LABORATORIUM FISIOLOGI
BLOK 10 (GANGGUAN MUSCULOSKELETAL)
praktikum adalah menunjang kemampuan teori pada blok terkait. Jika perlu dapat
dilalukan responsi
4. Selama praktikum berlangsung, praktikan dilarang makan, minum, tidur dan bermain-
main.
5. Kelompok praktikan akan dikenakan sanksi apabila ada kerusakan atau kehilangan
alat
6. Kelompok Praktikum wajib mengganti apabila terjadi kerusakan atau kehilangan alat
(pecah)
Tujuan:
1. Menilaian Kelelahan otot dengan menggunakan hand dynamometer dan Accutrent Plus
*Kegiatan praktikum ini diadaptasi dari bahan: Anies Setiowati. Mei 2014. Disetujui: Juni
2014. Dipublikasikan: Juli 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,
Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Universitas Negeri Semarang 2014. Jurnal Media
Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 4. Nomor 1. Edisi Juli 2014. ISSN: 2088-6802
Pendahuluan:
merupakan bagian dari ketrampilan sistem saraf dengan tingkat ketrampilan 4A. Untuk
mendapatkan kekuatan otot yang maksimal maka diperlukan latihan olahraga dan asupan gizi
tertentu.
dan ketahanan yang baik. Aktivitas dalam olahraga ini merupakan aktivitas yang bersifat
anaeobik dan membutuhkan energi tinggi. Kekuatan otot merupakan kekuatan kontraksi
maksimal otot yang dapat dikeluarkan pada tahapan tertentu. Kekuatan otot diperlukan untuk
berlari cepat, menggiring bola (dribbling), menembak bola (shooting) mempertahankan
keseimbangan tubuh dan mencegah agar tidak terjatuh saat melakukan aktivitas dan olahraga
(Pedoman dan Modul Pelatihan Kesahatan Olahraga, 2000). Kekuatan otot adalah
kemampuan otot-otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban maksimal, sedang secara
fisikalis kekuatan merupakan hasil perkalian antara massa dengan percepatan (Pusat
beberapa hal yaitu faktor otot, jenis kelamin, umur, genetik, latihan olahraga,
besar dalam bentuk karbohidrat kompleks , sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian
kecil saja (< 10 %) (William MH, 2007). Kebutuhan lemak dipergunakan untuk menjaga
keseimbangan energi, mengganti simpanan triasilgliserol dan kebutuan asam amino esensial.
Jumlah lemak dalam makanan yang dibutuhkan seorang berkisar antara 30% dari total energi,
namun tidak dianjurkan mengkonsumsi lemak secara berlebihan (Kreider et al, 2010).
Olahraga dengan aktivitas intermittent konsumsi protein yang rekomendasikan adalah 1,4-1,7
g/kgBB/hari (Lemon, 1994). Kebutuhan protein normal yaitu 1 gram/kg BB atau 10-15%
total kebutuhan energi, Kebutuhan lemak 20-25 %, sedangkan Karbohidrat 60% atau sisa dari
Diet dapat mempengaruhi langkah penting dalam jalur adaptasi tubuh terhadap latihan
olahraga. Mekanisme utama asupan makanan adalah penyediaan energi untuk latihan
(misalnya, glukosa, asam amino, lipid substrat, dll) dan dengan mengubah lingkungan
hormon untuk mendukung anabolisme. Respon hormon anabolik akan semakin meningkat
dengan meningkatnya asupan protein (Kraemer et al, 1998). Sintesis protein dan degradasi
protein diatur oleh faktor hormonal dan nutrisi (Rennie et al, 2004), yang berkerja pada
reseptor sarkolema dan efektor sarkoplama, kemudian memicu aktifasi translasi, inisiasi,
sintesis protein. Asupan makanan yang berlebihan ataupun kurang akan menyebabkan
perubahan komposisi tubuh yaitu peningkatan/ penurunan berat badan, persen lemak tubuh
dan massa otot. Asupan makanan terutama protein sangat berpengaruh pada masa otot yang
pada akhirnya berpengaruh pada kekuatan otot mengingat protein merupakan salah satu
bahan baku pada sintesis protein otot. Peningkatan asupan protein harus diimbangi dengan
asupan energi yang cukup, asupan energi akan berdampak pada pada peningkatan massa otot
(Rozenek, 2002). Kombinasi asupan protein dan karbohidrat akan merangsang pelepasan
hormone insulin. Tanpa asupan karbohidrat yang cukup, ketersediaan hormon insulin relatif
rendah, pemecahan protein akan meningkat (Phillips et al, 2005). Pengaturan asupan
kebutuhan (requirement) zat gizi untuk berbagai proses biologis tubuh (Supariasa, 2001).
Status gizi yang dinyatakan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) mempunyai hubungan yang
negative dengan tingkat kebugaran, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin
rendah skor tes kebugaran tubuhnya. Penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja usia 6-
18 tahun di Maputo, Mozambique menyatakan bahwa baik laki-laki ataupun perempuan yang
memiliki nilai IMT dalam kategori overweight menunjukan hasil tes kebugaran lebih rendah
dibanding kategori normal. Namun pada tes kekuatan otot genggam tangan menunjukkan
hasil lebih baik. Demikian pada kelompok gizi kurang (underweight) tes kekuatan, ketahanan
dan kelenturan lebih buruk dibanding kelompok gizi normal (Prista et al, 2003). Indeks
Massa Tubuh bukan merupakan patokan status gizi seorang, tidak menggambarkan
persen lemak tubuh , dan tidak akurat untuk memprediksi kelebihan massa lemak dan massa
otot (Ode et al, 2007; William, 2007). Komposisi tubuh dan berat badan memberi kontribusi
terhadap performa latihan. Berat badan dapat mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan
power seorang, sementara komposisi tubuh (massa lemak dan massa tubuh bebas lemak)
Cara Kerja:
A. Penilaian Kekuatan Otot Berdasarkan Jenis kelamin, umur dan Indeks Massa
Tubuh
Caranya :
1. Semua praktikan menulis nama, jk, umur dan menghitung IMT (indeks massa tubuh)
dynamometer.
4. Penderita berdiri tegak dengan posisi tangan berada di samping memegang dan
6. Pada hitungan ketiga, pasien diminta menarik pegangan grip dynamometri dengan
7. Catat angka yang tertera pada monitor dynamometri sebagai hasil pengukuran
Tabel 1.
kg
Caranya :
1. Dari seluruh anggota praktikum dalam 1 kelompok, bagi menjadi 5 kelompok kecil.
3. 1/5 dari anggota praktikum lagi diberi latihan olahraga dengan beban 10 kg
4. Lakukan latihan pengangkatan beban dengan teknik interval training.
- Latihan berselang
Tabel 2.
Caranya :
kecil.
2. 1/5 dari anggota praktikum diberi putih telur sebanyak 1,4-1,7 g/kgBB/hari
3. 1/5 dari anggota praktikum lagi diberi kuning telur sebanyak 30% dari total
energy
Keterangan :
BEE = Basal energi expenditure TEE = Total energi
expenditur
Contoh
= 1886,2 kkal
6. Makan segera putih telur dan kuning telur untuk masing2 praktikan yang
mendapat tugas.
Tabel 3.
D. Gabungkanlah semua hasil yang anda peroleh kedalam satu tabel,bandingkan dan
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.D, (1999), Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and Barret publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, EGC ; Jakarta
Coad, Jane, (2001), Anatomy and Physiology, Mosby ; London
Landau, BR, (1980), Essential Human Anatomy and Physiology, Edition 2, scott Foresman
and Company Glenview
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 17. England Upploten and Lange, 1998
Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders Philadelphia
Jan Tabayong, dr. Anatomi dan Fisiologis untuk Keperawatan.Penerbit buku Kedokteran
EGC.Jakarta,2001
Janet T.E. Riddle. Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Edisi ke 5. Yayasan Essentia
Medika. Yogyakarta.1998
Martini, FH et al (2001), Fundamentals of anatomy and physiology, Edition 5, Prentice Hall;
New Jersey
Paul D. Anderson. Anatomi dan Fisiologis Tubuh Manusia. EGC.Jakarta.1996
Pearce, EC, (1999), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia ; Jakarta
Richard S. Snell. Anatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian I, Edisi3. Penerbit
buku Kedokteran EGC.Jakarta,2000
R. Putz, R . Pabst. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid I, Edisi 21, Penerbit buku
Kedokteran EGC.Jakarta,2000
Roger Watson. Anatomi dan Fisiologis ut Perawat. Edisi 10. Penerbit buku Kedokteran
EGC.Jakarta,2002
Verralis, Sylvia (1997), Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, EGC; Jakarta
Wijaya, (1996), Anatomi dan Alat- alat Rongga Panggul, FKUI; Jakarta