DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Metresya Souhoka (12114201190185) (Ketua)
2. Justivita Kerjapy (12114201190131) (Sekretaris)
3. Theresia Angkotamony (12114201190264)
4. Dendres Salmau (12114201190052)
5. Gimelina Letsoin (12114201190094)
6. Amir Waimesse (12114201190013)
7. Shinta Ferdinandus (12114201190242)
8. Vianna Soulissa (12114201190325)
9. Falomitha Monaten (12114201190)
10. Belavira Thee (12114201190029)
11. Vally Sekerony (12114201190269)
12. Windy Haurissa (12114201190283)
13. Ferti Nustelu (12114201190079)
14. Restinisksky Resdul (12114201190220)
15. Yoan Kakihary (12114201190308)
Pengertian
Halusinasi
Faktor
Predisposisi Psikopatologi
Faktor
Presipitasi
5) Menetapkan Tujuan Belajar (Learning Objective)
a. Diagnosa Keperawatan yang muncul
b. Pengertian Halusinasi
c. Tanda dan Gejala dari Halusinasi
d. Faktor Predisposisi Halusinasi
e. Faktor Presipitasi Halusinasi
f. Psikopatologi Halusinasi
g. Intervensi Keperawatan (Mandiri dan Kolaborasi)
6) Mengumpulkan informasi tambahan (Belajar Mandiri)
Halusinasi adalah munculnya persepsi setelah melihat, mendengar,
menyentuh, merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak benar-benar ada.
Visual: Penglihatan, misalnya merasa melihat sesosok bayangan
berbentuk orang. Auditori Pendengaran, misalnya merasa mendengar
suara sesorang yang menyuruh untuk membakar rumah. Olfaktori
Pembau, misalnya merasa membau bangkai padahal tidak ada bangkai di
sekitarnya. Taktil/Raba/Kinestetik. Sentuhan, misalnya merasa ada sesuatu
yang menyentuh padahal tidak ada. Gustatori Pengecap, misalnya di lidah
rasanya asin padahal tidak ada garamnya.
Ada 4 fase halusinasi yaitu ; Comforting, dimana Klien mengalami
perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik. Kedua, Condemning, Pada ansietas berat pengalaman
sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Ketiga Controling, Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan
perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di
sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang
sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Dan yang terakhir, Consquering Terjadi pada panik Pengalaman sensori
menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini
terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
Adapun juga Halusinasi dibagi menjadi empat tingkat yaitu :
a. Tingkat 1 : Penderita tidak merasa terganggu dengan adanya
halusinasi itu dan biasanya muncul saat sedang sendiri/ melamun/
menyendiri. Tanda-tandanya: Menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai, Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara, Gerakan
mata yang cepat, Bicara yang lamban. dan Diam dan dipenuhi oleh
sesuatu yang mengasyikkan.
b. Tingkat 2 : Penderita mulai merasa terganggu dan kehilangan
kendali serta mungkin berusaha menghilangkan halusinasinya itu.
Misal mendengar suara-suara yang mengejek. Tanda-tandanya:
Nadi meningkat, pernafasan, tekanan darah meningkat,
Konsentrasi berkurang. dan Individu merasa malu dan menarik diri
dari orang lain.
c. Tingkat 3 : Penderita meyakini, mengikuti dan melakukan isi
dari halusinasinya. Misalnya mendengar suara yang menyuruh
membanting piring, maka penderita mengikutinya dengan benar-
benar membanting piring. Tanda-tandanya: Mengikuti petunjuk
dari halusinasi daripada menolaknya. Kesulitan berhubungan
dengan orang lain. Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit
bahkan detik. Gejala fisik kecemasan berat seperti keringat
banyak, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tingkat 4 : Penderita jadi panik, cemas berat, takut jika tidak
mengikuti halusinasinya. Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika
tidak ditangani dengan baik. Tanda-tandanya: Perilaku menyerang,
teror, panic, Sangat potensial melakukan bunuh diri atau melukai
orang lain., Amuk, agresi, menarik diri, dan Komunikasi menurun.
Adapun hal-hal sederhana yang dapat diterapkan di lingkungan sekitar
klien halusinasi sehingga masalah dapat teratasi yaitu ; Ciptakan
lingkungan yang nyaman, Seluruh anggota keluarga menyayangi dan
memberi perhatian pada klien, Mengikutsertakan klien dalam setiap
kegiatan keluarga, Tidak memberi kesempatan klien untuk menyendiri
atau melamun, Keluarga harus selalu siap jika klien memerlukan
bantuan, Mengurangi hal-hal yang bisa memicu munculnya halusinasi,
Menjamin diminumnya obat secara teratur di rumah dan kontrol ke
rumah sakit sesuai petunjuk dokter. Dan ingat segera bawa ke rumah
sakit jika klien sudah menunjukkan gejala-gejala halusinasi yang lebih
parah dari sebelumnya agar mendapat penanganan lebih lanjut.
Emi W Wuryaningsih dan dkk, 2018. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa I.
UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember. Jember. Yang diakses
dengan link
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keperawatan_Kesehatan
_Jiwa_1/PFnYDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+halusinasi&printsec=frontcover
Fitria Handayani, dkk. 2020. Modul Praktikum Keperawatan Jiwa. Penerbit Adab.
Jawa Barat. Yang diakses dengan link
https://www.google.co.id/books/edition/Modul_Praktikum_Keperawatan_Jiw
a/aHcTEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=4+fase+halusinasi&printsec=frontcover
Mohammad Fatkul Mubin dan Livana PH. 2019. Hubungan Kepatuhan Minum Obat
dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid. Jurnal Farmasetis.
Volume 8. No.1.
NANDA-I. 2018-2020