Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1 SESI KE 3

MANAJEMEN

OLEH:
FAISA AHMAD ASDRIAN
22 TAHUN
044198625
1) Teori penguatan atau reinforcement theory of motivation dikemukakan oleh B. F. Skinner (1904-
1990) dan rekan-rekannya. Pandangan mereka menyatakan bahwa perilaku individu merupakan fungsi
dari konsekuensi-konsekuensinya (rangsangan – respons —  konsekuensi).

Teori ini didasarkan atas semacam hukum pengaruh dimana tingkah laku dengan konsekuensi
positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk
tidak diulang.

Teori ini berfokus sepenuhnya pada apa yang terjadi pada seorang individu ketika ia bertindak.
Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis mekanisme pengendalian untuk perilaku individu.
Namun, tidak fokus pada penyebab perilaku individu.

Menurut Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara efektif dan positif
sehingga dapat memotivasi karyawan.

Model penguatan Skinner adalah interval (tetap atau variabel) dan rasio (tetap atau variabel).

B. F. Skinner.

Penguatan terus menerus – pemberian secara konstan penguatan terhadap tindakan,


dimana setiap kali tindakan tertentu dilakukan diberikan terhadap subjek secara
langsung dan selalu menerima penguatan. Metode ini tidak praktis untuk digunakan,
dan perilaku diperkuat rentan terhadap kepunahan.

Interval (fixed / variabel) penguatan tetap – penguatan mengikuti respon pertama


setelah durasi yang ditetapkan. Variabel-waktu yang harus dilalui sebelum respon
menghasilkan penguatan tidak diatur, tetapi bervariasi di sekitar nilai rata-rata.

Rasio (tetap atau variabel) penguatan tetap – sejumlah tanggapan harus terjadi
sebelum ada penguatan. Variabel-jumlah tanggapan sebelum penguatan disampaikan
berbeda dari yang terakhir, namun memiliki nilai rata-rata.
Menurut management study guide, manajer menggunakan metode berikut untuk
mengendalikan perilaku karyawan:

Penguatan Positif

Ini berarti ada pemberian tanggapan positif ketika seorang individu menunjukkan
perilaku positif yang dibutuhkan. Misalnya memuji karyawan untuk datang lebih
awal. Ini akan meningkatkan kemungkinan perilaku yang akan terjadi lagi. Reward
adalah positif untuk memperkuat, tapi belum tentu demikian, jika dan hanya jika
perilaku karyawan membaik, hadiah dapat dikatakan sebagai dorongan yang positif.
Penguatan positif merangsang terjadinya perilaku.

Penguatan Negatif

Ini berarti menghargai karyawan dengan menghapus konsekuensi negatif/tidak


diinginkan. Baik penguatan positif dan negatif dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku yang diinginkan/diperlukan.

Hukuman

Ini berarti menghapus konsekuensi positif sehingga dapat menurunkan kemungkinan


mengulangi perilaku yang tidak diinginkan di masa depan. Dengan kata lain,
hukuman berarti menerapkan konsekuensi yang tidak diinginkan untuk menampilkan
perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya – Menangguhkan seorang karyawan untuk
melanggar aturan organisasi. Hukuman bisa disamakan oleh penguatan positif dari
sumber alternatif.

Kepunahan

Kepunahan berarti menurunkan kemungkinan perilaku yang tidak diinginkan dengan


menghilangkan hadiah untuk perilaku seperti itu.

Implikasi Teori 

Mirip dengan teori keseimbangan yang membangun kesadaran yang lebih luas


terhadap dimensi penilaian masing-masing individu sebagai manifestasi keadilan,
teori ini juga memandang bahwa penghargaan terhadap karyawan tidak bisa dipukul
rata bahwa manajemen harus menghargai semua karyawan secara bersamaan,
melainkan harus memberitahu karyawan apa yang perlu dilakukan dengan benar.
Karyawan diberitahukan bagaimana mereka dapat mencapai penguatan positif. Teori
Penguatan menjelaskan secara rinci bagaimana seseorang belajar berperilaku.
2) Teori Tingkah Laku ini dikritik karena sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak hal di dunia pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.

Sebagai contoh, suatu saat seorang peserta didik mau belajar giat setelah diberi stimulus
tertentu. Tetapi karena satu dan lain hal, peserta didik tersebut tiba-tiba tidak mau belajar lagi, padahal
kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama atau yang lebih baik dari itu. Disinilah persoalannya.
Ternyata teori tingkah laku ini dianggap tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan
hubungan antara stimulus dan respon tersebut. Tentu saja kita dapat mengganti stimulus dengan
stimulus lain sampai kita mendapatkan respon yang kita inginkan. Tetapi kita tahu hal ini belum
menjawab pertanyaan yang sebenarnya.

Disamping itu, teori belajar ini dianggap cenderung mengarahkan peserta didik untuk berpikir
tidak kreatif. Dengan prosesnya yang disebut “pembentukan” (shaping), misalnya peserta didik digiring
sampai ke suatu target tertentu, padahal banyak hal dalam hidup ini yang tidak sesederhana itu. Skinner
dan ahli-ahli ahli lain (Thorndike, Watson, Clark Hull, red) penyokong teori ini memang tidak
menganjurkan adanya “hukuman” digunakan dalam proses belajar mengajar. Tetapi apa yang mereka
sebut “penguat negatif” (Negative Reinforcement) cenderung membatasi keleluasaan peserta didik
untuk berimajinasi dan berpikir.

Kita ingat kembali, bahwa menurut Guthrie, “hukuman” memegang peranan penting dalam
proses belajar. Skinner tidak percaya pada asumsi Guthrie ini karena tiga alasan. Pertama, pengaruh
hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara. Kedua, dampak psikologis yang
buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Ketiiga, hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas
dari “hukuman”. Dengan kata lain “hukuman” dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain
yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan pertama yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Ini tidak sama dengan
hukuman. Ketidaksamaan tersebut adalah, bila hukuman harus “diberikan” (sebagai stimulus) harus
“dikurangi” agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya seorang peserta didik perlu
dihukum untuk suatu kesalahan yang dibuatnya (teori Guthrie). Jika peserta didik masih bandel, maka
hukuman harus ditambah. Tetapi, jika sesuatu yang tidak mengenakkan peserta didik itu dikurangi
(bukan malah ditambah), dan pengurangan ini mendorong mahasiswa itu untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut “penguat negatif” (teori Skinner).

3) Terdapat beberapa jenis konflik yang seringkali terjadi di masyarakat antara lain :

1. Konflik Pribadi
Konflik pribadi merupakan jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu atau dengan
kelompok masyarakat. Jenis konflik ini sangat sering terjadi di dalam keluarga, pertemanan, dunia
kerja, dan lainnya.

2. Konflik Rasial

Konflik rasial merupakan jenis konflik yang terjadi antar ras atau yang berbeda. Konflik rasioal akan
terjadi ketika setiap ras merasa lebih unggul dan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya
sendiri.

3. Konflik Agama

Jenis konflik yang selanjutnya yaitu konflik agama. Konflik agama adalah konflik yang terjadi antara
kelompok-kelompok yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Sebagian besar masyarakat
menganggap agama sebagai tuntunan dan pedoman hidupnya yang harus diikuti secara mutlak.

4. Konflik Antar Kelas Sosial

Adanya pengelompokan kelas di dalam masyarakat sangat berpotensi menimbulkan terjadinya


konflik. Perebutan dan upaya mempertahankan peran dan status di dalam kelompok masyarakat
seringkali menimbulkan konflik. Misalnya kelompok kaya dan kelompok miskin/ menengah yang
saling memperebutkan kekuasaan di dalam politik.

5. Konflik Politik

Konflik politik merupakan jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan di dalam
kehidupan politik. Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok ingin berkuasa terhadap suatu
sistem pemerintahan. Konflik politik merupakan konflik yang sering terjadi saat menjelang pemilu.

6. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah konflik yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya masalah
pergaulan, masalah ekonomi, komunikasi, dan lain-lain.

7. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antar negara-negara di dunia, baik itu negara
berkembang maupun negara maju. Konflik ini bisa terjadi karena salah satu negara merasa dirugikan
oleh negara lainnya atau karena masing-masing negara ingin memperebutkan eksistensinya.
Misalnya, perang dingin antara Rusia dan Amerika Serikat.
Secara pribadi saya pernah mengalami konflik pribadi dengan teman saya mengenai masalah
tempat makan yang akan dikunjungi untuk berehat, yang ujungnya saya mengusulkan tempat makan
yang antik saja.

Sumber Tulisan :

perilakuorganisasi.com

Suciati dan Prasetya Irawan, 2006, Teori Belajar dan Pembelajaran, Buku Acuan, Program Pekerti,
P2P Universitas Negeri Jakarta.

merdeka.com

Anda mungkin juga menyukai