Anda di halaman 1dari 12

sumber sumber hukum Islam : pengertian al Qur’an, kandungan al Qur’an,

karakter lafal-lafal al Qur’an dan contoh ayat-ayat

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

Ushul fiqh

Disusun oleh : kelompok 6

Tania Cahyani (2110401013)

Muhammad hazlin (2110401032)

Dosen Pengampu :
YUDESMAN, S.Ag, M.Ag

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam .................................................................................... 3
2.2 Sumber-sumber Hukum Islam ......................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama
agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-orang
yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil
amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak
Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri.
Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al
Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang
memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi kalian
dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada
keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih
menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.

1
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk
mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka ajaran
mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber hukum islam?

2. Bagaimana kedudukan sumber hukum islam itu?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk lebih
memahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi
penambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu. Selain itu
penulisan makalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam (PAI).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam

Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak menetapkannya. Sedangkan
menurut istilah ahli usul fiqh, hukum adalah perintah Allah SWT yang menuntut mukalaf
untuk memilih atau mengerjakan dan tidak mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai
sebab, syarat atau penghalang bagi adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah. Maksud
sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata.

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam. Dalam
konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Yang diatur tidak
hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri dan
benda serta alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan.

Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan
atau pedoman syari’at islam. Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama
hukum Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R.
Baihaqi).

Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur
perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah
tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan hukum yang lima yakni; jaiz
atau mubah, sunat, makruh, wajib, dan haram.

Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami
beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam pembahasan kerangka dasar
agama islam disebutkan bahwa komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri dari
dua bagian yakni ibadah dan mu’amalah.

3
2.2 Sumber-sumber Hukum Islam

A. Al Qur’an

1. Pengertian Al Qur’an

Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul
dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang
diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Alquran berisi perintah dan larangan, ayat yang pertama turun di gua hira pada
permulaan Muhammad diangkat menjadi rasul dengan surah al-‘alaq. Sedangkan ayat yang
terakhir turun adalah surah al-maa’idah ayat 3.

Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 324.345 huruf. Menurut turunnya,
wahyu dapat dibagi dua bagian, yaitu: wahyu (surah) yang turun di mekah disebut makkiyah,
dan wahyu (surah) yang turun di madinah disebut madaniyah.

2. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber islam

Allah SWT. Menurunkan Al-Qur’an itu, gunanya untuk dijadikan dasar hukum, dan
disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala perintahnya dan ditinggalkan
segala larangannya, sebagaimana firman Allah
Artinya :
“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat 43)

Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an juga
membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung
dalam sebagian ayat-ayatnya.

4
Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan
hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka dilakukan penyelesainnya
terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan apabila menggunakan sumber hukum
lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak boleh menyalahi
apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.
3. Pokok-pokok isi Al Qur’an

Isi pokok Al Qur’an adalah :

a) Tauhid

b) Ibadah

c) Janji dan ancaman

d) Sejarah

4. Hukum yang terkandung dalam Al Qur’an

Menurut Abdul Wahab Khallaf hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran ada
tiga macam, yaitu:
1. Hukum Islam I'tiqadiyah, yakni tingkah laku yang berhubungan dengan orang
mukallaf untuk mempercayai Allah, Malaikat-malaikatnya, Kitab-kitabNya, Rasul-
rasulNya dan hari pembalasan (hari kemudian).
2. Hukum Islam akhlakiyah, yakni hukum-hukum yang berhubungan dengan akhlak
(budi pekerti), berupa keutamaan dan menjauhkannya dari kehinaan.
3. Hukum Islam Amaliyah, yakni kontrak (aqad) dan pembelanjaan. Hukum islam
amaliyah ini terbagi atas dua cabang hukum, yakni hukum-hukum ibadah, seperti
zakat, puasa, nazar dan sebagainya yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya; dan hukum-hukum muamalah, seperti, jinayat, hukuman dan sebagainya,
yang mengatur hubungan perseorangan, kelompok maupun antar bangsa.

Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan
menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal
yang berhubungan dengan muamalah manusia yakni :

5
a) Hukum Badan Pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai dari
pemulaan berdirinya. contohnya: mengatur hubungan anak dengan orang tua,
suami istri, dan kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al Qur’an sekitar
70 ayat.

b) Hukum Perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara perorangan


,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-
menggadai, pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an ada 70 ayat.

c) Hukum Pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat.

d) Hukum Acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan


sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat

e) Hukum Ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan


dan dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 13 ayat .

f) Hukum Internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah


hubungan antar negara-negara islam dengan bukan negara islam,dan tata cara
pergaulan selain muslim di negara islam. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.

g) Hukum Ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya.
Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 10 ayat.

B. As-Sunah atau Hadits

1. Pengertian

As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau tuntunan, baik yang terpuji maupun yang
tercela.

As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’
(pensyari’atan) bagi ummat Islam.

Adapun hadits menurut bahasa ialah sesuatu yang baru.

6
Secara istilah sama dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama.

2. Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam


Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan
ajaran Islam, al-Hadits mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai
kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang
perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam,
yakni sebagai berikut :
a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan
oleh Nabi.
b. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara
rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabi lah yang menyebut sambil mencontohkan
jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas
bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara
dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

3. Pembagian Hadits
a. Hadits Qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri’, sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam :

‫من حسن إسالم المرء تركه مااليعنيه‬

“Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat
baginya.” HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ibnu Hibban

b. Hadits Fi’li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu’, shalat, haji,
dan selainnya.

7
Contoh:

‫ أن النبي صلى هللا عليه وسلم كان يخلل لحيته‬:‫عن عثمان بن عفان‬

“Dari ‘Utsman bin ‘Affan bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (apabila
berwudhu’), beliau menyela-nyela jenggotnya.” HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah

c. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak
mengingkarinya.

Contoh:

‫ يا بالل! حدثني بأرجى عمل عملته في اإلسالم‬:‫قال النبي صلي هللا عليه وسلم لبالل عند صالة الصبح‬
‫ ما عملت عمال أرجى عندي أني لم أتطهر طهورا في‬:‫ قال‬،‫فإني سمعت دف نعليك بين يدي في الجنة‬
‫ساعة من ليل أو نهار إال صليت بذلك الطهور ما كتب لي أن أصلي‬

“Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal setelah selesai shalat Shubuh,
‘Wahai Bilal, kabarkanlah kepadaku sebaik-baik amalan yang telah engkau kerjakan
dalam Islam, karena aku telah mendengar suara terompahmu di dekatku di Surga?’ Ia
menjawab, ‘Sebaik-baik amal yang aku kerjakan ialah, bahwa setiap kali aku berwudhu’
siang atau malam mesti dengan wudhu’ itu aku shalat (sunnah) beberapa raka’at yang
dapat aku laksanakan.’” HR. Al-Bukhari dan Muslim

Atau kisah dua Shahabat yang melakukan safar, keduanya tidak menemukan air (untuk
wudhu’) sedangkan waktu shalat sudah tiba, lalu keduanya bertayammum dan mengerjakan
shalat, kemudian setelah selesai shalat mereka menemukan air sedang waktu shalat masih
ada, maka salah seorang dari keduanya mengulangi wudhu’ dan shalatnya, kemudian
keduanya mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian
itu. Lalu beliau bersabda kepada Shahabat yang tidak mengulangi shalatnya, “Engkau telah
berbuat sesuai dengan Sunnah.” Dan kepada yang lain (Shahabat yang mengulangi
shalatnya), beliau bersabda, “Engkau mendapatkan dua ganjaran.” HR. Abu Daud dan An
Nasa’i.

Di antara makna Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagaimana yang
difahami oleh para Shahabat dan Salafush Shalih Ridhwanullaah ‘alaihim ajma’iin adalah
sebagai sumber kedua setelah Al-Qur-anul Karim
8
membangkang kepadaku maka dia telah membangkang kepada Allah, barangsiapa yang
mentaati amir (pemimpin)ku, maka dia taat kepadaku, dan barangsiapa yang membangkang
kepada pemimpinku maka dia telah membangkang kepadaku.” HR. Ibnu Majah
Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-Qur'an dan
as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam
menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau
kurang jelas hukumnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulkan makalah ini adalah bahwa sumber-sumber hukum islam yang disepakati
adalah Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’.

3.2 Saran

Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari
sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajari sesuai dengan al-
qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadits).

9
DAFTAR PUSTAKA

- Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. HUKUM ISLAM. Jakarta: Rajawali Pers.

- Abdul Wahhab Khallaf, Prof.Dr. 2000. KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

- M.Arifin Hamid, (2011). HUKUM ISlAM Perspektif Keindonesiaan (Sebuah Pengantar


dalam Memahami Realitasnya di Indonesia).PT.UMITOHA GRAFIKA : Makassar.
- Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 2, Hal. 345.

- Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, MULIA DENGAN MANHAJ SALAF, Bogor: Pustaka At
Taqwa.

Anda mungkin juga menyukai