NILAI :
DISUSUN OLEH:
KELAS : B. PG.PAUD
FEBRUARI 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dimana atas
berkat dan rahmatnya penulis masih dapat menyelesaikan critical book report
(CBR) ini dengan baik dan tepat waktu. Yang membahas tentang “KONSEP
DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN”.Terlebih dahulu saya ucapkann terima
kasih kepada : Dr. Nurmayani, M.Ag. sebagai dosen pengampuh mata kuliah ini.
Medan,Februari
Kelompok 5
DAFTAR ISI
2
COVER.........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
BAB II ISI....................................................................................................7
BAB IV PENUTUP...................................................................................35
A. Kesimpulan......................................................................................35
B. Saran................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................35
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
Buku utama 1
1. Judul : Dasar dasar manajemen pendidikan
2. Halaman : 290 halaman
3. Pengarang : Dr.Drs.H.Suhadi Winoto,B.A.,M.Pd
4. Penerbit : Bildung
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2020
7. Website : www.penerbitbildung.com
Buku utama 2
1. Judul : Dasar dasar manajemen pendidikan
2. Halaman : 162 halaman
3. Pengarang : Dr.lukman Hakim,M.Pd.I / Prof.Dr.Mukhtar,M.Pd
4. Penerbit : Timur laut aksara
5. Kota terbit : Jambi
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN : 978-6025-3849-0-5
8. Website : www.timurlautaksara.com
Buku pendamping 1
1. Judul : Manajemen sekolah
2. Halaman : 155 halaman
3. Pengarang : Nurdyansyah,M.Pd./ Andiek Widodo,M.M
4. Penerbit : Nizamia learning center
5. Kota terbit : Sidoarjo
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-72702-0
8. Website : www.nizamiacenter.com
5
Buku pendamping 2
1. Judul : Dasar dasar manajemen
2. Halaman : 198 halaman
3. Pengarang : Abd. Rohman,M.AP
4. Penerbit : Inteligensia media
5. Kota terbit : Malang
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-6874-69-6
8. Website : www.inteligensiamedia.com
BAB II
ISI
6
A. PEMBAHASAN ISI BUKU
BUKU UTAMA 1
Bab 1 : Konsep dasar manajemen
Secara etimologi istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris “management”. Kata
management berasal dari kata manage yang artinya mengurus, mengatur, mengelola (Kamus, 2.
03) atau berasal dari kata manage atau managiare yang artinya mengurus, mengatur,
melaksanakan, mengelola (Echols, 2003: 372). Secara terminologis sampai saat ini belum ada
pengertian manajemen yang diterima secara universal.
4. Stoner (1982: 4): Management is the process planning, organizing, leading and controlling
the efforts organizational members and the use of other organizational resources in other to
achieve stated organizational goals. Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumberdaya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari berbagai pengertian manajemen yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan ada
beberapa inti manajemen, yaitu:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Semua aktivias orang-orang dalam organisasi dirancang,
diorganisir, digerakkan, dan dikendalikan dalam rangka untuk mencapai tujuan organissai.
7
2. Manajemen sebagai suatu proses. Artinya manajemen merupakan langkah-langkah atau cara
sistematis dan terpadu untuk mencapai tujuan. Hal ini mengandung arti bahwa, (1) sumber-
sumber daya yang semula tidak berhubungan diintegrasikan menjadi suatu sistem menyeluruh
untuk mencapai tujuan organisasi, (2) secara sistematis semua sumberdaya manusia organisasi
harus melaksanakan aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan organisasi,
(3) manajemen mengandung aktivitas melibatkan sumberdaya manusia dan non manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan (4) pencapaian tujuan diupayakan secara efektif dan
efesien. Yang dimaksud efektif dalam konteks manajemen adalah banyaknya hasil atau tujuan
yang dicapai atau efektifi tas dapat diartikan sebagai tingkat/ derajad pencapaian tujuan yang
diharapkan. Dengan kata lain, efektif diartikan tujuan dapat dicapai sesuai perencanaan.
Sedangkan pengertian efesien memilik konotasi dengan banyaknya ongkos/biaya yang
dikeluarkan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
1. Lodge (1947: 23): The word “Education” is used, sometimes in a wider sometimes in
a narrower, sense. In the wider sense, all experience is said to the educative. In the narrower,
sense “Education” is restricted to that function of the community wich consists in passing on its
traditions, its background, and its outlook, to the members of the rising generation. In the
narrower, sense education becomes,in practice identical with schooling formal intructions under
controlled conditions. Kata pendidikan kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang luas,
kadang-kadang juga digunakan dalam arti yang sempit. Dalam pengertian yang luas, dikatakan
semua pengalaman sebagai pendidikan. Dalam pengertian yang sempit, pendidikan dibatasi oleh
fungsi tertentu di masyarakat yaitu pewarisan tradisi, dan pandangan hidup masyarakat kepada
8
generasi berikutnya. Dalam arti sempit pendidikan berarti identik dengan sekolah yaitu
pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang teratur.
2. Rachey (1968: 489): The term “Education” refers to the broad function of preserving
and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns.
Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential
social activity by which communities continue to exist. In complex communities this function is
specialized and institutionalized informal education, but there is always the education outside
the school with which the formal process in related. Istilah pendidikan terkait dengan fungsi
pemeliharaan dan perbaikan suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di sekolah. Pendidikan merupakan esensi aktivitas sosial yang
kompleks, modern, mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal,
yang berhuhubungan pendidikandi luar sekolah.
5. John Dewey, fi losof Chicago Amerika Serikat (Dalam Engkoswara, 2010: 6):
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual,
emosional ke arah alam dan sesama manusia. Berdasar uraian pengertian pendidikan dari
berbagai pakar, dapat disimpulkan bahwa, dalam perspektif pendidikan formal pendidikan
merupakan proses dan usaha sadar untuk meningkatkan potensi peserta didik (akademik, emosi,
dan spiritual) agar dapat berkembang secara maksimal. Defi nisi ini sejalan dengan undang-
undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.
9
1. Campbell, et.al (1983): Manajemen pendidikan adalah “the management of
institutions designed to foster teaching and learning”. Manajemen pendidikan adalah
manajemen institusi yang dirancang untuk mendorong belajar mengajar. Yang dimaksud dalam
pengertian Campbell tersebut adalah sekolah-sekolah umum, organisasi-organisasi pengajaran
yang dikembangkan kelompok industri, dan universitas.
4. Arikunto (2008: 4): Manajemen pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang
menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
10
Siapa (Who), dan Bagaimana (How).Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai
suatu suatu proses menetapkan tujuan yang ingin dicapai,
1. Efektif dan Efesien. Prinsip ini mengandung arti bahwa, setiap perencanaan pendidikan harus
mengarah terhadap pencapaian tujuan organisasi pendidikan. Disamping itu, penggunaan
sumberdaya harus diusahakan secara efesien dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Obyektif, rasional, dan didasarkan data: Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada
kepentingan peserta didik, dan didasarkan pada data dan informasi yang obyektif dan rasional.
1. Memberi arah yang jelas. Perencanaan pendidikan berfungsi sebagai acuan dan arah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks persekolahan, perencanaan pendidikan merupakan
pedoman para kepala sekolah, guru, dan staf dalam melaksanak kegiatan di lembaga pendidikan.
11
2. Menjadi acuan apakah tujuan sudah tercapai atau belum Perencanaan pendidikan berfungsi
sebagai pedoman apakah suatu tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain,
perencanaan pendidikan dapat digunakan sebagai dasar instrumen untuk melihat suatu tujuan
tercapai atau belum.
Bab 4 : Pengorganisasian
Ada dua istilah yang perlu dibahas, sebelum merumuskan pengertian pengorganisasian,
yaitu istilah organisasi dan pengorganisasian. Kedua istilah tersebut secara etimologi berasal
dari bahasa Inggris yaitu organization (organisasi) dan organizing (pengorganisasian). Kata
örganisasi” berarti lembaga, 0rganisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau
perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama dan ikatan formal
mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya terdapat hubungan antar anggota dan
kelompok dan antara pemimpin dan angota yang dipimpin atau bawahan (Beach and Reinhartz,
2004; Bush and Middlewood, 2005). Sedangkan istilah organizing berasal dari perkataan
organism yang mempunyai arti menciptakan suatu struktur dengan bagianbagian yang
terintegrasi. sehingga mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Kalau demikian. berarti istilah organisasi yang sudah didefi nisikan di atas sebenarnya
merupakan hasil daripada pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian berarti penyusunan
tugas kerja dan tanggung jawab. Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses
pengelompokan semua tugas, tanggung jawab, wewenang, dan komponen dalam proses
kerjasama sehingga tercipta suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja
sebagaimana dihasilkan dalam perencanaan.
1. Buford and Bedeian (1988: 57): Organizing is the grouping of activities necessary to attain
established objectives. Pengorganisasian adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
12
2. Terry (1967: 217): Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kerjasama
antara orang-orang dalam organisasi secara efektif, dan efesien.
3. Hersey dan Blanchard, (1982): Aktivitas memadukan sumberdaya untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
4. Robbins dan Coulter (1999: 282): Pengorganisasian merupakan proses penentuan struktur
organisasi.
6. Connor (1974) Pengorganisasian adalah aktivitas melayani proses kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
7. Flippo dan Musinger (1975): Pengorganisasian adalah kegiatan merancang dan menetapkan
komponen pelaksanaan suatu proses kegiatan.
Bab 5 : Penggerakan
Penggerakan merupakan aktivitas manajer yang berfungsi menggerakan sumberdaya
manusia dan mendayagunakan sumberdaya non manusia dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Dengan kata lain, penggerakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
untuk membimbing, mengarahkan, dan mengatur segala kegiatan yang telah ditugaskan.
Penggerakan pada dasarnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Pengertian ini sejalan dengan beberapa pakar sebagaimana yang disebutkan di bawah
ini:
13
Dengan kata lian, pengorganisasian merupakan aktivitas untuk membuat semua kelompok agar
mau bekerja secara ihklas, senang dan bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
2. Koontz dan O’Donnel (1982) mendefi nisikan penggerakan adalah aspek-aspek individual
yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti, dan
pembagian pekerjaan yang efektif dan efesien untuk tujuan organisasi.
3. Siagian berpendapat (1981) bahwa penggerakan adalah seluruh proses memberikan motivasi
untuk bekerja kepada bawahan sehingga mereka mau bekerja secara ihklas dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4. Hersey dan Blanchard (1982), penggerakan merupakan kegiatan untuk menumbuhkan situasi
yang secara langsung dapat mengarahkan dorongan-dorongan yang ada dalam diri seseorang
kepada kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi penggerakan ini
berkaitan dengan kemampuan pemimpin untuk memberikan motivasi agar bawahan bekerja
keras untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Robbins (2002: 163 ): Leadership is ability to infl uence a group toward the achievement of
goals. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk mancapai
tujuan.
2. Warren G. Bennis (1985): Leadership is the capacity to translate vision into reality.
Kepemimpinan adalah kemapuan menerjemahkan visi ke dalam kenyataan.
14
3. Feldmon (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah usaha sadar yang dilakukan
pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya.
5. Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995: 161): kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan anggota kelompok
6. Johnson, 1973 (Dalam Moedjiarto, 2002: 80): Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.
7. Terry (1967: 327): kepemimpinan adalah hubungan pemimpin dalam mempengaruhi pihak
lain untuk bekerjasama mengerjakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan
pemimpin tersebut.
Bab 7 : Motivasi
Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris "motivation" yang berarti
dorongan untuk melakukan suatu aktivitas dalam mencapai tujuan. Motivasi juga berasal dari
bahasa dari bahasa latin “movere” yang berrati to move atau menggerakkan. Dalam konteks
manajemen, berikut ini disajikan pengertian motivasi dari beberapa pakar sebagai Berikut:
2. Owens (1995: 92), Motivation is made up of "all those inner striving conditions described as
wishes, desires, drives, etc...it is an inner state that activates or moves individuals. Motivasi
merupakan kondisi batin yang mencerminkan keinginan, dorongan, yang menggerakkan
individu.
3. Hanson (1996: 195), Motivation often is defi ned as "an inner state that energizes, activates
or moves (hence motivation), and that directs or channels behavior toward goals. Motivasi
sering didefi nisikan sebagai "keadaan batin yang memberi energi, menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku menuju tujuah.
15
4. Hoy dan Miskel (1987: 176), Motivation is defi ned as the complex forces, drives, needs,
tension states, or other mechanisms that start and maintain voluntary activity towaed the
achievement of personal goals. Motivasi merupakan kekuatan yang kompleks, dorongan,
kebutuhan, keadaan ketegangan, atau mekanisme lain yang memulai dan mempertahankan
kegiatan secara sukarela untuk pencapaian tujuan pribadi.
5. Pole (1987: 15), Motivation is concerned with personal energy directed toward the
achievement of particular goal. Motivasi berkaitan dengan enerji seseorang yang diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu.
BUKU UTAMA 2
16
Inovasi pendidikan adalah suatu pembaharuan dalam pendidikan baik menyangkut ide,
praktik, metode atau obyek dan secara kualitatif berbeda dari hal-hal yang ada sebelumnya dan
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan dan
memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan saat ini menjadi topik yang tepat untuk
dibicarakan karena berkaitan dengan upaya pemerintah memperbaiki kurikulum pendidikan,
khususnya Pendidikan Dasar dan Menengah dengan memberlakukan Standar Isi Kurikulum.
Inovasi pendidikan dalam bentuk penyiapan kurikulum baru oleh pemerintah termasuk ke dalam
model inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan atau atasan
yang diterapkan kepada bawahan. Menyertai bentuk inovasi ini biasanya timbul berbagai
fenomena yang dampaknya – biasanya- terkena langsung kepada para pengguna kurikulum di
lapangan yang muncul tatkala inovasi tersebut direalisasikan. Fenomena tersebut antara lain:
kendala dan resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, fasilitas, dana,
masyarakat dan sebagainya. Hasil kreasi dari bawah (para praktisi di lapangan) dan
dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Dalam
kaitannya dengan pemberlakuan kurikulum terbaru (Kurikulum 2013), maka inovasi pemerintah
ini akan lebih efektif ketercapaian targetnya apabila disertai dengan sikap progresif para
pelaksana pendidikan di lapangan terutama para guru. Mereka harus terdorong melakukan
inovasi yang dapat meningkatkan kualitas profesionalnya sebagai ujung tombak pengembang
kurikulum di lapangan.
Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu
tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber-sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, seperti: Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pemberian Komando),
Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan) oleh Henry Fayol; Planning
17
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing
(Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting
(Anggaran) oleh Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Staffing (Penyusunan Pegawai),Directing (Pembinaan Kerja), Controlling (Pengawasan) oleh
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel; George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing,
Actuating & Controlling); dan beberapa ahli manajemen lagi. Namun dalam materi ini akan
memuat fungsi manajemen dalam pendidikan yang meliputi: Planning, Organizing, Leading,
Actuating Dan Controling.
Purwanto [2002] mengungkapkan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru & pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara
efektif.Secara umum supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan
pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pengajaran dan metode metode mengajar yang lebih baik,dll. Dengan kata lain supervisi adalah
18
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif
Komunikasi adalah proses individu mengirimkan stimulus yang biasanya dalam bentuk
verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Hovland, Janis dan Kelly, Komunikasi adalah
suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem
dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu
dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan,
mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Menurut Brent D Ruben, Komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal
dikirimkan, diterima dan diberi arti. Sedangkan William D Seller, Komunikasi adalah pertukaran
19
pesan verbal maupun nonverbal antara sipengirim dan sipenerima pesan untuk mengubah
tingkah laku. Komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari suatu orang
kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa
nonverbal.
Dari dua pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa mutu merupakan suatu hal yang
sangat penting, dan mutu juga suatu hal yang berhubungan dengan kualitas suatu lembaga yang
berkaitan dengan ukuran baik atau buruk, prestasi, kecerdasan dan kecakapana. Lembaga
pendidikan yang cakap dan berprestasi itulah yang dinamakan dengan lembaga pendidikan atau
sekolah yang berprestasi.Lembaga pendidikan yang bermutu, akan dikejar dan dicari oleh stake
holder, dan ini suatu hal yang tidak bisa ditawarkan lagi. Sebab seiring dengan kemajuan zaman
dan teknologi yang lebih dikenal dengan masa globalisasi dewasa ini, maka tuntutan pasar sangat
dibutuhkan mutu. Walaupun mutu itu pada awalnya lebih dikenal pada dunia bisnis dan industri.
Dalam dunia bisnis dan industri persaingan mutu sangat tajam dan bahkan persaingan itu sangat
ketat, sebab di dunia bisnis dan industri itu tidak mempunyai mutu, maka secara otomatis akan
ditinggalkan oleh pelanggannya. Oleh itu dalam dunia bisnis tidak kenal waktu dan tempat.
Persaingan yang terjadi di dunia bisnis dan industri tersebut, pelan pelan telah mulai merambah
ke dalam dunia pendidikan, atmosfir itu sudah sangat tampak dan kentara serta sangat dirasakan
seiring dengan kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri. Di mana
masyarakat sudah sangat cerdas dalam memilih dan menentukan pilihan untuk memasukkan
anaknya ke sekolah-sekolah yang mereka pilih. Masyarkat sebagai stake holder sudah pasti
mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihannya. Masyarakat juga tidak mau sembarangan
dalam menentukan pilihannya. Maka untuk itu sudah pasti setiap lembaga pendidikan terutama
20
pendidikan formal harus siap untuk bersaing secara sehat dengan mengutamakan dan
mengedepankan aspek manajemen mutunya.
Manajemen mutu, akan mempunyai peran yang sangat strategis untuk meningkatkan dan
menyiapkan lembaga pendidikan yang berkualitas. Untuk meningkatkan mutunya, maka semua
elemen yang terlibat di lembaga pendidikan tersebut harus saling mendukung, mulai dari guru,
murid dan tenaga kependidikan. Jika tanpa ada kerja sama yang baik maka sangat tidak mungkin
mutu yang baik tidak akan tercapai.
BUKU PENDAMPING 1
21
kelembagaan pendidikan, dengan melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia
maupun yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Tujuan pendidikan yang efektif dan efisien adalah tujuan yang bersifat jelas, mengunakan
bahasa-bahasa operasional agar mudah dipahami, penyusunan program harus menyeluruh dan
saling bersinergi dengan program yang lain sehingga saling memberi manfaat yang positif.
Manajemen akan dikatakan bagus apabila manajemen tersebut sejalan dengan konsep dan
program yang telah direncanakKitan mencapai keberhasilan lebih dari 95%. Oleh sebab itu para
pimpinan sekolah yang menjabat sebagai manajer di lingkungan maupun unit masing-masing
perlu mengusahakan manajemen dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati
bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan merupakan komponen
integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.Manajemen
Sekolah bermutu merupakan salah satu model pengelolaan yang memberikan otonomi kepada
madrasah ataukepala sekolah untuk pengambilan Pengambilan Kebijakan partisipatif secara
langsung sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Kota.Pengertian Manajemen Sekolah bermutu terjemahan dari “school-based
management”. Manajemen Sekolah Bermutu merupakan paradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional. Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto menjelaskan bahwa
Manajemen Sekolah Bermutu merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan saat ini
yang lebih menekankan kepada kretifitas dan kemandirian sekolah. Nurcholis mengatakan
Manajemen Sekolah bermutu adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi
pendidikan.
Manajemen Sekolah hampir sama dengan MBS dan dapat ditempuh antara lain dengan
langkahlangkah sebagaimana berikut:
a. Kerjasama dengan unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain
Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Kemendikbud/Departemen
Agama, dan instansi yang terkait
22
b. Pemberdayaan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu pemelajaran di
sekolah.
d. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah, Pendidik, unsur
komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran.
e. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang dihadapi,
serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan.
f. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk peningkatan
mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, dengan
membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan
pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baikManajemen sekolah bermutu akan berhasil
apabila didukungoleh orang-orang yang memiliki kemampuan professional kepala sekolah atau
madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikanFaktor dari luar berupa
faktor eksternal akan ikut menentukan keberhasilan Manajemen Sekolah, seperti input peserta
didik sebelumnya, kemampuan dalam membiayai pendidikan, kondisi tingkat pendidikan
orangtua, dan lingkungan masyarakat sekitar, serta tingkat apresiasi dalam mendorong peserta
didik untuk terus belajar.
4. Profesionalisme Faktor ini merupakan faktor yang sangat strategis untukmenentukan kinerja
dan mutu sebuah sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah,
23
Pendidik, dan pengawas, akan sulit memaksimalkan programmanajemen sekolah yang bermutu
tinggi serta prestasi peserta didik.
bagi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan secara adil, transparan dan profesional. Program
pengolahan database kepegawaian yang teintegrasi dengan data data sekolah yang lain, didesain
untuk mendukung :Pendataan pendidik dan tenaga kependidikan secara lengkap dan detail yang
digunakan untuk keperluan jenjang karir, Promosi pendidik dan tenaga kependidikan
berdasarkan prinsip profesionalitas, kemanfaatan dan keadilan. Pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan dikelola secara sistematis dan otomasi dalam suatu sistem sesuai dengan
aspirasi, kebutuhan kurikulum dan sekolah.Penugasan pendidik dan tenaga kependidikan
disesuaikan dengan kebutuhan sesuai kualifikasi dan skala prioritas. Dengan adanya database
kepegawaian baik tenaga administrasi ataupun tenaga fungsional (Pendidik) yang dimiliki suatu
sekolah atau Sekolah, maka efektivitas dan kinerja pegawai bisa dimaksimalkan untuk mencapai
target yang ditetapkan.Di suatu lembaga pendidikan siswa atau peserta didik merupakan unsur
utama suatu proses pendidikan. Pada UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 disebutkan
bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
lewat pembelajaran yang tersedia jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Manajemen siswa
adalah proses kegiatan yang direncanakKitan diimplementasikan secara berkelanjutansupaya
bisa mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Pihak
24
manajemen sekolah menyusun program penilaian hasil belajar peserta didik ditujukan pada
standar penilaian pendidikan yang dilakukan sesuai kalender akademik.
Penilaian hasil belajar dilakspeserta didikan untuk seluruh mata pelajaran dan membuat
catatan keseluruhan. Dari hasil yang diperoleh, bila ada kekurangan maka disusun program
remedial dan dilakukan klarifikasi capaian ketuntatasan yang direncpeserta didikan. Tahap
selanjutnya menyusun laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
dan kelulusan serta dokumentasi.Program penilaian hasil belajar ini hendaknya di evaluasi secara
periodik yang didasarkan data kegagalan/kendala dalam melakaspeserta didikan program
pendidikan. Manajemen sekolah menetapkan standar prosedur penilaian transparansi sistem
evaluasi hasil belajaruntuk penilaian formal yang berkelanjutan. Setiap Pendidik mengembalikan
hasil kerja siswa yang sudah dinilai dan memasukkan data penilaian pada system informasi
manajemen penilaian.
Pengertian lainnya diungkapkan oleh beberapa orang ahli (Abdul Kadir,2003:13) antara
lain dalam kamus Oxford dituliskan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau
penggunaan peralatan elektronika terutama computer, untuk menyimpan, menganalisis dan
mendistribusikan informasi apa saja,termasuk kata-kata, bilangan dan gambar.Dengan begitu,
TIK/ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
25
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung
pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media.Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif
dan efisien menjadi acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah
beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya. Namun rasanya hal ini
tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat komunikasi nirkabel sudah merambah
sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan
pengelolaan yang tepat.
Prinsip umum penggunaan teknologi, dalam hal ini ICT adalah sebagai berikut :
1. Efektif dan efisien. Penggunaan ICT harus memperhatikan manfaat dari teknologi ini dalam
hal mengefektifkan belajar, meliputi pemerolehan ilmu, kemudahan dan keterjangkauan, baik
waktu maupun biaya.
2. Optimal. Dengan menggunakan ICT, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih”
daripada tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan cakupan,
kekinian (up to date), kemodernan dan keterbukaan.
3. Menarik. Artinya dalam prinsip ini, pembelajaran dikelas akan lebih menarik dan memancing
keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan memancing keingintahuan yang
lebih akan berjalan membosankan dan kontra produktif untuk pembelajaran.
4. Merangsang daya kratifitas berpikir pelajar. Dengan menggunakan ICT tentu saja diharapkan
pelajar mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal yang terdapat didalam diri
mereka. Seorang anak yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang
mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya akan
mampumenyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang
muncul. Begitu pula sebaliknya dengan pelajar yang berkreativitas rendah
1. Melaui ICT, gambar-gambar dapat lebih mudah digunakan dalam proses mengajar dan
memperbaiki daya ingat dari para murid
2. Melalui ICT, para pengajar dapat dengan mudah menjelaskan instruksi-instruksi yang rumit
dan memastikan pemahaman dari para murid
3. Melalui ICT, para pengajar dapat membuat kelas interaktif dan membuat proses
belajarmengajar lebih menyenangkan, yang dapat memperbaiki tingkat kehadiran dan juga
konsentrasi dari para peserta didik
26
Kekurangan dari pembelajaran berbasi ICT :
c. Kesulitan untuk para pengajar dengan pengalaman yang sangat minim dalam penggunaan alat
ICT
27
BUKU PENDAMPING 2
Menurut Usmankata “manajemen” berasal dari bahasa latin “manus” yang berarti
“tangan” dan “agere” yang berarti “melakukan”. Dari dua kata tersebut dengan arti masing-
masing yang terkandung di dalamnya merupakan arti secara etimologi. Selanjutnya kata
“manus” dan “agere” digabung menjadi satu kesatuan kata kerja “managere” yang mengandung
arti “menangani”. Pengertian ini dalam ilmu ketatabahasaan disebut sebagaipengertian secara
terminologi. “Managere” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja
menjadi “to manage” dengan kata benda “management”. Julukan bagi orang yang melakukan
kegiatan managenent disebut manager atau manajer (dalam bahasa Indonesia). sedangkan dalam
bahasa Prancis disebut “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Kata
“management” dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi manajemen, yang mengandung
arti “pengelolaan”.
28
Bab 2 : Perekembangan manajemen
Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkembang sekitar abad ke-19.
Pada saat itu mulai ada tulisan-tulisan mengenai manajemen, seperti tulisan John Robert
Beishline yang berusaha memecahkan permasalahan-permasalahan manajemen. Dalam hal
tersebut, John Robert Beishline mengelompokkan manajemen menjadi tiga bagian, yaitu:
3. Manajemen secara ilmu, Manajemen secara ilmu merupakan manajemen yang menetapkan
dengan seksama persoalan-persoalan yang dihadapi, membuat suatu ukuran sebagai pedoman
untuk bekerja, mengumpulkan bahan-bahan untuk mencapai cara pemecahan suatu masalah
dalam sementara waktu, serta memeriksa kembali cara pemecahan tersebut sebelum
dilaksanakan. dengan demikian, berdasarkan argumentasi tersebut, manajemen secara ilmu
dipandang sebagai suatu cara yang berupa pengamatan dan analisis yang logis, yang menuju
pada suatu rencana yang efektif. Di dalam ilmu manajemen dikenal tiga aliran yang masing-
masing berusaha membantu manajer untuk memahami dan memimpin perusahaan atau
organisasi, serta mengatasi masalah-masalahnya. Tiga aliran dalam manajemen tersebut,
adalah :
1).Aliran Klasik (Classical School), dimana aliran ini dalam perkembangannya mempunyai dua
cabang, yaitu Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dan teori Organisasi Klasik (Classical
Organization Theory); 2) Aliran Perilaku (Behavioral School); dan 3) Aliran Ilmu Manajemen
(Management Science School). Dalam ilmu manajemen juga telah dikembangkan dua
pendekatan yang berupaya mengintegrasikan ketiga aliran di atas, yaitu: (a) Pendekatan Sistem
(Systems Approach); dan (b) Pendekatan Kontingensi (Contingency Approach).
29
Menurut Athoillah2 dari pendapat Kristiadi (1995), bahwa perencanaan (planning)
memiliki berbagai jenis sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. Jenis-jenis perencanaan
tersebut diantaranya, adalah:
a) Single use planning, yaitu perencanaan yang dimaksudkan untuk satu kali pelaksanaan.
Artinya, rencana yang disusun hanya digunakan pada satu pelaksanaan saja dan setelah
pelaksanaan dianggap selesai, maka perencanaan tersebut dengan sendirinya menjadi tidak ada.
Perencanaan jenis ini seperti rencana yang digunakan untuk kepanitiaan suatu kegiatan tertentu.
b) Repeats planning, yaitu perencanaan yang digunakan dalam pelaksanaan yang berulang-ulang.
Artinya tidak hanya digunakan hanya pada satu pelaksanaan, sehingga perencanaan ini bersifat
permanen.
a) Policy planning (merupakan kebijakan), yaitu perencanaan yang hanya berisi kebijakan tanpa
dilengkapi dengan teknis pelaksanaannya secara teratur. Perencanaan jenis ini seperti
perencanaan yang berkaitan dengan garis-garis besar suatu organisasi atau suatu negara.
b) Program palnning, yaitu perencanaan yang merupakan penjelasan dan perincian policy
planning. Program planning dibuat oleh badan badan khusus yang memiliki wenanang untuk
melaksanakan policy planning, seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas). Program planning memuat beberapa unsur, diantaranya:
30
3) Metode-metode kerja; dan
a) Long range planning (LRP), yaitu perencanaan yang dalam pelaksanaannya membutuhkan
waktu cukup lama, biasanya hingga sepuluh tahun. Perencanaan ini disebut juga dengan rencana
jangka panjang.
c) Short range planning (SRP), yaitu perencanaan yang dalam pelaksanaannya pada umumnya
membutuhkan waktu kurang dari setahun. Perencanaan ini biasanya dipersiapkan dengan
tergesa-gesa karena pelaksanaannya bersifat tiba-tiba dan waktu yang ada sangat sempit.
d) National planning, yaitu suatu perencanaan tingkat nasional (negara) yang mencakup segenap
wilayah suatu negara.
b) Financial planning, yaitu perencanaan mengenai pembiayaan secara komprehensif dari suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.
c) Industrial planning, yaitu perencanaan yang menyangkut aktivitas industri yang bertujuan
agar terhindar dari berbagai hambatan dalam pencapaian tujuan.
a) General plans (rencana umum), yaitu perencanaan yang dibuat hanya mengenai garis-garis
besar dari suatu kegiatan yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan.
31
b) Special planning (rencana khusus), yaitu perencanaan yang dibuat secara mendetail dan
terperinci untuk pekerjaan tertentu.
c) Overall planning (rencana keseluruhan), yaitu perencanaan yang memberikan pola secara
keseluruhan dari pekerjaan yang harus dilaksanakan.
32
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia, yaitu chubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan serta cketaatan para pengikut/bawahan
karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari
pemimpinnya, dan cbangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.
Pandangan yang dikemukan oleh Kartono di atas, tidak jauh berbeda cdengan pandangan
Athoillah, bahwa seorang pemimpin harus memiliki kelebihan yang memungkinkan mengatur
dan mengarahkan bawahannya. Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya
sikap taat dari cseluruh bawahannya. Artinya, apabila seorang pemimpin tidak memiliki
kemampuan yang lebih (termasuk kewibawaan, ketegasan, dan pengetahuan) cdari pada
bawahannya, maka yang akan terjadi adalah ketidaktaatan dan cketidakpatuhan bawahan
terhadap pemimpin tersebut.
33
Penulis menyusun daftar pustaka dengan baik sehingga pembaca dapat pengetahui
rujukan dari buku dan dapat lebih di pahami dan mencari informasi buku tersebut.
Memberi penjelasan yang lengkap.
Cover bukunya bagus sehingga orang orang tertarik membabacanya
Kekurangan
Pembahasa dari buku tersebut kadang di buat berbelit-belit sehingga bila kita tidak
mencermatinya susah untu di mengerti
Kurangnya contoh-contoh yang di buat agar dari contoh tersebut seseorang lebih
gampang di mengerti.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Baik buku utama maupun buku pembanding sama – sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Baik itu di dalam pemaparan materi maupun didalam kelengkapan buku itu
sendiri. Namun secara umum buku ini sangatlah bermanfaat bila kita ingin mengkaji
tentang pendidikan formal, non formal(terutama pendidikan seumur hidup).
34
B. SARAN
Buku ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan untuk memahami konsep dan
penerapan paud ,tetapi ada baiknya kedua buku ini lebih diperbanyak dibagian aspek
pendukung nya seperti tabel,diagram.dan masih banyak lagi sebagai panduan untuk
memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam kedua buku ini.
DAFTAR PUSTAKA
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, (Jogjakarta: Arruz Media, 2012), hal. 26.
Rivai, V. 2002. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafi ndo Persada
Adi, Rianto. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.Alam. S. 2007. Ekonomi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arifin, Imamul & Giana Hadi W. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik.Yogyakarta: Penerbit Erlangga. h. 4.
Bateman, Thomas S. dan Scott A. Snell. 2008. Manajemen Kepemimpinan dan Kolaborasi Dalam Dunia
Yang Kompetitif. Edisi Ketujuh
35