Anda di halaman 1dari 11

BUKU PANDUAN

LABORATORIUM FISIOLOGI
BLOK 10 (GANGGUAN MUSCULOSKELETAL)

dr. H. Aditya Candra, M.Biomed.,AIFO-K


SOP LABORATORIUM FISIOLOGI

1. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

2. Praktikan harus memakai perlengkapan laboratorium dengan lengkap

3. Praktikan harus mempersiapkan diri sebelum memulai praktikum karena tujuan

praktikum adalah menunjang kemampuan teori pada blok terkait. Jika perlu dapat

dilalukan responsi

4. Selama praktikum berlangsung, praktikan dilarang makan, minum, tidur dan bermain-

main.

5. Kelompok praktikan akan dikenakan sanksi apabila ada kerusakan atau kehilangan

alat

6. Kelompok Praktikum wajib mengganti apabila terjadi kerusakan atau kehilangan alat

(pecah)

7. Setiap selesai praktikum, praktikan wajib membuat laporan praktikum secara

individu, dan menjawab pertanyaan yang ada pada buku praktikum.

Ketua Bagian Fisiologi FK-UNAYA

Dr. ADITYA CANDRA, M.Biomed., AIFO-K


HUBUNGAN IMT, LATIHAN OLAHRAGA, ASUPAN ZAT GIZI

DENGAN KEKUATAN OTOT MANUSIA

Tujuan:

1. Menilaian Kelelahan otot dengan menggunakan hand dynamometer dan Accutrent Plus

2. Menilaian Kelelahan Otot Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

3. Menilaian Kelelahan Otot Berdasarkan latihan olahraga dengan beban10 kg

4. Menilaian Kelelahan Otot Berdasarkan latihan olahraga lari 400 m

5. Menilaian Kelelahan Otot Berdasarkan latihan olahraga Aerobik

6. Menilaian Kekuatan Otot Berdasarkan asupan zat gizi

*Kegiatan praktikum ini diadaptasi dari bahan: Anies Setiowati. Mei 2014. Disetujui: Juni

2014. Dipublikasikan: Juli 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,

Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Universitas Negeri Semarang 2014. Jurnal Media

Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 4. Nomor 1. Edisi Juli 2014. ISSN: 2088-6802

Pendahuluan:

Penilaian kekuatan otot merupakan penilaian sistem motorik manusia yang

merupakan bagian dari ketrampilan sistem saraf dengan tingkat ketrampilan 4A. Untuk

mendapatkan kekuatan otot yang maksimal maka diperlukan latihan olahraga dan asupan gizi

tertentu.

Olahraga dengan intensitas tinggi diantaranya angkat beban membutuhkan kekuatan

dan ketahanan yang baik. Aktivitas dalam olahraga ini merupakan aktivitas yang bersifat

anaeobik dan membutuhkan energi tinggi. Kekuatan otot merupakan kekuatan kontraksi

maksimal otot yang dapat dikeluarkan pada tahapan tertentu. Kekuatan otot diperlukan untuk
berlari cepat, menggiring bola (dribbling), menembak bola (shooting) mempertahankan

keseimbangan tubuh dan mencegah agar tidak terjatuh saat melakukan aktivitas dan olahraga

(Pedoman dan Modul Pelatihan Kesahatan Olahraga, 2000). Kekuatan otot adalah

kemampuan otot-otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban maksimal, sedang secara

fisikalis kekuatan merupakan hasil perkalian antara massa dengan percepatan (Pusat

pengembangan Kualitas Jasmani, 2000).

Penurunan ataupun peningkatan kekuatan otot sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal yaitu faktor otot, jenis kelamin, umur, genetik, latihan olahraga,

konsumsi makanan, kesehatan khususnya terkait dengan kesehatan muskuloskeletal

dan suplemen olahraga.

Kebutuhan gizi harian tergantung pada intensitas latihannya. Kita harus

mengkonsumsi karbohidrat 60 – 70% total energi. Karbohidrat dalam makanan sebagian

besar dalam bentuk karbohidrat kompleks , sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian

kecil saja (< 10 %) (William MH, 2007). Kebutuhan lemak dipergunakan untuk menjaga

keseimbangan energi, mengganti simpanan triasilgliserol dan kebutuan asam amino esensial.

Jumlah lemak dalam makanan yang dibutuhkan seorang berkisar antara 30% dari total energi,

namun tidak dianjurkan mengkonsumsi lemak secara berlebihan (Kreider et al, 2010).

Olahraga dengan aktivitas intermittent konsumsi protein yang rekomendasikan adalah 1,4-1,7

g/kgBB/hari (Lemon, 1994). Kebutuhan protein normal yaitu 1 gram/kg BB atau 10-15%

total kebutuhan energi, Kebutuhan lemak 20-25 %, sedangkan Karbohidrat 60% atau sisa dari

total kebutuhan energi dikurangi kebutuhan protein dan lemak.

Diet dapat mempengaruhi langkah penting dalam jalur adaptasi tubuh terhadap latihan

olahraga. Mekanisme utama asupan makanan adalah penyediaan energi untuk latihan

(misalnya, glukosa, asam amino, lipid substrat, dll) dan dengan mengubah lingkungan
hormon untuk mendukung anabolisme. Respon hormon anabolik akan semakin meningkat

dengan meningkatnya asupan protein (Kraemer et al, 1998). Sintesis protein dan degradasi

protein diatur oleh faktor hormonal dan nutrisi (Rennie et al, 2004), yang berkerja pada

reseptor sarkolema dan efektor sarkoplama, kemudian memicu aktifasi translasi, inisiasi,

sintesis protein. Asupan makanan yang berlebihan ataupun kurang akan menyebabkan

perubahan komposisi tubuh yaitu peningkatan/ penurunan berat badan, persen lemak tubuh

dan massa otot. Asupan makanan terutama protein sangat berpengaruh pada masa otot yang

pada akhirnya berpengaruh pada kekuatan otot mengingat protein merupakan salah satu

bahan baku pada sintesis protein otot. Peningkatan asupan protein harus diimbangi dengan

asupan energi yang cukup, asupan energi akan berdampak pada pada peningkatan massa otot

(Rozenek, 2002). Kombinasi asupan protein dan karbohidrat akan merangsang pelepasan

hormone insulin. Tanpa asupan karbohidrat yang cukup, ketersediaan hormon insulin relatif

rendah, pemecahan protein akan meningkat (Phillips et al, 2005). Pengaturan asupan

makanan yang tepat, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dapat mempertahankan

komposisi tubuh sesuai dengan kebutuhan kita.

Status gizi merupakan gambaran keseimbangaan antara asupan (intake) dan

kebutuhan (requirement) zat gizi untuk berbagai proses biologis tubuh (Supariasa, 2001).

Status gizi yang dinyatakan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) mempunyai hubungan yang

negative dengan tingkat kebugaran, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin

rendah skor tes kebugaran tubuhnya. Penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja usia 6-

18 tahun di Maputo, Mozambique menyatakan bahwa baik laki-laki ataupun perempuan yang

memiliki nilai IMT dalam kategori overweight menunjukan hasil tes kebugaran lebih rendah

dibanding kategori normal. Namun pada tes kekuatan otot genggam tangan menunjukkan

hasil lebih baik. Demikian pada kelompok gizi kurang (underweight) tes kekuatan, ketahanan
dan kelenturan lebih buruk dibanding kelompok gizi normal (Prista et al, 2003). Indeks

Massa Tubuh bukan merupakan patokan status gizi seorang, tidak menggambarkan

komposisi tubuh dan tidak merepresentasikan

persen lemak tubuh , dan tidak akurat untuk memprediksi kelebihan massa lemak dan massa

otot (Ode et al, 2007; William, 2007). Komposisi tubuh dan berat badan memberi kontribusi

terhadap performa latihan. Berat badan dapat mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan

power seorang, sementara komposisi tubuh (massa lemak dan massa tubuh bebas lemak)

dapat menghasilkan kekuatan, kelincahan dan penampilan atlet (Weatherwax, 2008).

Cara Kerja:

Alat dan Bahan:

Hand Dynamometer Barbel Fitnes 5 Kg Barbel Fitnes 10 Kg


Putih telur Kuning telur Timbangan digital
Kertas timbangan akuades Sarung tangan

A. Penilaian Kekuatan Otot Berdasarkan Jenis kelamin, umur dan Indeks Massa

Tubuh

Caranya :

1. Semua praktikan menulis nama, jk, umur dan menghitung IMT (indeks massa tubuh)

berdasarkan rumus IMT = BB (kg) : TB2 (m).

Interpretasi Nilai IMT.

IMT < 18,5   = Berat badan kurang/Underweight

IMT 18,5 – 22,9 = Normal

IMT 23-24,9      = Overweight

IMT 25,0 – 29,9 = Gemuk/Obese I

IMT >= 30,0  = Sangat Gemuk /Obese II


2. Semua praktikan mengukur kekuatan otot lengan atasnya dengan menggunakan hand

dynamometer.

3. Hidupkan hand dynamometer. Lakukan pengaturan untuk kode pengguna,umur, jenis

kelamin, berat badan dan tinggi badan.

4. Penderita berdiri tegak dengan posisi tangan berada di samping memegang dan

pandangan lurus ke depan

5. Peganglah pegangan grip pada posisi yang nyaman

6. Pada hitungan ketiga, pasien diminta menarik pegangan grip dynamometri dengan

mempertahankan posisi tangan tetap lurus di samping

7. Catat angka yang tertera pada monitor dynamometri sebagai hasil pengukuran

kekuatan otot tangan kanan dan kiri

8. Ulangi prosedur tersebut sebanyak 1x, 3x, dan 5x dalam 1 menit

9. Bandingkan hasil pengukuran kekuatan otot dengan dan tanpa repetisi

10. Catat hasil dan masukkan ke dalam tabel.

11. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil yang anda dapat.

Tabel 1.

NO NAMA JK UMUR IMT NILAI

B. Penilaian Kekuatan Otot Berdasarkan latihan olahraga dengan beban 5 kg dan 10

kg

Caranya :

1. Dari seluruh anggota praktikum dalam 1 kelompok, bagi menjadi 5 kelompok kecil.

2. 1/5 dari anggota praktikum diberi latihan olahraga dengan beban 5 kg

3. 1/5 dari anggota praktikum lagi diberi latihan olahraga dengan beban 10 kg
4. Lakukan latihan pengangkatan beban dengan teknik interval training.

5. Teknik latihan interval training

- Latihan berselang

- Latihan adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery)

- Intensitas tinggi, 80-90% Hrmax

- Waktu 2-5 mnt, Lama istirahat 2-8 mnt

- Perbandingan 1:1 atau 1:2. Repetisi 3-12

6. Hidupkan hand dynamometer. Lakukan pengaturan untuk kode pengguna,umur, jenis

kelamin, berat badan dan tinggi badan.

12. Lakukan penarikan gagang dynamometer

13. Catat hasil dan masukkan ke dalam tabel.

14. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil yang anda dapat.

Tabel 2.

NO NAMA Beban (5 kg/ 10 kg) 80-90% Hrmax NILAI

C. Penilaian Kekuatan Otot Berdasarkan asupan zat gizi

Caranya :

1. Dari seluruh anggota praktikum dalam 1 kelompok, bagi menjadi 5 kelompok

kecil.

2. 1/5 dari anggota praktikum diberi putih telur sebanyak 1,4-1,7 g/kgBB/hari

3. 1/5 dari anggota praktikum lagi diberi kuning telur sebanyak 30% dari total

energy

4. Menghitunglah kebutuhan energi praktikan

Menghitung kebutuhan energi (TEE)


Rumus TEE = BEE x Faktor Aktifitas

Estimasi BEE menurut Harris Bennedict :

Laki-laki               = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – 6,8 U

Wanita                  = 655 + (9,6 x BB) +(1,7 x TB)–4,7 U

Keterangan :

BEE           = Basal energi expenditure TEE          =  Total energi

expenditur

BB = berat badan actual (kg) ; TB (cm) ; Umur(tahun)

Contoh

BEE Andi = 66 + (13,7 x 76) + (5 x 183) – 6,8 x 20

= 66 + 1041,2 + 915 – 136

= 1886,2 kkal

TEE        = BEE x Faktor Aktifitas

            = 1886,2 x 1,5 = 2829,3 kkal

Menghitung kebutuhan zat gizi

Protein = 1 gram / kg BB = 1 x 80 g = 80 gram = 320 kkal

Lemak   = 25 % x TEE = 25 % x 2829,3 = 707,3 kkal =  78,6 gram

KH      = 2829,3 – 320 – 78,6 = 2430,7 kkal = 607,7 gram

5. Lakukan penimbangan dengan timbangan digital untuk masing-masing jumlah

protein dan lemak yang anda butuhkan

6. Makan segera putih telur dan kuning telur untuk masing2 praktikan yang

mendapat tugas.

7. Tunggu satu – dua jam


8. Hidupkan hand dynamometer. Lakukan pengaturan untuk kode pengguna,umur,

jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

9. Lakukan penarikan gagang dynamometer

10. Catat hasil dan masukkan ke dalam tabel.

11. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil yang anda dapat.

Tabel 3.

NO NAMA Asupan Zat gizi NILAI

D. Gabungkanlah semua hasil yang anda peroleh kedalam satu tabel,bandingkan dan

buat lah grafik

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.D, (1999), Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and Barret publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, EGC ; Jakarta
Coad, Jane, (2001), Anatomy and Physiology, Mosby ; London
Landau, BR, (1980), Essential Human Anatomy and Physiology, Edition 2, scott Foresman
and Company Glenview
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 17. England Upploten and Lange, 1998
Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders Philadelphia
Jan Tabayong, dr. Anatomi dan Fisiologis untuk Keperawatan.Penerbit buku Kedokteran
EGC.Jakarta,2001
Janet T.E. Riddle. Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Edisi ke 5. Yayasan Essentia
Medika. Yogyakarta.1998
Martini, FH et al (2001), Fundamentals of anatomy and physiology, Edition 5, Prentice Hall;
New Jersey
Paul D. Anderson. Anatomi dan Fisiologis Tubuh Manusia. EGC.Jakarta.1996
Pearce, EC, (1999), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia ; Jakarta
Richard S. Snell. Anatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian I, Edisi3. Penerbit
buku Kedokteran EGC.Jakarta,2000
R. Putz, R . Pabst. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid I, Edisi 21, Penerbit buku
Kedokteran EGC.Jakarta,2000
Roger Watson. Anatomi dan Fisiologis ut Perawat. Edisi 10. Penerbit buku Kedokteran
EGC.Jakarta,2002
Verralis, Sylvia (1997), Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, EGC; Jakarta
Wijaya, (1996), Anatomi dan Alat- alat Rongga Panggul, FKUI; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai