Graves
Graves
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2
Gejala lain yang bisa juga timbul pada GO adalah retraksi dari palpebra
yang ditemukan kira – kira pada 90 – 98 % pasien dari beberapa tingkatan
dengan frekuensi yang bervariasi dengan lirikan yang penuh (Kockher’s Sign).
Jadi jika tidak ada retraksi dari palpebra atas yang meragukan untuk
menegakkan diagnosis, dianjurkan untuk melakukan pencitraan.
Gejala yang tidak umum dari jaringan lunak termasuk
keratokonjungtivitis limbic dan inflamasi dari karunkula atau plika tidak
merupakan gejala yang khas.
Walau bagaimanapun mendeteksi bukti yang tidak nyata dari DON
adalah dengan adanya kelainan persepsi warna dan jika DON asimetris secara
bermakna (30 %) maka akan muncul Relative Aferen Pupillary Defek (RAPD)
positif.
Ulserasi pada kornea akan muncul jika tidak ada proteksi terhadap
kornea. Ulserasi akan muncul dimana pasien tidak menutup bolamatanya
dimana kornea masih terlihat jika mata ditutup (Phenomena Bell’s).
Ptosis juga bisa berkembang mengikuti perjalanan penyakit dari GO,
tetapi kita juga harus bisa membedakannya dengan Miastenia Gravis yang harus
diinvestigasi lebih lanjut. Secara bersamaan strabismus divergen juga muncul
pada GO .1,2,3,4
3
Gambar.3. Gambar penderita Grave’s 1
2.2. Patogenesis
Secara umum diketahui bahwa gejala dan klinis dari GO disebabkan
karena ketidakseimbangan dari volume bola mata dan perkembangan dari
edema jaringan retrobulbar. Glikosaminoglikans berhubungan dengan fibroblast
yang melibatkan retensi dari air. Tetapi sekarang ini teori adipogenesis
memainkan peran utama untuk terbentuknya GO dengan melibatkan respon
imune. Tidak diketahui dengan pasti apa yang menstimulasi respon imune,
dilaporkan nilai rata - rata TSH-R bisa sebagai antigen. Selanjutnya melibatkan :
Aktivasi dari T- Sel
Pengenalan antigen
Pelepasan sitokin
Dan munculnya penyakit yang melibatkan sel target.
Beberapa penelitian melaporkan aktivitas sel T yang predominan muncul
pada fase awal dari penyakit. Miosit dan fibroblast ( lebih spesifik preadiposit
fibroblast ) disebutkan sebagai kemungkinan sel target. Laporan terbaru
menyebutkan miosit sebagai sel target. Termasuk :
Ditemukan lebih banyak limfosit pada lemak orbita dibandingkan
dengan otot – otot ekstra okular.
Secara histologis, otot ekstra okular normal sampai dengan
kondisi terakhir dari perjalanan penyakit.
4
Dilaporkan dan telah diukur anti bodi pada otot ekstra okular
kemunkinan mengalami degenerasi yang paling akhir.
Nilai miosit berhubungan dengan TSH – R.
Miosit memperlihatkan tidak adanya reaksi imunitas untuk
perlengketan dengan molekul.
5
Secara teori dikatakan bahwa pasien dapat berkembang menjadi GO
selama fase aktif dari GO. Dalam hal ini, meskipun ditemukan proptosis yang
berat dan gangguan gerak yang bermakna dimana secara essential tidak
mempunyai resiko untuk menjadi DON.
Dua mekanisme untuk terjadinya DON adalah :
a. Secara utama pasien dengan DON disebabkan oleh karena besarnya otot
– otot pada apek orbita. Terutama m. rektus medial dan m.rektus inferior.
b. Proptosis yang berat, yang mengakibatkan terjadinya regangan pada
N.Optikus karena adanya regangan dari otot – otot ekstra okular. Tarikan
secara global ditemukan pada 24 % pasien.1,5,6,7,8
Gambar.4.
Pembesaran otot – otot
orbita.1
Pemeriksaan patologi dari otot – otot ekstra okular pada pasien dengan
Grave’s Desease’s tampak sel limfosit dan plasma yang berinfiltrasi sepanjang
edema dari endomisium dari otot – otot ekstra okular. Meskipun ada beberapa
kontroversi , auto imune primer merupakan proses yang muncul pada Grave’s
Oftalmopati. Proses ini melibatkan sel fibroblast orbital. Munculnya antigen
natural dari orbita yang distimulasi oleh Limfosit T ( interleukin 1 alfa, growth
faktor B dan interferon gamma) merangsang proliferasi dari fibroblast. Proses ini
juga meningkatkan sintesa glikosaminoglikan . Meskipun otot rongga orbita
membesar, morfologi dari otot tetap.
6
Dengan membesarnya otot orbita juga menyebabkan terbatasnya gerak
otot. Keterbatasan gerak pada kedua otot mata apabila simetris walaupun berat
tidak akan menimbulkan gejala diplopia. Sebaliknya, apabila pembesaran dari
otot tidak simetris, walaupun ringan akan menimbulkan gejala diplopia.
Tampilan klinis dari DON adalah dengan gejala tidak nyaman pada
permukaan mata yang diikuti dengan sensasi nyeri. Walaupun demikian tajam
penglihatan sering baik dan tajam penglihatan normal tidak menyingkirkan DON.
DON biasanya bilateral ( 70 % ), oleh karena itu RAPD tidak ditemukan.
Defek penglihatan warna biasanya banyak ditemukan pada kasus pasien
dengan DON, meskipun lempeng warna pseudo isokromatik merah dan hijau
menjadi kurang sensitif.
Pasien dengan DON akan memperlihatkan edema papil (30 – 40 %),
namun studi terbaru mengatakan 40 – 50 % akan muncul normal.
Pemeriksaan lapangan pandang akan mendeteksi defek atau kerusakan
pada pasien dengan DON. Biasanya akan ditemukan kerusakan pada bagian
sentral, parasentral dan atau inferior. Lapangan pandang yang abnormal , bisa
menjadi penunjuk arah yang salah atau patologi yang mengacaukan jika
diinterprestasikan secara tidak benar, misalnya adanya artefak dengan penyakit
katarak.1,2,6,8,9
Age Related Macula Degeneration, glaukoma dan faktor usia merupakan
resiko terbesar untuk terjadinya DON yang membuat patologi yang
mengacaukan. Studi terbaru menemukan bahwa studi yang mengacaukan ini
berjumlah 28 %. Kondisi ini membuat tanda dari DON sulit dideteksi dan
diinterprestasikan.
Mendiagnosis DON dengan tepat dari studi terbaru mengatakan adanya
tanda – tanda gangguan dari persepsi warna dan papil edema. Tanda – tanda
tersebut bisa diikuti oleh gejala lainnya. Pasien tanpa papil edema haruslah
didiagnosis dengan 2 gejala berikut :
Penurunan tajam penglihatan
Gangguan persepsi warna
RAPD (+).
Gambaran perimetri yang abnormal
7
Gambar.5. Gambaran fundus pada penderita DON 1
8
Visual Evoked Potensial
Kontrast dan Sensitifiti
Imaging/ pencitraan
Pencitraan merupakan alat yang paling bernilai untuk membantu
menegakkan diagnosis DON. Bayangan corona dari CT Scan atau MRI
menunjukkan gambaran crowding apical pada kebanyakan pasien. 3,4,11
2.6. Terapi
Grave’s Oftalmopati dikatakan sebagai penyakit yang besifat self limiting,
tetapi bisa eksaserbasi dalam hitungan bulan atau tahun. Kebiasaan merokok
yang berat sering kali sebagai penyebab timbulnya eksaserbasi. Pengobatan
terhadap GO biasanya bersifat suportif, seperti pemberian lunbrican untuk gejala
yang bersifat iritatif. Tetapi apabila gejala inflamasi berat, intervensi segera harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya eksposure dari kornea, subluksasi dari bola
mata dan optik neuropati.
Terapi yang dilakukan biasanya adalah dengan :
Kortikosteroid sistemik
Kolkisin
Radioterapi
Terapi pembedahan.
Penting juga dilakukan koreksi terhadap abnormalitas dari fungsi tiroid. 1,5,11
BAB III
KESIMPULAN
9
1. Gejala awal dari Grave’s Oftalmopati yang dicurigai dengan Distiroid Optik
Neuropati (DON ) adalah diplopia.
2. Diagnosis dari DON ditegakkan dengan adanya gangguan persepsi warna dan
papil edema.
3. Terapi yang dilakukan biasanya adalah dengan :
Kortikosteroid sistemik
Kolkisin
Radioterapi
Terapi pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Wiersinga WM, Graves Orbitopathy, Karger AG, Switzerland, 2007, p. 153
– 173.
2. Liesegang TJ, Orbit, Eyelids, and Lacrimal System, American Academy Of
Ophthalmology, USA, 2008, p. 48 – 55.
3. Walsh, T.J, Neuro Ophthalmology Clinical Signs And Symptoms, William
& Wilkins, Washington DC, 1997, p.89 – 96.
4. Levin, L.A, Neuro-Ophthalmology The Practical Guide, Thieme, New York,
2005, p. 32 – 34.
5. Garrity J.A, Henderson’s Orbital Tumors, Lippincot Williams & Wilkins,
Minnesota, 2007, p.10 – 12.
6. Trobe, J.D, The Neurology Of Vision, Oxford University Press, Michigan,
2001, p. 241 – 269.
7. Burch HB, Thyroid Eye Disease (TED), diakses dari :
http://www.ithyroid.com. P.1-12. Diakses tanggal 7 Oktober 2008.
8. Talmadge, Optic Neuropathy, Compressive, last updated : sep 10, 2007,
diakses dari : http://www.emedicine.com. P. 1 – 13. Diakses tanggal 7
Oktober 2008.s
9. Michel. O, Follow Up Of Transnasal Orbital Decompression In Severe
Grave’s Ophthalmopathy In American Journal Of Ophthalmology, Elsevier
Science Inc – All Right Reserved, Volume 108, Number 2, Februari 2001
10. Feldon, SE, Radiation Therapy For Grave’s Ophthalmopathy Trick Or
Treat ? In Ophthalmology American Journal Of Ophthalmology, Elsevier
Science Inc – All Right Reserved, Volume 108, Number 6, June 2001.
11. Ohtevia, K, Effect Of Steroid Pulse Therapy With and Without Orbital
Radiotherapy On Grave’s Ophthalmopaty In American Journal Of
Ophthalmology, Elsevier Science Inc – All Right Reserved, March 2003,
Volume 135.
12. John H. Sullivan, Paul Riordan Eva, Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology , Orbit, Mc Graw Hill Companies, America, 2007, p.250 –
255.
11
12