Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGKAJIAN M3 (METHOD)

DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN BERBASIS STANDAR


AKREDITASI JOINT COMISSION INTERNATIONAL

Dosen Pengampuh :
Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Mata Kuliah :
Menejemen Keperawatan

Oleh :
Nama : Iswahyudi Firmansyah M.Tome

Nirm : 1801062

Kelas : 7C Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji saya haturkan kepada Allah SWT dan semoga hidayah dan inayah
selalu tercurahkan kepada saya sehinggah bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam yang tidak tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Saya berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik
dalam penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah. Oleh
karana itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Manado, 2021
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................6
C. Tujuan.............................................................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. Variabel dependen perilaku dan kepatuhan perawat.......................................................7
B. Variabel Independen Penggunaan APD..........................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Analisa jurnal menggunakan PICOT............................................................................10
B. Daftar pustaka...............................................................................................................11

A. Latar belakang BAB I


PENDAHULUAN
Mahasiswa keperawatan pada tahap profesi manajemen keperawatan memiliki peran
yang penting dalam mengkaji kondisi manajemen ruang keperawatan. (Tim KBK AIPNI,
2010). Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan dan
pelayanan dalam ruang lingkup keperawatan, mencakup fungsifungsi manajemen seperti
perencanaan, organisasi, staffing, pengarahan, dan pengontrolan (Simamora, 2012).
Perencanaan disusun berdasarkan hasil pengkajian data informasi tentang pasien, tenaga
perawatan, administrasi, model pemberian asuhan keperawatan dan sistem
pendokumentasian. Sering terjadinya misperception antara mahasiswa dengan pengelola
ruangan pada tahap pengkajian dikarenakan instrument pengkajian manajemen
keperawatan sudah ada berupa angket sederhana dan belum memiliki petunjuk cara
pengisian lengkap, sehingga pihak pengelola sering beranggapan bahwa instrumen tersebut
kurang mewakili kondisi yang terjadi di ruangan.
Pihak pendidikan pada dasarnya sudah menyediakan format pengkajian sebelum
pelaksanaan manajemen keperawatan tetapi belum terstandar sehingga kedalaman
pengkajian tiap tiap ruang masih sering terdapat perbedaan. Referensi yang terbatas untuk
manajeman keperawatan membuat mahasiswa mengalami kesulitan. Perubahan
perkembangan yang berkaitan dengan system akreditasi rumah sakit juga memerlukan
update terus menerus praktek manajemen agar terdapat keselarasan antara apa yang di
siapkan mahasiswa dengan aplikasi di klinik.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa
Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan (Permenkes RI,
2012). Akreditasi JCI (Joint Comission International) adalah salah satu lembaga
independen, organisasi non profit yang mengevaluasi dan mengakreditasi organisasi
pelayanan kesehatan (Ziegler, 2019). Tujuan diadakannya akreditasi yaitu 1) meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit; 2) meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit; 3)
meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia Rumah Sakit
dan Rumah Sakit sebagai institusi; 4) mendukung program Pemerintah di bidang
kesehatan. Diperlukan adanya instrumen pengkajian yang valid dan reliabel serta panduan
baku dan terstandar dengan petunjuk yang jelas tentang isian pada pengkajian manajemen
keperawatan agar dapat digunakan oleh Rumah Sakit serta mahasiswa. Selain itu perlu uji
coba dan kesesuaian dengan kebutuhan di klinik yang sesuai dengan standar akreditasi
Rumah Sakit (Joint Commission International) agar hasil pengkajian sebagai langkah awal
perencanaan manajemen bisa bermanfaat untuk kebutuhan Rumah Sakit sebagai lahan
praktek profesi mahasiswa agar mahasiswa tidak tertinggal dengan trend yang terjadi
dilapangan (KARS, 2012). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti perlu mengembangkan
instrumen pengkajian manajemen keperawatan berbasis metode asuhan keperawatan
profesional dan standar akreditasi rumah sakit (Joint Commission International).

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengkajian instrumen M3
2. Menejemen keperawatan berbasis standar akreditasi joint comission international.

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini untuk mengetahui standar akreditasi joint comission
international. Yaitu :
1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
2. Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit
3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia Rumah
Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi
4. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Sebagai pengembagan ilmu pengetahua dan sebagai bahan masukan
bagi mahasiswa untuk menambah wawasan tentang pengembangan instrumen
pengkajian M3 (Method) dalam menejemen keperawatan berbasis standar akreditasi
joint comission international.
2. Bagi Perawat Sebagai informasi tentang pengembangan instrumen pengkajian M3
(Method) dalam menejemen keperawatan berbasis standar akreditasi joint comission
international.
3. Manfaat Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah
bagi penelitian selanjutnya dalam memperkaya khasanah ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Variabel dependen perilaku dan kepatuhan perawat


Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering
berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu
pelayanan kesehatan. Menurut Wijono (2000), mutu pelayanan keperawatan adalah
pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien yang
berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan dan keramahan dari perawat yang
sering disebut dengan istilah caring.
Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),
caring diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan
dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan
cinta atau menyayangi.
Caring adalah suatu bentuk dukungan emosional dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan komitmen untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia dan
merupakan esensi dari perawatan yang membedakan keperawatan dengan profesi lain.
Pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Ardiana (2010), perilaku caring yang dilakukan
dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu, disamping itu
perilaku caring perawat mampu meningkatkan kepuasan klien dan menghasilkan
keuntungan bagi rumah sakit.
Sikap caring mutlak dimiliki oleh seorang perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan. Namun sangat disayangkan kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan
memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan pengobatan. Beberapa
perawat tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan klien, memberi dukungan,
kenyamanan dan tindakan caring lainnya. Bahkan menurut William (2011), perawat
menganggap caring hanya sebagai ungkapan atau sesuatu yang akan dikerjakan jika
punya waktu, hal ini disebabkan tanggung jawab perawat pada dokter yaitu mengerjakan
tugas-tugas dokter.
Menurut Watson (2004), caring perawat adalah sifat dasar dari perawat sebagai
manusia untuk membantu, memperhatikan, mengurus dan menyediakan bantuan serta
memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan perawat klien yang
terapeutik, dan merupakan intervensi keperawatan dalam rangka mencapai derajat
kesehatan yang lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan kemanusiaan dan aspek
moral. Ada sepuluh faktor caratif caring menurut Watson (2004), yang perlu selalu
dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani, yaitu:
1) Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik,
2) Menanamkan kepercayaan dan harapan,
3) Menumbuhkan kepekaan,
4) Mengembangkan hubungan saling percaya,
5) Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan,
6) Menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis,
7) Meningkatkan proses pembelajaran,
8) Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif dan korektif,
9) Membantu kebutuhan dasar manusia,
10) Menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologis dan spiritual. Seluruh faktor
caratif tersebut merupakan bentuk tanggung jawab perawat.

B. Variabel Independen Penggunaan APD


Pengertian Alat Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan-pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD merupakan cara terakhir untuk
melindungi tenaga kerja setelah di lakukuannya beberapa usaha (Mubarok, 2007).
Alat atau perlengkapan yang berfungsi sebagai “penyekat atau pembatas” antara
petugas dan penderita ini disebut dengan perlengkapan pelindung diri (Darmadi, 2008).
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja (Menaker, 2010).
Menurut hirarki upaya pengendalian diri (conroling), alat pelindung diri
sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat melakukan
pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administrasi tidak mungkin lagi diterapkan.
Ada beberapa jenis alat pelindung diri yang mutlak digunakan oleh tenaga kerja pada
waktu melakukan pekerjaan dan saat menghadapi potensi bahaya karena pekerjaannya,
antara lain seperti topi keselamatan, safety shoes, sarung tangan, pelindung dan sabuk
keselamatan. Jenis alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya
yang dihadapi serta sesuai dengan bagian tubuh yang perlu dilindungi (Uhud, 2008).
Alat pelindung diri merupakan alat yang dipakai oleh tenaga kerja yang mencakup
aspek yang cukup luas di dalam melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekejaan,
dengan maksud dapat memberikan kesehatan, keselamatan, pemeliharaan moral di dalam
aktivitas sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Sedangkan menurut
Suma’mur (1967), alat pelindung diri adalah suatu alat yang di pakai oleh tenaga kerja
dengan maksud menekan atau mengurangi penyakit akibat kerja (Hussain, 2011).
1. Syarat Alat Pelindung Diri
Menurut Ridley (2004) PPD yang efektif harus :
a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.
c. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.
d. Tidak menggangu kerja operator yang sedang bertugas.
e. Memiliki konstruksi yang sangat kuat
f. Tidak mengganggu PPD lain yang sedang dipakai secara bersamaan
g. Tidak meninggalkan resiko terhadap pemakainya
PPD harus :
1. Disediakan secara gratis
2. Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan.
3. Hanya digunakan sesuai peruntukannya.
4. Dijaga dalam kondisi baik.
5. Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan.
6. Disimpan ditempat yang sesuai ketika di gunakan.
Di seluruh panduan HSE, terdapat persyaratan atau saran untuk penyediaan
dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh pekerja. Dalam hirarki metode
control paparan, APD harus dipandang oleh pabrik sebagai “upaya terakhir”.
Oleh sebab itu, bilamana dipandang baik, pilih jenis metode control lain
terlebih dahulu.Namun, dalam situasi tertentu, penggunaan APD merupakan satu-
satunya pendekatan yang wajar untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
paparan sumber bahaya tertentu terhadap pekerja.
Sekurang- kurangnya ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan oleh pabrik
dalam keputusan mereka menyediakan APD kepada kelompok pekerja tertentu dalam
upaya mencapai pelindung yang efektif : Jenis APD harus sesuai untuk sumber bahaya
yang dihadapi oleh pekerja, APD harus pas dengan pekerja, APD harus diganti sesuai
kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Analisa jurnal menggunakan PICOT


PICOT Analisa Jurnal
(P) Populasi Populasi dalam penelitian ini semua perawat (76) di RS Amelia. Sampel
dalam penelitian ini 20 perawat dengan teknik purposive sampling.

(I) Intervensi Tahap 1 peneliti menyusun instrumen melalui small group discussion
dengan pihak bidang keperawatan, kepala ruang, dan perawat. Tahap 2
melakukan analisis uji validitas dan reliabitas.
(C) Comparation Pada jurnal ini tidak terdapat jurnal atau penelitian sebelumnya yang

dijadikan sebagai perbandingan.


(O) Outcome Hasil uji validitas menunjukkan instrumen pengkajian M3 (Method)
manajemen keperawatan memiliki rata-rata r count > r table (0,652 >
0.423) dan hasil uji reliabilitas dengan rata-rata r hitung (0,7843) > 0,6.
Hasil evaluasi subjektif 20 responden, 80% menyatakan instrumen
mudah dipahami, 70% sesuai kebutuhan Rumah Sakit, dan 80% mudah
diaplikasikan. Pengembangan instrumen pengkajian M3 (Method)
manajemen keperawatan dinyatakan valid dan reliabel. Instrumen
pengkajian M3 (Method) manajemen keperawatan memiliki beberapa
kompenen meliputi model MAKP, timbang terima, ronde keperawatan,
supervisi, sentralisasi obat, discharge planning. Pengisian instrumen
pegkajian tersebut sebaiknya dilakukan secara bertahap oleh perawat
sehingga hasilnya dapat menggambarkan kondisi riil Rumah Sakit.
(T) Time Waktu penelitian 2, Desember 2019
B. Daftar pustaka
1. Depkes RI. Pedoman Pencegahan Pengendalian. 2019.
2. Suma’mur, P. K. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jogjakarta: Sagung Seto.
2019.
3. Habni, Y. Perilaku Perawat dalam Pencegahan Infesksi Nosokomial di rindu A, rindu
B, rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Skripsi FKM
USU Medan. 2019.
4. Patricia, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Jakarta: EGC. 2015.
5. Darmadi. Infeksi Nosokomial Proble, atika dan Pengendalianya. Jakarta: Salemba
Medik. 2015.
6. Panjaitan. Manajemen Keperawatan diruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto. 2011.
7. Nurmantono. Infeksi Rumah Sakit.http: Infeksi/com/HIV/articles. 2005
8. Septriari, B. B. Infeksi Nosokomial. Yogjakarta: Nuha Medika. 2012.
9. Tientjen, L. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2004.
10. WHO. Prevention Of Hospital-Acquired Infections. 2002.
11. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
12. Wahid, I. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
13. Sarwono. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002.
14. Niven, N. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional. Jakarta:
EGC. 2008.
15. Depnakertrans RI. Pengawasan K3 Lingkungan Kerja, Ditjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan. Jakarta. 2004.

Anda mungkin juga menyukai