Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2622-9439; E-ISSN 2622-9447

Volume 2, Maret 2020


Halaman: 307-312

Kritik Dualisme dalam Pendidikan Islam


Kusuma Dewi Nur Aini*, Alvin Qodri Lazuardy**
Fakultas Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas Darussalam Gontor (UNIDA),
Kampus Pusat Unida Gontor, Jl. Raya Siman Km.6, Demangan, Siman Ponorogo, Phone: (+62352) 483762 - Indonesia
Email: kusumadewi@gontor.ac.id*, alvintheology@gmail.com**

Abstrak. Tulisan ini berusaha membahas mengenai wacana dualisme dalam pendidikan. Pada pemahaman dualisme pasti dikaitkan
dengan dikotomi yang diartikan sebagai pemisahan antara pendidikan umum dari pendidikan agama. Akan tetapi pada prinsip ada
yang membedakannya, jika dikotomi itu berkaitan dengan isi atau konten materi, sedangkan dualisme lebih ditujukan pada sistem
pengelolaannya. Dikotomi selalu melahirkan pandangan pembedaaan di satu sisi dan penyamaaan di sisi yang lain. Dengan demikian
penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan kritik, untuk mengkaji problem di dalam dualism. Pandangan dikotomis
pada hakikatnya mengabaikan esensi atau nilai sprit pendidikan. Jika dimaknai pada tataran permukaan dengan jelas merusak nilai
spirit dari pendidikan Islam. Dualisme dan dikotomi bukan hanya pada tataran pemilahan, namun telah masuk pada wilayah
pemisahan yang dalam operasionalnya memisahkan mata pelajaran umum dari mata pelajaran agama, sekolah umum dan madrasah
yang pengelolaannya berjalan terpisah-pisah. Problematika tersebut muncul disebakan kurangnnya nilai-nilai keagamaan segi
pengajaran baik dari metode ataupun kurikulum. Hal tersebut berdampak kepada Ilmu pengetahuan, menjadi sempit karena
pengotak-kotakan ilmu umum dan agama. Sebagai solusi Integrasi ilmu pengetahuan berbasis Islam perlu dilakukan, yaitu
menggunakan pandangan Islam yang syarat akan makna nilai-nilai keislaman, yang telah banyak dikaji oleh cendekiawan muslim.

Kata Kunci: Dualisme; Dikotomi; Pendidikan; Islam

PENDAHULUAN diimbangi dengan khazanah Islam, namun tetap


memasukkan nilai-nilai modern. Disebabkan jika
Problem keilmuan yang berasal dari masuknya konsep- pendidikan itu baik akan menghasilkan generasi yang
konsep, ide-ide dan paham-paham asing, secara internal baik pula.
uamay Islam juga memiliki problem yang tidak kalah
seriusnya. Problem yang paling utama lemahnya taradisi
pengkajian ilmu-ilmu pengetahuan doctrinal maupun METODE PENELITIAN
pengetahuan spekualatif. Kelemahan ini mengakibatkan
miskinnya konsep-konsep baru yang rasional sehingga Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
isu-isu yang dibawa oleh kelompok modernis ataupun kajian literature. Penulis menggunakan beberapa buku
rasionalis yang sebenarnya tidak berasal dari tradisi yang digunakan sebagai sumber informasi dalam
intelektual Islam dianggap sebagai sesuatu yang baru penulisan karya ini.
dianggap menyegarkan (Zarkasy, 2015).
Salah satu masalah penting di dalam pendidikan
dengan munculnya paham dikotomi dan dualisme PEMBAHASAN
pendidikan dalam dunia Islam, paham tersebut tidak
hanya melahirkan dikotomi ilmu agama dan ilmu umum Makna Dualisme
atau pendidikan agama dan pendidikan umum, akan Definisi, dualisme dapat dipahami sebagai pandangan
tetapi akses istilah ini melahirkan kesenjangan, filosofis yang menegaskan eksistensi dari dua bidang
kemunduran dan keterpurukan umat Islam. Hal tersebut (dunia) yang terpisah, tidak dapat direduksi dan unik.
berdampak terjadinya krisis nilai pada peradaban Contoh: antara dikodrati atau kodrati, Allah dan alam
manusia yang menganggap ilmu bebas nilai. Dampak semesta, roh atau materi, jiwa atau badan, dunia yang
dari dualisme pendidikan adalah lembaga pendidikan kelihatan dan dunia yang tidak kelihatan, dunia inderawi
Islam yang tidak menekankan penguasaan ilmu empiric atau dunia intelektual, realitas actual atau realitas
terpuruk, walaupun secara moralitas dapat kemungkinan, dunia noumenal atau dunia fenomenal,
mempertahankan sistem nilai dan disiplin ilmu-ilmu kekuatan kebaikan atau kekuatan kejahatan, dan lain
klasik. Sedangkan lembaga pendidikan umum yang sebagainya (Bagus, 2002).
menekankan pengetahuan empirik sangat rapuh dalam Secara makna “dualisme” adalah gabungan dua
pengetahuan agama. perkataan yang berasal dari bahasa Latin yaitu “dualis”
Adanya hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk atau “duo” dan “ismus” atau “isme”. “Duo” memberi
mengkritisi atas paham dualisme yang telah meracuni arti kata dua sedangkan “ismus” berfungsi membentuk
pendidikan. Pendidikan yang baik akan lebih baik jika kata nama bagi satu kata kerja. Dualisme adalah dua
308 2: 307-312, 2020

prinsip yang saling bertentangan. Secara terminologi, yang mendasari dunia. Dalam pandangan tentang
dualisme dapat diartikan sebagai dua prinsip atau paham hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim
yang berbeda dan saling bertentangan (Depdikbud, bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. Dalam
1989). Oleh karena itu, dualisme ialah keadaan yang sejarahnya, kendati bentuk dari paham dualisme ini,
menjadi dua dan ia adalah satu sistem atau teori yang dalam konteks kefilsafatan, telah ada sejak zaman Plato
berdasarkan pada dua prinsip yang menyatakan bahwa (427-347 SM), namun istilah dualisme sendiri baru
ada dua substansi (Bakar dan Surohim, 2005). Istilah secara umum digunakan sejak Thomas Hyde
dualisme dan dikotomi memiliki makna yang sama memperkenalkan istilah ini pada sekitar tahun 1700
yaitu pemisahan antara pendidikan umum dari untuk menunjuk kepada konflik antara baik dan jahat,
pendidikan agama. Dengan pemaknaan di atas, dualisme yakni antara Omzard dan Ahriman, dalam
dan dikotomi pendidikan adalah pemisahan sistem Zoroastrianisme, doktrin masyarakat Iran kuno yang
pendidikan antara pendidikan Islam dan pendidikan secara penuh terbentuk pada abad ke-7 SM (Bagus,
umum yang memisahkan kesadaran keagamaan dan 2002).
ilmu pengetahuan atau ilmu umum. Dualisme dan Christian Wolff (1679-1754), seorang filosof monis,
dikotomi ini, bukan hanya pada tataran pemilahan tetapi yang kemudian menerapkan istilah tersebut secara resmi
masuk pada wilayah pemisahan. Dalam operasionalnya, untuk menunjukkan oposisi metafisis antara pikiran dan
pemisahan mata pelajaran umum dengan mata pelajaran materi. Istilah dualisme semenjak itu menjadi
agama, sekolah umum dan madrasah yang terminologi filsafat dan diterapkan pada banyak oposisi
pengelolaannya memiliki kebijakan masing-masing. dalam agama, metafisika dan epistemologi. Tidak hanya
Pada kontek pendidikan, Marwan Sarijo berpendapat Wolff, René Descartes (1641) ,juga berpendapat
(Saridjo, 1996) “istilah dualisme dan dikotomi memiliki mengenai dualisme bahwasannya pikiran adalah
makna yang sama yaitu pemisahan antara pendidikan substansi nonfisik. Descartes adalah seseorang yang
umum dari pendidikan agama. Dengan pemaknaan di pertama kali memodifikasi dulaisme dan
atas, dualisme dan dikotomi pendidikan adalah mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran
pemisahan sistem pendidikan antara pendidikan Islam dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat
dan pendidikan umum yang memisahkan kesadaran kecerdasan. Baginya yang riil itu adalah akal sebagai
keagamaan dan ilmu pengetahuan atau ilmu umum. substansi yang berfikir (substance that think) dan materi
Dualisme dan dikotomi ini, bukan hanya pada tataran sebagai substansi yang menempati ruang
pemilahan tetapi masuk pada wilayah pemisahan. (extendedsubstance). Dengan demikian memang secara
Dalam operasionalnya, pemisahan mata pelajaran umum ideologis diciptakan adanya dulaisme pendidikan, yaitu
dengan mata pelajaran agama, sekolah umum dan sekolah umum yang memperoleh sokongan pemerintah
madrasah yang pengelolaannya memiliki kebijakan dan menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan
masing-masing”. Nasional dan madrasah, pondok pesantren, sekolah yang
Dualisme ini pada hakikatnya merupakan doktrin kurang mendapat perhatian dan menjadi tanggung jawab
filsafat dan metafisika yang lahir dari alam pikiran para Kementerian Agama.
filosof Barat dalam melihat entitas jiwa dan raga Berkembangnya peradaban manusia telah merubah
manusia. Asal usul konsep dulaisme terkandung dalam pola kehidupan manusia termasuk di dalam pendidikan.
pandangan hidup tentang alam (world view), serta nilai- Munculnya pendidikan modern berarti pendidikan
nilai yang membentuk suatu budaya dan peradaban sekuler yang menyamakan cara pengajaran ilmu-ilmu
Barat. Gagasan tentang dulaisme sebenarnya dapat agama dan ilmu non agama, dengan kata lain
ditelusuri sejak zaman Plato dan Aristoteles yang pengetahuan itu sangat skeptik, sehingga tujuan
memiliki pandangan berhubungan dengan eksistensi pendidikan tidak dapat secara harmoni
jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. menyeimbangkan antara intelek, emosi, jasmani dan
Plato dan Aristoteles berpendapat bahwa “kecerdasan” rohani. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh
seseorang merupakan bagian dari pikiran atau jiwa yang dualisme pendidikan, maka perlu dipahami dari aspek
tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. sejarahnya, karena ia berkenaan dengan berlakunya
Jadi dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan sistem pendidikan tradisional dan modern yang dalam
raga, fenomena mental adalah entitas non-fisik dan raga banyak hal saling bertentangan, sehingga dari itu
adalah fisik (Kurniyati, 2018). Oleh karena itu, faham muncul problematika yang pastut untuk dikritisi.
dulaisme ini melihat fakta secara mendua. Akal dan
materi adalah dua substansi yang secara ontologis Problematika dualism dalam pendidikan
terpisah. Jiwa-raga (mind-body) tidak saling terkait satu Dualisme yang terjadi menimbulkan krisis nilai pada
sama lain. peradaban manusia yang menganggap ilmu bebas nilai.
Sedangkan dampak dari dualisme pendidikan adalah
Sejarah Dualisme dalam pendidikan (Pemicu terpuruknya lembaga pendidikan Islam yang tidak
dualism) menekankan penguasaan ilmu empirik, walaupun secara
Dalam diskursus filsafat, paham dualisme dianggap moralitas dapat mempertahankan sistem nilai dan
suatu varian dari paham idealisme. Dualisme adalah disiplin ilmu-ilmu klasik. Sedangkan lembaga
konsep filsafat yang menyatakan adanya dua substansi pendidikan umum yang menekankan pengetahuan
AINI & LAZUARDY – Kritik Dualisme dalam Pendidikan Islam 309

empirik sangat rapuh dalam pengetahuan agama. Hal pemeliharaan tradisi keislaman, penyiapan kader Ulama
tersebut menimbulkan problematika sebagai berikut: dan pejuang masyarakat. Ki Hajar Dewantara dan Dr.
Soetomo mengakui keunggulan dari sistem pendidikan
Kurikulum Sekuler pesantren yaitu dari beberapa aspek diantaranya:
Pada hakikatnya, pendidikan Islam dan pendidikan pendidikan pesantren bersifat intregatif dan
Barat di dasari oleh filsafat yang berbeda, sehingga komprehensif, kesepaduan kognitif, afektif dan
orientasi pendidikannya berbeda pula. Oleh karena itu psikomotorik (Suharto, 2018).
pendidikan Islam dalam merumuskan falsafah PM.Gontor adalah lembaga pendidikan Islam yang
pendidikannya harus mengacu dan memegang unsur- berbentuk dan berjiwa pesantren. Pendidikan diartikan
unsur, antara lain: Pertama, Falsafah pendidikan Islam dan diaplikasikan sebagai politik tertinggi, dalam sitem
mempunyai nilai atau sprit Islam. Kedua, falsafah pesantren ini gontor membina kehidupan bukan sekear
pendidikan Islam berkaitan dengan realitas masyarakat, fasilitator santri untuk belajar, tetapi lebih dari itu yaitu
kebudayan, sistem sosial, ekonomi dan politik. Ketiga, mendinamisir kehidupan dengan sengaja dibentuk
harus bersifat terbuka, universal dalam berbagai bidang. secara Integral-Mutakamil. Ada empat sintesa yang
Keempat, sumbernya meliputi segala ilmu Islam dan menginspirasi gontor dalam membina kehidupan yaitu
ilmu sosial serta falsafahnya yang bersifat selektif. meniru al-Azhar karena wakafnya dan keabadianya,
Kelima, bebas dari pertentangan antara prinsip-prinsip kemudian Alighar kemodernan Islamnya, Sanggit
dasar dan prinsip pelaksanaan. Keenam, harus bersifat karena kedermawaanya dan Santiniketan karena
fleksibel dan mendalam. kedaimaian dan kesejukanya.
Telaah filsafat pendidikan ini menjadi acuan dalam Salah satu pondasi utama eksisnya pesantren adalah
merumuskan kurikulum pendidikan Islam yang karena memegang teguh jiwa, spirit, visi, misi, prinsip,
integratif. Menurut Hasan Langgulung bahwa nilai-nilai dan orientasi perjuangannya. Setidaknya ada
kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang universal mekanisme dasar yang mengatur kehidupan dalam
dan relevan dengan kebutuhan sifat perkembangan pesantren yaitu sistem catur pusat pendidikan yaitu
minat siswa dan relevan dengan kebutuhan dan budaya pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat dan masjid
masyarakat. sebagai pusat miliu yang menjiwai). Singkatnya, K.H
Para cendekiawan muslim menyatakan bahwa Imam Zarkasyi memberikan definisi pesantren adalah
dikotomi harus diakhiri dengan mengintegrasikan suatu lembaga pendidikan Islam dengan sitem asarama,
sistem pendidikan dengan menciptakan sistem ketiga Kiyai sebagai sentral figurnya, masjid sebagai titik pusat
yang sekaligus sebagai antitesa dari sistem pendidikan yang menjiwainya. Dalam catur pusat pendidikan ini
tradisional dan modernSistem pendidikan tradisional ada lima spirit yang Gontor jadikan rel yang baku dan
bertujuan menanamkan seperangkat nilai yang berasal pakem ialah Panca Jiwa, nilai yang pertama adalah
dari Al-Qur’an agar tercapai kesalehan pada diri anak keikhlasan, Ikhlas dalam beribadah (Q.S. al-
didik. Pada sisi lain sistem pendidikan modern berupaya Bayyinah:5),(Q.S. al-An’am: 162),(Q.S. Yaasin: 21),
menjelaskan asal usul alam semesta atau fenomena alam kemudian dalam belajar dan semua gerak aktifitas
tanpa berpijak ada nilai-nilai transcendental, akibatnya kehidupan (Suharto, 2016). Kedua ialah kesederhanaan
disatu sisi ada yang terilhami akan kesalehan pada Ilahy (Q.S al-Isra: 16), sederhana dalam kehidupan gaya
dan pada satu sisi yang lain terbentuk wataknya hidup, harmonis dan survive dalam menghadapi
memiliki kemampuan sekalipun tanpa bimbingan agama kesulitan. Ketiga adalah kemandirian, santri hidup
(Husain dan Ashraf, 2000). dengan mandiri, dalam mengatur perencanaan dan
pelaksanaan kehidupanya di pondok. Keempat, ialah
Pendidikan Sakral (berbasis Agama) dan Sekuler Ukhuwah Islamiyah (Q.S al-Hujurat:10),(Ali-Imran:103)
Dalam pembahasan ini penulis ingin mengkoneksikan persaudaraan, persaudaraan dalam bingkai keislaman
salah satu sistem pendidikan yang muktabar dengan dan keimanan. Kebebasan dari intervensi siapapun dan
kesepaduan pendidikan tanpa dikotomis yaitu sitem bebas dari sesuatu yang bathil.
pendidikan PM. Gontor. Kemudian penulis akan
2. Integralisasi Orientasi Pendidikan di Gontor (Non
mengupas secara jelas akar-akar teologis dan filosofis
Dikotomik)
pendidikan di Gontor sebagai berikut.
Rasanya sangat kurang jika menyelami samudra
1. Akar Filosofis dan Teologis Pendidikan Gontor pendidikan di Indonesia tanpa membahas Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang Pesantren sitem pendidikan warisan para Ulama
Indegenous dan genuine (khas asli) Indonesia, menurut terdahulu yang luhur nilai-nilai “adab”nya. Seiring
Kiyai Haji Imam Zarkasyi pendidikan di Pondok itulah waktu berjalan dengan perjuangan para Syuhada,
yang sebenarnya pendidikan nasional, sejati, tulen pure Pondok Pesantren muncul sebagai Sistem Pendidikan
National. Dasar dari pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi gerakan kebangkitan Moral, Ahklaq dan
pesantren sudah eksis dan mapan jauh hari sebelum Adab dikala carut marut Dunia ini. Lalu apakah itu
munculnya sekolah-sekolah dan telah terbukti definisi Pondok Pesantren secara garis umum. Marilah
mempunyai peran besar terhadap penyebaran Islam, memulai perbincangan ini dengan sepenuh hati.
pendidikan keagamaan, transmisi kelilmuan,
310 2: 307-312, 2020

Dilihat dari sejarah, pesantren muncul sebagai pekerjaan apa dll dalam urusan dunia, tetapi memasuki
mediator dakwah dan modernisasi islam di Indonesia Pondok secara “Kaffah” dengan niat menuntut Ilmu
dalam arti yang sangat luas,salah satunya adalah sebagai lillahi ta’ala, pasti akan diarahkan oleh jalan Allah
benteng perlawanan Kolonial. Pesantren adalah lembaga untuk mendapatkan pekerjaan yang layak jika sungguh-
pendidikan berasal dari masyarakat dan dikelola oleh sungguh dalammenuntut Ilmu. Tidak seperti pemikiran
masyarakat kemudian berkiprah untuk masyarakat.Di di zaman sekarang sekolah hanya untuk menggapai
mana di dalamnya terdapat kyai yang berperan sebagai pekerjaan yang diingankan tanpa memulai niat dengan
figur utama dan uswah hasanah bagi muridnya (santri) Tholabul-l-Ilmi.
(Zarkasyi, 2005). Kemudian dalam dinamika totalitas kehidupan santri
Hal-hal yang unik dalam pesantren dengan di pondok harus sesuai dengan motto dalam pendidikan
pendidikan lainnya adalah terdapat pendidikan karakter Gontor yaitu:
mental, pendidikan jiwa, falsafah hidup,kemasyarakatan
dan penyatuan antara materi umum dan materi Agama ّ
،‫"إن تنفيذ التربية الخلقية والعقلية اليكفي بمجرد الكالم‬
semuanya diajarkan secara seimbang meskipun banyak
kekurangannya.
‫ وك ّل ما يراه‬،‫بل البد أن يكون بالقدوة الصالحة وإيجاد البيئة‬
Dalam sebuah pendidikan diharuskan ada Orientasi ‫التالميذ ومايسمعونه من حركات وأصوات في هذا المعهد‬
atau pandangan utama agar berjalan sesuai cita-cita "‫يكون عامال من عوامل التربية الخلقية والعقلية‬
yang diinginkan, di Pondok Pesantren Modern
(Ahmad, 2011)
Darussalam Gontor ada empat Orientasi utama dalam
memfokuskan arah pondok akan lari kemana ‫"التعليم هو مساعدة التالميذ إلنماء قواهم العقلية والخلقية‬
diantaranya sebagai berikut. ،‫وتنظيمها حتى يتحلّوا "باألخالق الكريمةويستعدّوا لمستقبلهم‬
Pertama, kemasyarakatan yaitu segala totalitas
kehidupan yang ada dalam pondok pesantren berbasis ّ‫فهو ليس مجرد إيصال المعلومات إلى أذهان التالميذ وصب‬
sosial interaktif (kemajemukan yang saling (Ahmad, 2011)".‫حوافظ النشء بميسائل الفنون والعلوم‬
berkomunikasi), dengan harapan ketika dimasyarakat
kelak santri-santri tidak canggung dalam memainkan "...‫"والتعلّم هو عملية يمارسها الفرد لتغيير سلوكه‬
perannya sebagai pengembali “Adab” dengan wasilah
seperti menjadi Guru mengaji di Surau kecil, menjadi Dalam Pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam
Imam di Masjid terdekat, menjadi Guru di Sekolah Gontor jika digabungkan nila-nilai tersebut maka
berbasis Islam maupun di sekolahan umum (Ahmad, terciplah sitem pendidkan yang non dikotomik karena
2018). semua menyangkup area keagamaan, sosial, etika dan
Kedua, hidup Sederhana, sederhana bukan berarti semangat untuk hidup karena di dalamnya mencakup
miskin, dan tidak berarti mendidik atau mengajarkan semua aspek dan terintegrasi non dikotomis. Mungkin
miskin, makna sederhana adalah penghidupan yang selayaknya sistem pendidikan seperti bisa menjadi
cukup, bersih, dan jujur. Sebaliknya hidup mewah tetapi solusi dari permasalahan dikotomi pendidikan. Dan
kurang bersyukur tidak bersih dalam kehidupannya. pembentukan sistem pendidikan ini harus dengan
Dengan tegas Kiyai Imam Zarkasyi menyampaikan lingkungan yang dibuat secara sengaja dan dilakukan
dengan bahasa yang indah: “Biasakanlah hidup langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dan tujuan
sederhana, niscaya kita akan hidup bahagia, dan dapat pendidikan adalah mengubah sikap yang buruk menjadi
mengahadapi masa depan dengan kepala tegak, tidak baik atau mencetak orang yang baik bukan hanya bisa
ada rasa cemas atau takut.” (Disampaikan dalam bekerja.
Seminar Pondok Modern seluruh Indonesia di 3. Solusi Dualisme
Yogyakarta, pada tanggal 4-7 july 1965). Maka dari
penyampain beliau dapat diresapi bahwa kesederhaan Problem Dualisme yang terjadi di dalam pendidikan
adalah sifat wajib bagi santri agar hidupnya tenang dan khususnya perlu adanya solusi atas dilema yang terjadi
tentram ketika mengabdi di masyaraka. perlu adanya pembaharuan di dalam peradaban Islam.
Ketiga, tidak berpartai, pelajaran dan pendidikan di Peradaban Islam merupakan suatu pandangan hidup
Pondok Modern Darussalam Gontor sama sekali tidak untuk memperkuat Islam. Hal ini digunakan untuk
ada hubungannya dengan suatu golongan atau partai, dengan menggali konsep-konsep penting khazanah ilmu
dengan motto “Pondok berdiri diatas dan untuk semua pengetahuan Islam dan menyebarkannya agar dimilik
golongan”, untuk semua golongan bukan berarti tanpa kaum terpelajarnya yang secara sosial berperan sebagai
prinsip yang kuat, melainkan harapanya jika santri perubahan dan yang secara individual akan menjadi
sudah menjadi Alumni mampu menjadi Perekat Umat decision maker (Zarkasyi, 2015).
bukan pemecah Umat. Modernisasi pendidikan agama sangat diperlukan
Keempat adalah tujuan utama santri ke Pondok untuk menghidupkan kembali dinamika perubahan
adalah untuk “Tholabul-l-ilmi” bukan menjadi Pegawai Islam. Bagaimana cara menghidupkan kembali
(Zarkasyi, 1939), dapat diresapi perkataan Kiyai Imam dinamika itu, tidak lain harus menghidupkan sistem
Zarkasyi bahwasanya santri datang ke pondok bukan nilai yang terdapat dalam sumber pendidikan Islam,
memikirkan setelah lulus akan menjadi apa, dapat tetapi yang perlu diingat bahwa pemupukan nilai-nilai
AINI & LAZUARDY – Kritik Dualisme dalam Pendidikan Islam 311

sama sekali berlainan dengan pembelajaran ilmu-ilmu, menyarankan sifat keji yang “dibuang” adalah beberapa
karena ilmu-ilmu menghendaki pembelajaran dalam sifat seperti dengki, sombong, dan lain-lain, maka dalam
kawasan kognitif, sedang nilai-nilai menghendaki proses Islamisasi Ilmu Al-Attas menyarankan agar
penghayatan dari segi efektif. unsur-unsur dan konsep-konsep asing (pathogen) bagi
Sepertihalnya fenomena yang terjadi di Indonesia Islam yang harus “dibuang” adalah Pertama, konsep
dengan pendirian pondok Modren Gontor yang tidak dualisme (dualism) yang meliputi Hakikat Kebenaran;
mengadopsi sistem pendidikan modern (Belanda) akan Kedua, doktrin humanism; Ketiga, ideologi sekuler; dan
tetapi memodernkan sistem dan lembaga pendidikan Keempat, konsep tragedi-khususnya dalam
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa medornisasi dalam kesusasteraan.
dunia pendidikan Islam tidak selamanya harus berkiblat Al-Faruqi melihat kenyataan mengenai problem ini
pada sistem pendidikan Barat, tetapi model modernisasi bahwa umat Islam seakan berada di persimpangan jalan.
pendidikan Islam khususnya di Indonesia mencakup Sulit untuk menentukan pilihan arah yang tepat. Hal ini
modernisasi lembaga dan sistemnya. Hal ini bertujuan yang menjadi penyebab dari kemunduran yang dialami
agar lulusannya dapat seimbang antara aspek kognitif, umat Islam. Bahkan sudah mencapai tingkat serius dan
afektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh nilai-nilai mengkhawatirkan yang disebutnya sebagai “malaisme”
Islam. atau krisis (Faruqi, 1989). Malaisme yang dihadapi
adalah malaisme pemikiran yang menjadi sumber semua
4. Tujuan dalam Pendidikan PM.Gontor
krisis ekonomi, sosial dan politik. Krisis pemikiran
Pendidikan yang diutamakan di Gontor adalah terjadi akibat kerancuan sumber-sumber pemikiran,
pendidikan akhlaq, character moslem building. kerusakan metode atau kedua-duanya (Sulaiman, 1994).
Tazkiyatu-n-nufus, pembentukan kepribadian muslim Menurut al-Faruqi, sebagai efek dari “malaisme”
yang unggul. Inilah yang menjadi tujuan utama dalam timbulnya dualisme dalam sistem pendidikan Islam dan
orientasi pendidikan PM.Gontor tujuan ini didorong kehidupan umat. Namun meskipun kaum muslimin
dengan lima motto PM.Gontor yaitu menjadikan santri sudah memakai sistem pendidikan sekuler Barat. Baik
dan guru mempunyai budi yang luhur, mempunyai kaum muslimin di lingkungan universitas maupun
badan yang sehat, berpengetahuan yang menyeluruh cendekiawan, tidak mampu menghasilkan sesuatu yang
non dikotomis dan integral, kemudian berfikiran bebas, sebanding dengan kreativitas dan kehebatan Barat. Hal
berfikiran bebas disini bukan berarti liberal, melainkan ini disebabkan karena dunia Islam tidak memiliki ruh
definisi bebas disini adalah bebas dari kebodohan, wawasan vertikal yaitu wawasan Islam. Gejala tersebut
kejahilan dan kebatilan karena sudah melewati fase dirasakan al-Faruqi sebagai apa yang disebut dengan
sebelumnya. “the lack of vision”. Kehilangan yang jelas tentang
Selanjutnya tujuan pendidikan Gontor adalah untuk sesuatu yang harus diperjuangkan sampai berhasil.
mencetak para manusia yang ber-tafaqquh fii-d-diin, Dari situlah kemudian al-Faruqi berkeyakinan
menjadi mundzru-l-qoum menjadi ulama yang berjuang bahwa untuk mencapai masa depan yang lebih baik,
dan menjadi orang yang bermanfaat, karena sebaik- perlu diadakan reformasi di bidang pemikiran Islam.
baiknya manusia adalah manusia yang bernmanfaat bagi Artinya, kaum muslimin tidak saja harus menguasai
lainya. ilmu-ilmu warisan Islam, namun juga harus menguasai
Dan yang terakhir dalam skala aplikatif, peserta disiplin ilmu modern. Salah satunya adalah dengan cara
didik dalam pendidikan Gontor mampu bergerak di islamisasi ilmu atau integrasi pengetahuan-pengetahuan
masyarakat, menjadi warga negara yang beriman, baru dengan warisan Islam, dengan penghilangan,
bertaqwa dan berakhlaq mulia berjuang lillahi ta’ala. perubahan, penafsiran kembali dan adaptasi komponen-
5. Kritik Islam terhadap dualisme komponennya sesuaidengan pandangan dan nilai-nilai
Dualisme merupakan suatu dilema yang terjadi di dalam Islam.
pendidikan, sehingga beberapa tokoh Islamisasi Islam Al-Faruqi berpendapat bahwa Islamisasi ilmu
Syed Naquib Al-Attas dan Islamil Raji Al-Faruqi pengetahuan ini dilakukan dengan cara menjadikan
memberikan kritikan akan pendapatnya mengenai konsep tauhid sebagai pondasi dalam ilmu pengetahuan.
dualiasme, dengan mengunakan konsep Islamisasi. Berikut merupakan esensi tauhid yang digambarkan Al-
Dalam proses Islamisasi ilmu, menurut al-Attas Faruqi dalam ilmu pengetahuan: Dalam proses
melibatkan dua langkah utama. Pertama ialah proses Islamisasi ilmu pengetahuan al-Faruqi memberikan
mengasingkan unsurunsur dan konsep-konsep utama beberapa langkah-langkah yaitu; Pertama, Penguasaan
Barat dari ilmu tersebut. Langkah kedua ialah disiplin ilmu modern, penguasaan kategoris. ilmu
menyerapkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama modern yang berkembang saat ini berada di tangan
Islam ke dalamnya. bangsa sekuler, sehingga kita perlu mengetahui prinsip
Dalam hal ini Al-Attas mengambil pendekatan konsep, metodologi, masalah, dan tema ilmu
Imam Ghazali dalam aspek jiwa, di mana ia pengetahuan itu mengajarkan kepada ketauhidan atau
menyarankan supaya sifat yang keji dibuang dahulu tidak. Kedua, Survei disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu
sebelum jiwa dihiasi dengan sifat yang terpuji. Kalau modern disurvei dan ditulis mengenai asal-usul,
dalam proses penyucian jiwa Imam Ghazali perkembangannya. metodologinya, keluasan
wawasannya, tokohnya untuk mengetahui keseluruhan
312 2: 307-312, 2020

tentang ilmu tersebut. Ketiga, Menguasai khazanah dualisme pendidikan dibutuhkan intergrasi antara ilmu
Islam, sebuah ontologi. Mencari sampai sejauh mana modern dan ilmu klasik dalam sistem pendidikan Islam.
khazanah Islam menyentuh dan membahas objek
disiplin ilmu modern. Keempat, Penguasaan khazanah
ilmiah Islam tahap analisa. Menganalisis khazanah DAFTAR PUSTAKA
Islam dengan latar belakang historis dan kaitannya
dengan berbagai bidang kehidupan manusia. Kelima, Al-Faruqi, Ismail Raji. 1995. Islamisasi Pengetahuan, Terj.
Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap Anas Mahyudin. Bandung Pustaka.
disiplindisiplin ilmu. disiplin ilmu pengetahuan modern Al-Faruqi, Ismail Raji. 1998. Lois Lamya al-Faruqi, (Terjem
beserta metodologi-metodologi dasar, prinsip, masalah, Ilyas Hasan), Atlas Budaya: menjelajah Hazanah
tujuan dan harapan, kejayaan dan batasan-batasannya, Peradaban Gemilang, Bandung.
semuanya harus dikaitkan kepada warisan Islam serta Amien ,Rais Mughal. 1990. Cakrawala Islma antara Cita dan
disesuiakan dengan Islam. Keenam, Penilaian kritis Fakta, (Bandung: Mizan).
terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkat DauWan Mohd Nor Wan d, The Educational Philosophy.
perkembangannya dimasa kini. Ketujuh, Penilaian kritis E. Kurniyati. 2018. Memahami Dikotomi Dan Dualisme
terhadap khazanah Islam dan tingkat perkembangannya Pendidikan Di Indonesia, Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1
dewasa ini. Kedelapan, Survei permasalahan yang Maret.
dihadapi umat Islam. Kesembilan, Survei permasalahan K.H. Imam Zarkasyi, Diktat dalam Perkenalan di Kulliyatu
yang dihadapi manusia. Kesepuluh, Analisa kreatif dan Muallimin Al-Islamiyah sejak tahun 1939, (Darussalam
sintesa. Membentuk sebuah lompatan yang kreatif yang Press, Ponorogo, Pondok Pesantren Modern Darussalam
bernafaskan Islam yaitu, suatu metodologi baru harus Gontor),
dicetuskan untuk mengembalikan supremasi Islam di Lorens Bagus. 2002. Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia).
dunia sebagai pendongkrak dan penyelamat peradaban Marwan Saridjo.1996 Bunga Rampa Pendidikan Agama Islam,
manusia. Kesebelas, Penuangan kembali disiplin ilmu Jakarta: Amissco.
modern ke dalam kerangka Islam, buku-buku dasar Omar Muhammad al-Tomy al-Saibani, 1979 Filsafat al-
tingkat universitas. Keduabelas, Penyebaran ilmu-ilmu Tarbiyah al-Islamiyah diterjemahkan oleh Hasan
yang telah diislamkan (Faruqi, 1995). Langgulung dengan judul, Filsafat Pendidikan Islam (Cet.
I; Jakarta: Bulan Bintang).
Samrin, Dikotomi Ilmu Dan Dualisme dalam pendidikan, Vol.
KESIMPULAN 6 No. 1 Januari-Juni .
Sayyid Ali Ashraf Sayyid Sijjad Husain dan, Crisis in Muslim
Pembahasan tentang dikotomi ilmu pengetahuan dan Education, yang diterjemahkan oleh Mudhafir Fadhalah,
dualisme pendidikan sangat terkait dengan kemunculan 2000 dengan judul, Krisis Pendidikan Islam, (Cet. I;
sekularisme di Eropa, yang mulai memisahkan ilmu Jakarta: al-Mawardi Prima).
keislaman dan ilmu umum. Dikotomi ilmu pengetahuan Suharto Ahmad. 2018. Melacak Akar Filosofis Pendidikan
dan dualisme pendidikan sangat melemahkan umat Gontor. (Nameela, Yogyakarta Cet. III
Islam dan dapat mereduksi nilai-nilai kemanusiaan Sulaiman, Abd.al-Hamid Abu. 1999, Permasalahan
karena landasan filsafat kedua istilah ini adalah sekuler. Metodologis dalam Pemikiran Islam.
Islam memandang bahwa ilmu itu hanya satu yakni Sutrisno, Ahmad., Ali Syarqowiy, Rif’at Khusnul Ma’afiy,
yang berasal dari Allah, swt. Dalam konferensi Islam Agus Budiman, Abdul Hafidz Zaid, 2011, Ushulu-t-
internasional tentang pendidikan merekomendasikan tarbiyah Wa-t-ta’lim Muqorror Li-sh-shuffi Ats-Tsalits,
bahwa pencapaian ilmu itu melalui penyampaian wahyu (Darussalam Press, KMI Pondok Modern Darussalam
dan ilmu yang didapat melalui prosedur ilmiah serta Gontor Ponorogo),
intuitif dan pada hakekatnya Islam tidak mengenal Usman, Abu Bakar dan Surohim. 2005. Fungsi Ganda
dikotomi ilmu pengetahuan, demikian halnya dengan Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safira Insan
dualisme pendidikan tidak dikenal dalam sistem Press.
pendidikan Islam. Dualisme pendidikan merupakan Zarkasy, Abdullah Syukri. 2005. Manajemen Pesantren
produk Barat untuk merusak pemikiran. Pengalaman Pondok Modern Gontor, (Trimurti Press,
Antisipasi cendekiawan Islam terhadap dikotomi Ponorogo)
ilmu dan dualisme pendidikan adalah merekonstruksi Zarkasy, Hamid Fahmy. 2015. Peradaban Islam, Diterbitakan
nilai falsafah Islam dan juga menggunakan program oleh Centre of Occidental (CIOS) Universitas Darussalam
Gontor.
islamisasi ilmu pengetahuan, untuk mengatasi dilema
yang terjadi dialam pendidikan. Serta menghilangkan

Anda mungkin juga menyukai