Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizka Indah Fadhila Harahap

Nim : 0102202054

Kelas : BPI-B/ SEM 3

Matkul : Retorika Dakwah

Dosen Pengampuh : Dr. Rubino, MA

“Sejarah Retorika”

Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun, sebagai seni yang dipelajari dimulai abad
ke-5 sebelum Masehi (SM) ketika kaum sofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke
tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan pemerintahan dengan
penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pemerintah perlu usaha membujuk rakyat
demi kemenangan dalam pemilihan. Berkembanganlah seni pidato yang membenarkan
pemutar balikan kenyataan demi tercapainya tujuan. Khalayak bisa tertarik terbujuk. Retorika
dipelajari, diawali, dan dilaksanakan lansung, yakni Yunani dan Romawi.

Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi (unarjo,1983:55), yakni untuk
mencapai kebenaran atau kemenangan agi seseorang atau golongan dalam masyarakat. Untuk
meraih kekuasaan yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo “
siapa yang menang dialah yang berkuasa sebagai alat persuai yang digunakan untuk
mempengaruhi manusia lain.

A. Tokoh di bidang retorika:


Georgias (dari kaum sofisme), dia yang mengatakan bahwa kebenaran suatu
pendapat hanya dapat dibutikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan.
Georgeis ini merupakan guru retorika yang mengajarkan dimensi bahasa yang puitis
dan teknik berbicara “impromptu” (berbicara tanpa persiapan). Ia meminta bayaran
mahal, sekitar 10.000 dollar per mahasiswa. Georgies bersama Protagoras menjadi
dosen terbang yang mengajar berpindah dari satu kota ke kota lain (Rahmat, 1994:4).
Sekolah tersebut dibuka dalam rangka memenuhi pasar akan kemampuan berpikir yang
jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasive. Progrates, dia menyatakan
bahwa kemahiran berbicara bukan untuk kemenangan melainkan demi keindahan
bahasa. Sokrates menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Metode Sokrates
mengenai retorika ini yaitu:
a. Memisahkan pemikiran salah dari yang tepat, yakni dengan jalan berpikir
mendalam dan memperhatikan suatu persoalan dengan sungguh-sungguh agar
dapat menemukan suatu nilai universal yang ada dalam masyarakat. Nilai ini yang
dipergunakan untuk memecahkan persoalan tersebut.
b. Bertanya (dialog) dan menyelidiki argumentasi-argumentasi yang diberikan
kepadanya dengan harapan dapat membuat suatu definisi tentang apa yang
ditemukannya (definisi ini berdasarkan hasil penemuan dari masyarakat).
Plato, bagi plato retorika memegang peranan penting bagi persiapan untuk
menjadi pemimpin. Retorika penting sebagai model Pendidikan, sarana mencapai
kedudukan dalam pemerintahan dan mempengaruhi rakyat. Retorika memberi
kemampuan penggunaan bahasa yang sempurna. Plato dilahirkan pada tahun 427
SM di Athena dari kalangan bangwasan.
Arsitoteles, dia mengatakan bahwa retorika sebagai filsafat sedang tokoh yang
lain menekankan sebagai seni. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah
membuktikan maksud pembicaraan atau penampakan pembuktian. Ini terdapat
logika, keindahan-keindahan bahasa hanya digunakan untuk membenarka,
memerintah, mendorong dan mempertahankan sesuatu. Aristoteles merupakan
murid Plato yang paling cerdas. Pada usia 17 tahun, ia sudah mengajar di Akademi
yang didirikan Plato. Ia menulis tiga jilid buku berjudul De Arte Rhetorica, yang
diantaranya berisi lima tahap penyusunan suatu pidato yang meliptui hal-hal
berikut:
a. Invetio (penemuan)
b. Disposition (penyusunan)
c. Elocutio (gaya)
d. Memoria (memori)
e. Pronuntiatip (penyampain)
B. Sejarah Perkembangan Retorika
Objek studi retorika setua kehidupan manusia. Kefasihan bicara mungkin pertama
kali dipertunjukkan dalam upacara adat: kelahiran, kematian, lamaran, perkawinan dan
sebagainya. Pidato disampaikan oleh orang yang mempunyai status tinggi. Dalam
perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang lebih luas. Sistematis retorika
yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau
Sicilia. Bertahun-tahun koloni-koloni itu diperintah para tiran. Tiran di mana pun pada
zaman apapun, senang menggusur tanah rakyat. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat
melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah
mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah.
1. Retorika Jaman Romawi

Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi, retorika
telah memperoleh dasar teoretis yang kokoh. Namun pada sisi lain, uraiannya yang lengkap
dan persuasif telah membungkam para ahli retorika yang datang sesudahnya. Orang-orang
Romawi selama dua ratus tahun setelah De Arte Rhetorica tidak menambahkan apa-apa yang
berarti bagi perkembangan retorika. Romawi warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang
romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran
Romawi bukan saja subur dengan sekolah-sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan orator-
orator ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Yang disebut terakhir terkenal begitu
piawai dalam berpidato sehingga para artis berusaha mempelajari gerakan dan cara
penyampaiannya.

2. Retorika Abad Pertengahan

Sejak zaman Yunani sampai zaman Romawi, retorika selalu berkaitan dengan

kenegarawanan. Para orator umumnya terlibat dalam kegiatan politik. Ada dua cara untuk

memperoleh kemenangan politik: talk it out (membicarakan sampai tuntas) atau shoot it out

(menembak sampai habis). Retorika subur pada cara pertama, cara demokrasi. Ketika

demokrasi Romawi mengalami kemunduran, dan kaisar demi kaisar memegang

pemerintahan, “membicarakan” diganti dengan “menembak”. Retorika tersingkir ke

belakang panggung. Abad pertengahan sering disebut abad kegelapan, juga buat retorika.

Ketika agama kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak orang

kristen waktu itu melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani

dan Romawi, para penyembah berhala. Bila orang memeluk agama Kristen, secara

otomatis ia akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebenaran. St. Agustinus,

yang telah mempelajari retorika sebelum masuk Kristen tahun 386 adalah kekecualian pada

zaman itu. Suatu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru seorang Nabi

menyampaikan firman Allah yaitu: “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada
mereka dengan pembicaraan yang menyentuh jiwa mereka” (Alquran 4:63). Muhammad

SAW bersabda, memperteguh firman Tuhan ini, “Sesungguhnya dalam kemampuan

berbicara yang baik itu ada sihirnya.

3. Retorika Modern

Abad pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama

periode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan

Islam yang menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib

menimbulkan Renaissance. Salah seorang pemikir Renaissance yang menarik kembali

minat orang terhadap retorika adalah Peter Ramus. Ia membagi retorika pada dua bagian.

Inventio dan dispositio dimasukannya sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah

berkenaan dengan elocuito dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama

beberapa generasi. Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses

psikologis, dikenal dengan aliran epistemologis. Epistemologi membahas “teori

pengetahuan”, asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir

epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik sorotan perkembangan psikologi kognitif

(yakni, yang membahas proses mental).

4. Retorika Di Dunia Islam

Retorika adalah menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna terwujudnya situasi

dan kondisi yang Islami. Retorika dakwah merupakan cabang dari ilmu komunikasi yang

membahas tentang bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni

berbicara agar pesan kita dapat diterima. Retorika dakwah berkembang berjalan seiring

dengan perkembangan dakwah Islam. Aktifitas dakwah sendiri sudah ada sejak adanya

Islam karena memang Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang memberikan nasihat
untuk membenarkan dan mengimani apa yang memberikan nasihat untuk membenarkan dan

melaksanakan perintah yang dikatakan Allah SWT serta membenarkan dan melaksanakan

perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah, juga nasihat untuk orang banyak agar saling tolong

menolong serta saling mengingatkan. Dalam realisasikan fungsinya, Islam sebagai agama

dakwah Allah mengutus nabi dan rasul-rasul-Nya sebagai orator-orator yang mengatur,

membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan takut pada Allah.

Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam As hingga kurun sekarang ini. Supaya berhasil

dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul bekali Allah dengan ilmu yang tidak bisa

terlepas dari aktifitas dakwah tersebut yaitu Ilmu retorika.

Hal ini bertujuan agar agam Islam dapat disiarkan dengan benr dan dapat diterima tanpa

ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah nabi Adam belum begitu nampak, karena pada

waktu itu dakwah beliau masih dalam lingkup keluarga. Retorika dakwah baru berkembang

dan mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh As ketika dakwah yang dilakukan

tidak hanya ditunjukkan kepada keluargannya saja, melainkan juga untuk umatnya. Para

nabi dan rasul dibekali oleh Allah ilmu retorika karena singa-singa Islam ini berhadapan

dengan masyarakat yang karakter berbeda-beda. Retorika merupakan aspek praktis dan juga

merupakan seni yang timbul dari hati serta merupakan ilham yang tidak semua orang

memiliki dan mengusai. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan dakwahnya dari mimbar ke

mimbar, para nabi berdialog terlebih dahulu dengan yang memiliki pengetahuan tentang

retorika dan menjadi orator yang baik yaitu Allah.

Anda mungkin juga menyukai