Anda di halaman 1dari 35

CRITICAL BOOK REPORT

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PGPAUD - FIP

NILAI :

DISUSUN OLEH:

NAMA : GEBI RENATA TARIGAN / NAZILA NAJIMI


HAYATI

N.I.M : 1201113010 / 1201113011

KELAS : B. PG.PAUD

DOSEN : Dr. Nurmayani, M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FEBRUARI 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dimana atas
berkat dan rahmatnya penulis masih dapat menyelesaikan critical book report
(CBR) ini dengan baik dan tepat waktu. Yang membahas tentang “KONSEP
DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN”.Terlebih dahulu saya ucapkann terima
kasih kepada : Dr. Nurmayani, M.Ag. sebagai dosen pengampuh mata kuliah ini.

Berhubungan dengan Kampus kita yang memakai kurikulum KKNI maka


setiap mahasiswa diwajibkan memenuhi 6 tugas salah satunya adalah.Tugas ini
saya siapkan karena harapan agar pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang “KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN”. Dan
sebagai penulis saya masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terutama dari para dosen
pengampuh mata kuliah ini yang bersifat membangun. Agar pada tugas-tugas
berikutnya dapat saya tulis dengan lebih baik lagi .Dengan penuh harapan dan
ucapan terima kasih saya sebaga ipenulis mengucapkan terima kasih selamat
membaca.

Medan,Februari

Kelompok 5

DAFTAR ISI

2
COVER.........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................4

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR.........................................................4


B. Tujuan Penulisan CBR.....................................................................4
C. Manfaat CBR.....................................................................................4
D. Identitas Buku yang Direview..........................................................5

BAB II ISI....................................................................................................7

A. Pembahasan Isi Buku.......................................................................7


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku.................................................34

BAB IV PENUTUP...................................................................................35

A. Kesimpulan......................................................................................35
B. Saran................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................35

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.Terkadang
kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis
bahasa , pembahasan tentang konsep dasar manajemen pendidikan . Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
buku referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang konsep dasar manajemen
pendidikan.

B. Tujuan Penulisan CBR :


Saya menulis CBR ini adalah unruk menyelesaikan salah satu persayaratan tugas mata
kuliah profesi kependidikan, menambah wawasan, meningkatkan pemahaman saya
mengenai
Pemilihan buku yang pas untuk materi ini, serta menguatkan ingatan saya akan materi –
materi yang ada dalam mata kuliah ini

C. Manfaat penulisan CBR


 Mempermudah untuk mengetahui refrensi buku yang tepat mengenai konsep
dasar manajemen pendidikan.
 Melatih kita untuk berpikir kritis mengenai sebuah buka
 Menguatkan ingakatan kita akan materi yang telah dipelajari

D. Identitas Buku yang di Review :

4
Buku utama 1
1. Judul : Dasar dasar manajemen pendidikan
2. Halaman : 290 halaman
3. Pengarang : Dr.Drs.H.Suhadi Winoto,B.A.,M.Pd
4. Penerbit : Bildung
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2020
7. Website : www.penerbitbildung.com

Buku utama 2
1. Judul : Dasar dasar manajemen pendidikan
2. Halaman : 162 halaman
3. Pengarang : Dr.lukman Hakim,M.Pd.I / Prof.Dr.Mukhtar,M.Pd
4. Penerbit : Timur laut aksara
5. Kota terbit : Jambi
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN : 978-6025-3849-0-5
8. Website : www.timurlautaksara.com

Buku pendamping 1
1. Judul : Manajemen sekolah
2. Halaman : 155 halaman
3. Pengarang : Nurdyansyah,M.Pd./ Andiek Widodo,M.M
4. Penerbit : Nizamia learning center
5. Kota terbit : Sidoarjo
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-72702-0
8. Website : www.nizamiacenter.com

5
Buku pendamping 2
1. Judul : Dasar dasar manajemen
2. Halaman : 198 halaman
3. Pengarang : Abd. Rohman,M.AP
4. Penerbit : Inteligensia media
5. Kota terbit : Malang
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-6874-69-6
8. Website : www.inteligensiamedia.com

BAB II

ISI

6
A. PEMBAHASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA 1
Bab 1 : Konsep dasar manajemen
Secara etimologi istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris “management”. Kata
management berasal dari kata manage yang artinya mengurus, mengatur, mengelola (Kamus, 2.
03) atau berasal dari kata manage atau managiare yang artinya mengurus, mengatur,
melaksanakan, mengelola (Echols, 2003: 372). Secara terminologis sampai saat ini belum ada
pengertian manajemen yang diterima secara universal.

beberapa terminologis pendapat para ahli tentang pengertian manajemen:

1. Terry (1968; 4) mengartikan Management is district process of planning, organizing,


actuating, controlling, performed to determine and accomplish stated objective the use of
humanbeings and other resources. Manajemen diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dalam rangka mencapai tujuan melalui
sumberdaya manusia dan sumberdaya laimya.

2. Kast and Rosenzweig (1979): Management is a process of planning, organizing, and


controling activities.

3. Manajemen adalah suatu proses perencanaan pengorganisasian dan pengendalian suatu


aktivitas.

4. Stoner (1982: 4): Management is the process planning, organizing, leading and controlling
the efforts organizational members and the use of other organizational resources in other to
achieve stated organizational goals. Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumberdaya untuk mencapai tujuan organisasi.

5. Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) Management is process of working


with and through others to accomplish organizational goals effi cienctly. Manajemen adalah
proses bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan secara efesien

Dari berbagai pengertian manajemen yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan ada
beberapa inti manajemen, yaitu:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Semua aktivias orang-orang dalam organisasi dirancang,
diorganisir, digerakkan, dan dikendalikan dalam rangka untuk mencapai tujuan organissai.

7
2. Manajemen sebagai suatu proses. Artinya manajemen merupakan langkah-langkah atau cara
sistematis dan terpadu untuk mencapai tujuan. Hal ini mengandung arti bahwa, (1) sumber-
sumber daya yang semula tidak berhubungan diintegrasikan menjadi suatu sistem menyeluruh
untuk mencapai tujuan organisasi, (2) secara sistematis semua sumberdaya manusia organisasi
harus melaksanakan aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan organisasi,
(3) manajemen mengandung aktivitas melibatkan sumberdaya manusia dan non manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan (4) pencapaian tujuan diupayakan secara efektif dan
efesien. Yang dimaksud efektif dalam konteks manajemen adalah banyaknya hasil atau tujuan
yang dicapai atau efektifi tas dapat diartikan sebagai tingkat/ derajad pencapaian tujuan yang
diharapkan. Dengan kata lain, efektif diartikan tujuan dapat dicapai sesuai perencanaan.
Sedangkan pengertian efesien memilik konotasi dengan banyaknya ongkos/biaya yang
dikeluarkan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Dalam perkembangan praktek manajemen, manajemen bukan hanya dipandang sebagai


proses aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi, akan tetapi juga dipandang sebagai profesi,
ilmu, dan seni.

Bab 2 : Manajemen pendidikan


Rumusan pengertian pendidikan dimungkinkan bisa berbeda-beda. Merujuk dari
berbagai literatur, antara pakar yang satu dengan pakar yang lainya tidak ada kesamaan dalam
merumuskan arti pendidikan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh sudut pandang dan disiplin
masing-masing pakar tersebut. Dari perspektif Sosiologi, pendidikan dapat dirumuskan sebagai
usaha pewarisan nilai dari generasi ke generasi. Dari perspektif Ekonomi, pendidikan diartikan
sebagai usaha investasi insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
bangsa. Dari perspektif politik pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses menjadi warga
negara yg diharapkan suatu bangsa. Perspektif Antropologi pendidikan merupakan proses
pemindahan budaya dari suatu generasi ke generasi. Sementara dari perspektif psikologi,
pendidikan merupakan perkembangan kapasitas dan prilaku individu secara optimal.

Berikut rumusan pendidikan dari beberapa pakar, antara lain:

1. Lodge (1947: 23): The word “Education” is used, sometimes in a wider sometimes in
a narrower, sense. In the wider sense, all experience is said to the educative. In the narrower,
sense “Education” is restricted to that function of the community wich consists in passing on its
traditions, its background, and its outlook, to the members of the rising generation. In the
narrower, sense education becomes,in practice identical with schooling formal intructions under
controlled conditions. Kata pendidikan kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang luas,
kadang-kadang juga digunakan dalam arti yang sempit. Dalam pengertian yang luas, dikatakan
semua pengalaman sebagai pendidikan. Dalam pengertian yang sempit, pendidikan dibatasi oleh
fungsi tertentu di masyarakat yaitu pewarisan tradisi, dan pandangan hidup masyarakat kepada

8
generasi berikutnya. Dalam arti sempit pendidikan berarti identik dengan sekolah yaitu
pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang teratur.

2. Rachey (1968: 489): The term “Education” refers to the broad function of preserving
and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns.
Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential
social activity by which communities continue to exist. In complex communities this function is
specialized and institutionalized informal education, but there is always the education outside
the school with which the formal process in related. Istilah pendidikan terkait dengan fungsi
pemeliharaan dan perbaikan suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di sekolah. Pendidikan merupakan esensi aktivitas sosial yang
kompleks, modern, mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal,
yang berhuhubungan pendidikandi luar sekolah.

3. Bruckbacher (1969: 371): Educational should be thought of the process of man’s


reciprocal adjustment to nature, to his fellows, and to the ultimates nature of the cosmos.
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan
alam, teman, dan alam semesta.

4. Langeveled (Dalam Pidarta, 1997: 10): Pendidikan adalah memberi pertolongan


secara sadar dan sengaja kepada anak yang belum dewasa dalam pertumbuhannya menuju ke
arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab susila atas segala
tindakannya menurut pilihannya sendiri.

5. John Dewey, fi losof Chicago Amerika Serikat (Dalam Engkoswara, 2010: 6):
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual,
emosional ke arah alam dan sesama manusia. Berdasar uraian pengertian pendidikan dari
berbagai pakar, dapat disimpulkan bahwa, dalam perspektif pendidikan formal pendidikan
merupakan proses dan usaha sadar untuk meningkatkan potensi peserta didik (akademik, emosi,
dan spiritual) agar dapat berkembang secara maksimal. Defi nisi ini sejalan dengan undang-
undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.

Dengan demikian secara termonologis manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai


proses pemberdayaan sumberdaya manusia dan non manusia untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efesien. Untuk memperjelas pengertian manajemen pendidikan berikut
disajikan rumusan manajemen pendidikan dari berbagai literatur:

9
1. Campbell, et.al (1983): Manajemen pendidikan adalah “the management of
institutions designed to foster teaching and learning”. Manajemen pendidikan adalah
manajemen institusi yang dirancang untuk mendorong belajar mengajar. Yang dimaksud dalam
pengertian Campbell tersebut adalah sekolah-sekolah umum, organisasi-organisasi pengajaran
yang dikembangkan kelompok industri, dan universitas.

2. Gorton (1976: 3), manajemen pendidikan pada hakikatnya merupakan proses


pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah manajemen tidak ubahnya sebagaimana
langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) identifi kasi masalah, (2) diagnosis masalah, (3)
penetapan tujuan, (4) pembuatan keputusan, (5) perencanaan, (6) pengorganisasian, (7)
pengkoordinasian, (8) pendelegasian, (9) penginisian, (10) pengkomunikasian, (11) kerja dengan
kelompokkelompok, (12) pemecahan masalah, dan (13) penilaian.

3. Jensen (dalam Hadiyanto, 2013:2 ): Manajemen pendidikan adalah proses pengaturan


sumber-sumber daya manusia dan material serta program yang ada untuk pendidikan,
diselenggarakan secara hati-hati dan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Arikunto (2008: 4): Manajemen pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang
menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.

5. Danim (2010: 18): Manajemen pendidikan merupakan suatu proses mengoptimasi


sumberdaya kependidikan yang tersedia dan dapat diakses untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efesien.

6. Engkoswaro (2010: 87 – 88): Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen


dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien
untuk mencapai tujuan secara efektif.

Bab 3 : Perencanaan pendidikan


Perencanaan merupakan salah satu proses dalam fungsifungsi manajemen. Sebelum
manajer melaksanakan aktivitas pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, maka aktivitas
pertama manajer adalah melakukan perencanaan. Perncanaan merupakan langkah dan proses
yang sangat fundamental untuk mencapai tujuan organisasi. Mengingat posisi perencanaan yang
sangat penting dan utama, maka setiap perencanan harus dilakukan dengan cermat melalui
analisis yang mendalam tentang tindakan atau aktivitas apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Selain pertanyaan apa yang harus dilakukan, pertanyaan elementer
yang lain seperti: kapan suatu aktivitas dilakukan, bagaimana melakukan aktivitas, dan siapa
yang melakukan aktivitas tersebut, merupakan pertanyaan esensial dalam setiap perencanaan.
Dengan kata lain, setiap perencanaan harus memiliki unsur-unsur yang dimanifestasikan dalam
pertanyaan 5 W, dan 1 H yaitu: Apa (What), Kapan (When), Mengapa (Why), Dimana (Where),

10
Siapa (Who), dan Bagaimana (How).Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai
suatu suatu proses menetapkan tujuan yang ingin dicapai,

Adapaun prinsip-prinsip perencanaan pendidikan tersebut adalah:

1. Efektif dan Efesien. Prinsip ini mengandung arti bahwa, setiap perencanaan pendidikan harus
mengarah terhadap pencapaian tujuan organisasi pendidikan. Disamping itu, penggunaan
sumberdaya harus diusahakan secara efesien dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Interdisipliner: Pendidikan pada hakikatnya merupakan pembangunan sumberdaya manausia.


Oleh karena itu, perencanaan pendidikan diharapkan dilakukan dengan penuh kecermatan,
ketelitian, dan kemampuan menerjemahkan kebutuhan di masa depan yang bermafaat untuk
peserta didik di kemudian hari. Untuk itu, dibutuhkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam
menyusun perencanaan pendidikan.

3. Fleksible: Pendidikan diharapkan responsip terhadap tuntutan masyarakat. Artinya pendidikan


diharuskan mampu menangkap aspirasi masyarakat melalui perencanaan yang fl eksible,
dinamis, lentur, dan aspiratif dengan kebutuhan masyarakat.

4. Obyektif, rasional, dan didasarkan data: Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada
kepentingan peserta didik, dan didasarkan pada data dan informasi yang obyektif dan rasional.

5. Komprehensif: Perencanaan pendidikan diharapkan memperhatikan semua aspek essensial


pendidikan.

6. Didasarkan kekuatan sendiri. Perencanaan pendidikan seharusnya memperhatikan kelemahan,


kekuatan, dan potensi yang dimiliki organisasi pendidikan. Oleh karena itu, perencanaan
pendidikan harus didasarkan pada kekuatan-kekuatan yang dimilikinya.

7. Menghimpun kekuatan-kekuatan secara teroganisir. Pada prinsipnya perencanaan pendidikan


merupakan proses menghimpun kekuatan-kekuatan internal maupun eksternal organisasi
pendidikan untuk mencapai tujuan.

8. Didasarkan sumber daya yang ada. Perencanaan pendidikan diharapkan berdasarkan


sumberdaya yang dimiliki oraganisasi, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya non
manusia.

Hakikatnya perencanaan pendidikan merupakan aktivitas manajerial pertama dan utama


dalam praktekpraktek manajemen. Setidaknya ada empat fungsi perencanaan pendidikan, yaitu:

1. Memberi arah yang jelas. Perencanaan pendidikan berfungsi sebagai acuan dan arah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks persekolahan, perencanaan pendidikan merupakan
pedoman para kepala sekolah, guru, dan staf dalam melaksanak kegiatan di lembaga pendidikan.

11
2. Menjadi acuan apakah tujuan sudah tercapai atau belum Perencanaan pendidikan berfungsi
sebagai pedoman apakah suatu tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain,
perencanaan pendidikan dapat digunakan sebagai dasar instrumen untuk melihat suatu tujuan
tercapai atau belum.

3. Perencanaan pendidikan berfungsi memudahkan untuk mengidentifi kasi hambatan-hambatan


organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

4. Memudahkan untuk mengontrol dan mengevaluasi.Perencanaan pendidikan berfungsi untuk


memudahkan para manajer pendidikan untuk melakukan evaluasi, dan kontrol terhadap efektifi
tas dan efesiensi pencapaian tujuan pendidikan. Praktisnya perencanaan pendidikan dapat
digunakan sebagai dasar dan pendoman untuk mengevaluasi dan mengontrol organisasi
pendidikan.

Bab 4 : Pengorganisasian
Ada dua istilah yang perlu dibahas, sebelum merumuskan pengertian pengorganisasian,
yaitu istilah organisasi dan pengorganisasian. Kedua istilah tersebut secara etimologi berasal
dari bahasa Inggris yaitu organization (organisasi) dan organizing (pengorganisasian). Kata
örganisasi” berarti lembaga, 0rganisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau
perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama dan ikatan formal
mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya terdapat hubungan antar anggota dan
kelompok dan antara pemimpin dan angota yang dipimpin atau bawahan (Beach and Reinhartz,
2004; Bush and Middlewood, 2005). Sedangkan istilah organizing berasal dari perkataan
organism yang mempunyai arti menciptakan suatu struktur dengan bagianbagian yang
terintegrasi. sehingga mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Kalau demikian. berarti istilah organisasi yang sudah didefi nisikan di atas sebenarnya
merupakan hasil daripada pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian berarti penyusunan
tugas kerja dan tanggung jawab. Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses
pengelompokan semua tugas, tanggung jawab, wewenang, dan komponen dalam proses
kerjasama sehingga tercipta suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja
sebagaimana dihasilkan dalam perencanaan.

Sementara itu, beberapa ahli telah merumuskan pengertian pengorganisasian


sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini, yaitu:

1. Buford and Bedeian (1988: 57): Organizing is the grouping of activities necessary to attain
established objectives. Pengorganisasian adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

12
2. Terry (1967: 217): Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kerjasama
antara orang-orang dalam organisasi secara efektif, dan efesien.

3. Hersey dan Blanchard, (1982): Aktivitas memadukan sumberdaya untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.

4. Robbins dan Coulter (1999: 282): Pengorganisasian merupakan proses penentuan struktur
organisasi.

5. Longenecker (1972): Pengorganisasian adalah aktivitas menetapkan hubungan antara manusia


dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

6. Connor (1974) Pengorganisasian adalah aktivitas melayani proses kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

7. Flippo dan Musinger (1975): Pengorganisasian adalah kegiatan merancang dan menetapkan
komponen pelaksanaan suatu proses kegiatan.

Sementara itu, terdapat ciri-ciri pengorganisasian. Pertama, pengorganisaian berkaitan


dengan upaya pimpinan untuk memadukan dan menyerasikan sumberdaya manusia dan non
sumberdaya manusia yang dibutuhkan. Kedua, sumberdaya manusia terdiri dari orang-orang
atau kelompok yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Ketiga, sumberdaya non manusia
meliputi fasilitas fi sik dan lingkungan fi sik. Keempat, sumberdaya manusia dan non manusia
diintegrasikan ke dalam organisasi. Kelima, dalam pengorganisasian terdapat pembagian kerja
ke dalam tugastugas yang lebih kecil, wewenang, dan tanggungjawab yang dibebankan kepada
orang yang sesuai kemampuannya. Keenam, semua rangkaian kegiatan dalam pengorganisasian
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di organisasi. Ketujuh, sumberdaya
manusia merupakan peran utama dalam mencapai tujuan organisasi.

Bab 5 : Penggerakan
Penggerakan merupakan aktivitas manajer yang berfungsi menggerakan sumberdaya
manusia dan mendayagunakan sumberdaya non manusia dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Dengan kata lain, penggerakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
untuk membimbing, mengarahkan, dan mengatur segala kegiatan yang telah ditugaskan.
Penggerakan pada dasarnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efesien.

Pengertian ini sejalan dengan beberapa pakar sebagaimana yang disebutkan di bawah
ini:

1.Penggerakan (Actuating) adalah usaha menggerakkan anggota kelompok sedemikian rupa


sehingga mereka berusaha dan berkeinginan untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi.

13
Dengan kata lian, pengorganisasian merupakan aktivitas untuk membuat semua kelompok agar
mau bekerja secara ihklas, senang dan bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

2. Koontz dan O’Donnel (1982) mendefi nisikan penggerakan adalah aspek-aspek individual
yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti, dan
pembagian pekerjaan yang efektif dan efesien untuk tujuan organisasi.

3. Siagian berpendapat (1981) bahwa penggerakan adalah seluruh proses memberikan motivasi
untuk bekerja kepada bawahan sehingga mereka mau bekerja secara ihklas dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.

4. Hersey dan Blanchard (1982), penggerakan merupakan kegiatan untuk menumbuhkan situasi
yang secara langsung dapat mengarahkan dorongan-dorongan yang ada dalam diri seseorang
kepada kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi penggerakan ini
berkaitan dengan kemampuan pemimpin untuk memberikan motivasi agar bawahan bekerja
keras untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bab 6 : Kepemimpinan pendidikan


Kepemimpinan equivalent dengan istilah dalam bahasa Inggris ledership. Secara etimologis kata
leadership berasal dari kata ”to lead” yang artinya memimpin. Dari kata ini melahirkan kata
leader artinya pemimpin, dan istilah leadership yang artinya kepemimpinan. Kepemimpinan
tidak bisa dilepaskan dari manajemen. Sebab efektifi tas pencapaian tujuan organisasi sangat
tergantung kepada efektifi tas kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan
merupakan ilmu dan seni bagaimana mempengaruhi orang lain untuk mecapai tujuan yang
ditetapkan organisasi. Kepemimpinan sebagai seni menuntut kreatifi tas dan ketrampilan para
pemimipin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan juga sebagai ilmu, hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan membutuhkan
pengetahuan dan kemampuan para pemimipin dalam memimpin organisasi atau kelompoknya.
Banyak ahli yang mengemukakan pengertian kemimpinan berbeda-beda, karena perspektif yang
berbeda.

Berikut ini disajikan pengertian kepemimpinan dari beberapa pakar tersebut:

1. Robbins (2002: 163 ): Leadership is ability to infl uence a group toward the achievement of
goals. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk mancapai
tujuan.

2. Warren G. Bennis (1985): Leadership is the capacity to translate vision into reality.
Kepemimpinan adalah kemapuan menerjemahkan visi ke dalam kenyataan.

14
3. Feldmon (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah usaha sadar yang dilakukan
pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya.

4. Newell (1978) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi


orang lain untuk mencapai pengembangan atau tujuan organisasi.

5. Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995: 161): kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan anggota kelompok

6. Johnson, 1973 (Dalam Moedjiarto, 2002: 80): Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.

7. Terry (1967: 327): kepemimpinan adalah hubungan pemimpin dalam mempengaruhi pihak
lain untuk bekerjasama mengerjakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan
pemimpin tersebut.

Teori atau pendekatan model-model kepemimpinan dapat diklasifi kasikan menjadi


enam, yaitu: (1) teori sifat (Traith Approach/Theory), (2) teori prilaku kepemimpinan (behavior
approach/theory), (3) teori kepemimpinan kharismatik (Charismatic Leadership), (4) teori
Kontingensi (Contingency Theory), (5) teori situasional (Situational Theory), dan (6) Teori
kepemimpinan transaksional dan transformasional (transactional and transformational theory).

Bab 7 : Motivasi
Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris "motivation" yang berarti
dorongan untuk melakukan suatu aktivitas dalam mencapai tujuan. Motivasi juga berasal dari
bahasa dari bahasa latin “movere” yang berrati to move atau menggerakkan. Dalam konteks
manajemen, berikut ini disajikan pengertian motivasi dari beberapa pakar sebagai Berikut:

1. Buford and Bedeian (1988: 145), Motivation is a predisposition to behave in a purposive


manner to achieve specifi c, unmet need. Motivasi adalah kecenderungan berperilaku secara
sengaja untuk mencapai kebutuhan spesifi k yang tidak terpenuhi.

2. Owens (1995: 92), Motivation is made up of "all those inner striving conditions described as
wishes, desires, drives, etc...it is an inner state that activates or moves individuals. Motivasi
merupakan kondisi batin yang mencerminkan keinginan, dorongan, yang menggerakkan
individu.

3. Hanson (1996: 195), Motivation often is defi ned as "an inner state that energizes, activates
or moves (hence motivation), and that directs or channels behavior toward goals. Motivasi
sering didefi nisikan sebagai "keadaan batin yang memberi energi, menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku menuju tujuah.

15
4. Hoy dan Miskel (1987: 176), Motivation is defi ned as the complex forces, drives, needs,
tension states, or other mechanisms that start and maintain voluntary activity towaed the
achievement of personal goals. Motivasi merupakan kekuatan yang kompleks, dorongan,
kebutuhan, keadaan ketegangan, atau mekanisme lain yang memulai dan mempertahankan
kegiatan secara sukarela untuk pencapaian tujuan pribadi.

5. Pole (1987: 15), Motivation is concerned with personal energy directed toward the
achievement of particular goal. Motivasi berkaitan dengan enerji seseorang yang diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu.

tujuan motivasi adalah untuk menumbuhkan, memelihara, dan menggerakkan semangat


kerja sumberdaya manusia, agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien. Oleh
karena itu, Daniel Katz dan Robert Kahn (dalam Hanson, 1996: 193), menyarankan tentang
teknik memotivasi yang efektif, yaitu, pertama, organisasi harus dapat membuat orang tertarik.
Kedua, Orang harus diajak untuk melakukan tugas-tugas organisasi secara sadar dan efektif.
Ketiga, Orang harus dirangsang untuk terlibat degan aktivitas-aktivitas yang berhubungan kerja
yang inovatif dan kreatif, sehingga dapat menyelesaikan masalah secara efektif dan efesien.

BUKU UTAMA 2

Bab 1 : Inofasi manajemen pendidikan : pemikiran, lingkungan,


budaya,dan perilaku.
Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsisten menjadi salah satu faktor
terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang profesional mampu membelajarkan
murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk
menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih
dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan
dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari
segi, jenis maupun isinya. Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan
mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar
kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan
buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru
dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan
dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata
strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek,
1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya
terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

16
Inovasi pendidikan adalah suatu pembaharuan dalam pendidikan baik menyangkut ide,
praktik, metode atau obyek dan secara kualitatif berbeda dari hal-hal yang ada sebelumnya dan
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan dan
memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan saat ini menjadi topik yang tepat untuk
dibicarakan karena berkaitan dengan upaya pemerintah memperbaiki kurikulum pendidikan,
khususnya Pendidikan Dasar dan Menengah dengan memberlakukan Standar Isi Kurikulum.
Inovasi pendidikan dalam bentuk penyiapan kurikulum baru oleh pemerintah termasuk ke dalam
model inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan atau atasan
yang diterapkan kepada bawahan. Menyertai bentuk inovasi ini biasanya timbul berbagai
fenomena yang dampaknya – biasanya- terkena langsung kepada para pengguna kurikulum di
lapangan yang muncul tatkala inovasi tersebut direalisasikan. Fenomena tersebut antara lain:
kendala dan resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, fasilitas, dana,
masyarakat dan sebagainya. Hasil kreasi dari bawah (para praktisi di lapangan) dan
dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Dalam
kaitannya dengan pemberlakuan kurikulum terbaru (Kurikulum 2013), maka inovasi pemerintah
ini akan lebih efektif ketercapaian targetnya apabila disertai dengan sikap progresif para
pelaksana pendidikan di lapangan terutama para guru. Mereka harus terdorong melakukan
inovasi yang dapat meningkatkan kualitas profesionalnya sebagai ujung tombak pengembang
kurikulum di lapangan.

Bab 2 : Aplikasi fungsi manajemen dalam pendidikan


Menurut wikipedia, kata manajemen berasal dari bahasa prancis kuno management, yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan melalui orang lain. Di sini seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang
seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Efektif merujuk pada
tujuan dan hasil guna, sedangkan efisien merujuk pada daya guna, cara, dan lamanya suatu
proses mencapai tujuan tersebut

Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu
tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber-sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, seperti: Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pemberian Komando),
Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan) oleh Henry Fayol; Planning

17
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing
(Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting
(Anggaran) oleh Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Staffing (Penyusunan Pegawai),Directing (Pembinaan Kerja), Controlling (Pengawasan) oleh
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel; George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing,
Actuating & Controlling); dan beberapa ahli manajemen lagi. Namun dalam materi ini akan
memuat fungsi manajemen dalam pendidikan yang meliputi: Planning, Organizing, Leading,
Actuating Dan Controling.

Bab 3 : Manajemen supervisi dalam pendidikan


Perkataan supervise berasal dari bahasa Inggris “supervision”yang terdiri dari perkataan
“super” dan “Vision”. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau
meninjau. Oleh karena itu secara etimologis supervise(supervision) berarti melihat atau meninjau
dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang
memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Sergiovanni (1971)
mengemukakan pernyataan yang berhubungan dengan supervisi sebagai berikut: (1) Supervisi
lebih bersifat proses dari pada peranan, (2) Supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh
personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang
bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka
menyelesaikan tujuan sekolah itu.Menurut Ross L. [1980] ~ Supervisi adalah pelayanan kapada
guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan
kurikulum.Ross L. memandang supervisi sebagai pelayanan kapada guru – guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan.Sedangkan menurut, Mulyasa [2006], supervisi sesungguhnya dapat
dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem
organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, & dapat meningkatkan
obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas.

Purwanto [2002] mengungkapkan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru & pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara
efektif.Secara umum supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan
pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pengajaran dan metode metode mengajar yang lebih baik,dll. Dengan kata lain supervisi adalah

18
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif

Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar


mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak hanya untuk
memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru termasuk di
dalamnyapengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan
mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal
implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran,
prosedur dan teknik evaluasi pengajaran. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya pada
dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan
umum pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan tetapi semua
orang seperti guru-guru, para pegawai, dan kepala sekolah lainnya adalah teman sekerja yang
sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar
mengajar yang baik.

Bab 4 : Manajemen komunikasi dalam pendidikan


Komunikasi dalam suatu organisasi sangatlah penting. Salah satu faktor penentu
suksesnya organisasi adalah komunikasi.Komunikasi yang baik akan memperlancar jalannya
organisasi, sebaliknya jika komunikasi kurang baik dapat menyebabkan macetnya organisasi.
Sebagai contoh dalam suatu sekolah, Jika Kepala sekolah lupa meyampaikan kapan masuk
kembali sekolah setelah libur, maka akan banyak guru atau siswa yang tidak hadir pada awal
permulaan sekolah sehingga aktivitas pembelajaran akan terkendala. Hal demikian menyebabkan
sekolah tidak berfungsi semestinya. Untuk menghindari hal ini maka para pemimpin organisasi
harus memahami dan menyempurnakan kemampuan organisasi sehingga komunikasi dalam
organisasi tersebut menjadi efektif. Efektifnya komunikasi organisasi dalam suatu sekolah akan
membantu pelaksanaan tugas para guru maupun kepala sekolah. Setiap organisasi termasuk
sekolah tidak terhindar dari konflik organisasi. Untuk menghindari dan memecahkan konflik ini
perlu adanya komunkasi yang efektif, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Dengan
adanya komunikasi ini maka diharapkan dapat memaksimalkan segala aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi.

Komunikasi adalah proses individu mengirimkan stimulus yang biasanya dalam bentuk
verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Hovland, Janis dan Kelly, Komunikasi adalah
suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem
dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu
dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan,
mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
Menurut Brent D Ruben, Komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal
dikirimkan, diterima dan diberi arti. Sedangkan William D Seller, Komunikasi adalah pertukaran

19
pesan verbal maupun nonverbal antara sipengirim dan sipenerima pesan untuk mengubah
tingkah laku. Komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari suatu orang
kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa
nonverbal.

Bab 5 : Manajemen kualitas total dalam pendidikan ( manajemen


mutu)
Setiap lembaga mendambakan lembaganya mempunyai mutu yang tinggi dan lebih baik.
Sebab mutu merupakan cerminan dari keberhasilan suatu lembaga. Lembaga yang berhasil sudah
pasti mempunyai mutu. Maka untuk itu mutu suatu hal yang sangat diperhatikan oleh setiap
lembaga. Apa lagi lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan formal mulai dari
lembagapendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas sampai ke perguruan Tinggi tentu memerlukan dan membutuhkan lembaga
pendidikan yang bermutu. Lembaga pendidikan formal yang di dalamnya ada murid, guru,
pegawai dan juga masyarakat (komite), mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama, yaitu
mempunyai lembaga pendidikan formal yang bermutu. Menurut Onisimus Amtu (2011, 118),
mengatakan mutu juga disebut kualitas, mutu atau kualitas adalah ukuran baik buruk suatu
benda, kadar, taraf atau derajat, berupa kepandaian, kecerdasan, kecakapan dan
sebagainya.Sedangkan menurut Edward Sallis dalam Sri Minarti (2011:326), mengatakan bahwa
mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatip .

Dari dua pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa mutu merupakan suatu hal yang
sangat penting, dan mutu juga suatu hal yang berhubungan dengan kualitas suatu lembaga yang
berkaitan dengan ukuran baik atau buruk, prestasi, kecerdasan dan kecakapana. Lembaga
pendidikan yang cakap dan berprestasi itulah yang dinamakan dengan lembaga pendidikan atau
sekolah yang berprestasi.Lembaga pendidikan yang bermutu, akan dikejar dan dicari oleh stake
holder, dan ini suatu hal yang tidak bisa ditawarkan lagi. Sebab seiring dengan kemajuan zaman
dan teknologi yang lebih dikenal dengan masa globalisasi dewasa ini, maka tuntutan pasar sangat
dibutuhkan mutu. Walaupun mutu itu pada awalnya lebih dikenal pada dunia bisnis dan industri.
Dalam dunia bisnis dan industri persaingan mutu sangat tajam dan bahkan persaingan itu sangat
ketat, sebab di dunia bisnis dan industri itu tidak mempunyai mutu, maka secara otomatis akan
ditinggalkan oleh pelanggannya. Oleh itu dalam dunia bisnis tidak kenal waktu dan tempat.
Persaingan yang terjadi di dunia bisnis dan industri tersebut, pelan pelan telah mulai merambah
ke dalam dunia pendidikan, atmosfir itu sudah sangat tampak dan kentara serta sangat dirasakan
seiring dengan kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan itu sendiri. Di mana
masyarakat sudah sangat cerdas dalam memilih dan menentukan pilihan untuk memasukkan
anaknya ke sekolah-sekolah yang mereka pilih. Masyarkat sebagai stake holder sudah pasti
mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihannya. Masyarakat juga tidak mau sembarangan
dalam menentukan pilihannya. Maka untuk itu sudah pasti setiap lembaga pendidikan terutama

20
pendidikan formal harus siap untuk bersaing secara sehat dengan mengutamakan dan
mengedepankan aspek manajemen mutunya.

Manajemen mutu, akan mempunyai peran yang sangat strategis untuk meningkatkan dan
menyiapkan lembaga pendidikan yang berkualitas. Untuk meningkatkan mutunya, maka semua
elemen yang terlibat di lembaga pendidikan tersebut harus saling mendukung, mulai dari guru,
murid dan tenaga kependidikan. Jika tanpa ada kerja sama yang baik maka sangat tidak mungkin
mutu yang baik tidak akan tercapai.

BUKU PENDAMPING 1

Bab 1 : Manajemen sekolah


Secara Ontologis manajemen sekolah dan manajemen pendidikan mempunyai pengertian
yang sama. Masing-masing memiliki persamaan yang sulit untuk dibedakan. Secara khususu
ruang lingkup manajemen pendidikan juga merupkan ruang lingkup bidang garapan manajemen
sekolah. Demikian pula proses kerjanya melalui fungsi yang sama pula. Organisasi sekolah
berjalan karena adanya konsep manajemen yang terstruktur. Manajemen dalam organisasi
sekolah sering disebut dengan manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan diartikan pula
administrasi pendidikan ialah segenap proses penyerahan dan pengintegrasian segala sesuatu,
baik personal, spiritual, maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan
pendidikan (Purwanto,2008).

Musfiqon (2015:41) menyampaikan bahwa Pendekatan pembelajaran secara baik perlu


dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebagimana dalam UU No 20 Tahun 2003 menerangkan
“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang didasarkan pada Pancasila UUD 45 yang berakar
dari nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman.
Nurdyansyah (2016:929) Nurdyansyah (2015: 2) “Proses pembelajaran melibatkan berbagai
pihak, tidak hanya melibatkan pendidik dan siswa. Namun, peran dari bahan ajar juga sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran”. Sebagaimana yang dijelaskan oleh James Jr. (2007;14)
yang memaparkan bahwa manajemen sekolah adalah proses pemberdayaan Sumber Daya
Manusia bagi penyelenggara sekolah secara efektif.Sejalan dengan James, Ali Imron Sauki
(2014:104) secara rijit berpendapat bahwa manajemen pendidikan adalah proses penataan

21
kelembagaan pendidikan, dengan melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia
maupun yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Tujuan pendidikan yang efektif dan efisien adalah tujuan yang bersifat jelas, mengunakan
bahasa-bahasa operasional agar mudah dipahami, penyusunan program harus menyeluruh dan
saling bersinergi dengan program yang lain sehingga saling memberi manfaat yang positif.
Manajemen akan dikatakan bagus apabila manajemen tersebut sejalan dengan konsep dan
program yang telah direncanakKitan mencapai keberhasilan lebih dari 95%. Oleh sebab itu para
pimpinan sekolah yang menjabat sebagai manajer di lingkungan maupun unit masing-masing
perlu mengusahakan manajemen dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati
bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan merupakan komponen
integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.Manajemen
Sekolah bermutu merupakan salah satu model pengelolaan yang memberikan otonomi kepada
madrasah ataukepala sekolah untuk pengambilan Pengambilan Kebijakan partisipatif secara
langsung sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Kota.Pengertian Manajemen Sekolah bermutu terjemahan dari “school-based
management”. Manajemen Sekolah Bermutu merupakan paradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional. Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto menjelaskan bahwa
Manajemen Sekolah Bermutu merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan saat ini
yang lebih menekankan kepada kretifitas dan kemandirian sekolah. Nurcholis mengatakan
Manajemen Sekolah bermutu adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi
pendidikan.

Bab 2 : Mengelola sekolah bermutu


Penerapan Manajemen Sekolah dalam pelaksanaannya harus melibatkan seluruh
pengelola pendidikan di sekolah yaitu kepala sekolah, Pendidik, komite sekolah, tokoh
masyarakat setempatdan bahkan pakar pendidikan harus dilibatkan secara aktif dalam setiap
tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling
memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.Adapun proses
penerapan

Manajemen Sekolah hampir sama dengan MBS dan dapat ditempuh antara lain dengan
langkahlangkah sebagaimana berikut:

a. Kerjasama dengan unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain
Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Kemendikbud/Departemen
Agama, dan instansi yang terkait

22
b. Pemberdayaan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu pemelajaran di
sekolah.

c. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (Pendidik), kepala sekolah,


petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat
kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan
peran serta masyarakat.

d. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah, Pendidik, unsur
komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran.

e. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang dihadapi,
serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan.

f. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk peningkatan
mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, dengan
membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan
pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

Adapun beberapa Faktor Pendukung dalam Keberhasilan sebuah Manajemen Sekolah


bermutu antara lain;

1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baikManajemen sekolah bermutu akan berhasil
apabila didukungoleh orang-orang yang memiliki kemampuan professional kepala sekolah atau
madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikanFaktor dari luar berupa
faktor eksternal akan ikut menentukan keberhasilan Manajemen Sekolah, seperti input peserta
didik sebelumnya, kemampuan dalam membiayai pendidikan, kondisi tingkat pendidikan
orangtua, dan lingkungan masyarakat sekitar, serta tingkat apresiasi dalam mendorong peserta
didik untuk terus belajar.

3. Dukungan pemerintah Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi Manajemen


sekolah terutama bagi sekolah atau madrasah yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif
belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana
pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah menjadi
penentu keberhasilan.

4. Profesionalisme Faktor ini merupakan faktor yang sangat strategis untukmenentukan kinerja
dan mutu sebuah sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah,

23
Pendidik, dan pengawas, akan sulit memaksimalkan programmanajemen sekolah yang bermutu
tinggi serta prestasi peserta didik.

Bab 3 : Aspek manajemen sekolah


Manajemen kepegawaian sangat diperlukan dalam dunia pendidikan dan mendapat
perhatian utama, karena masuk pada jobbing kerja sesuai dengan tuntutan kelembagaan. Jobbing
yang sesuai akan menciptakan dan menumbuhkan kinerja pegawai yang optimal. Namun bila
terjadi kesalahan jobbing, maka akan berpengaruh pada semangat kerja dan mendorong
lemahnya kreativitas dan kinerja. Manajemen kepegawaian membahas pengelolaan sumber daya
manusia pada suatu organisasi, lembaga, perusahaan, maupun instansi. Pada Undang – Undang
No. 8 Tahun 1974 tentang pokok – pokok kepegawaian disebutkan bahwa kepegawaian adalah
suatu yang berhubungan dengan kepentingan pegawai, baik itu kedudukan, kewajiban, hak dan
pembinaan. Manajemen kepegawaian adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengadaan, pengembangan, peningkatan
kompetensi, pengintegrasian dan pengelolaan tenaga kerja yang ditujukan untuk mencapai tujuan
bersama suatu organisasi secara efektif dan efisien. Kepegawaian di suatu lembaga pendidikan
dikategorikan ada dua, yaitu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sekolah merancang program
suatu program pengolahan database dalam suatu sistem kependidikan, sehingga optimalisasi
pendidik dan tenaga kependidikan bisa menunjang proses pembelajaran yang maksimal sesuai
dengan visi misi sekolah. Adapun poin utama yang mendukung hal tersebut disesuaikan dengan
kondisi sekolah, pembagian tugas, mengantisipasi bila terjadi masalah, menentukan sistem
penghargaan serta pengembangan profesi

bagi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan secara adil, transparan dan profesional. Program
pengolahan database kepegawaian yang teintegrasi dengan data data sekolah yang lain, didesain
untuk mendukung :Pendataan pendidik dan tenaga kependidikan secara lengkap dan detail yang
digunakan untuk keperluan jenjang karir, Promosi pendidik dan tenaga kependidikan
berdasarkan prinsip profesionalitas, kemanfaatan dan keadilan. Pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan dikelola secara sistematis dan otomasi dalam suatu sistem sesuai dengan
aspirasi, kebutuhan kurikulum dan sekolah.Penugasan pendidik dan tenaga kependidikan
disesuaikan dengan kebutuhan sesuai kualifikasi dan skala prioritas. Dengan adanya database
kepegawaian baik tenaga administrasi ataupun tenaga fungsional (Pendidik) yang dimiliki suatu
sekolah atau Sekolah, maka efektivitas dan kinerja pegawai bisa dimaksimalkan untuk mencapai
target yang ditetapkan.Di suatu lembaga pendidikan siswa atau peserta didik merupakan unsur
utama suatu proses pendidikan. Pada UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 disebutkan
bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
lewat pembelajaran yang tersedia jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Manajemen siswa
adalah proses kegiatan yang direncanakKitan diimplementasikan secara berkelanjutansupaya
bisa mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Pihak

24
manajemen sekolah menyusun program penilaian hasil belajar peserta didik ditujukan pada
standar penilaian pendidikan yang dilakukan sesuai kalender akademik.

Penilaian hasil belajar dilakspeserta didikan untuk seluruh mata pelajaran dan membuat
catatan keseluruhan. Dari hasil yang diperoleh, bila ada kekurangan maka disusun program
remedial dan dilakukan klarifikasi capaian ketuntatasan yang direncpeserta didikan. Tahap
selanjutnya menyusun laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
dan kelulusan serta dokumentasi.Program penilaian hasil belajar ini hendaknya di evaluasi secara
periodik yang didasarkan data kegagalan/kendala dalam melakaspeserta didikan program
pendidikan. Manajemen sekolah menetapkan standar prosedur penilaian transparansi sistem
evaluasi hasil belajaruntuk penilaian formal yang berkelanjutan. Setiap Pendidik mengembalikan
hasil kerja siswa yang sudah dinilai dan memasukkan data penilaian pada system informasi
manajemen penilaian.

Manajemen keuangan merupakan serangkaian kegiatan lembaga yang terkait dengan


pengelolaan keuangan, menggunakan keuangan, dan menyajikan laporan pertanggungjawaban
untuk mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan bisa dengan
memanfaatkan dari berbagai sumber yang memang harus sesuai dengan prosedur baik yang
berasal dari pemerintah,masyarakat ataupun bantuan operasional sekolaha/Sekolah.

Bab 4 : Model pemebelajaran berbasis ICT


ICT (Information and Communication Technology) atau yang lebih dikenal dengan TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi,
rekayasa dan teknik pengolahan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi
serta penggunaannya, hubungan computer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan social,
ekonomi dan kebudayaan [British Advisory Council for applied Research and Development:
Report on Information Technology; H.M. Stationery Office. 1980]

Pengertian lainnya diungkapkan oleh beberapa orang ahli (Abdul Kadir,2003:13) antara
lain dalam kamus Oxford dituliskan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau
penggunaan peralatan elektronika terutama computer, untuk menyimpan, menganalisis dan
mendistribusikan informasi apa saja,termasuk kata-kata, bilangan dan gambar.Dengan begitu,
TIK/ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,

25
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung
pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media.Dalam menghadirkan fungsi teknologi asas praktis, efektif
dan efisien menjadi acuan utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah
beban materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya. Namun rasanya hal ini
tidak akan terjadi di era informasi ini. Di mana perangkat komunikasi nirkabel sudah merambah
sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus digunakan sebaik-baiknya dengan
pengelolaan yang tepat.

Prinsip umum penggunaan teknologi, dalam hal ini ICT adalah sebagai berikut :

1. Efektif dan efisien. Penggunaan ICT harus memperhatikan manfaat dari teknologi ini dalam
hal mengefektifkan belajar, meliputi pemerolehan ilmu, kemudahan dan keterjangkauan, baik
waktu maupun biaya.

2. Optimal. Dengan menggunakan ICT, paling tidak pembelajaran menjadi bernilai “lebih”
daripada tanpa menggunakannya. Nilai lebih yang diberikan ICT adalah keluasan cakupan,
kekinian (up to date), kemodernan dan keterbukaan.

3. Menarik. Artinya dalam prinsip ini, pembelajaran dikelas akan lebih menarik dan memancing
keingintahuan yang lebih. Pembelajaran yang tidak menarik dan memancing keingintahuan yang
lebih akan berjalan membosankan dan kontra produktif untuk pembelajaran.

4. Merangsang daya kratifitas berpikir pelajar. Dengan menggunakan ICT tentu saja diharapkan
pelajar mampu menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal yang terdapat didalam diri
mereka. Seorang anak yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya berbeda dengan pelajar yang
mempunyai kreativitas rendah. Pelajar yang mempunyai kreativitas tinggi tentunya akan
mampumenyelesaikan permasalahan dengan cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang
muncul. Begitu pula sebaliknya dengan pelajar yang berkreativitas rendah

Kelebihan dari pembelajaran berbasis ICT :

1. Melaui ICT, gambar-gambar dapat lebih mudah digunakan dalam proses mengajar dan
memperbaiki daya ingat dari para murid

2. Melalui ICT, para pengajar dapat dengan mudah menjelaskan instruksi-instruksi yang rumit
dan memastikan pemahaman dari para murid

3. Melalui ICT, para pengajar dapat membuat kelas interaktif dan membuat proses
belajarmengajar lebih menyenangkan, yang dapat memperbaiki tingkat kehadiran dan juga
konsentrasi dari para peserta didik

26
Kekurangan dari pembelajaran berbasi ICT :

a. Permasalahan dalam pengaturan dan pengoprasian dari alat tersebut

b. Terlalu mahal untuk dimiliki

c. Kesulitan untuk para pengajar dengan pengalaman yang sangat minim dalam penggunaan alat
ICT

d. Sering terjadi penyalahgunaan teknologiBab 4 : Model pembelajaran bebasis ICT.

Bab 5 : Implementasi sistem informasi manajemen sekolah


Secara umum sistem bisa difahami dua pendekatan, yaitu dilihat dari pendekatan sistem
yang menekankan pada prosedurnya dan pendekatan sistem yang menekankan pada
elemen/komponennya.Sistem dilihat dari prosedurnya menurut Jerry FitzGerald, Ardra F.
FitzGerald dan Warren D. Stallings, Jr sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu susunan sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2001).Berdasarkan pada
elemen/komponennya sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan teretentu (Jogiyanto, 2001). Jadi Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen
yang berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ciri utama
dari sebuah sistem adalah berorentasi untuk mencapai tujuan. Tujuan itu dapat disebut
menciptakan nilai dengan mengkombinasikan sumber daya dengan cara-cara tertentu. Tiap
sistem sebenarnya mempunyai tujuan gKita, namun salah satu biasanya dijadikan prioritas utama
sehingga perlu untuk menentukan urutan prioritas. Pentingnya menentukan prioritas, salain
banyaknya tujuan kadang-kadang tujuan-tujuan tersebut dapat saling bertentangan.Sesuatu baru
dapat disebut sistem, jika memunyai sifat atau karakteristik tertentu, yaitu :

1. Mempunyai elemen-elemen (elements)

2. Mempunyai batas (boundary)

3. Mempunyai lingkukunganluar (envirounments)

4. Mempunyai penghubung (interface)

5. Mempunyai masukkan (input)

6. Mempunyai keuaran (output)

7. Mempunyai pengolah (process)

8. Mempunyai sasaran (obyectives) atau tujuan (goal)

27
BUKU PENDAMPING 2

Bab 1 : Konsep dasar manajemen


Dalam memberikan pengertian manajemen, penulis menggunakan dua pendekatan yang
lazim digunakan, yaitu pengertian secara etimologi dan pengertian secara terminologi.
Etimologi merupakan ilmu ketatabahasaan yang menekankan pada arti sesungguhnya yang
terkandung dalam suatu kata berdasarkan asal mula atau asal usulnya yang disepakati oleh
masyarakat dalam tatanan sistem politik tertentu. Artinya, suatu kata apabila dipandang dari sisi
etimologinya, pasti hanya memiliki satu arti, kecuali sudah mengalami perubahan dalam struktur
kata, maka secara otomatis akan mengalami pergeseran arti dari yang seharusnya terkandung.
Sebagianahli menggunakan istilah “pengertian secara bahasa” untuk menyebut pengertian secara
etimologi. Selanjutnya terminologi dipandang sebagai kata yang digunakan untuk
mengistilahkan satu kata atau lebih yang sudah mengalami pergeseran arti dari arti sesungguhnya
yang digunakan oleh tatanan masyarakat dalam sistem politik tertentu. Oleh karena itu,pendapat
lain menggunakan istilah “pengertian secara istilahi” untuk menyebut pengertian secara
terminologi. Agar lebih memahami dua pendekatan (etimologi dan terminologi) ini, penulis
memberikan contoh sederhana dengan kata “sawah”, dimana arti sesungguhnya yang
terkandungdalam kata tersebut merupakan sepetak tanah dataran rendah tempat bercocok tanam
seperti padi dan sejenisnya. Arti tersebut merupakan arti asal mulanya yang disepakati untuk
digunakan oleh masyarakat dalam suatu tatanan politik tertentu, yang selanjutnya disebut
pengertian secara etimologi. Pada perkembangannya, kata “sawah” mengalami perubahan
struktur kata seperti “persawahan”, yang secara otomatis juga mengalami pergeseran dari arti
yang sesungguhnya. Kata “persawahan” merupakan suatu wilayah yang di dalamnya terdapat
banyak sawah. Arti tersebut sudah mengalami pergeseran dari arti asal mulanya, yang
selanjutnya disebut pengertian secara terminologi.

Menurut Usmankata “manajemen” berasal dari bahasa latin “manus” yang berarti
“tangan” dan “agere” yang berarti “melakukan”. Dari dua kata tersebut dengan arti masing-
masing yang terkandung di dalamnya merupakan arti secara etimologi. Selanjutnya kata
“manus” dan “agere” digabung menjadi satu kesatuan kata kerja “managere” yang mengandung
arti “menangani”. Pengertian ini dalam ilmu ketatabahasaan disebut sebagaipengertian secara
terminologi. “Managere” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja
menjadi “to manage” dengan kata benda “management”. Julukan bagi orang yang melakukan
kegiatan managenent disebut manager atau manajer (dalam bahasa Indonesia). sedangkan dalam
bahasa Prancis disebut “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Kata
“management” dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi manajemen, yang mengandung
arti “pengelolaan”.

28
Bab 2 : Perekembangan manajemen
Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkembang sekitar abad ke-19.
Pada saat itu mulai ada tulisan-tulisan mengenai manajemen, seperti tulisan John Robert
Beishline yang berusaha memecahkan permasalahan-permasalahan manajemen. Dalam hal
tersebut, John Robert Beishline mengelompokkan manajemen menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Manajemen konvensional,Manajemen konvensional sering juga disebut oleh sebagian ahli


dengan manajemen tradisional, karena lebih mendasarkan pada tradisi-tradisi atau hal-hal yang
dilakukan sebelum-sebelumnya dalam pengambilan keputusan organisasi. Dalam manajemen
golongan ini, seorang manajer memiliki peran sangat penting dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, dan pencapaian tujuan organisasi. Namun demikian, kelemahan dari
manajemen golongan ini adalah manajer bertindak kurang efisien dan efektif.

2. Manajemen sistematis, Manajemen sistematis merupakan suatu langkah yang diterapkan


menuju manajemen berdasarkan ilmu. Di dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi
organisasi, seorang manajer bertindak berdasarkan pengalaman pribadinya dan pengalaman
orang lain. Artinya, apa yang telah dilakukan dirinya dan orang lain sebelumnya dalam
pemecahan masalah dan menuai hasil yang maksimal, ia jadikan pedoman dan diterapkan untuk
menyelesaikan masalah selanjutnya.

3. Manajemen secara ilmu, Manajemen secara ilmu merupakan manajemen yang menetapkan

dengan seksama persoalan-persoalan yang dihadapi, membuat suatu ukuran sebagai pedoman
untuk bekerja, mengumpulkan bahan-bahan untuk mencapai cara pemecahan suatu masalah
dalam sementara waktu, serta memeriksa kembali cara pemecahan tersebut sebelum
dilaksanakan. dengan demikian, berdasarkan argumentasi tersebut, manajemen secara ilmu
dipandang sebagai suatu cara yang berupa pengamatan dan analisis yang logis, yang menuju
pada suatu rencana yang efektif. Di dalam ilmu manajemen dikenal tiga aliran yang masing-
masing berusaha membantu manajer untuk memahami dan memimpin perusahaan atau
organisasi, serta mengatasi masalah-masalahnya. Tiga aliran dalam manajemen tersebut,
adalah :

1).Aliran Klasik (Classical School), dimana aliran ini dalam perkembangannya mempunyai dua
cabang, yaitu Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dan teori Organisasi Klasik (Classical
Organization Theory); 2) Aliran Perilaku (Behavioral School); dan 3) Aliran Ilmu Manajemen
(Management Science School). Dalam ilmu manajemen juga telah dikembangkan dua
pendekatan yang berupaya mengintegrasikan ketiga aliran di atas, yaitu: (a) Pendekatan Sistem
(Systems Approach); dan (b) Pendekatan Kontingensi (Contingency Approach).

Bab 3 : Perencanaan dalam manajemen

29
Menurut Athoillah2 dari pendapat Kristiadi (1995), bahwa perencanaan (planning)
memiliki berbagai jenis sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. Jenis-jenis perencanaan
tersebut diantaranya, adalah:

1. Berdasarkan penggunaannya, yaitu:

a) Single use planning, yaitu perencanaan yang dimaksudkan untuk satu kali pelaksanaan.
Artinya, rencana yang disusun hanya digunakan pada satu pelaksanaan saja dan setelah
pelaksanaan dianggap selesai, maka perencanaan tersebut dengan sendirinya menjadi tidak ada.
Perencanaan jenis ini seperti rencana yang digunakan untuk kepanitiaan suatu kegiatan tertentu.

b) Repeats planning, yaitu perencanaan yang digunakan dalam pelaksanaan yang berulang-ulang.
Artinya tidak hanya digunakan hanya pada satu pelaksanaan, sehingga perencanaan ini bersifat
permanen.

2. Berdasarkan prosesnya, yaitu:

a) Policy planning (merupakan kebijakan), yaitu perencanaan yang hanya berisi kebijakan tanpa
dilengkapi dengan teknis pelaksanaannya secara teratur. Perencanaan jenis ini seperti
perencanaan yang berkaitan dengan garis-garis besar suatu organisasi atau suatu negara.

b) Program palnning, yaitu perencanaan yang merupakan penjelasan dan perincian policy
planning. Program planning dibuat oleh badan badan khusus yang memiliki wenanang untuk
melaksanakan policy planning, seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas). Program planning memuat beberapa unsur, diantaranya:

1) Ikhtisar mengenai tugas yang akan dikerjakan;

2) Sumber dan bahan yang dapat digunakan;

3) Biaya, personalia, situasi, dan kondisi pekerjaan;

4) Prosedur kerja yang harus dipatuhi;

5) Struktur organisasi kerja, dan sebagainya.

c) Operational planning (perencanaan kerja), yaitu perencanaan yang memuat cara-cara


melakukan pekerjaan tertentu agar lebih maksimal dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan dengan daya guna yang lebih tinggi (efektif-efisien). Oprational planning memuat
beberapa unsur, yaitu:

1) Analisis program planning;

2) Penetapan prosedur kerja;

30
3) Metode-metode kerja; dan

4) Menentukan tenaga pelasana.

3. Berdasarkan jangka waktunya, yaitu:

a) Long range planning (LRP), yaitu perencanaan yang dalam pelaksanaannya membutuhkan
waktu cukup lama, biasanya hingga sepuluh tahun. Perencanaan ini disebut juga dengan rencana
jangka panjang.

b) Intermediate planning (IP), yaitu perencanaan jangka menengah, dalam pelaksanaannya


biasanya membutuhkan waktu lima tahun.

c) Short range planning (SRP), yaitu perencanaan yang dalam pelaksanaannya pada umumnya
membutuhkan waktu kurang dari setahun. Perencanaan ini biasanya dipersiapkan dengan
tergesa-gesa karena pelaksanaannya bersifat tiba-tiba dan waktu yang ada sangat sempit.

4. Berdasarkan wilayah pelaksanaannya, yaitu:

a) Rural planning, yaitu perencanaan pedesaan;

b) City planning, yaitu perencanaan perkotaan;

c) Regional planning, yaitu perencanaan tingkat daerah kabupaten atau kota;

d) National planning, yaitu suatu perencanaan tingkat nasional (negara) yang mencakup segenap
wilayah suatu negara.

5. Berdasarkan materinya, yaitu:

a) Personnel planning, adalah suatu perencanaan mengenai masalahmasalah yang berkenaan


dengan pegawai atau personal dalam suatu organisasi. Dalam perencanaan jenis ini, segala
masalah yang ada dan menyangkut pegawai dikaji dan dibahas secara rinci.

b) Financial planning, yaitu perencanaan mengenai pembiayaan secara komprehensif dari suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

c) Industrial planning, yaitu perencanaan yang menyangkut aktivitas industri yang bertujuan
agar terhindar dari berbagai hambatan dalam pencapaian tujuan.

d) Educational planning, yaitu perencanaan yang menyangkut kegiatan pendidikan.

6. Berdasarkan keumuman dan kekhususannya, yaitu:

a) General plans (rencana umum), yaitu perencanaan yang dibuat hanya mengenai garis-garis
besar dari suatu kegiatan yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan.

31
b) Special planning (rencana khusus), yaitu perencanaan yang dibuat secara mendetail dan
terperinci untuk pekerjaan tertentu.

c) Overall planning (rencana keseluruhan), yaitu perencanaan yang memberikan pola secara
keseluruhan dari pekerjaan yang harus dilaksanakan.

Bab 5 : Organisasi dan pengorganisasian


Organisasi berasal dari bahasan Yunani “organon” yang berarti “alat” atau “sarana”.
Mendasarkan pada pengertian tersebut, penganut aliran ini mengatakan bahwa organisasi
merupakan sarana (means) untuk mencapai suatu sasaran (ends). Daft (2010) mengemukakan
pendapat bahwa organisasi merupakan sekumpulan (social entities) yang memiliki suatu tujuan
serta dirancang secara sengaja untuk beraktivitas yang dikoordinasikan secara sistematis serta
terbuka dan terkait dengan lingkungan eksternal. Robbins (2011) menyatakan bahwa organisasi
dipandang sebagai kumpulan entitas sosial yang secara sadar terkoordinasi dalam batasan-
batasan yang relatif jelas serta secara bersama-sama dalam batas waktu tertentu dan terus
menerus berupaya mencapai suatu sasaran.Budihardjo menambahkan bahwa semua organisasi
memiliki visi, misi dan sasaran yang ingin dicapai. Sasaran tersebut kemudian lazim dikenal
sebagai keefektifan organisasi (organizational effectiveness). Dalam konteks organisasi, yang
perlu diperhatikan agar sasaran tercapai secara maksimal adalah harus terukur. Artinya, dalam
merumuskan sasaran dari sebuah organisasi, harus melihat kemampuan yang dimiliki dan
mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, apakah sasaran tersebut nantinya akan dapat
dicapai atau hanya akan menjadi slogan saja. Karena kemampuan dan berbagai faktor yang
mempengaruhi suatu organisasi berbeda, maka tentunya setiap organisasi juga mempunyai
sasaran yang berbeda.

Bab 6 :Pemimpin dan kepmimpinan


Suatu organisasi atau perusahaan dimanapun berada, tentunya memiliki pemimpin
dengan berbagai sebutannya, seperti ketua, ketua umum, manajer, koordinator, dan lain
sebaginya. Seorang pemimpin berfungsi menjalankan aktivitas berkaitan dengan wewenang dan
tanggung jawabnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin merupakan julukan yang
melakat pada subjek atau orangnya, sedangkan kepemimpinan merupakan aktivitas yang dijalan
seorang pemimpin hubungannya dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kartono1
mengatakan dalam kompleksitas masyarakat yang demikian, manusia harus hidup bersama-sama
dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin dan tidak
bisa hidup menyendiri. Maka demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan dan untuk
mempertahankan hidup bersama, diperlukan bentuk kerja kooperatif. Semua kegiatan kooperatif
dan karya budaya (aktivitas membuat budaya) itu perlu diatur dan perlu dipimpin.

32
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia, yaitu chubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan serta cketaatan para pengikut/bawahan
karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari
pemimpinnya, dan cbangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.
Pandangan yang dikemukan oleh Kartono di atas, tidak jauh berbeda cdengan pandangan
Athoillah, bahwa seorang pemimpin harus memiliki kelebihan yang memungkinkan mengatur
dan mengarahkan bawahannya. Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya
sikap taat dari cseluruh bawahannya. Artinya, apabila seorang pemimpin tidak memiliki
kemampuan yang lebih (termasuk kewibawaan, ketegasan, dan pengetahuan) cdari pada
bawahannya, maka yang akan terjadi adalah ketidaktaatan dan cketidakpatuhan bawahan
terhadap pemimpin tersebut.

Dengan demikian, kepemimpinan sebenarnya berkaitan erat dengan keterampilan dan


keahliancbagaimana menggerakkan orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pemimpin. Seperti dikutip Athoillah dari pendapat Thoha (1995), bahwa
pemimpin (leader) adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan
jalannya suatu organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku unsurunsur yang terdapat dalam
kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab
utama bagi semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Sedangkan kepemimpinan
(leadership) adalah sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya.
Sifat pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh
pelaksanaan wewenang yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi,
kepemimpinan (leadership) lebih bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe
tertentu. Kepemimpinan (leadership) juga dipandang sebagai aplikasi dari keterampilan
mengelola orang lain sebagai bawahannya, mengelola sumberdaya manusia dan sumber daya
organisasi secara umum. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki managerial skill yang
akan memberikan pengaruh terhadap kekuasaan yang dimilikinya. Dari pandangan tersebut,
dapat dikatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan
seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak
sesuai yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Memimpin adalah
mengerjakan niat demi tujuan tertentu, tetapi dilaksanakan oleh orang yang dipimpin. Orang
yang dipimpin adalah diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara
formal maupun non formal.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan
 Menurut saya pembahasan dai buku tersebut mudah di mengerti dan mudah di pahami
oeh sang pembaca apabila sang pembasa teliti.

33
 Penulis menyusun daftar pustaka dengan baik sehingga pembaca dapat pengetahui
rujukan dari buku dan dapat lebih di pahami dan mencari informasi buku tersebut.
 Memberi penjelasan yang lengkap.
 Cover bukunya bagus sehingga orang orang tertarik membabacanya

Kekurangan
 Pembahasa dari buku tersebut kadang di buat berbelit-belit sehingga bila kita tidak
mencermatinya susah untu di mengerti
 Kurangnya contoh-contoh yang di buat agar dari contoh tersebut seseorang lebih
gampang di mengerti.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Baik buku utama maupun buku pembanding sama – sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Baik itu di dalam pemaparan materi maupun didalam kelengkapan buku itu
sendiri. Namun secara umum buku ini sangatlah bermanfaat bila kita ingin mengkaji
tentang pendidikan formal, non formal(terutama pendidikan seumur hidup).

34
B. SARAN
Buku ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan untuk memahami konsep dan
penerapan paud ,tetapi ada baiknya kedua buku ini lebih diperbanyak dibagian aspek
pendukung nya seperti tabel,diagram.dan masih banyak lagi sebagai panduan untuk
memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam kedua buku ini.

DAFTAR PUSTAKA
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, (Jogjakarta: Arruz Media, 2012), hal. 26.

Pidarta. M. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rivai, V. 2002. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafi ndo Persada

Syafaruddin, Manajemen Lembaga pendidikan, Ciputat: Penerbit Quantum Teaching, 2005.

Adi, Rianto. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.Alam. S. 2007. Ekonomi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Arifin, Imamul & Giana Hadi W. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Athoillah, H.M. Anton. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik.Yogyakarta: Penerbit Erlangga. h. 4.

Bateman, Thomas S. dan Scott A. Snell. 2008. Manajemen Kepemimpinan dan Kolaborasi Dalam Dunia
Yang Kompetitif. Edisi Ketujuh

35

Anda mungkin juga menyukai