Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RADIODIAGNOSTIK

DI DEPARTEMEN RADIOLOGI RS COLUMBIA ASIA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dosen Pengampu : Dartini, SKM., M.Kes

Disusun Oleh :

Shinta Wildaniyah (P1337430119044)

Zahara Dzaki Asnarta (P1337430119047)

Nadya Oktoriza CP (P1337430119053)

PRODI RADIOLOGI SEMARANG PROGRAM DIPLOMA TIGA


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua rahmat,
nikmat serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang menjadi tugas mata kuliah KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ini
dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana tepat pada waktunya.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Dartini, SKM., M.Kes selaku Ibu
dosen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis,
sehingga penulis dapat dengan baik dan lancar dalam menulis makalah yang berjudul “Makalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Radiodiagnostik Di Departemen Radiologi RS Columbia Asia
Semarang”

Serta orang tua penulis yang selalu mendukung dan memotivasi kepada penulis. Rekan-
rekan Reguler 3 yang telah memberi dukungan dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang bersangkutan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha yang
telah kita lakukan.

Semarang, 30 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................... 3
B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Radiodiagnostik .............. 3
C. Upaya Memutus Rantai Infeksi di Radiodiagnostik .................... 5

BAB III PEMBAHASAN


A. Profil Rumah Sakit Columbia Asia Semarang ............................. 8
B. Upaya Pencegahan Infeksi di Departemen Radiologi RS Columbia
Asia Semarang .............................................................................. 8

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi di bidang ilmu pengetahuan dan


bidang medis pun juga mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan yang tampak
pada bidang medis adalah berkembangnya alat-alat di Departemen radiologi. Departemen
radiologi merupakan tempat penyelenggaraan pelayanan radiologi kepada pasien yang
memerlukan penegakkan diagnosis secara cepat dan akurat melalui pemeriksaan
radiodiagnostik. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang ada pada saat ini memberi
kemudahan bagi para praktisi kesehatan untuk mendiagnosa penyakit serta menentukan
jenis pengobatan bagi pasien.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang
keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif, yang bertujuan menjamin
keselamatan pekerja dan anggota masyarakat, perlindungan terhadap lingkungan hidup,
dan keamanan sumber radioaktif.
Salah satu kemajuan tersebut adalah penggunaan alat radiodiagnostik. Unit
pelayanan radioagnostik, menggunakan sumber radiasi pengion untuk mengdiagnosis
adanya suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang ditampilkan dalam film
radiograf. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) oleh semua orang yang berada di area
instalasi radiologi khusunya radioterapi. Potensi bahaya dan risiko pada radiodiagnostik
merupakan akibat dari sistem kerja ataupun proses kerja, penggunaan mesin, alat serta
bahan yang bersumber dari keterbatasan pekerjaannya sendiri, perilaku hidup yang kurang
sehat dan perilaku kerja yang tidak aman atau safety, buruknya lingkungan kerja, kondisi
pekerjaan yang kurang memperhatikan aspek ergonomis, pengorganisasian pekerjaan dan
budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam memenuhi perkembangan kesehatan di bidang Raiodiagnostik, Departemen
radiologi RS Columbia Asia Semarang saat memiliki 1 buah alat Ct Scan 128 slice, 1 buah

1
alat Radiografi CR, 1 buah alat Radiografi DR, 1 buah alat Mobile X-ray, 1 Buah alat
mammography, 1 Buah alat MRI 1,5 tesla, 1 buah alat Ultrasonografi (USG) .
Berdasarkan pengamatan selama praktik kerja lapangan di Departemen Radiologi RS
Columbia Asia Semarang, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja di Departemen Radiologi RS Columbia Asia Semarang khususnya
radiodiagnostik dan mengangkatnya dalam bentuk makalah dengan judul: “Makalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Radiodiagnostik di Departemen Radiologi RS Columbia
Asia Semarang”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja radiodiagnostik di
Departemen Radiologi RS Columbia Asia Semarang dengan dasar pengamatan Peraturan
Perundang Undangan No 33 tahun 2007.

C. Tujuan penelitian
Mengetauhi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja radiodiagnostik di
Departemen Radiologi RS Columbia Asia Semarang dengan dasar pengamatan Peraturan
Perundang Undangan No 33 tahun 2007.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di semua tempat kerja, khususnya tempat
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit. Sejalan dengan itu,
maka rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai potensi
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan seperti potensi bahaya radiasi
(Kemenkes, 2010).
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa setiap
tenaga kerja memiliki hak untuk mendapat perlindungan bagi keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, menyatakan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Karena merupakan suatu institusi
yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan, maka rumah sakit juga termasuk
dalam kategori tempat kerja. Isi dalam pasal 23 undang-undang No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan
kesehatan kerja. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka rumah sakit sebagai salah satu
tempat kerja juga wajib untuk menyelenggarakan kesehatan kerja bagi para pekerjanya
agar terhindar dari potensi bahaya yang ada di rumah sakit.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Radiodiagnostik


Salah satu pelayanan medik spesialis pe-
nunjang di rumah sakit ialah radiologi yang
menggunakan pesawat sinar X. Pemanfaatan pe-

3
sawat sinar X radiologi diagnostik di Indonesia
terus berkembang. Radiologi ini memanfaatkan
sinar X untuk keperluan diagnosis baik radiologi
diagnostik maupun radiologi intervensional (Per-
ka BAPETEN Nomor 8, 2011). Kegiatan radiolo-
gi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja
radiasi. Sinar X merupakan jenis radiasi pengion
yang dapat memberikan manfaat (diagnosa) den-
gan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ
tubuh dapat lebih awal dan lebih teliti dideteksi
(Suyatno, 2008). Untuk memastikan pesawat
sinar X memenuhi persyaratan keselamatan ra-
diasi dan memberikan informasi diagnosis maka
diperlukan uji fungsi atau uji kesesuaian seba-
gai bentuk penerapan proteksi radiasi agar dosis
yang diterima serendah mungkin. Kesesuaian ini
kesesuaian terhadap peraturan perundangan ke-
selamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya
untuk peralatan pesawat sinar X (Hastuti, dkk,
2009).
Salah satu pelayanan medik spesialis pe-
nunjang di rumah sakit ialah radiologi yang
menggunakan pesawat sinar X. Pemanfaatan pe-
sawat sinar X radiologi diagnostik di Indonesia
terus berkembang. Radiologi ini memanfaatkan
sinar X untuk keperluan diagnosis baik radiologi
diagnostik maupun radiologi intervensional (Per-
ka BAPETEN Nomor 8, 2011). Kegiatan radiolo-
gi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja
radiasi. Sinar X merupakan jenis radiasi pengion
yang dapat memberikan manfaat (diagnosa) den-
gan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ
tubuh dapat lebih awal dan lebih teliti dideteksi
(Suyatno, 2008). Untuk memastikan pesawat
sinar X memenuhi persyaratan keselamatan ra-
diasi dan memberikan informasi diagnosis maka
diperlukan uji fungsi atau uji kesesuaian seba-
gai bentuk penerapan proteksi radiasi agar dosis
yang diterima serendah mungkin. Kesesuaian ini
kesesuaian terhadap peraturan perundangan ke-
selamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya
untuk peralatan pesawat sinar X (Hastuti, dkk,
2009).
Salah satu pelayanan medik spesialis penunjang di rumah sakit ialah radiologi
yang menggunakan pesawat sinar-X. Pemanfaatan pesawat sinar-X radiologi diagnostik

4
di Indonesia terus berkembang. Radiologi ini memanfaatkan sinar-X untuk keperluan
diagnosis baik radiologi diagnostik maupun radiologi intervensional (Perka BAPETEN
Nomor 8, 2011). Kegiatan radiologi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja
radiasi. Sinar-X merupakan jenis radiasi pengion yang dapat memberikan manfaat
(diagnosa) dengan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ tubuh dapat lebih awal dan
lebih teliti dideteksi (Suyatno, 2008). Untuk memastikan pesawat sinar-X memenuhi
persyaratan keselamatan radiasi dan memberikan informasi diagnosis maka diperlukan
uji fungsi atau uji kesesuaian sebagai bentuk penerapan proteksi radiasi agar dosis yang
diterima serendah mungkin. Kesesuaian ini kesesuaian terhadap peraturan perundangan
keselamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya untuk peralatan pesawat sinar-X
(Hastuti, dkk, 2009).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No-
mor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, setiap orang atau badan yang akan
memanfaatkan tenaga nuklir seperti tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion
wajib memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir dan memenuhi persyaratan keselamatan
radiasi. Persyaratan keselamatan radiasi meliputi
1. persyaratan manajemen
2. persyaratan proteksi radiasi
3. persyaratan Teknik
4. verifikasi keselamatan yang bertujuan untuk mencapai keselamatan pekerja dan
anggota masyarakat

Prosedur keselamatan kerja di ruangan radiologi konvensional


1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang
pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang
sedang diperiksa.
3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan
berada di luar ruangan pemeriksaan.
4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.

5
5. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
6. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
7. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
8. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat
mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan
seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran
maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal
serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping
berkas utama.
9. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

C. Upaya Memutus Rantai Infeksi di Radiodiagnostik


Dalam pelayanan radiologi, terinfeksi merupakan masalah yang sangat serius
sehingga memerlukan perhatian yang sangat besar dalam penatalaksanaan. Prinsip umum
yang harus diperhatikan adalah menjaga agar pasien tidak terinfeksi, pasien yang
terinfeksi tidak tertular oleh mikroorganisme yang lain, pasien yang terinfeksi tidak
menjadi sumber penularan bagi pasien yang lain, dan menjaga infeksi jangan sampai
berkembang dan menjadi lebih parah.
Pasien dalam lingkungan rumah sakit berisiko terkena infeksi karena daya tahan
tubuh yang menurun, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif. Dengan cara mempraktikkan
teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, Radiografer dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap pasien. Kewaspadaan standar yang digunakan
untuk kesehatan pasien yang dirawat di rumah sakit termasuk memberikan perhatian
khusus pada penerapan teknik barier, meliputi;
1. Mencuci tangan jika bersentuhan permukaan kulit dengan pasien segera jika
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh.
2. Pakai masker dan sarung tangan.
3. Jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum, buang jarum ke wadah
benda tajam.

6
4. Letakkan semua limbah dan material yang terkontaminasi dalam kantung
plastik, peralatan klien dibersihkan dan diproses ulang dengan tepat, alat
sekali pakai dibuang.
5. Linen yang terkontaminasi diletakkan dalam kantong yang tahan bocor dan
ditangani untuk mencegah paparan terhadap kulit.

Penerapan kewaspadaan standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan


patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang
tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan.
a. Pencegahan pertama yaitu dengan mencuci tangan. Teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci
tangan. Tangan dapat membawa sejumlah organisme secara signifikan
contohnya pathogen. Mencuci tangan yang tepat dapat menurunkan angka
infeksi dan secara potensial mengurangi transmisi ke pasien. Beberapa
radiografer pelaksana melakukan teknik cuci tangan dengan enam langkah
secara lengkap, tapi sebagian besar radiografer hanya melakukan cuci tangan
dengan cara biasa hanya membasahi tangan dan dilakukan dalam waktu yang
sangat singkat. Public Health Service dan Centers of Disease Control
menganjurkan cuci tangan paling sedikit 10-15 detik dan jika tampak kotor
maka dibutuhkan waktu lebih lama, karena hal tersebut dapat memusnahkan
mikroorganisme dari kulit.
b. Kemudian menggunakan sarung tangan, Sarung tangan mengurangi risiko
petugas kesehatan terkena infeksi embrane dari pasien, mencegah penularan
flora kulit petugas kesehatan kepada pasien, dan mengurangi kontaminasi
tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
satu pasien ke pasien lainnya. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat dari
Berman (2009) yang menyatakan bahwa sarung tangan bersih (sekali pakai)
harus digunakan untuk melindungi tangan saat perawat memegang objek atau
material infektif, seperti; darah, urine, feses, sputum, membrane mukosa, kulit

7
yang tidak utuh, dan alat-alat yang telah digunakan. Gunakan sarung tangan
steril untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan
jaringan di bawah kulit. Kemudian penggunaan masker, masker
menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dan mencegah penularan
pathogen dari saluran pernafasan pasien maupun sebaliknya. Masker yang
digunakan tepat menutupi hidung dan mulut, metal strip yang ada pada masker
juga diatur tepat diatas batang hidung. Penggunaan masker juga hanya untuk
sekali pakai dan perawat tidak membiarkan masker yang telah dipakai
tergantung di leher tapi langsung membuangnya ke dalam tong sampah.
c. Penggunaan baju pelindung (Gown). Baju pelindung dipergunakan untuk
mencegah cipratan pada baju yang dikenakan oleh petugas pelayanan
kesehatan, baju pelindung melindungi petugas pelayanan kesehatan dari
kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Perawat
mencegah terjadinya infeksi dengan cara memutuskan rantai penularan infeksi
(Craven & Hirnle, 2007).

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Columbia Asia Semarang


Rumah Sakit Columbia Asia Semarang adalah rumah sakit multispesialis di
Semarang yang memberikan pelayanan kesehatan yang prima di 2014. Rumah sakit yang
berada di Jl. Siliwangi No.143, Kalibanteng Kulon, Kec. Semarang Bar., Kota Semarang,
Jawa Tengah 50145 ini dibangun di atas lahan seluas 14.400 m2 dan menyediakan
kebutuhan medis berkualitas tinggi.
Rumah Sakit ini memiliki Infrastruktur berstandar Internasional dengan konsultan
medis, keperawatan & protokol operasional yang berkualitas & terlatih. Memberikan
layanan kesehatan pada masyarakat di wilayah Semarang. Rumah Sakit Columbia Asia
Semarang memiliki “Misi” untuk tetap meningkatkan dan memberikan pelayanan jasa
kesehatan yang memenuhi kebutuhan melebihi apa yang diharapkan oleh pasien dan
pelanggan lainnnya.
Rumah Sakit Columbia Asia Semarang bergerak di industry kesehatan dengan
dilengkapi bangunan dan fasilitas lengkap dengan sumber daya manusia baik praktis
medis maupun karyawan non medis yang berpotensi, serta dibantu dengan system kerja
yang efisien.

B. Upaya Pencegahan Infeksi Di Departemen Radiologi RS Columbia Asia Semarang


Dalam pelayanan radiologi di Departemen RS Columbia Asia Semarang,
Radiografer menerapkan kewaspadaan standar pasien dalam lingkungan rumah sakit
yang berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, meningkatnya
pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
prosedur invasif.
Pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan di Departemen
Radiologi RS Columbia Asia Semarang antara lain :

9
1. Mencuci tangan jika bersentuhan permukaan kulit dengan pasien segera jika
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh, memakai masker dan
handscone.
2. Menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah menangani pasien.
3. Penggunaan jarum setelah dipakai di masukkan ke safety box berwarna
kuning. Walaupun berisi 2-3 jarum maksimal 3 hari box tersebut akan diambil
oleh petugas. Untuk pemusnahannya RS Columbia Asia Semarang
bekerjasama dengan pihak luar sebuah PT. Sehingga setiap 1 atau 2 minggu
sekali pihak PT datang ke RS Columbia Asia untuk mengambil limbah-limbah
infeksi.
4. Penggunaan media kontras sesuai dengan kebutuhan. Misal: 1 ampul berisi
100 ml, 80 ml digunakan untuk intravena sedangkan yang 20 ml digunakan
untuk oral, media konras oral dicampur dengan air yang nantinya diminum
oleh pasien. Sehingga di Departemen Radiologi RS Columbia Asia Semarang
tidak pernah membuang media kontras.
5. Pembuangan sampah infeksius dan non infeksius selalu di pantau bagaimana
kesesuaian sampah di dalamnya. Misalnya: masker dan handscone dibuang di
tempat sampah infeksius. Sedangkan di tempat sampah non infeksius terdapat
tissue, plastik dan sampah lainnya. Jadi, jika ditemukan isi sampah tidak
sesuai maka akan mendapat teguran.
6. Untuk linen atau baju pasien, apapun linen yang terkena cairan tubuh pasien
dibungkus dalam kantong plastik warna hitam yang ada di ruang dirty utility.
Sehingga petugas akan mengambil linen kotor di ruang dirty utility.

10
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Disamping itu, keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja adalah melakukan pengendalian terhadap risiko
tersebut. Pengendalian dan Pencegahan yang dilakukan di RS Columbia Asia Semarang
adalah menyediakan alat pelindung diri berupa masker, sarung tangan, Penggunaan jarum
setelah dipakai di masukkan ke safety box berwarna kuning, Penggunaan media kontras
sesuai dengan kebutuhan, Persediaan sampah medis dan non medis, linen yang terkena
cairan tubuh pasien dibungkus sama kantong plastik warna kuning dan selalu tertutup
sedangkan untuk baju pasien biasa dimasukkan ke kantong plastik warna hitam.

B. Saran
Diharapkan Rumah Sakit lebih meningkatkan manajeman K3 khususnya bagi
petugas rumah sakit. Untuk identifikasi bahaya dapat mengkaji dan mengevaluasi
identifikasi potensi bahaya kerja dalam area kerja dan aktivitas kerja agar dapat
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

11

Anda mungkin juga menyukai