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca
sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu
Huzaimah)

8. Shalat Istikharah

Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari kami
Istikharah dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari
kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan
menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)

9. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada Allah atau
kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut, kemudian
shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW,
dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

10. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang ke rumah

Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila pulang dari bepergian, beliau
menuju masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)

11. Shalat Awwabiin

Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 25

Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat setelah
shalat Maghrib enam raka’at, maka diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak
buih lautan.” (HR Imam Thabrani)

Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu
Hurairah Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at antara
Maghrib dan Isya’, maka Allah mencatat baginya ibadah 12 raka’at.” (HR Imam
Tirmidzi)

12. Shalat Sunnah Wudhu’

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berwudhu, ia menyempurnakan


wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

13. Shalat Sunnah Mutlaq

Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu sebaik-baik
perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)

Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa
sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat
sepanjang malam?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa dan
berbuka, aku shalat tapi juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak menyukai
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat sunnah bisa dilakukan dengan
jumlah raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh dilakukan sepanjang malam,
karena Nabi sendiri tidak menganjurkannnya demikian. Ada waktu untuk istirahat
dan untuk istri/suami.

C. Tata Cara Melakukan Sholat


1. Gerakan dan Bacaan Sholat
a) Takbir
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu memulai sholatnya (dilakukan hanya
sekali ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni

mengucapkan Allahu Akbar ( ) di awal sholat dan beliau pun pernah


memerintahkan seperti itu kepada orang yang sholatnya salah. Beliau bersabda
kepada orang itu:
"Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu' dan
melakukan wudhu' sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu
Akbar."
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dengan sanad shahih). Takbirotul
ihrom tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan diucapkan di dalam hati).

b) Mengangkat Kedua Tangan


Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu (lihat gambar) ketika
bertakbir dengan merapatkan jari-jemari tangannya, berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya
setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap
kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit
dari ruku'nya."
(Muttafaqun 'alaihi).
Atau mengangkat kedua tangannya setentang
telinga (lihat gambar), berdasarkan hadits riwayat
Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu anhu, ia
berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa
mengangkat kedua tangannya setentang telinga
setiap kali bertakbir (didalam sholat)."(HR.
Muslim).

c) Bersedekap
Meletakkan atau menggenggam kedua tangan di atas dada
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan
lengan kanan pada punggung telapak kirinya,
pergelangan dan lengan kirinya (lihat gambar)
berdasar hadits dari Wail bin Hujur:

"Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam


bertakbir kemudian meletakkan tangan kanannya
di atas telapak tangan kiri, pergelangan tangan
kiri atau lengan kirinya."
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud,
Nasa'i, Ibnu Khuzaimah, dengan sanad yang
shahih dan dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban,
hadits no. 485).
Beliau terkadang juga menggenggam pergelangan
tangan kirinya dengan tangan kanannya (lihat gambar) , berdasarkan hadits Nasa'i
dan Daraquthni:
"Tetapi beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan kanannya pada
lengan kirinya." (sanad shahih).

d) Memandang ke Tempat Sujud


Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah
radhiyallahu 'anha:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari


tempat sujud (di dalam sholat)." (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani).

Larangan menengadah ke langit

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras menengadah ke langit


(ketika sholat). Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Hendaklah sekelompok orang benar-benar menghentikan pandangan matanya


yang terangkat ke langit ketika berdoa dalam sholat atau hendaklah mereka
benar-benar menjaga pandangan mata mereka." (HR. Muslim, Nasa'i dan
Ahmad).

Rasulullah juga melarang seseorang menoleh ke kanan atau ke kiri ketika sholat,
beliau bersabda:

"Jika kalian sholat, janganlah menoleh ke kanan atau ke kiri karena Allah akan
senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada hamba yang sedang sholat selama
ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri." (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Dalam Zaadul Ma'aad (I/248) disebutkan bahwa makruh hukumnya orang yang
sedang sholat menolehkan kepalanya tanpa ada keperluan. Ibnu Abdil Bar
berkata, "Jumhur ulama mengatakan bawa menoleh yang ringan tidak
menyebabkan shalat menjadi rusak."
Juga dimakruhkan shalat dihadapan sesuatu yang bisa merusak konsentrasi atau di
tempat yang ada gambar-gambarnya, diatas sajadah yang ada lukisan atau ukiran,
dihadapan dinding yang bergambar dan sebagainya

e) Membaca Do’a Istiftah


Adapun bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
diantaranya adalah:

artinya:"Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku


sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah,
bersihkanlah kau dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih
dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku
dengan air, salju dan embun." (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).

Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga membaca


dalam sholat fardhu:
artinya
:"Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumu dengan
penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam,
tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku
termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah, Engkaulah
Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan
Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya
diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku.
Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah
aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya Engkaulah yang
dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari
akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak datang dari-
Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku
berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat
memohon keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu kecuali hanya Engkau
semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan
bertaubat kepada-Mu."
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah

f) Membaca Ta’awudz

artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari
semburannya (yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari
hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq)."
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim
dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).

g) Membaca Surat Fatihah


h) Membaca Amin
i) Membaca Surat Al-Qur’an
j) Ruku’
 Meletakkan Kedua Telapak Tangan Pada Lutut
 Merenggangkan Jari-Jemari

 Menekankan Kedua Tangan Pada Lutut


 Antara Kepala Dan Punggung Lurus, Kepala Tidak Mendongak Tidak Pula
Menunduk Tetapi Tengah-Tengah Antara Kedua Keadaan Tersebut.
 Merenggangkan Kedua Siku Dari Lambung.
 Thuma’ninah Dan Memperlama Ruku’

Baca’an sa’at Ruku

Bacaan 1:

# Dari Hudzaifah,
“Bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan:
“SUBHAANA RABBIYAL ADZIIMI” 3x

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhanku Yang Maha Agung” (HR. Ibnu


Khuzaimah)

Bacaan 2:

# Dari ‘Uqbah bin Amir, dia berkata:


”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika ruku‘ membaca:

“SUBHAANA RABBIYAL ADZIIMI WA BIHAMDIHI” 3x

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhanku Yang Maha Agung, dan aku ruku’
dengan memuji-Mu”. (HR Abu Dawud, Daruqutni meriwayatkannya dari
Ibnu Mas’ud)

Bacaan 3:

# Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:


“Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ruku’ dan sujudnya
mengucapkan:

“SUBHANAKALLAHUMMA RABBANAA BIHAMDIKA


ALLAHUMMAGHFIRLII”

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhan kami, dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah,
ampunilah aku.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

k) Berdiri Membaca I’tidal

Yang Dibaca Ketika I'tidal dari Ruku'

(SAMIALLAHULIMAN HAMIDAH)

Kemudian ketika sudah tegak dan selesai bacaan tersebut disahut dengan bacaan:
RABBANAA LAKAL HAMD (Rabbku, segala puji kepada-Mu) atau,

RABBANAA WA LAKAL HAMD (Rabbku dan segala puji kepada-Mu) atau,

ALLAAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMD (Ya, Allah, Rabbku, segala puji


kepada-Mu) atau,

ALLAAHUMMA RABBANAA WA LAKAL HAMD (Ya, Allah, Rabbku dan


segala puji kepada-Mu)

l) Sujud

Bacaan Sujud

Rasulullah membaca

SUBHAANA RABBIYAL A'LAA 3 kali


(berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dll)

atau kadang-kadang membaca

SUBHAANA RABBIYAL A'LAA WA BIHAMDIH, 3 kali


(berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dll)

atau

SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA


ALLAAHUMMAGHFIRLII

m) Bangun dari Dua Sujud Pertama


n) Duduk antara Dua Sujud
Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan
ditegakkan dan jarinya diarahkan ke kiblat:
Beliau menegakkan kaki kanannya (Al-Bukhari)

Menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat (An-Nasa-i)

Bacaannya

(ROBBIGHFIRLI ROBIGHFIRLI)

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WA 'AAFINII WAHDINII


WARZUQNII (Abu Dawud)

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARZUQNII


WARFA'NII
(Ibnu Majah)

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII


WARZUQNII
(At-Tirmidzi)

Thuma-ninah dan Lama

o) Menuju Roka’at berikutnya


Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka'at pertama dan ketiga)
didahului dengan duduk istirahat atau tanpa duduk istirahat, bangkit berdiri seraya
bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan
bertumpu pada lantai atau bisa juga bertumpu pada pahanya.
p) Duduk Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir
tasyahhud awwal duduk iftirasy
duduk tawaruk

bila tidak mampu duduk tawaruk

Letak tangan ketika duduk

Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan sambil
berisyarat dan/atau menggerak-gerakkan jari telunjuk dan penglihatan ditujukan
kepadanya, sedang tangan kirinya ditaruh/terhampar di paha kiri (lihat gambar).

Membaca do'a At-Tahiyyaat dan As-Sholawaat


"AT-TAHIYYAATU LILLAHI WAS SHOLAWATU WAT THAYYIBAAT,
AS-SALAMU'ALAIKA AYYUHAN NABIY WA RAHMATULLAHI WA
BARAKATUHU, AS-SALAAMU 'ALAINA WA 'ALAA 'IBAADILLAHIS
SHALIHIN. ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASULUHU"

artinya: segala kehormaatan, shalawat dann kebaikan kepunyaan Allah, semoga


keselamatan terlimpah atasmu wahai Nabi dan juga rahmat Allah dan barakah-
Nya. Kiranya keselamatan tetap atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang
shalih; -karena sesungguhnya apabila kalian mengucapkan sudah mengenai
semua hamba Allah yang shalih di langit dan di bumi- Aku bersaksi bersaksi
bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya
Muhammmad itu hamba daan utusan-Nya.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari).

"ALLAAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI


MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI
IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK
'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA
'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM
MAJIID."

artinya: "Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga


Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga
Ibarahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Ya Allah
berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung."
"ALLAAHUMMA INNII A'UUDZUBIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA
WA MIN 'ADZAABIL QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL
MAMAAT WA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL."

artinya: "Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur,
fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal."
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz
Muslim)

q) Salam
D. Manfaat Sholat
1. Manfaat shalat bagi diri sendiri
a. Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat menentukan amal /
tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak mungkin
melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya
Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya
mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah
b. Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin
efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat
zina. Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi
sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu
kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat
Al-Ankabut: 45
c. Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik
perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak yang celaka bagi orang
– orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat
selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan tertib.
Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan rukunnya, karena
apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka shlatnya tidak sah (batal)
d. Shalat Akan membangun etos kerja
Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa pada intinya shalat merupakan
penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam perbuatan sehari – hari
maupun ditempat mereka bekerja
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap
etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan
tugas

2. Manfa’at sholat bagi kesehatan


a. Takbiratul Ikhram
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di
depan perut atau dada bagian bawah. Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah,
getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak
memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua
tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar.
Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
b. Rukuk
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah.Posisi kepala lurus
dengan tulang belakang. Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi
tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi
jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah.
Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke
bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
c. I’tidal
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan
setinggi telinga. Manfaat: I’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum
sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik.
Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara
bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
d. Sujud
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi
pada lantai. Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak.
Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan
tuma'ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini
juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud
memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
e. Duduk
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat
akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. Manfaat: Saat iftirosy, kita
bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi
ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya
tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostat) dan saluran vas deferens. Jika
dilakukan dengan benar, postur ini bisa mencegah impotensi. Variasi posisi telapak
kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan
kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga.
kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
f. Salam
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaat: Relaksasi
otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini
mencegah sakitkepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.

Beribadah secara terus menerus bukan saja menyuburkan iman, tetapi ada beberapa
manfa’atnya yaitu :

 Mempercantik diri wanita luar dan dalam.


 Memacu Kecerdasan, gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah
manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya
sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan
tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini
mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa? Dengan melakukan
gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak
pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang
memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan
pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud
yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.
Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang
dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah
diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.
 Memperindah Postur Tubuh
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching) . Intinya untuk
melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat
dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak,
termasuk jari kaki dan tangan.Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu,
termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan
hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh
yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah
bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
 Memudahkan Persalinan
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan
pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis
dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di
sekitar perut untuk mengejang lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita
karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan
mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar
dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan
tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada
tempatnya kembali (fiksasi).
 Memperbaiki Kesuburan
Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu
duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting
adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah
paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur
untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.
Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki
harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan
pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah
perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah
perineum.

E. Rukun, Syarat Wajib, Syarat Sah dan Sunnah Sholat


1. Rukun Sholat
Rukun sholat adalah setiap bagian sholat yang apabila ketinggalan salah
satunya dengan sengaja atau karena lupa maka sholatnya batal (tidak sah).

1) Niat
2) Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk, bila
tidak mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau terlentang.
3) Takbiratul Ikhram ketika mulai sholatsholat
4) Membaca surat Al-Fatihah
5) Rukuk dengan tuma’ninah
(Yang dimaksud "tuma'ninah" adalah tenang, melakukan gerakan-gerakan sholat
dengan tenang dan tidak mengurangi sedikitpun gerakan-gerakan tersebut dan
melakukannya dengan sempurna).
6) I’tidal dengan tuma’ninah
(I'tidal adalah setelah bangun dari rukuk kemudian kembali keposisi berdiri )
7) Sujud dengan tuma’ninah
8) Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
9) Duduk tasyahud akhir
10) Membaca tasyahud akhir
11) Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW
12) Membaca salam yang pertama (menengok ke kanan)
13) Tertib ( Melakukan rukun-rukun sholat secara berurutan, mulai dari takbir
sampai salam sesuai tuntunan Nabi Sholallahu Alaihi Wasallam ).
2. Syarat Wajib Sholat

1) Islam
2) Baliqh
3) Berakal
4) Suci dari Haid dan Nifas
5) Dalam keadaan sadar
6) Telah sampai dakwah kepadanya
3. Syarat Sah Sholat

1) Suci dari hadats baik hadats besar maupun kecil


2) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
3) Menutup aurat
4) Mengetahui masuknya waktu shalat
5) Menghadap kiblat
4. Sunnah Sholat
Hal yang sunnah dalam sholat adalah bagian sholat yang tidak termasuk dalam
rukun maupun wajib, tidak membatalkan sholat baik ditinggalkan secara sengaja
maupun lupa.

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbir.


2) Membaca do'a iftitah
3) Membaca ta'awudz ketika memulai bacaan
4) Membaca surat dari Al-Qur'an setelah membaca Al-Fatihah pada dua rakaat
yang awal
5) Meletakkan dua tangan pada lutut selama rukuk
6) Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri selama berdiri
7) Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud selama sholat

8) Menyaringkan bacaan fatihah untuk sholat maghrib, isya, dan subuh serta sholat
jum’at untuk rokaat pertama dan kedua

9) Membaca salam yang kedua (menengok ke kiri)

F. Hal-hal yang Membatalkan Sholat

1. Berbicara ketika sholat


2. Tertawa
3. Makan dan minum
4. Berjalan terlalu banyak tanpa ada keperluan
5. Tersingkapnya aurat
6. Memalingkan badan dari kiblat
7. Menambah rukuk, sujud, berdiri atau duduk secara sengaja
8. Mendahului imam dengan sengaja
BAB III

PENUTUP

Beberapa pelajaran mengenai pengertian sholat, ma’na sholat dan hal-hal lain yang
menerangkan tentang sholat telah teruraikan dalam makalah ini walau mungkin tak sempurna
dan masih banyak kesalahan di dalammya.

Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begiu luar biasa yang mengajarkan kebaikan dalam
segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan, sebagai pembeda
antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat dari Allah dalam
kehidupan,semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplkasikan dengan benar dalam
kehidupan kita.

Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas dari kami
sebagai manusia yang menmiliki banyak kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan terjemahnya
Drs. Sidi Gazalba Asas Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975
Hasbi Asy Syidiqi, Pedoman Shalat, Bulan Bintang, 1976
Imam Basori Assuyuti
Bimbingan Shalat Lengkap, Mitra Umat, 1998
Mimbar Ulama, Edisi September 2004
Buku Fiqih Sunah, karangan Sayid Sabiq
LKS Pendidikan Agama Islam SMP kelas VII

Anda mungkin juga menyukai