Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH
A.NURFACHRAYANA ISMAIL PO714251201001
ALIFA AMALIAH MALIK PO714251201007
ANANDA PUTRI PO714251201009
ANDI ANNISA ASDAR PO714251201010
ANNISA NURUL FATHIR PO714251201013
AZZAHRAH RAMADHANI ZAMZAM PO714251201017
GUNAWAN AMAL PO714251201023
LISNA PUSPITASARI PO714251201028
MUTMAINNAH PO714251201033
NUR FADHILAH PO714251201037

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMEKES MAKASSAR
2021/2022
A. Pengertian Parkinson
Obat iParkinson iadalah iobat-obatan iyang idapat imengurangi iefek ipenyakit
iparkinson. iPengertian ipenyakit iparkinson iatau ipenyakit igemetaran iditandai idengan
igejala iTremor, iKoko iotot iatau ikalaupun ianggota igerak. iGangguan igaya iberjalan
isetapak idemi isetapak ibahkan idapat iterjadi igangguan ipersepsi idan idaya iingat
imerupakan ipenyakit iyang iterjadi iakibat iproses idegenerasi iyang iprogresif idari isel-
sel iotak isubstansia inigra isehingga imenyebabkan iterjadinya idefisiensi
ineurotransmitter iyaitu iDopamin i.
iPada ipenyakit iParkinson iyang iidiopatik iterjadi iproses idegenerasi iyang iprogresif
ineuron iberpigmen idalam isubtansia inigra, iakhirnya imenyebabkan idefisiensi
ineurotransmitter idopamin. iHal iini imenyebabkan iterjadinya iketidakseimbangan
ineurokemikal idi iganglia ibasalis, iyang imenimbulkan itanda ikhusus idan igejala
ipenyakit iParkinson. iTerapi iobat itidak imencegah iperkembangan ipenyakit, inamun
idapat imeningkatkan ikualitas ihidup ipasien.
iSebelum imemulai ipengobatan, ipasien isebaiknya idiberikan iinformasi imengenai
iketerbatasan iefektifitas iobat idan iefek isamping iyang imungkin imuncul. iSekitar i5-
10% ipasien idengan ipenyakit iParkinson imemberikan irespons iburuk iterhadap iterapi.

B. Klasifikasi Penyakit Parkinson


Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis
dan penatalaksanaannya.
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini. Etiologi belum
diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah:
infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin,
reserpin, tetrabenazin dan lain-lain yang merupakan obat-obatan yang
menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan dopamin misalnya
perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju,
infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear palsy, Multiple
system atrophy, degenerasi kortikobasal ganglionik, sindrom demensia,
Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan herediter (Penyakit Wilson, Penyakit
Huntington, Perkinsonisme familial dengan neuropati peripheral). Klinis khas
yang dapat dinilai dari jenis ini pada penyakit Wilson (degenerasi
hepatolentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi
striatonigral, atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).

C. Gejala Penyakit Parkinson


1. Gejala Klinis
a. Gejala Motorik

 Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap
sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari
penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat.
Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak
terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-
mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi
pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut
membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu
istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang
menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan,
kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas
(tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada
awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit,
tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
 Rigiditas/kekakuan
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya
terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila pergelangan difleksi
dan ekstensi pasif dan pronasi serta supinasi lengan bawah secara pasif. Pada
stadium lanjut rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan
tahanan bila persendian-persendian digerakkan secara pasif. Rigiditas
merupakan peningkatan terhadap regangan otot pada otot antagonis dan
agonis. Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi
lengan bila berjalan. Peningkatan tonus otot pada sindrom prakinson
disebabkan oleh meningkatnya aktifitas neuron motorik alfa. Kombinasi
dengan resting tremor mengakibatkan bunyi seperti gigi roda yang disebut
dengan cogwheel phenomenon muncul jika pada gerakan pasif.
 Akinesia/bradikinesia
Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi pada impuls optik,
labirin, propioseptif dan impuls sensoris di ganglia basalis. Hal ini
mengakibatkan berubahan aktivitas refleks yang mempengaruhi motorneuron
gamma dan alfa. Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat
perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita
menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada
tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah
menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita
bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks
menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi
lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun
dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan
berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak
menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
 Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu
untuk Melangkah Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat
mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering
kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Keadaan
tersebut juga berimplikasi pada hilangnya refleks postural disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf proprioseptif dan labirin dan sebagian kecil
impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita
mudah jatuh.
 Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal
ini merupakan gejala dini.
 Langkah dan Gaya Jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a
petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke
depan, punggung melengkung bila berjalan.
 Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton
dengan volume suara halus ( suara bisikan) yang lambat.
 Demensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit
kognitif.
 Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul,
asal diberi waktu yang cukup.
 Gejala lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif).

b. Gejala Non-Motorik
 Disfungsi otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
- Pengeluaran urin yang banyak
- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku orgasme.
 Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
 Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
 Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
 Gangguan sensasi
- Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan
warna.
- Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan system saraf otonom untuk melakukan
penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan.
- Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau
anosmia).
D. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada setiap kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan
rigiditas yang san gat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis
kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan
kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up
berikutnya.
4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan perlambatan yang
progresif dengan memburuknya penyakit. CT-scan otak menunjukkan atrofi kortikal
difus dengan melebarnya sulsi dan hidrosefalus eks vakuo pada kasus lanjut.
Selain dengan metode tersebut, untuk mendiagnosis penyakit parkinson, dapat
dilakukan berdasar pada beberapa kriteria, yakni:
1. Secara klinis
 Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia,
atau 3 dari 4 tanda motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan
postural.
 Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif, terdiri dari:
1. Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama
2. Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun pertama
3. Halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun pertama
4. Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama. Kriteria diagnosis yang
dipakai di indonesia adalah kriteria Hughes(1992):
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit
dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu :
 Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali
orang terdekat (teman)
 Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara
berjalan terganggu
 Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
 Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat
berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
 Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

E. Penggolongan Obat Antiparkinson


1. Obat-obat Dopaminergika
Bekerja idengan imeningkatkan ikadar iDA idi iotak iatau imeningkatkan itrasmisinya
idan idengan idemikian imeringankan ihipokinesia idan ikekakuan, itetapi ijarang
imengurangi itremor. i i
Contoh Obat:
a. Levodopa
Indikasi i: iMenangani igejala ipenyakit iParkinson, iseperti itubuh igemetar, itubuh
menjadi ikaku, idan ikesulitan iuntuk ibergerak. iPenyakit iParkinson imerupakan
penyakit iyang imemengaruhi ikerja iotak iuntuk imengoordinasi ipergerakan iotot.
Kontra iindikasi i: iLevodopa ikontraindikasi iuntuk idigunakan ipada ipasien
idengan glaukoma isudut itertutup idan imelanoma imaligna. iPada ikondisi
iglaukoma isudut tertutup, ilevodopa idapat imenyebabkan idilatasi ipupil, isehingga
imempersempit sudut idan imeningkatkan itekanan iintraokuler.
Efek iSamping i:Pusing, isakit ikepala, idan ilimbung. iMual idan imuntah,selera
makan ihilang.Sulit itidur.Mimpi iburuk.Kesemutan ipada itangan iatau ikaki.
b. Bromokriptin
Indikasi i: iMerangsang ireseptor idopaminergic, iorgan iyang iditentukan iyang
memiliki ireseptor idopamin iyaitu iSSP, ikardiovaskuler, iporos
hipotalamushipofisis idan isaluran ipencernaan
c. Perangsang iSSP i(dextroamfetamin, imetamfetamin idan imetilfenidat) Bekerja
ekresi idopamin idari ivesikel iprasinaptik, iekresi ike idalam iurin idalam ibentuk
utuh.
d. Amantadin
Cara ikerja iobat iini iberdasarkan imekanisme iyaitu i:
i-Meningkatkan isintesa/kadar iDA idi iSSP
-Stimulasi iDA isecara ilangsung idan iseleksi
-Stimulasi ipelepasan iDA idiujung isaraf
-Menghambat ipenarikan ikembalinya idi iujung isaraf
-Menghentikan ipenguraian iDA
2. Obat iantikolinergik i
Obat iini ibekerja ilangsung idi iSSP iUntuk ibentuk
penyakitbyangilebihiseriusiperluidikombinasikan idengan ilevodopa iObat-obat
antikolinergika ibenztropin itriheksilfenidin imenghambat isecara ikompetitif ireseptor
reseptor imuskarinik idi idalam iotak, itermasuk iyang iterdapat idalam
sistemiekstrapiramidal iefektif iuntuk imengurangi itremor ipada iparkinsonisme itetapi
efeknya itidak ikuat ipada ibradikinesia iparkinsonisme. iUntuk iparkinson ihanya
diberikan iper ioral
3. Obat-obat idopaminergik iindirek i-Deprenil i
Suatu iinhibitor iselektif iterhadap imonoamin ioksidase idan isuatu ibentuk
ienzim iyang imetabolisme idopamin. i iEnzim iini irelatif ikurang imemiliki iefek
ipada inorepinefrin idan iserotonin. iOleh ikarena iitu iobat iini idapat imeningkatkan
ikonsentrasi idopamin. Penggunaan iobat iini ipada iparkinsonisme imasih idalam itaraf
iuji icoba.
4. iMAO-B iinhibitor i
Penghambatan ispesifik ipada iMAO-B ibertujuan imenghambat iproses
idegradasi idopamin idalam iotak, idan iefeknya. i iDi isamping iitu, iobat iMAO-B
iinhibitor ilebih imenghasilkan iefek isamping irelatif irendah. i iextend iContoh iobatnya
iadalah iselegilin. Obat iini idigunakan idalam iterapi ikombinasi idengan ilevodopa.
F. Efek iSamping iAntiparkinson
Antiparkinson idapat imenyebabkan ibeberapa iefek isamping iyang itidak idi iinginkan. i
1. Beberapa iefek isamping iumum idari iAgen iantiparkinson iantikolinergik
itermasuki:
a. Mulut ikering
b. Penglihatan ikabur
c. Mual
d. Muntah
e. Gangguan iepigastrium
f. Konstipasi
g. Pusing
h. Kelemahan iotot
i. Mengantuk
j. Kehilangan ikoordinasi
k. Mulut ikering, ihidung, iatau itenggorokan
l. Sembelit
m. Sakit iperut
n. Mata ikering
o. Kantuk idi isiang ihari iatau iperasaan i“mabuk” isetelah ipenggunaan imalam
ihari.
2. Beberapa iefek isamping iumum idari iAgen iantiparkinsonisme idopaminergik
itermasuk i:
a. Pusing, isensasi iberputar, ikantuk iringan, irasa ilelah
b. Sakit ikepala iringan, isuasana ihati itertekan, imasalah itidur i(insomnia)
c. Mulut ikering, ihidung itersumbat
d. Sakit iperut i, imual, imuntah, isakit iperut, ikehilangan inafsu imakan, idiare,
sembelit
e. Perasaan idingin iatau imati irasa idi ijari-jari
f. Gerakan iotot iyang itidak idisengaja
g. Air iterjun
3. Beberapa iefek isamping iumum idari iAgen iantiparkinson ilain-lain itermasuk i:
a. Gerakan iotot iyang itidak idisengaja
b. Halusinasi
c. Pusing
d. Mual i, isembelit
e. Masalah itidur i(insomnia)

G. Interaksi iObat iAnti iParkinson


1. Levocopa + Antasid
Antasid tidak berinteraksi secara signifikan dengan levodopa,
walaupun ada beberapa kejadian ada beberapa kejadian bahwa antacid
mengurangi bioavailabilitas levodopa. Mekanismenya adalah Usus halus
merupakan tempat absorpsi yang utama untuk levodopa dan penundaan
pengosongan lambung dapat menyebabkan kadar levodopa dalam plasma
rendah, hal ini disebabkan karena levodopa dapat dimetabolisme di dalam
pencernaan.
2. Levodopa + Antikolinergik
Antikolinergik sangat luas penggunaannya dengan levodopa.
Antikolinergik dapat mengurangi penyerapan levodopa sehingga dapat
mengurangi efek sampai tingkat tertentu. Mekanismenya yaitu Usus halus
merupakan tempat absorpsi yang utama untuk levodopa, antikolinergik dapat
menyebabkan penundaan pengosongan lambung sehingga dapat menyebabkan
rendahnya kadar levodopa dalam plasma karena metabolism di mukosa
lambung menjadi lebih lambat.
3. Levodopa + Antiemetik
Metoklopramid dapat meningkatkan efek dari levodopa.
Mekanismenya adalah Metoklopramid merupakan antagonis dopamine yang
dapat menyebabkan gangguan extrapiramidal (gejala Parkinson). Pada sisi
lain metoklopramid merangsang pengosongan lambung yang dapat
meningkatkan bioavaibilitas levodopa.
4. Levodopa + Antipsikosis (Phenotiazin & Butirofenon)
Phenotiazin (eg. Chlorpromazin) dan Butirofenon (eg.Haloperidol)
memblok reseptor dopamine di otak dan mempengaruhi pengembangan
extrapiramidal (gejala Parkinson)
5. Levodopa + Baclofen
Menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan (halusinasi,
bingung, sakit kepala, mual) dan memeperburuk gejala Parkinson.
6. Levodopa + Benzodiazepin
Menyebabkan efek terapeutik levodopa berkurang karena penggunaan
bersama dengan chlordiazepoxid, diazepam atau nitrazepam
7. Levodopa dengan anastetik
Anestetik : meningkatkan potensi aritmia, jika levodopa diberikan
bersamaan dengan cairan anestetik umum yang diuapkan (inhalasi)
8. Levodopa dengan anti depresan
Resiko terjadi krisis hipertensi jika levodopa diberikan bersamaan
dengan penghambat MAO, meningkatkan resiko efek smping jika levodopa
diberikan bersama dengan moklobemid.

9. Levodopa dengan piridoksin


Dapat menurunkan jumlah levodopa yang melewati sawar otak.
Mekanismenya Dalam jumlah yang kecil (lebih dari 5 mg) piridoksin sudah
dapat meningkatkan dekarboksilasi levodopa di perifer, akibatnya levodopa yang
mencapai jaringan otak berkurang.
10. Amantadin + Cotrimoxazol
Dapat meningkatkan kekacauan mental akut pada pasien usia lanjut,
namun bersifatreversible
11. Amantadin + Quinin & Qunidin
Pada kadar 200 mg quinine atau quinidin dapat mengurangi
metabolisme amantadin berturut-turut sebanyak 36 %.
12. Amantadin + Thiazid
Menyebabkan ataksia (kehilangan keseimbangan tubuh), gelisah dan
halusinasi berkembang tidak lebih.
13. Bromokriptin + Antibiotik Makrolide
Menghambat metabolism bromokriptin oleh hati sehingga ekskresinya
menurun dan konsentrasinya tinggi dalam serum darah.
14. Levodopa + Entacapone
Entacapone meningkatkan kadar plasma dan bioavailabilitas levodopa,
sehingga meningkatkan efek terapi pada pasien penyakit Parkinson. Akan
tetapi peningkatan ini disertai dengan meningkatnya
Efek samping levodopa (contoh: diskinesia), sehingga disarankan
bahwa saat mulai digunakan entacapone, dosis levodopa sebaiknya dikurangi
sekitar 10 sampai 30% (termasuk pada hari atau minggu pertama
pemakaian) untuk menghindari potensi terjadinya efek samping tersebut
15. Levodopa + Fluoxetine
Penggunaan fluoxetine untuk mengobati depresi yang terkait dengan
penyakit parkinson umumnya bermanfaat bagi pasien yang diterapi dengan
levodopa untuk mengobati penyakit tersebut.
Meskipun demikian, terkadang gejala parkinsonian justru semakin
memburuk. Gejala ekstrapiramidal jarang terjadi namun diduga gejala tersebut
merupakan efek samping fluoxetine.
16. Levodopa + Isoniazid
Tidak terdapat bukti bahwa isoniazid dapat menurunkan efek
levodopa pada penderita Parkinson. Dilaporkan pula bahwa penggunaan
isoniazid bersama dengan levodopa dapat menyebabkan terjadinya hipertensi,
takikardi, flushing dan tremor pada pasien. Mekanismenya adalah Studi
metabolisme pada pasien mengindikasikan bahwa isoniazid menghambat
dopa-dekarboksilase (walaupun mungkin dapat disebabkan oleh mekanisme
lainnya). Kasus mengenai hipertensi dan takikardi belum diketahui,
meskipun demikian diasumsikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh efek
inhibisi monoamine oksidase yang lemah oleh metabolit isoniazid.

17. Levodopa + Metildopa


Metildopa dapat meningkatkan efek levodopa sehingga perlu
dilakukan penurunan dosis pada beberapa pasien, akan tetapi di sisi lain
hal ini dapat pula menyebabkan terjadinya diskinesia yang semakin
buruk. Dapat pula terjadi efek peningkatan hipotensi yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Z. A., Ayu, D., Marshita, F., & Wahdaniah, A. p. (2019, January).

Bahan Ajar III. Parkinson. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Obat obat Parkinson. Jurnal Kesehtan, x(1), 130-135.

Hareany, F. (2019). Parkinson. makalah obat arkinson.

Rahman, F. (2017). Obat Parkison. Joernal Kesma

Anda mungkin juga menyukai