Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Corporate Social Responsibility


1. Pengertian Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut dengan corporate
social responsibility (CSR) merupakan suatu konsep bahwa organisasi, dalam hal
ini lebih dispesifikkan kepada perusahaan, adalah memiliki sebuah tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR menekankan bahwa
tanggung jawab perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi, yang
menciptakan profit demi kelangsungan usaha, tapi juga tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu
cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi
kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis.
Corporate Social Responsibility atau CSR adalah mekanisme bagi suatu
organisasi atau perusahaan untuk sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan maupun sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders, yang melebihi tanggung jawab perusahaan di bidang hukum.

Hackson and Milne (1996) juga menyatakan bahwa Corporate Social


Responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan atau organisasi terhadap kelompok
khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Dan menurut The world Business Council for Sustainable Development


(WBCSD), tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan
para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat
maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara
yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

10
11

Sedangkan Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang


baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan dan aktivitas sosial
yang dilakukan oleh perusahaan, dimana transparasi informasi yang diungkapkan
tidak hanya informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan atau organisasi
juga diharapkan untuk mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan dan aktivitas perusahaan itu
sendiri.

2. Elemen Corporate Social Responsibility


Elemen yang ada pada CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan mengacu
pada draft 4.2 ISO 26000 on Social Responsibility (2008) berjumlah tujuh elemen,
yaitu:
a. Pengembangan Masyarakat
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pasti disertai dampak
yang ditimbulkan baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Namun
umumnya, dampak negatif yang akan lebih mendominasi dari kegiatan bisnis
suatu perusahaan. Dampak negatif itu sendiri dapat berupa pencemaran
lingkungan akibat limbah pabrik maupun ekploitasi sumberdaya alam bagi
kepentingan jangka pendek semata. Dalam posisi ini tentu masyarakat yang akan
banyak menanggung akibat dari dampak negatif tersebut. Oleh karena itu
perusahaan dapat menunjukkan salah satu bentuk tanggung jawab sosial kepada
masyarakat melalui Coorporate Social Responsibility (CSR) ini.
Program dalam CSR ini sebaiknya dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat
sekitar, sehingga mereka dapat merasakan manfaat dari apa yang mereka
butuhkan. Seperti mendukung pengembangan industri lokal, membuka fasilitas
perusahaan bagi masyarakat, dan berpartisipasi dalam proyek kesehatan
masyarakat serta berbagai bentuk kegiatan yang lain. Karena program CSR itu
sendiri seharusnya bukan sekedar bentuk Charity perusahaan terhadap masyarakat
seperti pemberian bantuan jangka pendek yang tidak menyelesaikan permasalahan
di masyarakat maupun lingkungan. Tapi kegiatan CRS ini selayaknya merupakan
12

Coorporate Citizenship dimana program yang dibuat berdasarkan pertimbangan


jangka panjang dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.

b. Tata Kelola Organisasi


Prinsip penyelenggaraan CSR yang baik akan berkaitan erat dengan tata
kelola perusahaan yang baik (Good Governance) pula. Good Governance dapat
dilakukan perusahaan dengan melakukan seperti penentuan dan pelibatan
stakeholders dalam sejumlah aktivitas perusahaan, komunikasi kebijakan dan
program dari perusahaan, dan pengintegrasian program CSR dalam kebijakan dan
program perusahaan. Karena dengan tata kelola organisasi yang baik, maka target
dan strategi perusahaan akan mudah tercapai.

c. Hak Asasi Manusia


Pengangkatan nilai-nilai Hak Asasi Manusia di dalam praktek operasi
perusahaan harus sangat diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Maka
pelanggaran HAM yang terjadi di dalam korporasi atau sebuah unit usaha harus
sangat diminimalisir. Karena akan sangat mempengaruhi kondisi kerja bagi
perusahaan itu sendiri. Maka perusahaan dengan tingkat pelanggaran HAM yang
sedikit akan jauh lebih baik kondisi kerjanya jika dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki tingkat pelanggaran yang besar. Kasus HAM dalam
korporasi di dunia tertuang pada Global Compact yang digulirkan Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1999, dan dokumen PBB tentang
tanggungjawab perusahaan (transnasional) terhadap HAM ( yang disahkan pada
tahun 2003).
Global Compact merupakan nilai yang melandasi CSR dan Good Corporate
(GC). Karena melalui gagasan ini, korporasi diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada masyarakat dalam bentuk investasi sosial. Dan isi dari Global
Compact, yang menyangkut bidang HAM, diantaranya (Nick Doren, 2011) :
1) Sektor bisnis diminta untuk mendukung dan menghargai perlindungan
HAM internasional di dalam ruang lingkup pengaruhnya;
13

2) Sektor bisnis diminta untuk memastikan bahwa korporasi-korporasinya


tidak terlibat di dalam pelanggaran-pelanggaran HAM.

d. Tenaga Kerja
Keberadaan suatu perusahaan tidak bisa terlepas dari peranan para tenaga
kerja sebagai lingkungan internalnya. Perusahaan dan tenaga kerja merupakan
pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan kontribusi dan
harmonisasi. Dan keduanya akan menentukan keberhasilan dan perkembangan
perusahaan serta berperan dalam pembangunan bangsa. Sebagai bentuk perhatian
perusahaan terhadap tenaga kerjanya, maka perusahaan harus menerapkan CSR
kepada tenaga kerjanya.
Penerapan CSR kepada tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan
pelatihan kepada tenaga kerja, memfasilitasi pelayanan kesehatan tenaga kerja,
dan memberi bantuan keuangan untuk pendidikan tenaga kerjanya. Karena dengan
adanya program CSR yang dilakukan oleh perusahaan terhadap tenaga kerjanya
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja dan
keluarganya. Dan aktifitas CSR tersebut dilakukan juga dengan harapan
meminimalkan terjadinya konflik atau permasalahan antara perusahaan dan tenaga
kerjanya, selain itu pihak perusahaan akan memperoleh hasil produksi yang
maksimal, kinerja tenaga kerja yang lebih optimal, dan dalam jangka panjang dan
mampu menumbuhkan semangat serta pengabdian para tenaga kerjanya untuk
bisa mempersembahkan yang terbaik bagi perusahaan.

e. Lingkungan
Lokasi sebuah perusahaan yang berada pada lingkungan dimana perusahaan
tersebut beroperasi, akan memunculkan kewajiban untuk peduli terhadap
lingkungan, dengan atau tanpa diminta. Karena aktivitas yang dilakukan
perusahaan secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak
negatif bagi lingkungan di sekitar perusahaan itu berada. Maka upaya yang harus
dilakukan perusahaan untuk tetap peduli terhadap lingkungan sekitar adalah
dengan melakukan kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan
14

CSR sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dapat


dilakukan dengan memperhatikan polusi yang timbul akibat kegiatan operasi
perusahaan, konservasi sumber daya alam serta penggunaan material daur ulang.
Karena tujuan CSR yang sebenarnya adalah agar perusahaan melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Karena perusahaan yang berhubungan
dengan pemanfaatan alam harus memperhatikan dampak yang timbul atas
kerusakan kelestarian lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan sosial
masyarakat.

f. Praktek Operasi Perusahaan yang Adil


Praktek operasi perusahaan yang adil juga merupakan salah satu bentuk dari
CSR. Karena bentuk tanggung jawab yang dilakukan perusahaan tidak hanya
memperhatikan kondisi eksternal sebagai akibat dari operasi perusahaan itu
sendiri, tetapi juga lingkungan internalnya. Maka konsep praktek operasi
perusahaan yang adil tetap harus diperhatikan oleh perusahaan. Praktek operasi
perusahaan yang adil dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan yang adil
terhadap pemegang saham minoritas (fairness), penyajian laporan keuangan yang
akurat dan tepat waktu (transparency), serta fungsi dan kewenangan RUPS.

g. Isu Terkait Konsumen


Perhatian terhadap konsumen oleh perusahaan merupakan suatu kewajiban
yang harus dilakukan. Karena sekarang kebanyakan konsumen semakin kritis.
Mereka sangat peduli dengan isu mengenai keamanan produk, dan juga privasi
yang harus didapatkan terhadap dirinya dari produk yang dibelinya. Mereka akan
menilai negatif terhadap perusahaan yang tidak peduli mengenai keamanan
produk yang dijual. Sebaliknya, mereka akan respek dengan perusahaan yang
peduli terhadap produk yang dipasarkan.
Rasio rentabilitas sering disebut juga dengan ratio profitabilitas yaitu rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
Maka dari itu perusahaan harus memberikan suatu bentuk tanggung jawab sosial
berupa CSR dengan melakukan survey untuk mengukur tingkat kepuasan
15

konsumen terhadap produknya serta membuka peluang sebesar- besarnya kepada


para konsumen jika ada bentuk saran maupun keluhan yang ditujukan kepada
perusahaan. Karena hubungan yang terjalin dengan baik antara perusahaan dan
konsumen akan menguntungkan kedua belah pihak terutama perusahaan
sehubungan dengan produk yang dipasarkan serta timbulnya loyalitas dari
konsumen untuk terus menggunakan produk perusahaan.

3. Manfaat Corporate Social Responsibility


Menurut Gurvy Kavei (dalam Kartini, 2009:124-125) menegaskan bahwa
setiap perusahaan yang mengimplementasikan CSR dalam aktivitas usahanya
akan mendapatkan 5(lima) manfaat utama sebagai berikut:
1) Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh,
misalnya lewat efisiensi lingkungan,
2) Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi,
3) Mendorong komitmen karyawan, karena mereka diperhatikan dan
dihargai,
4) Menurunkan kerentanan ge jolak dengan komunitas, dan
5) Mempertinggi reputasi dan corporate branding.

B. Rentabilitas
1. Pengertian Rentabilitas
Beberapa definisi rentabilitas yang dikemukakan para ahli adalah sebagai
berikut:
Menurut Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan mengemukakan
bahwa :
“Rentabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menhasilkan
laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui
dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan
jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.” (Munawir,2010:33)
16

Sedangkan, menurut Bambang Riyanto dalam buku dasar-dasar pembelanjaan


perusahaan mengemukakan bahwa :
“Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbadingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu, dan umumnya dirumuskan sebagai berikut :

L
Rentabilitas= x 100 %
M
Dimana:
L : Jumlah laba yang diperoleh Selama periode tertentu
M : Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
(Bambang Riyanto, 2010:35)

2. Jenis-jenis Rentabilitas
a. Rentabilitas Ekonomi
Pengertian rentabilitas ekonomi menurut Bambang Riyanto (2010 : 36)
adalah sebagai berikut:
“Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam persentase”

Sehingga rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan


suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan laba. Rentabilitas Ekonomi (RE) dirumuskan sebagai berikut :

LabaUsaha
ℜ= X 100 %
Modal Sendiri+ Modal Asing
17

Contoh :
Suatu perusahaan bekerja dengan modal sebesar Rp 200.000.000,- yang
terdiri utang Rp 100.000.000,- dengan bunga 10% per tahun, dan modal sendiri
sebesar Rp 100.000.000,- keuntungan yang berasal dari operasi perusahaan
selama satu tahun sebesar Rp 40.000.000,-
Rentabilitas ekonomi perusahaan itu adalah :
Rp 40.000 .000
ℜ= X 100 %=20 %
Rp 200.000 .000

b. Rentabilitas Modal Sendiri


Pengertian rentabilitas modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2010:44)
adalah sebagai berikut:
“Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri
di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain
pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan
bunga modal asing den pajak perseroan atau income tax. (EAT = Earning After
Tax). Sedangkan, modal yang diperhitungkan adalah modal sendiri yang bekerja
didalam perusahaan.”

Rentabilitas modal sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih
RMS= X 100 %
Modal Sendiri
Contoh :
Suatu perusahaan bekerja dengan jumlah modal sebsar Rp 200.000.000,-
yang terdiri dari utang Rp 100.000.000,-. Keuntungan dari operasi perusahaan
selama setahun sebesar Rp 40.000.000,-.
18

Rentabilitas modal sendiri perusahaan itu adalah :


Hutang (bunga 10% per tahun) Rp 100.000.000,-
Modal sendiri Rp 100.000.000,-
Jumlah modal Rp 200.000.000,-
Keuntungan operasi perusahaan Rp 40.000.000,-
Bunga 10% x Rp 100.000.000,- Rp(10.000.000,-)
Keuntungan sebelum pajak Rp 30.000.000,-
Pajak pendapatan Rp(12.000.000,-)
Keuntungan setelah pajak Rp 18.000.000,-

Maka rebrabilitas modal sendiri adalah :


Rp 18.000 .000
RMS= X 100 %=18 %
Rp 100.000 .000

3. Rasio Rentabilitas
Menurut Munawir (2010:86) Rasio-rasio yang dipelajari terdahulu pada
dasarnya adalah untuk mempelajari bagian relative antara modal pinjaman yang
diberikan oleh kreditor dan modal sendiri oleh pemegang saham, dan berikut ini
diberikan beberapa rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal
yang digunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan.

Dalam menaksirkan rasio ini harus hati-hati karena rasio mempunyai


beberapa kelemahan antara lain:
1) Rasio ini hanya menunjukkan hubungan antara penghasilan (sales revenue)
dengan aktiva yang dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang
laba yang diperoleh.
2) Penjualan adalah untuk satu periode, sedang total operating asset adalah
merupakan akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode,
mungkin adanya ekspansi yang tidak segera dapat menghasilkan tambahan
penjual sehingga rasio pada tahun pertama adanya ekspansi menunjukkan
rasio yang rendah.
3) Bahwa tingkat penjualan yang diperoleh mungkin sekali dipengaruhi oleh
berbagai faktor dari luar kemampuan perusahaan untuk diatasi (uncontroll-
able).
19

Turnover dari operating asset merupakan rasio antara jumlah aktiva yang
digunakan dalam operasi (operating assets) terhadap jumlah penjualan yang
diperoleh.
Adapun jenis-jenis rasio rentabilitas diantaranta adalah sebagai berikut:
a. Profit Margin
Rasio ini benar-benar menilai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba bersih pada tingkat penjualan tertentu yang terlihat
langsung pada analisis common size pada laporan laba rugi yang tepatnya
berada pada baris terakhir. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menekan biaya-biaya atau ukuran efisiensi pada periode
tertentu sehingga perbedaan biaya dan beban dalam akuntansi akan
terlihat. Rasio ini menilai dari laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Rasio yang semakin besar berarti kondisi perusahaan semakin baik karena
laba perusahaan cukup tinggi. Ada 2 rumus untuk mencari profit margin
sebagai berikut.
 Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau Margin Laba Kotor yaitu perhitungan
dengan membandingkan antara laba kotor perusahaan dengan tingkat
penjualan yang dicapai dalam periode tertentu yang sama. Laba kotor yang
dicapai ini berupa setiap rupiah penjualan. Nilai rasio yang semakin besar
berarti kondisi keuangan perusahaan semakin baik. Kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba untuk menggantikan biaya tetap atau biaya operasi
lainnya. Rumus Gross Profit Margin sebagai berikut.
Laba Kotor
Gross Profit Margin= X 100 %
Penjualan Bersih

 Net Profit Margin


Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih yaitu perhitungan dengan
membandingkan antara laba bersih yang dihasilkan perusahaan yang berasal
20

dari penjualan terhadap efisiensi seluruh kegiatan seperti produksi,


administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga dan manajemen
pajak. Semakin tinggi rasio ini berarti  kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba juga tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Jika rasio
bernilai rendah maka penjualan juga rendah berdasarkan tingkat biaya
tertentu atau kemungkinan lainnya biaya yang dikeluarkan perusahaan
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Rumus Net Profit Margin
sebagai berikut.
Laba Bersih setelah Pajak
Net Profit Margin= X 100 %
Penjualan Bersih

b. Return On Investment (ROI)


Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan berupa laba bersih setelah pajak (EAT) agar bisa
menutup investasi yang dikeluarkan. Rasio ini menilai jumlah laba bersih
setelah pajak yang dihasilkan dibandingkan dengan setiap satu rupiah
investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasio ini berarti kondisi
perusahaana semakin baik. Return on investment bisa dikatakan berupa
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang
tersedia di dalam perusahaan. Semakin besar rasio ini berarti kinerja
perusahaan semakin baik. Return on Investment bisa dihitung dengan rumus
berikut ini.
Laba Bersih setelah Pajak
ROI= X 100 %
Total Investasi
atau 
Turn
ROI=Net Profit Margin x Assets
¿

c. Return On Assets (ROA)


Return On Assets merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dengan menggunakan semua aktiva yang dimiliki
perusahaan. Dalam ROA, laba yang diukur berupa laba kotor sebelum
21

bunga dan pajak atau EBIT dari aktiva yang dipakai. Semakin besar rasio ini
maka kondisi perusahaan semakin baik. Rasio ini disebut juga rentabilitas
ekonomis yang mengindikasikan kemampuan asset yang dimiliki untuk
memperoleh tingkat pengembalian atau pendapatan. Rentabilitas Ekonomi
dengan kata lain menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan
laba sehingga efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber
daya bisa terlihat. Rumus ROA sebagai berikut.
Laba Bersih Sebelum Pajak
ROA ( Rentabilitas Ekonomi)= X 100 %
Total Aktiva

d. Return on Equity(ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas berupa pengukuran dari penghasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) terhadap modal yang
telah diinvestasikan pada suatu perusahaan. Return on equity menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri (net worth) secara
efektif serta mengukur laba dari investasi pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan.  ROE menampilkan rentabilitas modal atau
rentabilitas usaha. Return on equity bisa dihitung dengan rumus berikut ini.
Laba Bersih Sebelum Pajak
ROA ( Rentabilitas Ekonomi)= X 100 %
Total Aktiva

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rentabilitas. Menurut Riyanto
(2001) faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas adalah sebagai berikut:

a. Volume Penjualan
Salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan suatu
perusahaan adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka
akan menaikan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga
22

biaybiaya akan tertutup juga. Hal ini mendorong perusahaan untuk


mengefektifkan modal untuk mengembangkan usahanya.
b. Evesiensi Penggunaan biaya
Modal yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya harus
dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dengan kata lain
penggunaan modal harus digunakan untuk usaha yang tepat untuk pengeluaran
yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai secara tidak langsung
juga akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.
c. Profit Margin
Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit
margin digunakan untuk menghitung keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan berkaitan dengan penjualan perusahaan.
d. Struktur Modal Perusaaan
Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang
terutama pada hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa,
tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.

C. Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Tingkat Rentabilitas


Dari berbagai pengertian CSR atau Corporate Social Responsibility yang
sangat beragam, dapat disimpulkan bahwa CSR adalah operasi bisnis perusahaan
yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara financial, serta
melakukan pembangunan sosial ekonomi kawasan yang menyeluruh, melembaga
dan bekelanjutan. Jadi dengan melaksanakan program CSR perusahaan juga dapat
mengambil keuntungan lain, yaitu dapat melakukan pencitraan kepada masyarakat
bahwa perusahaan peduli dengan keadaan lingkungan sekitar yang pada akhirnya
merujuk pada target penjualan yang dilakukan perusahaan untuk menarik minat
konsumen dan timbul loyalitas dari konsumen itu sendiri dan akhirnya
menguntungkan bagi pihak perusahaan dan dapat meningkatkan rentabilitas
perusahaan..

Anda mungkin juga menyukai