Anda di halaman 1dari 7

Nama : Jesica Vivian Simanullang

NIM : 19.01.1770

Tingkat/Jurusan : IIIA/Teologi

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen Pengampu : Pardomuan Munthe M.Th

Kontraversi Ajaran Keselamatan

(Manusia-Dosa-Allah-Keselamatan)

a. Kontraversi Yesus Dengan Tua-tua Yahudi


b. Kontraversi Paulus Dengan Yudaisme Kristen
I. Pendahuluan

Sebagai umat Kristiani kita pasti membutuhkan keselamatan yang dari pada
Tuhan, keselamatan bisa disebut sebagai penerapan atau anugrah dari Kristus untuk
kehidupan manusia. Dalam sajian kali ini kita akan membahas tentang ajaran
keselamatan yaitu kontraversi Yesus dengan Tua-tua Yahudi dan Kontraversi Paulus
dengan Yudaisme Kristen. Semoga melalui sajian ini kita boleh lebih mengetahui apa itu
keselamatan dan kontraversi yang akan lebih memperjelas mengenai keselamatan ini.
Terimakasih.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Kontraversi

Kontroversi berarti perdebatan, persengketaan dan pertentangan. Dalam hal ini


yang digunakan adalah pertentangan yaitu pertentangan pendapat antara seseorang atau
suatu kelompok terhadap orang lain atau kelompok lain. Kontroversi dalam hal ini bisa
diartikan juga adanya pemahaman yang berbeda terhadap sesuatu hal.1 Kontraversi
dapat tertuju pada suatu pandangan, pikiran, keyakinan, atau rencana yang
dikemukakan oleh seseorang atau kelompok lain.2

II.2. Pengertian Keselamatan Menurut Alkitab

1
…, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 896.
2
Sriyana, Antropologi Sosial Budaya, (Lakeisha, 2020), 504.
Dari sudut pandangan Allah, keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam
membawa manusia keluar keluar hukuman menuju pembenaran, dari kematian menuju
kehidupan kekal, dari musuh mejadi anak. Dari sudut pandangan manusia, keselamatan
mencakup segala berkat yang berada dalam Kristus, yang bisa diperoleh dalam kehidupan
sekarang maupun yang akan datang. 3 Keselamatan juga berarti diselamatkan dari malapetaka
yang paling fatal yaitu hukuman pada penghakiman Allah. 4

II.3. Ajaran Keselamatan Menurut Yesus

Alkitab mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui


pribadi dan Karya PutraNya (Yoh.3:16). Sang Putra telah diutus untuk menjadi
manusia, mati ganti kita, bangkit kembali dari antara orang mati. naik kepada Allah
Bapa, menerima kedudukan yang berkuasa di sebelah kanan Allah, dan menghadap
Allah atas nama orang percaya.5

Pengajaran Yesus bertentangan dengan pengajaran pemimpin Yahudi yang


berpusat pada huruf hukum-hukum yakni Hukum Taurat. Perhatian Yesus adalah
penafsiran Perjanjian Lama dengan sebenar-benarnya sebagai pedoman untuk
mengenal kehendak Allah bukan untuk menguatkan suatu sistem peraturan buat
manusia.6 Nama Yesus sendiri berarti Yahweh menolong, yang sesungguhnya dalam
Dia Allah sendiri mendatangi manusia dengan pertolongan dan keselamatan dari
padaNya.7 Kematian Kristus bukan hanya berkaitan dengan manusia dan dosanya,
melainkan juga menyangkut Allah, dan hal ini disebut dengan istilah hendak
mendamaikan. Melalui kematian Kristus, keadilan dan karunia Ilahi telah
menampakkan wujud yang sempurna.8

Sejak semula Allah memberikan janjiNya kepada orang yang berdosa. Dari
antara umat manusia yang berdosa itu kemudia memperoleh keselamatan (Kejadian
12:1-3). Sebagai tanda adanya perjanjian Allah dengan Abraham ditetapkan sunat (Kej
17:1-14). Perjanjian Allah dengan Abraham diperbaharui di Gunung Sinai (Keluaran
19) yaitu dengan adanya Hukum Taurat. Apa yang dijanjikan Allah dalam perjanjian

3
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2 (Yogyakarta: ANDI, 2010), 15.
4
R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: SAAT, 2002), 212.
5
Henry C.Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang : Gandum Mas, 1993), 307
6
R. T. France, Yesus Sang Radikal, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1998), 94.
7
G. C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 188.
8
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2 (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002), 175.
dengan Abraham dan keturunanya dipenuhi dalam kedatangan dan pekerjaan Yesus
Kristus.9

II.4. Ajaran Keselamatan Menurut Tua-tua Yahudi

Orang Yahudi memaknai keselamatan yaitu hidup dalam persekutuan dengan


Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan itu adalah hidup menurut isi Perjanjian itu. Orang
yang taat dan setia memegang Perjanjian, itulah yang hidup dalam persekutuan dengan
Tuhan, tetapi orang yang tidak memegang Perjanjian akan memberontak dan keluar.
Oleh sebab itu bagi orang Yahudi, Hukum Taurat landasan dan persekutuan. Hidup
dalam persekutuan dan Perjanjian adalah hidup dalam Hukum Taurat (Menaati dan
melakukan Hukum Taurat sebagai jalan keselamatan).10

Kaum Yahudi sehati sepakat, sebab merasa dirinya adalah umat Allah, umat yang
terpilih; Mereka menyebah dan hanya percaya kepada Allah YHWH saja (jadi mereka
“Monotheis”), melakukan perintahNya, menaati hukumNya dan hidup beramal baik. Di
lapangan agama, kaum Yahudi adakah bebas, artinya mereka berhak menyembah AllahNya
menurut apa yang mereka pahami. Agama Yahudi dipimpin oleh Majelis Sanhedrin,
anggotanya terdiri dari imam-imam dan ahli-ahli taurat, 70 orang banyaknya dan diketuai oleh
imam besar.11

II.5. Kontraversi Yesus dengan Pemimpin Agama Yahudi

Yesus bukan seorang yang tidak mau tunduk kepada hukum. Perhatian Yesus
adalah menafsirkan Perjanjian Lama dengan sebenar-benarnya sebagai pedoman untuk
mengenal kehendak Allah. Kekhasan pendekatan Yesus ini terletak pada jawaban-
Nya  terhadap suatu pertanyaan yg iklas: “Perintah manakah yg paling penting dari
semua perintah ?” Pokok itu sering timbul dalam perdebatan ahli-ahli Taurat. Yesus
menjawab dengan mengutip nats, perintah agar mengasihi Allah dengan segenap hati
dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mrk. 12:28-34). Bagi Yesus Kasih adalah
yang pertama dan kalau itu berarti membengkokkan atau menyampingkan peraturan-
peraturan yang disusun turun temurun oleh Para Ahli Taurat , maka itulah yang harus
dilakukan. Manusia yang dipedulikan Allah, jadi manusia diutamakan diatas peraturan-
peraturan.12
9
B. J. Boland, Intisari Iman Kristen (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 71-72.
10
Pardomuan Munthe, Penjelasan Dosen dalam Buku Catatan Dogmatika II Winda Sari Perangin-angin di kelas II-A Theologi
Stambuk 2014, STT Abdi Sabda.
11
H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 6-7.
12
R.T. France, Yesus Sang Radikal, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2009), 94-95
II.6. Ajaran Keselamatan Menurut Paulus

Paulus menegaskan bahwa orang-orang berdosa “oleh anugerah telah


dibenarkan dengan Cuma-Cuma” (Roma 3:24), kendati manusia harus mengambil
pembenaran ini bagi dirinya sendiri melalui iman. Apa yang disediakan Anugrah ,
diterima oleh Iman (bnd Roma 4:16). Dengan demikian Paulus dapat menyimpulkan
keselamatan sebagai “karena Anugrah … oleh Iman” (Ef.2:8). Keyakinan yang kuat
tentang karya Anugrah Allah ini tidak terbatas pada surat Roma saja. Itu juga muncul
dalam surat-surat Korintus. Dalam I Korintus 1 : 4 anugerah Allah yang dianugerahkan
dalam Kristus dikatakan membuat jemaat itu kaya dalam perkataan dan pengetahuan.
Orang dibenarkan oleh anugrah-Nya (Tit 3:7). Seluruh rencana keselamatan dipandang
sebagai penampakan Anugrah Allah (Tit 2:11).13   

Dalam pemikiran Paulus, keselamatan diperoleh oleh karena kasih karunia atau
anugerah dari Allah. Oleh sebab itu jika terjadi karena kasih karunia, maka hal itu
bukan lagi perbuatan untuk mendapatkan pahala. Sebab jika tidak demikian, maka
kasih karunia bukan lagi kasih karunia. Hal ini bisa kita lihat pada surat Paulus ke kota
Roma (Roma 11:6). Anugerah itu merujuk kepada kasih karunia pemberian karena
Kristus Yesus diberi kepada orang manusia.14 Paulus dalam beberapa suratnya
mengatakan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan dihadapan Allah hanya karena
melakukan Hukum Taurat (Roma 3:20; Galtia 2:16). Untuk pernyataan tersebut, Paulus
memberikan dua alasan yakni:

1) Karena tidak orang yang dengan sempurna dapat mengamali Hukum Taurat
2) Andaikata orang menaati Hukum Taurat dengan sepenuhnya, tidak ada gunanya
sebab kebenaran hanya datang karena iman.15

   Dengan demikian, maka anugrah Allah adalah penggerak, dan penebusan oleh
Kristus adalah penyebab yang berjasa untuk keselamatan kita. Keselamatan melalui
perbuatan adalah hal yg mustahil, tetapi keselamatan oleh anugrah sudah pasti.16

Kontraversi seorang Paulus tampak dalam kisah setelah pertobatan. Jalan hidup
Paulus berubah secara radikal. Ahli taurat yang anti Kristus ini beralih menjadi seorang

13
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2,(Jakarta : Gunung Mulia , 2016), 270-272.
14
Dieter Becker, Pedoman Dogmatika (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015), 139.
15
T. Jacobs, Paulus (Hidup, Karya dan Teologinya) (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 270-272.
16
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (USA: ALI, 2012), 85.
pengikut, bahkan Rasul Kristus dengan karya-karya besar. Paulus adalah peletak dasar
kekristenan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Paulus merupakan cikal-bakal
penyebaran Injil keluar dari lingkup Yahudi dan menjangkau bangsa-bangsa lain.
Langkah berani Paulus menyebabkan Kekristenan telah menyebar keseluruh pelosok
dunia. Kesaksian iman Paulus lewat 13 surat yang terdokumentasi dalam Perjanjian
Baru, telah berpengaruh dan menjiwai hidup Gereja sampai sekarang.17

II.7. Ajaran Keselamatan Menurut Yudaisme Kristen

Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi Kristen
(Yudaisme Kristen) itu tetap mengunjungi Bait Allah dan Sinagoge serta menaati Hukum
Taurat dengan setia (Kis 2:46; 3:1). Sama seperti orang-orang Yahudi lainnya, mereka
memantangkan pergaulan dengan orang-orang kafir yang di mana orang-orang kafir tidak
mengamalkan Hukum Taurat sehingga bagi Yudaisme itu adalah najis. Akan tetapi banyak juga
orang Kristen-Yahudi yang tetap memperjuangkan Taurat sebagai syarat dari mendapatkan
keselamatan.18

Pentingnya Taurat telah menyelubungi konsep perjanjian dan telah menjadi


syarat keanggotaan Umat Allah. Lebih penting lagi, ketaatan kepada taurat telah
menjadi  dasar keputusan Allah bagi seseorang. Taurat merupakan dasar pengharapan
orang yang setia ,pembenaran, keselamatan, kebenaran, kehidupan. Ketaatan kepada
Taurat pun akan mewujudkan Kerajaan Allah dan akan mengubah seluruh dunia yang
telah terkutuk oleh dosa. Jadi dalam hal ini Taurat berfungsi sebagai perantara antara
Allah dengan manusia. Peran Taurat menjadi ciri khas kerabian Yudaisme ; Taurat
menjadi satu-satunya perantara Allah dengan manusia ; seluruh hubungan lain antara
Allah dengan manusia, Israel, bahkan dunia pun ditentukan oleh Taurat. Kebenaran dan
kehidupan di dunia yang akan datang diperoleh melalui ketaatan kepada Taurat. 19

II.8. Kontraversi Paulus Dengan Yudaisme Kristen

Dalam pemberitaan Injil, Paulus tidak hanya berbicara kepada bangsa-bangsa


lain non Yahudi tetapi juga mengunjungi sinagoge-sinagoge di perantauan. Dan
berbicara kepada mereka bahwa mereka harus menetapkan satu-satunya Yesus Kristus
sebagai Juruselamatnya, sebab tidak ada nama lain selain Yesus Kritus (Kis 4:12).

17
Yakobus Ndona, Kebenaran yang Menyelamatkan: Gagasan Rasul Paulus Mengenai Kebenaran
Allah Dalam Janji ( Yayasan Kita Menulis, 2021) 3.
18
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 207), 16-17.
19
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002), 271-272.
Paulus menegaskan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Allah dan oleh iman
kepada Yesus Kristus.

Yudaisme mendengar bahwa Paulus mengkampanyekan keselamatan oleh iman


dan tidak membawa Hukum Taurat. Oleh sebab itu, Yudaisme perlu merumuskannya,
sehingga kemana Paulus pergi mengajar, kesitu pula mereka mengajar lagi (Kis 15:1).
Mereka mengajarkan walaupun sudah menerima Yesus, kalau belum melakukan
Hukum Taurat, kita belum tentu diselamatkan. Mereka mengajarkan harus tetap
melakukan Hukum Taurat, termasuk melakukan sunat. Jadi inti pengajaran mereka juga
berpusat atau tidak terlepas dari Hukum Taurat. Hal itulah kontroversi antara Paulus
dengan Yudaisme Kristen.20

III. Kesimpulan

Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan sudah disediakan oleh Allah melalui


karya-karyanya (Yoh 3:16). Paulus yang menekankan bahwa keselamatan itu adalah karya
Allah melalui Yesus Kristus. Dan yang pasti keselamatan itu bukan karya manusia, tetapi
keselamatan didapat hanya oleh anugrah yang diterima manusia dalam iman. Sesuatu
penderitaan diakibatkan oleh dosa, dan keselamatan itu ialah pembebasan dari dosa dan
akibatnya sehingga keselamatan berarti bebas dari penderitaan. Keselamatan hanya dapat
diperoleh dari kasih karunia Allah.

IV. Daftar Pustaka

Becker Dieter, Pedoman Dogmatika Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015

Berkhof. H & Enklaar H. I., Sejarah Gereja Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015.

Boland J. B., Intisari Iman Kristen Jakarta: Gunung Mulia, 1997

End Den Van Thomas, Harta Dalam Bejana Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 207.

France T. R., Yesus Sang Radikal, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1998

Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta : Gunung Mulia , 2016

Jacobs. T, Paulus (Hidup, Karya dan Teologinya), Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1998.


20
Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Wita Anggreini Br Tarigan  III-C  Theologia, 2016.
Koehler A. W. Edward, Intisari Ajaran Kristen, USA: ALI, 2012

Ladd Eldon George, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2 Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2002.

Ndona Yakobus, Kebenaran yang Menyelamatkan: Gagasan Rasul Paulus Mengenai


Kebenaran Allah Dalam Janji, Yayasan Kita Menulis, 2021

Niftrik Van C. G., Dogmatika Masa Kini Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2015

Ryrie C. Charles, Teologi Dasar 2 Yogyakarta: ANDI, 2010.

Sproul C. R., Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen Malang: SAAT, 2002

Sriyana, Antropologi Sosial Budaya, Lakeisha, 2020.

Thiessen C. Henry, Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1993.

Sumber Lain :

Dikutip dari Sajian Senior, Dogmatika II, Wita Anggreini Br Tarigan III-C Theologia,


2016.

Pardomuan Munthe, Penjelasan Dosen dalam Buku Catatan Dogmatika II Winda Sari
Perangin-angin di kelas II-A Theologi Stambuk 2014 STT Abdi Sabda.

Anda mungkin juga menyukai