Nim : 0102202054
“Sejarah Retorika”
Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari dimulai abad
ke-5 sebelum Masehi (SM) ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke
tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan pemerintahan dengan
penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pemerintah perlu usaha membujuk rakyat
demi kemenangan dalam pemilihan. Berkembanganlah seni pidato yang membenarkan
pemutar balikan kenyataan demi tercapainya tujuan. Khalayak bisa tertarik terbujuk. Retorika
dipelajari, diawali, dan dilaksanakan lansung, yakni Yunani dan Romawi.
Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi (unarjo,1983:55), yakni untuk
mencapai kebenaran atau kemenangan agi seseorang atau golongan dalam masyarakat. Untuk
meraih kekuasaan yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo “
siapa yang menang dialah yang berkuasa sebagai alat persuai yang digunakan untuk
mempengaruhi manusia lain.
Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi, retorika
telah memperoleh dasar teoretis yang kokoh. Namun pada sisi lain, uraiannya yang lengkap
dan persuasif telah membungkam para ahli retorika yang datang sesudahnya. Orang-orang
Romawi selama dua ratus tahun setelah De Arte Rhetorica tidak menambahkan apa-apa yang
berarti bagi perkembangan retorika. Romawi warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang
romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran
Romawi bukan saja subur dengan sekolah-sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan orator-
orator ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Yang disebut terakhir terkenal begitu
piawai dalam berpidato sehingga para artis berusaha mempelajari gerakan dan cara
penyampaiannya.
Sejak zaman Yunani sampai zaman Romawi, retorika selalu berkaitan dengan
kenegarawanan. Para orator umumnya terlibat dalam kegiatan politik. Ada dua cara untuk
memperoleh kemenangan politik: talk it out (membicarakan sampai tuntas) atau shoot it out
(menembak sampai habis). Retorika subur pada cara pertama, cara demokrasi. Ketika
belakang panggung. Abad pertengahan sering disebut abad kegelapan, juga buat retorika.
Ketika agama kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak orang
kristen waktu itu melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani
dan Romawi, para penyembah berhala. Bila orang memeluk agama Kristen, secara
yang telah mempelajari retorika sebelum masuk Kristen tahun 386 adalah kekecualian pada
zaman itu. Suatu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru seorang Nabi
menyampaikan firman Allah yaitu: “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada
mereka dengan pembicaraan yang menyentuh jiwa mereka” (Alquran 4:63). Muhammad
3. Retorika Modern
periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan
Islam yang menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib
minat orang terhadap retorika adalah Peter Ramus. Ia membagi retorika pada dua bagian.
Inventio dan dispositio dimasukannya sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah
berkenaan dengan elocuito dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama
beberapa generasi. Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses
pengetahuan”, asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir
Retorika adalah menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna terwujudnya situasi
dan kondisi yang Islami. Retorika dakwah merupakan cabang dari ilmu komunikasi yang
membahas tentang bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni
berbicara agar pesan kita dapat diterima. Retorika dakwah berkembang berjalan seiring
dengan perkembangan dakwah Islam. Aktifitas dakwah sendiri sudah ada sejak adanya
Islam karena memang Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang memberikan nasihat
untuk membenarkan dan mengimani apa yang memberikan nasihat untuk membenarkan dan
melaksanakan perintah yang dikatakan Allah SWT serta membenarkan dan melaksanakan
perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah, juga nasihat untuk orang banyak agar saling tolong
menolong serta saling mengingatkan. Dalam realisasikan fungsinya, Islam sebagai agama
dakwah Allah mengutus nabi dan rasul-rasul-Nya sebagai orator-orator yang mengatur,
membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan takut pada Allah.
Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam As hingga kurun sekarang ini. Supaya berhasil
dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul bekali Allah dengan ilmu yang tidak bisa
Hal ini bertujuan agar agam Islam dapat disiarkan dengan benr dan dapat diterima tanpa
ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah nabi Adam belum begitu nampak, karena pada
waktu itu dakwah beliau masih dalam lingkup keluarga. Retorika dakwah baru berkembang
dan mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh As ketika dakwah yang dilakukan
tidak hanya ditunjukkan kepada keluargannya saja, melainkan juga untuk umatnya. Para
nabi dan rasul dibekali oleh Allah ilmu retorika karena singa-singa Islam ini berhadapan
dengan masyarakat yang karakter berbeda-beda. Retorika merupakan aspek praktis dan juga
merupakan seni yang timbul dari hati serta merupakan ilham yang tidak semua orang
memiliki dan mengusai. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan dakwahnya dari mimbar ke
mimbar, para nabi berdialog terlebih dahulu dengan yang memiliki pengetahuan tentang