Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BAHASA INDONESIA

(MEMBUAT RESENSI)

Nama: Syarifah Fidya Azzahra

Kelas: XII IPS 1

Resensi Novel Ibu, Aku Mencintaimu

1. Identitas Buku
Judul Buku: Ibu, Aku Mencintaimu
Penulis : Agnes Davonar
Penerbit: Intibook Publisher
Tahun Terbit: 2013
Jumlah Halaman: vii+190 halaman
Tebal Buku :18 x 2,5 cm
Berat Buku: 154 gram
Cover/Sampul: berwarna kuning keemasan, judul berwarna hitam, dan terdapat illustrasi dari
tokoh yang ada didalam novel serta penghargaan-penghargaan yang diraih.
Harga Buku: Rp32.300,-

2. Sinopsis
Angel adalah anak yang berasal dari keluarga kaya raya sehingga ia memperoleh fasilitas
mewah termasuk bersekolah di SMP Internasional Budaya Jakarta. Tidak hanya kaya tetapi
Angel juga membuktikan bahwa ia anak yang pintar berprestasi di sekolahnya. Namun
semua berubah begitu saja ketika ia kehilangan Ayahnya yang meninggal karena mengalami
sebuah kecelakaan ketika dalam perjalanan menjemput Ibunya yang berada di salon. Sejak
saat itu, Angel dan Ibunya hidup melarat karena semua kekayaan disita oleh Bank karena
untuk membayar hutang Ayahnya dan perusahaannya yang bangkrut.

Karena keadaan itu, mereka harus pindah ke rumah susun yang kumuh. Sifat Angel
berubah drastis menjadi kasar terhadap Ibunya apalagi saat Ibunya memutuskan untuk
berdagang bakmi demi menyambung hidup. Angel memiliki masalah dengan Agnes, teman
di sekolah barunya. Angel dan Agnes selalu bertengkar karena merebutkan seorang cowok
bernama Aji. Masalah tak kunjung selesai, dengan segala cara Agnes berusaha
menyingkirkan Angel. Termasuk membuatnya malu karena status sebagai anak penjual
bakmi. Sampai akhirnya, satu ketika ketika Angel mengalami masalah besar dalam hidupnya,
saat itu dia baru menyadari bahwa ibu adalah segalanya dan takkan pernah ada yang bisa
melebihi kasih sayang dari seorang ibu.

3. Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik

Unsur Intrinsik
- Tema: keluarga
- Latar Tempat: SMP Internasional Budaya Jakarta, salon, rumah, kantor, kelas, kamar,
rumah susun, kantin sekolah, rumah sakit dan lapak bakmi.
- Latar Waktu: suatu pagi, tahun lalu, malam hari, siang hari, malam hari, sore hari, pagi
menjenlang siang.
- Latar Suasana: sedih, terharu, senang, bangga, bahagia, kecewa, bersemangat, cemas.
- Alur: maju
- Penokohan dan Perwatakan:
Protagonis: Angel, Ibu Angel, dan Ayah Angel
Antagonis: Agnes, Fifi, dan Maria
Tritagonis: Hendra dan Aji
- Sudut Pandang: sudut pandang orang pertama pelaku utama
- Amanat: Hidup ini tidak selalu berjalan mulus, kehidupan bisa berubah kapan saja dan
dimana saja seperti membalikkan telapak tangan. Dan kita sebagai manusia harus bisa
menerima itu semua karena semua kekayaan yang kita miliki ini hanyalah titipan dari
tuhan. Ketika kita mengalami masa pahit dalam hidup kita, kita tidak bisa menyalahkan
siapa-siapa, termasuk orang tua kita sendiri. Kita harus tetap menghormati orang tua kita
bagaimanapun keadaannya, terutama ibu. Karena ibu adalah hal terindah yang tak akan
bisa digantikan oleh apapun.

Unsur Ekstrinsik:
- Latar Belakang Penulis: Agnes Davonar adalah nama pena dari dua orang kakak beradik
yang sukses menggapai puncak keemasan lewat dunia sastra. Karya-karya mereka yang
fenomenal dan selalu menjadi best-seller adalah bukti dari popularitasnya. Bernama asli
Agnes Li, perempuan yang lahir di Jakarta, 8 Oktober 1986 dan Teddy Li, sang adik laki-
laki yang lahir di Jakarta,7 Agustus 1989 merupakan anak dari pasangan mendiang Ng
Bui Cui dan Bong Nien Chin. Mereka berdua hidup dalam ruang lingkup sastra, budaya,
dan seni. Ayah mereka yang dulu berprofesi sebagai penulis kaligrafi Cina adalah tulang
punggung satu-satunya yang menopang Agnes, Teddy, dan ibunya.

- Latar Belakang Masyarakat:


Ketika novel ini dibuat, penulis melihat kondisi sosial yang ada disekitarnya. Ia melihat
banyak sekali kejadian-kejadian yang sering terjadi dikalangan masyarakat yang bisa ia
masukkan kedalam novelnya tersebut. Seperti banyak anak sekarang yang gengsi dan
ingin terlihat kaya di depan teman-temannya sampai-sampai ia harus memaksa
orangtuanya untuk bekerja lebih keras lagi demi memenuhi keinginannya. Hal inilah
salah satunya yang penulis angkat ke dalam novelnya ini.

- Nilai dan Norma


Sosial: bersikap baik dan sopan kepada orang yang baru dikenal (seperti tokoh Hendra
yang bersikap kepada Angel yang merupakann teman barunya dan membantu Angel
ketika ada kesusahan)
Moral: berakhlak baik kepada orang tua atau orang yang lebih tua dengan cara selalu
mengormatinya dan menghargai setiap pengorbanannya (seperti yang dilakukan Angel
kepada ibunya walaupun pada awalnya dia sangat membenci ibunya)
Perjuangan: ibu Angel yang banting tulang melakukan apapun agar Angel bisa tetap
sekolah dan tidak malu dengan teman-temannya.

4. Kepengarangan

Latar Belakang Pengarang

Agnes Davonar adalah sebuah fenomenal di dunia sastra Indonesia. Ia memulai kariernya
sebagai penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat berkembang menjadi penulis
yang mau belajar hingga melahirkan lima novel online dan 42 cerita pendek yang begitu
melekat bagi semua pembaca situs pribadinya. Keunikan sendiri terdapat dalam nama Agnes
Davonar. Agnes berasal dari namanya sedangkan Davonar diambil nama dari adiknya. Jadi
mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.

Agnes lahir di Jakarta 8 oktober, sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus . Mereka
adalah dua saudara yang besar dalam lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang penulis
kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Agnes
berkerja sebagai karyawan swasta dan melanjutkan hidupnya di Amerika Davonar berkuliah
di Universitas Tarumanegara. Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai
olahraga. Tapi kelihaian menulis telah mengantarkan keduanya sebagai penulis novel best-
seller muda berbakat dalam jajaran sastra Indonesia yang telah melahirkan 9 Novel fisik dan
2 biografi sukses di Perpustakaan Universitas Asia dan Australia sebagai koleksi resmi dan 5
dari novelnya telah diadaptasi ke layar lebar.

Agnes Davonar menyebutnya sebagai novelis dan cerpenis online. Sebuah situs peringkat
Blog Topseratus.com menempatkan Blognya sebagai peringkat pertama dari 100 blog terbaik
di Indonesia yang mengalahkan Blog dan situs internet yang pada umumnya lebih
mengfokuskan pada musik ataupun tips tips mencari uang marketing lewat internet.

5. Penilaian
Kelebihan :
- Novel ini meceritakan bagaimana perjuangan Ibu demi menghidupi anaknya.
- Bahasa dan majas dalam novel mudah dimengerti.
- Mengandung banyak unsur edukatif.
- Bisa Membuat para pembaca terhanyut dalam kisah novel tersebut.
- Mengajarkan dan mengingatkan kita untuk menghadapi roda kehidupan yang tidak
selalu mulus.
- Mengingatkan kita untuk mencintai Ibu kita.
- Mengandung banyak pesan moral
- Menjadi best-seller dan diangkat dari best online story dari tahun 2012

Kekurangan :
Novel ini tidak menceritakan kelanjutan kisah hidup Angel,tidak dijelaskan secara rinci
tentang tanggal penerbitan,masih ada penulisan yang salah.

6. Simpulan dan Saran


Novel ini mengajarkan arti kehidupan yang sebenarnya dan kisah dalam novel membuat kita
menyadari pentingnya seorang Ibu. Para pembaca dibuat kagum dan terharu dengan
perjuangan seorang Ibu pada anaknya yang mengalami problematika dalam kehidupan.Novel
ini sangat menarik untuk dibaca dan membuat kita lebih semangat menjalani kehidupan.

Resensi Buku Kumpulan Puisi Chairil Anwar (Aku Ini Binatang Jalang)

1. Identitas Buku
Judul Puisi: Aku ini Binatang Jalang
Penulis: Chairil Anwar
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cover/Sampul: Warna sampul buku sesuai dengan ciri-ciri Chairil Anwar yang suka berkarya
perihal janjkematian dan kegelapan. Chairil juga mati muda, seolah-olah beliau tahu beliau
tak hidup lama. Jadi, penggunaan warna karakter merah dan hitam, sampul buku abu-abu dan
ilustrasi wajah Chairil di tengah-tengah memberi makna yang sesuai untuk menarik perhatian
pembaca.
Tahun Terbit: 2004
Jumlah Halaman: 111 halaman
Harga Buku: Rp70.000,-
2. Sinopsis
Selama ini kita tidak bisa menemukan sajak-sajak Chairil Anwar dalam satu buku. Sebagian
kita temukan dalam Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam dan Yang terampas dan Yang
Putus, sedangkan sebagian lagi kita jumpai dalam Tiga Menguak Takdir dan Chairil Anwar
Pelopor Angkatan 45. Akan tetapi, sajak-sajak yang terdapat dalam pelbagai buku itu
sekarang disatukan dalam Aku Ini Binatang Jalang ini. Selain keseluruhan sajak-asli, dalam
koleksi ini juga dimuat untuk pertama kalinya surat-surat Chairil - yang menggambarkan
"keadaan jiwa"-nya - kepada karibnya, H.B. Jassin. Sudah sepatutnyalah setiap pencinta
sastra Indonesia memiliki koleksi sajak penyair yang "mau hidup seribu tahun lagi" ini

3. Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik

Unsur Intrinsik:
- Tema: pengalaman pribadi, percintaan, kehidupan, ibu, pemberontakan, individualisme,
dan kematian.
- Latar Tempat: rumah tua, pelabuhan, pantai, semenanjung
- Latar Waktu: senja, malam hari, pagi hari yang cerah
- Latar Suasana: sedih, kecewa, putus asa, senang dan merasa kehilangan
- Alur: maju
- Penokohan dan Perwatakan:
Sang penulis yaitu Chairil Anwar yang mengekspresikan pengalaman-pengalaman dalam
hidupnya yang pahit hingga senang.
- Sudut Pandang: sudut pandang orang pertama
- Amanat: dari sekian banyak puisi yang ada dalam buku tersebut,setidaknya ada satu
amanat yang dapat kita petik daribuku tersebut. Salah satunya yang terdapat dalam puisi
“Aku” adalah manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun
rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya
menonjolkan kelebihannya saja.

Unsur Ekstrinsik:
- Latar Belakang Penulis: Siapa yang tak kenal Chairil Anwar si “Binatang Jalang” yang
ingin hidup 1000 tahun lagi, pelopor kesusastraan angkatan 45 yang mendobrak angkatan
sebelumnya. Dalam Perayaan tujuh belas agustusan, puisi-puisi cemerlang Chairil selalu
dibacakan dari Sabang sampai Merauke. Rasanya tak akan pernah habis pembicaraan
tentang Chairil Anwar baik individunya maupun sajak-sajaknya. Chairil seperti bagian
dari bangsa Indonesia yang pernah ada, dan terus dirindukan.

- Latar Belakang Politik:


Merasa terdesak dalam kondisi Indonesia pada masa penjajahan Jepang,
Chairil Anwar tidak tinggal diam. Setelah menulis beberapa puisi tentang
semangat kemerdekaan seperti “Diponegoro”, Chairil terus membangun semangat
juang kemerdekaan melalui karya-karyanya dengan melancarkan puisi yang kritis
dan tajam. Salah satunya terdapat dalam sebuah Puisi “Aku” yang pertama kali
dikenalkan Chairil Anwar pada pertemuan Angkatan Muda di Pusat Kebudayaan
pada Juli 1943, yang menjadi maskot pembaharuan dalam sejarah perpuisian di
Indonesia.

- Nilai dan Norma:


Ekonomi: kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih baik.
Sosial: sesama insan harus saling membantu dan tolong menolong.
Politik: kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang mempunyai kehidupan
yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa.
Budaya: sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang baik dan menjauhi
kebiasaan yang buruk.

4. Kepengarangan

Latar Belakang Pengarang

Chairil Anwar adalah penyair Angkatan '45 yang terkenal dengan puisinya yang berjudul
"Aku". Berkat puisinya itu, ia memiliki julukan 'Si Binatang Jalang'. Chairil banyak
menelurkan puisi-puisi yang mayoritas bertemakan kematian, individualisme, dan
ekstensialisme. Karya-karya Chairil dikompilasikan dalam tiga buku, yaitu Deru Campur
Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak
Takdir yang merupakan kumpulan puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin (1950), serta
diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Jerman, dan Spanyol.

Chairil lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia adalah putra mantan Bupati Indragiri Riau, dan masih
memiliki ikatan keluarga dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. Ia
bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang kemudian dilanjutkan di MULO,
tetapi tidak sampai tamat. Walaupun latar belakang pendidikannya terbatas, Chairil
menguasai tiga bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia mulai mengenal dunia
sastra di usia 19 tahun, namun namanya mulai dikenal ketika tulisannya dimuat di Majalah
Nisan pada 1942. Setelah itu, ia menciptakan karya-karya lain yang sangat terkenal bahkan
sampai saat ini seperti "Krawang Bekasi" dan "Aku".

Wanita adalah dunia kedua pria flamboyan ini setelah sastra. Dalam lingkup keluarga, nenek
adalah orang terdekat Chairil sebelum sang ibu sendiri. Ketika dewasa, ia diketahui menjalin
hubungan dengan banyak wanita dan Hapsah adalah satu-satunya wanita yang pernah
dinikahinya walaupun ikatan suci tersebut tidak berlangsung lama. Perceraian itu
dikarenakan gaya hidup Chairil yang tidak berubah bahkan setelah memiliki istri dan anak.
Pernikahan tersebut menghasilkan seorang putri yang bernama Evawani Chairil Anwar yang
sekarang berprofesi sebagai notaris.

5. Penilaian
Kelebihan:
Jenis kertas yang tebal juga jenis karakter yang pas membuat pembaca nyaman. Terdapat
footnote pada sajak-sajak. Sajak juga disusun dengan baik, jarak antara goresan pena juga tak
mengundang gangguan sekalipun ukuran karakter kecil. Buku ini mengandung banyak frasa
inspirasi, perincian dari Chairil yang menarik perhatian penulis luar untuk mengkaji dan
menerbitkan semula karyanya dalam bahasa yang berbeda.

Kekurangan:
Bagi sebagian orang akan sulit untuk memahami bahasa-bahasa sastra yang dipakai oleh
Chairil yang memang banyak memakai bahasa yang sedikit asing bagi orang awam. Penulis
tidak menyertakan catatan kaki untuk kata-kata yang memang agak sulit untuk dipahami, ya
mungkin agar tetap menjadi misteri atau agar pembaca dapat mengartikan sendiri makna dari
kata-kata tersebut.

6. Simpulan dan Saran


Aku Ini Binatang Jalang merupakan kumpulan puisi-puisi dari pujangga periode 45 yaitu
Chairil Anwar. Puisi – puisi yang berada di sini kebanyakan berisikan semangat untuk tetap
menyayangi Indonesia dan tetap berjuang demi Indonesia. Buku ini sangat cocok bagi
nasionalis yang ingin mengetahui pandangan periode 45 melalui sisi pandang seorang
pujangga menyerupai Chairil Anwar. Buku ini juga sangat wajib punya untuk orang-orang
yang menyayangi sastra.

Resensi Buku Kartini

1. Identitas Buku
Judul Buku: Kartini
Penulis: Armijn Pane
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 2008
Jumlah Halaman: 266 halaman
Cover/Sampul: berwarna cokelat kusam dan terdapat gambar R.A Kartini
Harga Buku: Rp86.000,-

2. Sinopsis
Raden Ajeng Kartini atau yang akrab dipanggil RA Kartini lahir di Jepara 21 April 1879.
Beliau merupakan putri dari Raden Mas Adipati Sastrodiningrat yang merupakan Bupati
Jepara pada saat itu dan beliau juga cucu dari Bupati Demak Tjondroningrat. Sejak kecil,
beliau RA Kartini selalu memperhatikan kenapa perempuan tidak ada yang bersekolah
seperti layaknya para pria. Pertanyaan itu selalu menghantuinya, hingga beliau RA Kartini
dewasa ia mulai menemukan jawabnnya. Kaum perempuan pada masa itu hanyalah sebagai
perhiasan kaum pria dan juga pengurus rumah tangga saja. Beliau menilai kaum wanita
penuh kehampaan, kegelapan, ketidakberdayaan dan merasa tidak berguna dimata kaum pria
yang bekerja.
Pada zaman era Kartini sangat terasa sekali diskriminasi yang terjadi kepada kaum
perempuan, Kartini saja yang notabene adalah seorang anak bupati hanya diperbolehkan
untuk sekolah sampai tingkat Sekolah dasar saja yang saat itu bernama Europes Lagere
School (E.L.S) apalagi untuk anak - anak yang orang tuanya tidak memiliki kedudukan
seperti orang tua kartini.
Waktu demi waktu telah berlalu, Kartini kecil pun telah berubah menjadi dewasa
sehingga mengharuskan beliau untuk dipingit di dalam rumah pada saat itu usianya
menginjak 12 tahun hingga tiba saatnya untuk menikah karena di daerahnya ada sebuah adat
yang melekat bahwa seorang gadis perempuan pamali untuk berpergian dan malakukan
aktivitas diluar rumah secara bebas seperti pada waktu beliau masih kecil dulu. Hal ini tentu
sangat menyiksa bagi diri Kartini, dengan adanya hal ini tentu langkah – langkah beliau
semakin terikat dan terbatas, di sini semangat kartini mulai merasa goyah dan tidak sekuat
dahulu. Kartini berjuang seorang diri dalam memperjuangkan hak-hak perempuan agar
setingkat lebih maju dari pada keadaan yang sekarang, banyak pertentangan yang di hadapi
oleh kartini dari orang – orang disekitarnya dikarenakan adat dan budaya yang melekat
begitu kental sehingga sangat sulit untuk menerima perubahan yang ada.

3. Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik

Unsur Intrinsik:
- Tema: Perjuangan
- Latar Tempat: Sekolah H.B.S yang merupakan sekolah Kartini
- Latar Waktu: Pagi hari (Kartini melihat adik-adiknya berangkat ke sekolah pagi itu)
- Latar Suasana: sepi“remuk redam hatinya melihat adik-adiknya boleh pergi bersekolah,
dengan bebas boleh pergi keluar. sedih“setiba saudaranya itu diapun diapun
dicemoohkan dan di caci pula. senang“Lain dari pada buku ada, bapak dan saudaranya,
ada lagi satu hal yang memberi keriangan, ialah pekerjaan berkirim-kiriman surat.

- Penokohan dan Perwatakan:


 R.A Kartini : baik,suka membaca dan suka member semangat.
 RM Adipati Sastrodiningrat : baik,tegas dan penyanyang
 Pangeran Ario Tjondronegoro : baik, suka akan kemajuan
 Sosrokartono : baik, sering mendengarkan cita-cita kartini dengan perhatian.
 Mr.Abendanon : baik, suka memberi nasihat kepada kartini.
- Sudut Pandang: sudut pandang orang ketiga
- Gaya Bahasa: menggunakan bahasa Indonesia.
- Amanat: Jangan membedakan derajat kaum laki-laki dan perempuan, terutama dalam hal
pendidikan. Karena setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menuntut ilmu.
Bahkan dimata Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan adalah sama.

Unsur Ekstrinsik:
- Latar Belakang Penulis:
Armijn Pane adalah seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru. Ia juga merupakan salah
satu tokoh pendiri majalah Pujangga Baru (1933). Armijn dilahirkan di Muara Sipongi
(Sumatera Utara), 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970. Ia adalah
adik sastrawan Sanusi Pane. Armijn mengenyam pendidikan di HIS dan ELS (Tanjung
Balai, Sibolga dan Bukit Tinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan
AMS-A Solo (tamat 1931). Ia pernah menggeluti berbagai profesi, antara lain sebagai
wartawan di Surabaya, guru taman siswa di Kediri, Malang dan Jakarta; Sekretaris dan
redaktur Pujangga Baru (1933-1998); redaktur Balai Pustaka (1936); Ketua Bagian
Kesusasteraan Pusat Kebudayaan (1942-1945); Sekretaris BMKN (1950-1955), dan
redaktur majalah Indonesia (1948-1955).

Selain menulis puisi dan novel, Armijn Pane juga menulis kritik sastra. Berbagai
tulisannya yang terbit pada Pujangga Baru, terutama di edisi-edisi awal menunjukkan
wawasannya yang sangat luas. Apabila dibandingkan dengan beberapa kontributor
lainnya seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan saudara laki-lakinya Sanusi Pane,
kemampuan menilai dan menimbang yang adil dan tidak terlalu terpengaruhi suasana
pergerakan nasionalisme yang terutama di periode akhir Pujangga Baru menjadi sangat
politis dan dikotomis.

4. Kepengarangan

Latar Belakang Pengarang

Armijn Pane juga bernama Ammak, Ananta, Anom Lengghana, Antar Iras, AR., A.R., Ara
bin Ari, dan Aria Indra. Nama itu ia gunakan dalam majalah Pedoman Masyarakat,
Poedjangga Baroe, dan Pandji Islam. Di samping itu, ia mempunyai nama samaran Adinata,
A. Jiwa, Empe, A. Mada, A. Panji, dan Kartono. Ia dilahirkan tanggal 18 Agustus 1908 di
Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Ia adalah anak ketiga dari delapan
bersaufara. Ayahnya Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang seniman daerah yang telah
berhasil membukukan sebuah cerita daerah berjudul Tolbok Haleoan. Selain sebagai
sastrawan, ayah Armijn Pane juga menjadi guru. Armijn Pane dan adik bungsunya, Prof. Dr.
Lafran Pane yang menjadi sarjana ilmu politik yang pertama, juga mewarisi bakat ayahnya
sebagai pendidik. Armijn Pane menjadi guru Taman Siswa dan Lafran Pane adalah Guru
Besar IKIP Negeri Yogya dan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

5. Penilaian
Kelebihan:
Kelebihan dari novel ini yaitu berbeda dengan novel lainnya, kita dapat menjunjung tinggi
hak wanita dan dapat mengerti sejarah bangsa Indonesia melalui kaum wanita.

Kekurangan:
Kekurangan dari novel ini yaitu kata-katanya sulit untuk dipahami secara luas oleh seluruh
kalangan masyarakat. Sebab, kata-katanya sudah terlampau kuno. Dan juga sampul buku
yang berwarna kusam membuat kurangnya menarik minat pembaca untuk membaca buku
tersebut.

6. Simpulan dan Saran


Ada banyak hal yang membuat Kartini menjadi perempuan yang menarik perhatian
masyarakat Indonesia karena perjalanan dan perjuangannya dalam menggapai cita-citanya
menjadi inspirasi positif untuk semua kalangan. Buku ini cocok untuk dibaca untuk semua
kalangan tidak hanya perempuan saja, tetapi laki-laki sangat boleh untuk membacanya agar
tahu bagaimana perjuangan untuk mempertahankan hak wanita dan menghargai wanita.

Anda mungkin juga menyukai