Anda di halaman 1dari 63

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

CAMPAK PADA ANAK YANG MEMILIKI ALERGI DI DESA


SUKA DAME KECAMATAN SILANGKITANG

Oleh :
ROSIDWIKASARI
130100176

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
CAMPAK PADA ANAK YANG MEMILIKI ALERGI DI DESA
SUKA DAME KECAMATAN SILANGKITANG

SKRIPSI
Skripsiinidiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehkelul
usanSarjanaKedokteran

Oleh:
ROSIDWIKASARI
1301001176

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Vaksin terdiri dari komponen aktif (antigen) dan komponen tambahan


yang tidak jarang memicu reaksi hipersensitivitas. Pada vaksin campak,
komponen yang digunakan tumbuh pada kultur fibroblast dari embrio ayam,
sehingga pemberian vaksin campak pada anak yang alergi memerlukan
pengawasan. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan alergi pada
anak terhadap timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Silangkitang, pada bulan Maret-
Desember 2016, menggunakan studi potong lintang dengan data primer dan data
sekunder dengan kriteria inklusi anak berusia 1-6 tahun yang sudah mendapat
imunisasi campak. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang dikeluarkan oleh ISAAC dan kuesioner terpandu yang telah
divalidasi dan dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Uji
statistik yang digunakan yaitu chi square dengan nilai p dianggap bermakna
apabila <0,05.
Dari 130 responden yang mendapatkan imunisasi campak, 26 responden
mengalami KIPI campak dan 42 responden memiliki alergi. Setelah dilakukan uji
hipotesis menggunakan chi-square dengan kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh
tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara KIPI campak terhadap alergi
yang dimiliki pada anak (CI:0,46-2,82).

Kata kunci: Vaksin campak, hipersensitivitas, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


(KIPI), alergi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Vaccine consists of active (antigens) and additional components which


have the potential to cause hypersensitivity. In measles vaccine, components are
grown in fibroblast cultures from chicken embrio, which renders its usage on
children with hypersensitivity needing special care. This research is aimed to
determine the correlation between allergy in children and the adverse effect
following immunization (AEFI) of measles.
This study is conducted in Silangkitang Subdistrict from March-December
2016 with a cross-sectional approach using primary and secondary data, with an
inclusion criteria of children in the age range of 1-6 years old who previously
receieved measles vaccination. Data were obtained using 2 quetionnaires, 1
published by ISAAC and 1 published and validated by the Health Department of
Indonesia. Chi-square analysis was used in this study, and p is accepted as
significant if <0,05.
From 130 respondents who had received measles vaccination, 26
respondents experienced an AEFI measles and 42 respondents had an allergic
reaction. Chi-square analysis with a significane of 0,05 (α=5%) drevealed no
significant correlation between AEFI measles and allergies in children (CI:0,46-
2,82).

Key words: measles vaccination, hypersensitivity, adverse effect following


immunization (AEFI), allergy

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala petunjuk yang
telah dikaruniakan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan
berjudul “Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak
yang Memiliki Alergi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan Sarjana Kedokteran.
Besar harapan penulis, penelitiaan ini nantinya dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas khususnya bagi perkembangan ilmu kedokteran. Penelitian ini
mampu terselesaikan karena adanya dukungan dari banyak pihak, kepada mereka
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah
memberikan balasan yang sebaik-baiknya, diantaranya :
1. Dr. dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Mahrani Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, mendukung,
serta memberikan masukan kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini
dapat diselesaikan dengan maksimal.
3. dr. Dudy Aldiansyah, M.Ked (OG), Sp.OG selaku Dosen Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing,
mendukung, serta memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan maksimal.
4. Dr. dr. Sarma Nursani L.Raja, M.Ked (OG), Sp.OG selaku Dosen Penguji
skripsi yang telah memberikan saran serta masukan yang berguna dalam
pelaksanaan skripsi ini.
5. dr. Causa T. Mariedina, M.Ked (PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan yang telah memberikan saran serta masukan yang
berguna dalam pelaksanaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.
7. Romidin dan Susiati, rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga
untuk orang tua tercinta, atas kasih sayang yang begitu besar dan
kesabaran dalam mendidik dan memberikan dukungan serta tanpa henti
mendo’akan di setiap pilihan penulis bersama saudari-saudari tercinta Eva
Roselina dan Nizar Pangestu.
8. Amellia, Ira, Vania, Hana, Cindy, Eka, Iis, sahabat penulis yang telah
memberi saran, komentar serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM) USU yang
tiada henti memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Dalam skripsi ini, penulis tidak memungkiri masih terdapat banyak


kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan saran dan masukkan
guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, Desember 2016


Penulis

Rosidwikasari
130100176

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i


Abstrak ........................................................................................................ ii
Abstract ........................................................................................................ iii
Kata Pengantar .......................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................ ix
Daftar Gambar ........................................................................................... x
Daftar Singkatan......................................................................................... xi
Daftar Lampiran......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1. Alergi ....................................................................................... 4
2.1.1. Definisi ....................................................................... 4
2.1.2. Epidemiologi .............................................................. 4
2.1.3. Patofisiologi ............................................................... 4
2.1.4. Manifestasi Klinis ....................................................... 6
2.1.5. Diagnosa ..................................................................... 7
2.2. Imunisasi Campak .................................................................... 7
2.2.1. Definisi ....................................................................... 7
2.2.2. Epidemiologi .............................................................. 8
2.2.3. Komposisi Vaksin ....................................................... 8
2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi ....................................... 8
2.2.5. Dosis dan Cara Pemberian .......................................... 9
2.2.6. Kontra - Indikasi Imunisasi ......................................... 10

Universitas Sumatera Utara


2.2.7. Reaksi KIPI ............................................................................ 10
2.2.7.1. Definisi ....................................................... 10
2.2.7.2. Epidemiologi .............................................. 10
2.2.7.3. Gejala Klinis ............................................... 11
2.3. Gambaran KIPI campak pada anak alergi ................................. 12

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


PENELITIAN ............................................................................................. 13
3.1. Kerangka Teori......................................................................... 13
3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 14
3.3. Hipotesis .................................................................................. 14
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 15
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................... 15
4.1.1. Jenis Penelitian ............................................................. 15
4.1.2. Tempat dan Periode Penelitian ...................................... 15
4.1.2.1. Tempat Penelitian ......................................... 15
4.1.2.2. Periode Penelitian ......................................... 15
4.2. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................. 15
4.2.1. Populasi Penelitian ........................................................ 15
4.2.2. Subjek Penelitian .......................................................... 15
4.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................... 16
4.2.4. Besar Sampel ................................................................ 16
4.3. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 17
4.3.1. Metode.......................................................................... 17
4.3.2. Alat ............................................................................... 17
4.3.3. Jenis Data ..................................................................... 17
4.4. Definisi Operasional ................................................................. 18
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 19
4.5.1. Pengolahan Data ........................................................... 19
4.5.2. Analisa Data ................................................................. 19

Universitas Sumatera Utara


BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 20
5.1. Deskripsi Hasil Penelitian......................................................... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 20
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ..................................... 20
5.1.3. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak... 22
5.1.4. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi ............................. 22
5.1.5. Hubungan Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak .... 23
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden .............................................. 24
5.2.2. Manifestasi Klinis KIPI Campak .................................. 25
5.2.3. Penyakit Alergi ............................................................ 26
5.2.4. HubunganAlergi terhadap Timbulnya KIPI Campak ..... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 30


6.1. Kesimpulan .............................................................................. 30
6.2. Saran ........................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tebel 2.1. Reaksi alergi ..................................................................... 6


Tabel 2.2. Gejala klinis KIPI menurut lokasinya ................................ 11
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ................... 21
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak ....... 22
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi ................................. 23
Tabel 5.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI
Campak ............................................................................. 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi alergi ............................................. 5


Gambar 2.2. Jadwal Imunisasi Anak, Rekomendasi
IDAI (2014) ................................................................ 9
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian ........................................... 13
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 14

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

AEFI Adverse Events Following Immunization


APC Antigen Presenting Cell
BIAS Bulan Imunisasi Anak Sekolah
BMJ British Medical Journal
CAM Chick Chorioallantonik Membrane
CDC Center for Disease Control and Prevention
IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia
ISAAC International Study of Asthma and Allergies in
Chilhood
HIV Human Immunodeficiency Virus
KIPI Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
MDG’S Millennnium Development Goals
MMR Measles, Mumps and Rubella
MMRV Measles, Mumps, Rubella and Varicella
MR Measles and Rubella
SD Sekolah Dasar
RS Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2. Lembar Penjelasan
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 4. Kuesioner ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in
Chilhood
Lampiran 5. Formulir Investigasi KIPI
Lampiran 6. Ethical Clearance
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya akan mengalami suatu penyakit ringan.1 Salah
satunya penyakit menular yang sering terjadi adalah penyakit campak.
Menurut World Health Organization (WHO), campak adalah penyakit
serius yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Pada tahun 1980, sebelum
vaksinasi luas, campak diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian setiap tahun.
Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-
anak secara global, meskipun ketersediaan vaksin yang aman dan efektif. Sekitar
114.900 orang meninggal akibat campak pada tahun 2014, sebagian besar anak-
anak dibawah usia 5 tahun. Campak disebabkan oleh virus family paramyxovirus.
Selama tahun 2000-2014, vaksinasi campak dicegah yang diperkirakan 17,1 juta
kematian. Kematian campak secara global telah menurun 79% dari perkiraan
546.800 di tahun 2000 dan 114.900 di tahun 2014.2
Dari Profil Kesehatan Indonesia, Indonesia memiliki cakupan imunisasi
campak pada tahun 2014 sebesar 94,67% yang berarti telah memenuhi target 90%
dari yang telah ditetapkan secara nasional. Seluruh bayi di Provinsi Jawa Barat,
Kepulauan Riau, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat telah mendapatkan
imunisasi campak. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah yaitu Papua
sebesar 61% diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 69,20% dan Kalimantan
Selatan sebesar 69,55%.1
Adapun reaksi simpang yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah
kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin
ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau

Universitas Sumatera Utara


akibat kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan.3 Data di Indonesia tahun 2008-2010 menemukan
kasus KIPI 544 kasus. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan oleh vaksin, pada
kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin, tetapi sebagian besar
umumnya tidak berhubungan dengan vaksin.4 Kasus KIPI campak berupa demam
terjadi 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis, kejang yang disebabkan demam
1/3000 dosis, reaksi alergi serius 1/1.000.000 dosis. 3
Alergi merupakan sebuah penyakit pada anak yang diperkirakan
meningkat seiring dengan pola kehidupan yang berhubungan dengan pengaruh
lingkungan, yaitu paparan allergen. Allergen penyebab alergi dapat masuk ke
dalam tubuh melalui beberapa cara seperti inhalasi, kontak langsung, saluran
cerna, atau suntikan.5 Penyakit tersebut termasuk di dalamnya asma, rhinitis,
anafilaksis, alergi obat, alergi makanan, eksema, alergi binatang, urtikaria, dan
angioedema. Peningkatan penyakit alergi secara global terjadi sekitar 30-40% dari
populasi dunia yang dipengaruhi oleh satu atau lebih kondisi alergi.6 Peningkatan
penyakit alergi tersebut terjadi pada umur 18 tahun dimana mulai muncul gejala
pada umur 12 bulan, terdiri 11% alergi respiratori, 6% alergi makanan, dan 12%
alergi kulit.7
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, dibutuhkan penelitian terkini
mengenai “Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi (KIPI) Campak
pada Anak yang memiliki Alergi”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimana gambaran Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) campak pada anak yang alergi?”

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada
anak yang memiliki alergi.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran imunisasi campak pada anak.
2. Mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak
pada anak.
3. Mengetahui alergi tipe apa yang sering menimbulkan KIPI pada
imunisasi campak.
4. Hubungan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak pada anak
yang memiliki alergi.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Praktis (Aplikatif)
1. Membantu kegiatan pengumpulan data tentang KIPI yakni dalam hal
pencatatan dan pelaporan semua reaksi simpang yang timbul setelah
pemberian imunisasi campak.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan imunisasi campak
pada anak yang memiliki alergi.
3. Memberi informasi kepada masyarakat khususnya orangtua agar
mengetahui pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit
campak pada anak.
1.4.2. Manfaat Teoritis (Akademis)
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran KIPI Campak
pada anak yang memiliki alergi sehingga penilitian ini dapat jadi
pertimbangan untuk pelaksanaan imunisasi campak pada anak yang
memiliki alergi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alergi
2.1.1. Definisi
Alergi adalah perubahan reaksi tubuh/pertahanan tubuh terhadap suatu
benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari.8 Alergi adalah
suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali oleh mekanisme imunologis, yaitu
akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu, yang berikatan
dengan sel mast. Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut
alergen.5

2.1.2. Epidemiologi
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat. Diperkirakan 10-20% penduduk pernah atau sedang menderita
penyakit tersebut.9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Semarang kasus
alergi pada anak laki-laki dan anak perempuan tidak didapatkan perbedaan
bermakna dari distribusi jenis kelamin.5 Sedangkan pada studi populasi, penyakit
alergi didapatkan pada usia yang berbeda-beda, contohnya alergi makanan dan
eksim terutama pada anak, sedangkan asma bronkial didapatkan pada anak dan
dewasa, sedangkan rhinitis alergika didapatkan pada dekade kedua dan ketiga.10

2.1.3. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya alergi adalah reaksi hipersensitivitas tipe I dalam
klasifikasi Gell dan Coombs yang diperantarai reaksi IgE. Reaksi hipersensitivitas
tipe ini timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I,
alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi
IgE.11
Alergen yang masuk ke dalam tubuh, akan ditangkap oleh sistem imun
nonspesifik yaitu APC (Antigen Presenting Cell). APC akan mengaktifkan Th2

18

Universitas Sumatera Utara


yang akan mengeluarkan interleukin 4, suatu sitokin yang akan merangsang sel B
berkembang menjadi sel plasma yang meproduksi IgE.12 Fase ini disebut fase
sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat
silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast/basofil.11
Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan
antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul
yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan
IgE.11
Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)
sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivitas
farmakologik.11

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi alergi.11

Respons alergi diklasifikasikan menjadi dua kategori: hipersensitivitas tipe


cepat dan hipersensitivitas tipe lambat. Pada hipersensitivitas tipe cepat, respon
alergi muncul dalam waktu sekitar 20 menit setelah orang yang telah tersensitisasi
terpajan ke suatu alergen. Pada hipersensitivitas tipe lambat, reaksi umumnya
belum muncul sampai satu hari atau lebih setelah pajanan. Perbedaan dalam
waktu ini disebabkan oleh perbedaan mediator yang berperan. Suatu alergen
mungkin mengaktifkan respon sel B atau sel T. Reaksi alergi tipe cepat
melibatkan sel B dan dipicu oleh interaksi antibodi dengan antigen, sedangkan

Universitas Sumatera Utara


reaksi tipe lambat melibatkan sel T dan merupakan respons imunitas selular yang
lebih lambat terhadap alergen.12

2.1.4. Manifestasi Klinis


Manifestasi reaksi tipe I dapat bervariasi dari lokal, ringan sampai berat
dan keadaan yang mengancam nyawa seperti anafilaksis dan asma berat11 (Tabel
2.1).
Tabel 2.1. Reaksi alergi 11
Jenis alergi Alergen umum Gambaran
Anafilaksis Obat, serum, bisa, Edema dengan peningktan
dan kacang-kacangan permeabiltas vaskular,
berkembang menjadi oklusi
trakea, kolaps sirkulasi, dan
kemungkinan meninggal.
Urtikaria Sengatan serangga Bentol dan merah di daerah
akut sengatan serangga dapat pula
menimbulkan rekasi
hipersensitifitas tipe IV.
Rhinitis alergi Polen (hay fever), tungau, Edema dan iritasi mukosa
dan debu rumah nasal.
Asma Polen, tungau, dan Konstriksi bronkial,
debu rumah peningkatan
produksi mukus, dan
inflamasi
saluran nafas.
Makanan Kerang, susu, telur, ikan, Urtikaria yang gatal dan
dan bahan asal gandum potensial
menjadi anafilaksis.
Ekzem atopi Polen, tungau, debu Inflamsi pada kulit yang
rumah, terasa
dan beberapa makanan gatal, biasanya merah dan ada
kalanya vesicular.

Universitas Sumatera Utara


2.1.5. Diagnosa
Berikut ini adalah cara menegakkan diagnosa untuk alergi :
a. Anamnesa
Diagnosa alergi ditegakkan berdasarkan anamnesa gejala yang dialami dan
kemungkinan penyebab alergen.13 Perlu juga ditanyakan kapan gejala
timbul, sudah berapa lama, hal-hal yang dapat merangsang timbulnya
gejala, apakah gejala berhubungan musim, apakah gajala mengganggu
aktivitas serta riwayat keluarga menderita keluhan yang sama dan apakah
sudah pernah mendapat pegobatan. 10
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian ditujukan
terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan
paru. Kalau seseorang datang dengan keluhan hidung, maka perhatian
lebih lanjut ditujukan lagi terhadap pemeriksaan hidung dan
kerongkongan, baik dari luar maupun dari dalam rongga hidung.9
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik terbagi menjadi 2, yaitu :13
o Pemeriksaan in vitro
Pemeriksaan dapat dilakukan berupa hitung eosinofil total, hitung
eosinofil dalam sekret, kadar serum IgE total, dan kadar IgE
spesifik yang bermanfaat dalam penegakan diagnosa penyakit
alergi.
o Pemeriksaan in vivo
Pada pemeriksaan ini dapat dilakukan uji kulit dan uji provokasi
sehingga dapat menegakkan diagnosa alergi.

2.2. Imunisasi Campak


2.2.1. Definisi
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.14 Virus
campak termasuk dalam famili paramyxovirus.15 Penularan melalui udara ataupun

Universitas Sumatera Utara


kontak langsung dengan penderita. Kandungan vaksin campak ini adalah virus
yang dilemahkan.16 Pemberian imunisasi ini untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (morbili/measles).17 Saat ini ada beberapa macam
vaksin campak:15
• Monovalent
• Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubela (MR)
• Kombinasi dengan mumps dan rubela (MMR)
• Kombinasi dengan mumps, rubela dan varisela (MMRV)

2.2.2. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemi di seluruh dunia, namun terjadinya
epidemi cenderung tidak beraturan. Pada umumnya epidemi terjadi pada
permulaan musim hujan, mungkin disebabkan karena meningkatnya kelangsungan
hidup virus pada keadaan kelembaban yang relatif rendah.15
Dari Profil Kesehatan Indonesia, Indonesia memiliki cakupan imunisasi
campak pada tahun 2014 sebesar 94,67% yang berarti telah memenuhi target 90%
dari yang telah ditetapkan secara nasional.1 Sedangkan menurut WHO dengan
MDG’s (Millennium Development Goals) programnya The Expanded Programme
on Immunization telah mencanangkan target global untuk mereduksi insidens
campak sampai 90,5% dan mortalitas sampai 95,5% daripada tingkat pre-EPI
pada tahun 1995.15

2.2.3. Komposisi Vaksin


Vaksin campak berasal dari virus hidup, yaitu CAM 70 (chick
chorioallantonik membrane) yang dilemahkan dan mengandung kanamisin sulfat
dan eritromisin. Vaksin ini berbentuk beku kering dan dilarutkan dalam 5 cc
pelarut aquades.16

2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi


Imunisasi campak menurut Permenkes no 42 tahun 2013, diberikan 3 kali
pada umur 9 bulan, 24 bulan dan kelas 1 SD (Sekolah Dasar). Untuk anak yang

Universitas Sumatera Utara


telah mendapat imunisasi MMR (measles, mumps, and rubella) umur 15 bulan,
imunisasi campak umur 24 bulan tidak diperlukan. 18

Gambar 2.2. Jadwal Imunisasi Anak, Rekomendasi IDAI (2014)18

2.2.5. Dosis dan Cara Pemberian


Dosis dan cara pemberian imunisasi campak adalah sebagai berikut:15
a. Dosis vaksin campak 0,5 ml, sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml
cairan pelarut.
b. Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan pada lengan kiri
walaupun dapat diberikan secara intramuskular.
c. Imunisasi campak diberikan lagi pada umur 2 tahun dan saat masuk
sekolah Sekolah Dasar yaitu Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).

Universitas Sumatera Utara


2.2.6. Kontra - Indikasi Imunisasi
Kontraindikasi pemberian imunisasi campak adalah anak:17
 Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam
 Dengan penyakit gangguan kekebalan
 Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
 Dengan kekurangan gizi berat
 Dengan penyakit keganasan
 Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan
eritromisin (antibiotik).

2.2.7. Reaksi KIPI


2.2.7.1.Definisi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following
Immunization (AEFI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi
baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek
farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. 3 KIPI adalah semua kejadian sakit
dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi.19
Pada umumnya reaksi terhadap obat atau vaksin dapat merupakan reaksi
simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek
langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek
farmakologi, efek samping (side effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi
idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan satu
dengan lain. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak,
gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan pengawet (neomisin,
merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.3

Universitas Sumatera Utara


2.2.7.2.Epidemiologi
Data di Indonesia tahun 2008-2010 menemukan kasus KIPI 544 kasus,
133 kasus diantaranya ditemukan hubungan kuasalitas kategori certain dan 36
kasus termasuk dalam kategori probable. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan
oleh vaksin, pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin,
tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan vaksin.4 Kasus KIPI
campak berupa demam terjadi 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis, kejang yang
disebabkan demam 1/3000 dosis, reaksi alergi serius 1/1.000.000 dosis.3

2.2.7.3.Gejala Klinis
Gejala klinis KIPI pada campak bisa berupa:3
o Demam yang lebih dari 39,5°C
o Reaksi alergi berupa anafilaksis, urtikaria, dermatitis, edema
o Ensefalopati
o Ruam morbili
o Trombositopenia

Table 2.2. Gejala klinis KIPI menurut lokasinya19


Reaksi KIPI Gejala KIPI
Lokal Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi local lain yang berat,misalnya selulitis, BCG-itis
SSP Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Arthralgia
Demam tinggi >38,5°C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Otsteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus (3 jam)
Sindrom syok septik
2.3. Gambaran KIPI Campak Pada Anak Alergi

Universitas Sumatera Utara


Vaksin merupakan komponen aktif (antigen) dan komponen tambahan.
Alergi terhadap komponen tambahan, terutama alergi makanan tidak jarang terjadi
pada anak kecil. Alergi telur mempengaruhi 2,5% bayi, dan alergi susu sapi 2,2%
bayi. Vaksinasi harus hati-hati sebelum diinjeksikan. Oleh karena itu orang tua
harus ditanya apakah anak pernah memiliki tanda-tanda alergi atau gejala setelah
vaksinasi jika mereka tidak didiagnosa alergi.20
Reaksi alergi seperti asma, eksim dan pilek boleh imunisasi, tetapi harus
sangat berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur. Jika ada riwayat reaksi
anafilaktik terhadap telur (urtikaria luas, pembengkakan mulut atau tenggorokan,
kesulitan bernafas, mengi, penurunan tekanan darah atau syok) merupakan
kontraindikasi untuk vaksin influenza dan demam kuning. Sedangkan vaksin
vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella) karena kejadian reaksi anafilaktik sangat
jarang, masih boleh diberikan dengan pengawasan.21 Komponen yang digunakan
dalam vaksin MMR tumbuh pada kultur fibroblast dari embrio ayam.22
Vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) adalah bagian dari program
vaksinasi anak di Denmark. Vaksinasi awal diberikan saat anak berusia 15 bulan,
dan vaksinasi ulang diberikan pada usia empat tahun. Hal ini diketahui bahwa
anak-anak dapat bereaksi anafilaksis terhadap vaksin MMR yang mengandung
protein telur. Di Denmark, pedoman klinis nasional merekomendasikan bahwa
anak-anak dengan alergi telur divaksinasi pada bangsal anak meskipun
rekomendasi sudah berubah di negara lain. Berdasarkan penelitian Andersen &
Jorgensen, menyimpulkan bahwa vaksin MMR dapat diberikan sehingga aman
untuk anak-anak yang didiagnosis dengan alergi telur.23

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori


Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

BBLR Imunisasi Campak Alergi

Riwayat KIPI
Pasien Kejadian Ikutan sebelumnya
HIV Paska Imunisasi
(KIPI) Pasien
Pasien human immunocompromised
immunoglobulin

Lokal SSP Lain-lain

- Abses pada - Kelumpuhan akut - Reaksi alergi: urtikaria,


tempat suntikan dermatitis, edema
- Ensefalopati
- Limfadenitis - Reaksi anafilaksis
- Reaksi local lain - Ensefalitis
- Syok anafilaksis
yang berat, - Meningitis - Arthralgia
misalnya - Trombositopenia
- Kejang
selulitis - Ruam morbili
- Demam tinggi >38,5°C
- Episode hipotensif-
hiporesponsif
keterangan: - Otsteomielitis
- Menangis menjerit
= Diteliti
yang terus menerus (3
= Tidak diteliti jam)
- Sindrom syok septik

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

27

Universitas Sumatera Utara


3.2. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Alergiaa KIPI Campak

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan alergi yang dimiliki anak dengan Kejadian Ikutan


Pasca Imunisasi (KIPI) campak.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

4.1.1. Jenis Rancangan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui


gambaran KIPI campak pada anak yang alergi. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Dalam studi cross-sectional peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.24

4.1.2. Tempat dan Periode Penelitian

4.1.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di posyandu Desa Suka Dame Kecamatan


Silangkitang.

4.1.2.2. Periode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Desember 2016.

4.2. Populasi dan Subjek Penelitian

4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berusia 1 – 6 tahun


dan sudah pernah mendapatkan imunisasi campak.

4.2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah anak-anak berusia 1-6 tahun dan sudah


mendapatkan imunisasi campak. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Pada jenis ini,

31

Universitas Sumatera Utara


semua subjek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.25

4.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:

a. Anak yang berusia 1-6 tahun yang sudah mendapatkan imunisasi campak.
b. Orang tua atau wali yang bersedia menjadi responden dan mengisi
kuisioner yang diberikan.

Kriteria Eksklusi
a. Orang tua atau wali yang tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik
dan lancar (hanya dapat berbahasa daerah).

4.2.4. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Keterangan :
n = besar sampel
Zα = kesalahan tipe I = 0,05 ; Zα = 1,96
Zβ = kesalahan tipe II = 0,2 ; Zβ = 0,842
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diteliti = 0,019 26
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0.019 = 0.981
P1 – P2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna = 20% = 0,2
P1 = 0,2 + 0.019 = 0,219
Q1 = 1- P1= 1- 0.219 = 0,781
P = 1/2 ( P1 + P2 ) = 0,119
Q = 1 – P = 1-0,119 = 0,881

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan
menjadi 40 orang.

4.3. Teknik Pengumpulan Data

4.3.1. Metode

Pengumpulan data responden menggunakan teknik wawancara yaitu


responden mengisi sendiri kuesioner yang disediakan. Sebelum responden
mengisi kuesioner, peneliti memberikan informasi tentang prosedur penelitian
secara lengkap. Apabila sudah paham, responden diminta untuk mengisi lembar
informed consent sebagai pernyataan persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.

4.3.2. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian adalah kuesioner yang telah


divalidasi dan dikeluarkan oleh International Study of Asthma and Allergies in
Chilhood (ISAAC). Dan kuesioner terpandu yang telah divalidasi dan dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

4.3.3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder yang diperoleh secara langsung dari orang tua atau wali anak
dengan cara kuesioner.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Alergi Perubahan Wawanca Kuesioner Ya, apabila Nomi
reaksi ra Internation anak sedang nal
tubuh/pertahana al Study of mengalami
n tubuh terhadap Asthma and alergi.
suatu benda Allergies in Tidak,
asing yang Chilhood apabila anak
terdapat didalam (ISAAC) tidak sedang
lingkungan mengalami
hidup sehari- alergi.
hari.
2. Kejadia Kejadian medik Wawanca Kuesioner Ya, apabila Nomi
n Ikutan yang ra terpandu anak nal
Pasca berhubungan mengalami
Imunisa dengan salah satu
si imunisasi baik gejala KIPI
(KIPI) berupa efek pada
Campak vaksin ataupun campak.
efek samping, Tidak,
toksisitas, reaksi apabila anak
sensitivitas, efek tidak
farmakologis, memiliki
atau kesalahan salah satu
program, gejala KIPI
koinsidensi, pada
reaksi suntikan, campak.
atau hubungan
kausal yang
tidak dapat
ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


4.5. Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1. Pengolahan Data

Semua data dikumpulkan, dicatat, dan dikelompokkan kemudian


dimasukkan ke komputer dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program
statistik komputer.

4.5.2. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi. Sedangkan, guna menganalisis hubungan antar variabel,
baik variabel independen maupun dependen digunakan uji statistik chi square (x2)
dengan nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian yang dimulai dari bulan Maret hingga bulan Desember 2016
dilaksanakan di DesaSuka Dame yang berlokasi di Kecamatan Silangkitang.
Kecamatan Silangkitang adalah salah satu dari daftar nama kecamatan di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan
Silangkitang memiliki jumlah penduduk sebanyak 28.282 jiwa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel


Pada penelitian ini, dengan menggunakan rumus besar sampel didapatkan
80 orang tetapi saat melakukan penelitian didapatkan besar sampel menjadi 130
orang. Karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan jenis
kelamin, usia mendapat imunisasi campak, tempat mendapatkan imunisasi
campak, adanya alergi, serta timbulnya KIPI campak. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 5.1.
Dari tabel 5.1 dapat diketahui jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 130 orang. Dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden berjenis
kelamin laki-laki yaitu 76 orang (58,5%) sedangkan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 54 orang (41,5%). Usia responden terbanyak saat mendapat imunisasi
campak adalah pada saat usia <1 tahun yaitu sebanyak 45 orang (34,6%). Dari
data yang ada, tempat terbanyak yang responden sering kunjungi untuk
mendapatkan imunisasi campak yaitu di posyandu sebanyak 85 orang (65,4%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 76 58,5
Perempuan 54 41,5
Usia
< 1 tahun 45 34,6
1 tahun 11 8,5
2 tahun 21 16,2
3 tahun 27 20,8
4 tahun 25 19,2
5 tahun 1 8
Tempat Imunisasi
Posyandu 85 65,4
Praktek Swasta 25 19,2
Puskesmas 20 15,4
KIPI Campak
Ada 26 20,0
Tidak Ada 104 80,0
Alergi
Ada 42 32,3
Tidak Ada 88 67,7
Total 130 100

Dari tabel di atas ditemukan dari seluruh responden hanya 26 orang


(20,0%) yang memiliki manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya yaitu 104
orang (80,0%) tidak memiliki manifestasi KIPI campak. Sedangkan responden
yang memiliki alergi terdapat 42 orang (32,3%) dan 88 orang (67,7%) yang tidak
memiliki alergi.

5.1.3. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak


Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan sampel yang memiliki
manifestasi klinis KIPI campak pada responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI campak
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Manifestasi Klinis KIPI Campak

Demam tinggi >39°C 12 9,2

Lesu 8 6,2

Menangis Menjerit 3 2,3

Bengkak di tempat suntikan 3 2,3

Total 26 100

Tabel diatas menunjukkan, dari 130 orang yang menjadi sampel penelitian
ini terdapat 26 orang (20,0%) memiliki KIPI campak dan 104 orang (80,0%) yang
tidak memiliki KIPI campak. Demam >39°C merupakan manifestasi klinis KIPI
campak yang paling sering muncul saat penelitian ini yaitu terjadi pada 12 orang
(9,2%). Diikuti oleh lesu yang terjadi pada 8 orang (6,2%), menangis menjerit
terjadi pada 3 orang (2,3%) dan reaksi lokal berupa bengkak di tempat suntikan
terjadi pada 3 orang (2,3%).

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi


Berdasarkan hasil penelitian, dari 130 responden imunisasi campak
terdapat42 orang (32,2%) yang memiliki alergi dan yang tidak memiliki alergi
terdapat 88 orang (67,7%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Tipe Alergi

Telur 18 13,8

Dermatitis Atopi 17 13,1

Asma 3 2,3

Rhinitis 1 0,8

Rhinitis + Dermatitis atopi 1 0,8

Telur + Dermatitis atopi 2 1,5

Total 42 100

Dari tabel diatas menunjukkan jenis-jenis alergi yang terdapat pada


penelitian ini. Untuk single allergy disease, alergi telur menunjukkan posisi
tertinggi penyakit alergi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu 18 orang
(13,8%), yang selanjutnya diikuti oleh dermatitis atopiterjadi pada 17 orang
(13,1%), asma 3 orang (2,3%), dan rhinitis 1 orang (0,8%). Sedangkan untuk
multy allergy disease sampel yang mengalami alergi telur sekaligus dermatitis
atopi terdapat 2 orang (1,5%), dan rhinitis sekaligus dermatitis atopi terdapat 1
orang (0,8%).

5.1.5. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan
antara KIPI campak terhadap penyakit alergi pada anak. Tabel 5.4 dibawah ini
menjelaskan bagaimana hubungan antara kedua variable tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak
KIPI Campak

Alergi Ya Tidak Total 95%CI Pvalue

Ya 9 33 42

Tidak 17 71 88 0,46-2,82 0,963

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat 26


responden yang mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya tidak
mengalami manifestasi KIPI campak. Dari 42 responden yang memiliki alergi
terdapat 9 responden yang mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya
33 responden tidak mengalami manifestasi klinis KIPI campak, sedangkan pada
kelompok lain yakni kelompok yang tidak memiliki alergi terdapat 17 responden
mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan 71 responden yang tidak
mengalami manifestasi klinis KIPI campak.Setelah dilakukan uji hipotesa dengan
menggunakan chi-squarediperoleh nilai p (p value) sebesar 0,963 (p>0,05) serta
Confidence Interval0,46-2,82.

5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki
(58,5%) dan perempuan (41,5%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan
di Sumatera Barat menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki (50,9%).27
Usia terbanyak responden saat melakukan imunisasi campak pada usia
<1tahun (34,6%). Hasil inisangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
Solo yang menunjukkan kelompok usia anak saat melakukan imunisasi campak
terbanyak adalah usia2-3 tahun (47%) dari 216 responden. Alasan yang
menyebabkan tidak tepat waktu dalam mengimunisasi anaknya adalah 8 ibu yang
mengatakan karena sedang pergi ke luar kota, 11 ibu mengatakan anak sedang
mengalami sakit sehingga tidak bisa diberi imunisasi, ada satu ibu mengatakan

Universitas Sumatera Utara


bahwa di desa tempat ibu ini harus menunggu ada beberapa balita yang di
imunisasi jadi tidak bisa kalau hanya mengimunisasi satu anak saja padahal sudah
jadwal yang seharusnya untuk mendapatkan imunisasi karena menunggu dahulu
jadi imunisasi balita ibu ini terlambat dan 22 ibu mengatakan lupa untuk datang
mengimunisasikan balitanya tepat waktu.28Sedangkan penelitian yang dilakukan
di Semarang terdapat sedikit persamaan dimana dari 90 orang, umur terbanyak
saat anak melakukan imunisasi campak yaitu umur 1 sampai 2 tahun (58,9%).29
Tempat imunisasi terbanyak dipilih berturut-turut adalah di posyandu
(65,4%), diikuti praktek swasta (19,2%) dan puskesmas (15,4%). Hasil ini sedikit
berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Semarang dimana dari 63 responden
yang melakukan imunisasi campak tempat terbanyak yang dipilih untuk
melakukan imunisasi campak yaitu praktek swasta (57,1%) dan di
puskesmas/posyandu (42,9%).29 Penelitian yang dilakukan di Medan juga
mengatakan tempat imunisasi terbanyak dipilih berturut-turut adalah RS (28,3%),
praktek swasta (23,9%), dan Puskesmas serta Posyandu (masing-masing
17,2%).30Hal ini bisa disebabkan banyak faktor antara lain faktor status pekerjaan.
Ibu yang bekerja tidak bisa mengimunisasikan anaknya di posyandu karena
posyandu dilaksanakan pada hari kerja, sehingga mereka mengimunisasikan
anaknya ke praktek dokter atau bidan swasta. Faktor letak tempat imunisasi
(posyandu) juga dapat mempengaruhi, sebaiknya tempat imunisasi berada
ditempat yang mudah didatangi masyarakat sehingga tidak menyulitkan
masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya.29

5.2.2. Manifestasi Klinis KIPI Campak


Berdasarkan hasil penelitian, dari 130 responden didapatkan manifestasi
klinis KIPI campak terdapat dua kelompok yakni 104 orang (80,0%) yang bebas
KIPI campak dan 26 orang (20,0%) yang memiliki KIPI campak. Manifestasi
klinis KIPI campak yang paling sering muncul ialah demam tinggi >39°C (9,2%),
diiikuti oleh lesu (6,2%), menangis menjerit (2,3%) dan bengkak pada tempat
suntikan (2,3%). Immunise Australia Program mengatakanKIPI campak yang
sering muncul adalah demam, kemerahan, nyeri atau bengkak ditempat suntikan

Universitas Sumatera Utara


dan reaksi anafilaktik yang sangat jarang terjadi.31 Archives of Iranian
Medicinejuga mengatakan KIPI yang sering muncul adalah Demam dan kejang
(49,6%), diikuti kejang tanpa demam, parotitis, ensefalopati dan reaksi
anafilaksis.32
Sedangkan penelitian yang dilakukan di Chinadari 28 responden,KIPI
campak yang paling banyak muncul yaitu kemerahan berbentuk papul.
Selanjutnya diikuti nyeri perut, demam, kemerahan berbentuk papul disertai
edema ekstremitas bilateral bawah dengan nyeri, dan nyeri perut disertai dengan
edema ekstremitas bilateral bawah dengan nyeri.33Penelitian yang dilakukan di
Irlandia juga mengatakan dari 446 vaksin yang diberi ke resonden hanya 6 orang
yang mengalami KIPI campak yaitu ruam vesikel, ruam urtikaria, ruam makular,
wajah kemerahan dan lesu.26

5.2.3. Penyakit Alergi


Dari hasil penelitian, terdapat dua kelompok yakni 42 orang (32,3%) yang
memiliki alergi dan 88 orang (67,7%) yang tidak memiliki alergi. Untuk single
allergy disease,alergi terhadap telur menunjukkan posisi tertinggi diikuti oleh
dermatitis atopi, asma dan rhinitis.Hasil penelitian yang dilakukan di Irlandia,
terdapat 310 orang mendapat rujukan ke bagian gawat darurat dikarenakan alergi.
Yang terbanyak mendapat rujukan yakni alergi telur (84,2%), diikuti memiliki
reaksi alergi pada vaksinasi sebelumnya, multiple alergi, alergi kacang, alergi
antibiotik, alergi susu, dermatitis atopi, dan tanpa diketahui penyebabnya.26
Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.
Kariadi Semarang yaitu anak yang berusia 2-5 tahun yang memiliki posisi
tertinggi alergi yaitu rhinitis alergi selanjutnya diikuti dermatitis atopi dan
asma.5Pada penelitian yang dilakukan di Medan juga mengatakan dengan sampel
121 orang menyatakan 59,5% dari sampelnya tersebut menderita rhinitis alergi
diikuti oleh asma dan dermatitis.34SedangkanCenter for Disease Control and
Prevention (CDC) mengatakan alergi pada anak yang dimulai umur 12 bulan
terdiri 11% alergi respiratori, 6% alergi makanan, dan 12% alergi kulit.7

Universitas Sumatera Utara


5.2.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara
anak yang memiliki alergi dengan timbulnya KIPI campak (CI:0,46-2,82;p:0,963)
yang telah diuji dengan menggunakan uji hipotesis chi-square. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan di Irlandia, yang menyatakan anak yang memiliki
alergi terutama alergi telur aman untuk pemberian vaksin campak. Dalam
penelitiannya dari 310 orang mendapatkan vaksin campak dan memiliki alergi
hanya 6 orang yang mengalami reaksi langsung dari vaksinasi berupa reaksi
ringan seperti demam atau muntah,26
Pada penelitian yang dilakukan diHellerod Hospital Denmark, juga
didapatkan tidak adanya reaksi anafilaksis atau reaksi alergi terhadap pemberian
vaksin MMR pada anak yang memiliki alergi telur maupun asma. Sebanyak 36
pasien didiagnosis teridentifikasi alergi telur pada saat umur <1 tahun diantaranya
terdapat 15 pasien dengan gejala asma kronis, 14 pasien tidak ada gejala asma dan
4 pasien tidak terdapat informasi tentang gejala asma.23
Penelitian yang dilakukan di Spanyol juga menyatakan dari 26 total pasien
dengan alergi telur tidak mengalami reaksi apapun (baik lokal maupun sistemik)
setelah menerima vaksin MMR dalam dosis tunggal . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa MMR dapat diberi pada anak-anak yang memiliki alergi terhadap telur
dengan aman.22 Dalam penelitian lain juga didapatkan konsentrasi protein telur
sedikit di dalam vaksin MMR sehinggga faktor resiko terjadi reaksi anafilaksis
rendah. Di Eropa, prevalensi anafilaksis karena vaksin MMR diperkirakan 1,2
kasus per satu juta dosis. Di AS, kejadian dilaporkan 3,5 kasus per satu juta dosis.
Menariknya, sebagian besar dari reaksi alergi MMR terjadi pada pasien tanpa
alergi telur. Oleh karena itu, besar kemungkinan pemicunya adalah komponen
vaksin lain, seperti gelatin. Tidak lengkapnya ketersediaan data yang
menunjukkan resiko tambahan untuk reaksi alergi pada anak alergi telur
dibandingkan dengan non alergi untuk vaksin MMR ataupun vaksin campak.20
Vaksin MMR dibuat dari kultur sel yang menggunakan fibroblast embrio
ayam. Vaksin ini sedikit mengandung protein telur. Konsekuensinya pada anak
yang alergi telur ringan atau berat, vaksinasi MMR memberikan resiko rendah

Universitas Sumatera Utara


timbul anafilaksis. Menariknya ditemukan mayoritas reaksi hipersensitivitas lain
setelah vaksinasi MMR diakibatkan oleh komponen lain selain protein telur.
35
Kontroversi seputar MMR dan alergi telur telah terjadi sangat lama meskipun
protein telur ayam dalam vaksin diproses dengan sangat teliti dan dibuat
konsentrasi yang sangat rendah untuk memicu reaksi alergi. Di Eropa dan
sekitarnya hubungan MMR dan alergi telur telah berubah selama bertahun-tahun
yang lalu. Vaksin MMR untuk anak yang alergi telur telah diterbitkan sejak tahun
2000. Konsultan dokter anak di University Hospital Coventry Inggris menyatakan
bahwa anak dengan alergi telur ringan dapat divaksinasi dengan aman dalam
pelayanan primer dan direkomendasikan untuk anak yang sebelumnya pernah
mengalami reaksi alergi yang signifikan harus divaksinasi di rumah sakit.36
Di Indonesia, vaksin campak yang digunakan berasal dari virus hidup,
yaitu CAM 70 (chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan dan
mengandung kanamisin sulfat dan eritromisin. Vaksin ini berbentuk beku kering
dan dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.16 Vaksin campak sebagian besar
diproduksi di sel embrio ayam, tetapi ada beberapa vaksin yang tumbuh di sel
diploid manusia. Vaksin campak sebagian besar juga mengandung antibiotik
dengan dosis kecil (25 µg dari neomisin per dosis).37 Saat ini hanya sedikit
laporan reaksi alergi karena vaksin yang mengandung antibiotik. Namun, pasien
yang mengalami reaksi anafilaksis terhadap antibiotik spesifik sebaiknya
menghindari vaksinasi yang mengandung antibiotik spesifik tersebut.35
Komponen lain dalam vaksin campak seperti sorbitol dan gelatin
digunakan sebagai stabilisator vaksin, yang digunakan untuk melindungi vaksin
dari kondisi yang tidak diinginkan seperti panas yang berlebihan atau proses
freeze-drying.Ketika digunakan dalam vaksin, gelatin bersifat cross-reactive dan
berasal dari sapi atau babi. Gelatin digunakan sebagai stabilisator pada vaksin
yang mengandung virus hidup namun dilemahkan dan mengakibatkan reaksi
paling banyak dibandingkan dengan komponen lain.Orang dengan alergi makanan
gelatin dapat mengalami reaksi anafilaksis setelah injeksi vaksin yang
mengandung gelatin, namun telah dilaporkan bahwa orang tanpa alergi makanan
gelatin dapat juga mengalami reaksi anafilaksis terhadap vaksin yang

Universitas Sumatera Utara


mengandung gelatin. Di Jepang, setelah diperkenalkan vaksin yang tidak
mengandung gelatin, insiden reaksi alergi menurun tajam.35

Di Indonesia, vaksin campak mengandung antibiotik yaitu kanamisin


sulfat tidak lebih dari 100 mcg dan Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg serta
pelarut yang mengandung air untuk injeksi.38Sehingga untuk indonesia sendiri
KIPI campak akibat alergi gelatin sudah jarang terjadi karena vaksin di Indonesia
sudah tidak mengandung gelatin. Namun pada anak yang memiliki alergi
antibiotik tersebut sebaiknya menghindari vaksinasi yang mengandung antibiotik
tersebut. Untuk itusangat perlu dilakukan komunikasi yang baikkepada orang tua
yang memiliki anak yang alergi terhadap telur ataupun alergi terhadap komponen
lain dari vaksin campak untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Anak usia < 1 Tahun yang paling banyak mendapatkan imunisasi campak
pada penelitian ini.
2. Demam >39°C merupakan gejala paling banyak muncul setelah pemberian
imunisasi campak.
3. Alergi telur masih sering menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
campak.
4. Tidak terdapat hubungan antara Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi campak
yang timbul dengan alergi yang dimiliki pada anak.

6.2. Saran
6.2.1. Bagi Petugas Kesehatan
Walaupun tidak terdapat hubungan KIPI campak pada anak alergi,
diharapkan petugas tetap melakukan komunikasi yang baik kepada orangtua yang
memiliki anak dengan kemungkinan adanya alergi sehingga dapat meminimalisasi
terjadi nya KIPI campak pada anak terutama yang memiliki alergi.

6.2.2. Bagi Puskesmas di Desa Suka Dame


Diharapkan lebih untuk lebih melakukan sosialisasi mengenai pentingnya
imunisasi dalam rangka meningkatkan peran puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan primer/ yang paling dekat dengan masyarakat.

6.2.3. Bagi Institusi Pendidikan di Fakultas Kedokteran USU


Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang resiko
munculnya KIPI campak pada anak yang alergi pada tempat pelayanan kesehatan
lain agar jumlah sampel lebih banyak sehingga didapatkan data yang lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


pada Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015. p. 117-120.
Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf [diakses tanggal 13 April
2016]
2. World Health Organization (WHO). Media Center. Measles; 2016.
Diunduh dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/
[diakses tanggal 13 April 2016]
3. Akib AP, dan Purwanti A. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri RSH, Cissy BK, Ismoedijanto,
Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : IDAI; 2014. ed 5.
p. 212-237.
4. Satari HI. Pelaporan KIPI. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri RSH,
Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
Jakarta: IDAI; 2014. ed 5. p. 239-245.
5. Wistiani, dan Notoatmojo H. Hubungan Pajanan Alergen Terhadap
Kejadian Alergi pada Anak. Sari Pediatri. 2011;13(3):185-7.
6. World Allergy Organization (WAO). White Book on Allergy. A World
Federation Of Allergy,Asthma & Clinical Immunology Societies;2011.
Diunduh dari http://www.worldallergy.org/UserFiles/file/WAO-White-
Book-on-Allergy_web.pdf [diakses tanggal 15 April 2016]
7. Center for Disease Control and Prevention (CDC). Summary Health
Statistics for U.S. Children: National Health Interview Survey 2012. U.S
Departement of Health and Human Service;2013. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_10/sr10_258.pdf [diakses tanggal
15 April 2016].

Universitas Sumatera Utara


8. Widjaja WC. Google Book : Mencegah & Mengatasi Alergi & Asma Pada
Balita. Tanggerang: Kawan Pustaka;2005. p. 1-3.
9. Tanjung A, dan Yunihastuti E. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi.
Dalam: Setiati S, Idrus A, Aru WS, Marcellus SK, Bambang S, Ari FS.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta: Interna Publishing; 2014: 1 . ed
6. p. 473-7.
10. Mahdi A. Dinajani SA. Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI;2008. ed 2. p. 1-9.
11. Baratawidjaja KG, dan Rengganis I. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. ed 10. p. 369-
381.
12. Sherwood, dan Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. trans.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. ed 6. p. 481-4.
13. Sudewi NP. Berbagai Teknik Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosis
Penyakit Alergi. Sari Pediatri. 2009;11(3):174-7.
14. Maryanti D, Sujianti, dan Tri Budiarti. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita.
Jakarta: Trans Info Media (TIM); 2011. p. 249.
15. Salimo H, dan Soegijanto S. Campak. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S,
Sri RSH, Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Jakarta: IDAI; 2014. ed. p. 313-321.
16. Lisnawati L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info Media
(TIM); 2011. p. 70-3.
17. Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.
Trans Info Media (TIM); 2010. p. 207-220.
18. Hadinegoro SRS. Jadwal Imunisasi. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri
RSH, Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Jakarta: IDAI; 2014. ed 5. p. 54-55.
19. Proverawati A. Dan Citra SDA. Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2010. p. 82-93.

Universitas Sumatera Utara


20. Franceschini F, Paolo B, Silvia C, Giuseppe C, Liotti L, Diego P, dkk.
Vaccination In Children With Allergy To Non Active Vaccine
Components. Clinical & Translational Medicine. 2015;4:3 [diakses tanggal
13 Mei 2016]
21. Soedjatmiko, Alan RT. Tanya Jawab Bayi/Anak Sedang Sakit Atau
Sedang Dalam Pengobatan; 2013. Diunduh dari:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/tanya-jawab-bayi-anak-
sedang-sakit-atau-sedang-dalam-pengobatan [diakses tanggal 17 Mei
2016]
22. Carballo IC, Pastor MCD, Zavala BB, Cano MS, dan Caballer BH. Safety
Of Measles-Mumps-Rubella Vaccine (MMR) In Patients Allergic To
Egg;2007. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17594874
[diakses tanggal 13 Mei 2016]
23. Andrsen, DV, dan Jorgensen IM. MMR Vaccination Of Children With
Egg Allergy Is Safe;2013. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23461988 [diakses tanggal 13 Mei
2016]
24. Alatas H, Karyomanggolo WT, Musa DA, Boediarso A, Oesman+ IN,
Idris NS. Desain Penelitian. Dalam : Sudigdo S & Sofyan I. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV. Sagung Seto;2014. ed 5. p.
104-113.
25. Sastroasmoro S. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam : Sudigdo S &
Sofyan I. Jakarta : CV. Sagung Seto;2014. ed 5. p. 88-101.
26. Cronin J, Scorr A, Russell S, McCoy S, Walsh S, dan O’Sullivan R. A
Review of a Paediatric Emergency Department Vaccination Programme
for Patients at Risk of Allergy/Anaphylaxis. Acta
Paediatrica.2012;101:941-5.
27. Sundoro J, Novilia SB, Syafrial, Rini M. Protektivitas, Reaksi Lokal dan
Sistemik Pascaimunisasi dengan Vaksin Campak (Bio Farma) dari Bets
Vaksin yang Berbeda pada Anak Sekolah Dasar di Sumatera
Barat.2015;47:3. Diunduh dari:

Universitas Sumatera Utara


http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/595/0 [diakses
tanggal: 31 Maret 2016]
28. Destiyanta, Aditya Putra. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan
Pengetahuan Ibu dengan Ketepatan Jadwal Mengikuti Imunisasi Camak Di
Wilayah Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah
Surakarta;2015 Diunduh dari
eprints.ums.ac.id/39740/12/Naskah%20Publikasi.pdf [diakses tanggal:29
November 2016]
29. Khalimah, Umi. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita
Dengan Praktek Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
Gunungpati Semarang. Universitas Negeri Semarang;2007. Diunduh dari:
lib.unnes.ac.id/1015/1/1954.pdf [diakses tanggal: 29 November 2016]
30. Inger Hs. Hubungan Antara Faktor Resiko Dan Manifestasi Klinis
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Universitas Sumatera Utara,
Medan;2015.
31. Australian Government. Immunise Australia Program: Measles, Mumps,
Rubella, Varicella Vaccine Information for health professionals;2013.
Diunduh dari:
http://www.immunise.health.gov.au/internet/immunise/publishing.nsf/cont
ent/IT0167-cnt [diakses tanggal: 13 Mei 2016]
32. Esteghamati A, Abbasali K, Ramin H, Mohammad MG, Masoud SA,
Shahnaz A, Frank M. Adverse Reactions Following Immunization with
MMR Vaccine in Children at Selected Provinces of Iran. Archives of
Iranian Medicine.2011;14:2.
33. Shu M, Qinglian L, Jin W, Rui A, Chaomei Y, Gang F, Chaomin W,
Wenjun G. Measles vaccine adverse events reported in the mass
vaccination campaign of Sichuan province, China from 2007 to 2008.
Elsevier;2009.
34. Hidayatullah A. Hubungan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif
terhadap Insidensi Penyakit Alergi pada Anak. Universitas Sumatera
Utara, Medan;2015.

Universitas Sumatera Utara


35. Chung EH. Vaccine Allergies. Clinical And Experimental Vaccine
Research. Korean Vaccine Society;2013. Diunduh dari:
http://www.ecevr.org/ [diakses tanggal: 13 Mei 2016]
36. Bandi S, and MacDougall C. MMR and Egg Allergy: to Vaccinate or not
Vaccinate?. British Journal of General Practice;2010. Diunduh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2930231/ [diakses tanggal
14 Mei 2016]
37. World Health Organization (WHO). Information Sheet Observed Rate of
Vaccine Reaction Measles, Mumps And Rubella Vaccines;2014. Diunduh
dari:
http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/MMR_vaccine_rates_in
formation_sheet.pdf [diakses tanggal: 29 Mei 2016]
38. Biofarma. Vaksin Campak. Diunduh dari:
http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-campak-beku-kering/ [diakses
tanggal: 13 Desember 2016]

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : ROSIDWIKASARI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Sidorejo I / 19 Januari 1995

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Melati Raya Perumahan Grand Pavilion


no.131 Medan

Nomor Telepon : 085262588668

Email : rosidwikasari@yahoo.co.id

Universitas Sumatera Utara


Riwayat Pendidikan :

1. SD NEGERI NO 115494 SUKA DAME ( 2001-2007)


2. SMP Negeri 3 Bilah Hulu (2007-2010)
3. SMA Negeri 3 Rantau Utara (2010-2013)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-Sekarang)

Riwayat Organisasi :
1. Sekretaris Divisi Logistik Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM)
USU periode 2015-2016
2. Anggota Divisi Logistik Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM)
USU periode 2016-Sekarang

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Rosidwikasari, saat ini sedang menjalani Program Sarjana


Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sehubungan dengan persyaratan penyelesaian studi saya untuk memperoleh gelar
sarjana kedokteran, saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak yang
Memiliki Alergi”.

Pada penelitian ini, saya akan memberikan beberapa pertanyaan yang


berhubungan dengan riwayat imunisasi, KIPI yang mungkin pernah dialami anak
setelah imunisasi campak serta alergi yang ada apada anak Bapak/ Ibu pada saat
imunisasi campak diberikan. Saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela
tanpa paksaan apapun. Hasil jawaban dan wawancara tidak akan disalahgunakan
untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Dalam penelitian ini, Bapak/Ibu terlebih dahulu akan mengisi identitas


diri. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi subjek penelitian, dipersilahkan untuk
menandatangani lembar persetujuan. Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal
yang kurang jelas, maka Bapak/ Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti,
saya, Rosidwikasari (085262588668). Demikian lembar penjelasan ini saya
sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan, ………………..2016

Hormat saya,

Rosidwikasari

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang


penelitian :

“Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak


yang Memiliki Alergi”.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : . .

Umur : . .

Alamat : . .

adalah orang tua/ wali dari:

Nama :. .

Umur :. .

Alamat :. .

Menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat
dengan penuh tanggung jawab agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Medan,………………...2016

Saksi, Yang membuat pernyataan

( ________________ ) ( )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Petunjuk Pengisian Kuesioner:

Beri tanda √ pada kotak jawaban yang benar.

Bila salah, silang (X) jawaban yang salah tersebut lalu isi pilihan pada kotak yang
benar dengan tanda √.

Contoh:

Jawaban tidak Ya
Tidak √

Jawaban ya
Ya √
Tidak

Salah jawab
Ya √
Tidak √

Nama Anak :. .

Umur :. .

Tanggal Lahir :. / / .

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan (coret yang tidak perlu).

Alamat :. .

Berat lahir anak :. .

Nama Ayah :. .

Nama Ibu :. .

Pekerjaan Ayah :. .

Pekerjaan Ibu :. .

Universitas Sumatera Utara


Beri tanda √ pada kotak yang Bapak/ Ibu anggap benar.

1. Pernahkah anak anda mengalami mengi atau bengek atau Ya


suara napas berbunyi “ngik”? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 6

2. Pernahkah anak anda mengalami mengi atau bengek atau Ya


suara napas berbunyi “ngik” dalam 12 bulan terakhir? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 6

3. Dalam waktu 12 bulan terakhir berapa kalikah


anak anda mendapat serangan mengi atau 1 sampai 3 kali
bengek atau suara napas berbunyi “ngik” 4 sampai 12 kali
tersebut? Lebih dari 12 kali

4. Dalam waktu 12 bulan terakhir Tidak pernah


berapa kalikah rata-rata tidur Kurang 1 malam/minggu
malam anak anda terganggu karena Lebih dari 1 malam/ minggu
mengi atau bengek atau napas
berbunyi “ngik” tersebut?

5. Dalam 12 bulan terakhir, apakah mengi atau benegk atau Ya


suara napas “ngik” yang dialami anak anda sedemikian berat Tidak
sehingga hanya dapat mengucapkan sepatah dua patah kata
saja dalam satu hirupan napas

6. Apakah anak anda pernah menderita asma? Ya


Tidak

7. Dalam 12 bulan terakhir, pernahkah anak anda menderita Ya


mengi atau bengek atau suara napas “ngik” setelah Tidak
berolahraga atau kegiatan berat lainnya?

Universitas Sumatera Utara


8. Dalam 12 bulan terakhir, pernahkah anak anda menderita Ya
batuk kering pada malam hari yang bukan karena flu atau Tidak
penyakit infeksi saluran napas?

9. Pernahkah anak anda bersin-bersin atau ingusan atau hidung Ya


tersumbat meskipun tidak sedang flu? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 14

10 Pernahkah anak anda bersin-bersin atau ingusan atau hidung Ya


tersumbat meskipun tidak sedang flu dalam 12 bulan Tidak
terakhir?

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 14

11. Dalam 12 bulan terakhir apakah bersin-bersin atau ingusan Ya


atau hidung tersumbat yang disebutkkan diatas tadi disertai Tidak
dengan mata berair dan gatal?

12.Dalam 12 bulan terakhir, pada bulan apakah Januari Juli


anak anda menderita batuk kering pada Februari Agustus
malam hari yang bukan karena flu atau Maret September
penyakit infeksi saluran napas tersebut April Oktober
timbul? (boleh lebih dari satu) Mei November
Juni Desember

13. Dalam waktu 12 bulan terakhir, seberapa besar Tidak Berpengaruh


pengaruh geala hidung anak anda terhadap Sedikit
kegiatan anak anda sehari-hari? sedang
Besar pengaruhnya

Universitas Sumatera Utara


14. Apakah anak anda menderita bersin atau ingusan atau Ya
hidung tersumbat pada musim tertentu tetapi bukan flu? Tidak

15. apakah anak anda pernah menderita kemerahan yang gatal Ya


di kulit, hilang timbul dalam jangka waktu 6 bulan? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 20

16. apakah anak anda pernah menderita kemerahan yang gatal Ya


di kulit, hilang timbul dalam jangka waktu 6 bulan, dalam Tidak
12 bulan terakhir?

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 20

17. Apakah kulit kemerahan dan gatal tersebut timbul pada Ya


salah satu atau beberapa tempat di bawah ini: Tidak
Lipatan siku, lipatan lutut, pergelangan kaki bagian dalam,
bokong bagian bawah, sekitar leher, telinga, atau mata?

18. Pada umur berapakah kulit merah dan gatal Kurang dari 2 tahun
tersebut pertama kali timbul? Antara 2-4 tahun
Lebih dari 4 tahun

19. Apakah kemerahan dan gatal pada kulit tersebut pernah Ya


sambuh/ hilang seluruhnya dalam 12 bulan terakhir? Tidak

20. Dalam 12 bulan terakhir, berapa Tidak pernah


kalikah rata-rata anak anda tidak Kurang 1 malam/minggu
dapat tidur malam karena kemerahan lebih dari 1 malam/minggu
dan gatal tersebut?

21. Pernahkah anak anda menderita eksim? Ya


Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5.
Imunisasi
Cara Pemberian Jumlah
Imunisasi
Tanggal (Intra kutan, Sub- Vaksin Lokasi Penyuntikan
(Vaksin)
kutan, IM, tetes) (ml/tetes)

Tempat imunisasi : Posyandu Puskesmas Praktek swasta


Pos PIN Balai Pengobatan RS/ RB
Sekolah Rumah Lain

Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita


- Alergi terhadap : - telur Ada Tidak Ada
- antibiotik (neomisin) Ada Tidak Ada
- Reaksi terhadap imunisasi sebelumnya Ada Tidak Ada
Jika ada, imunisasi (vaksin)________ Reaksi timbul pada tangal____________
Gejala dan lamanya gejala __________________________________________

Diagnosis________________________________________________________
- Berat Badan Lahir Rendah Ada Tidak Ada
Jika ada : 1500 – 2499,9 gr 1000 – 1499,9 gr < 1000 gr
- Pemakaian obat-obat steroid Ada Tidak Ada

vi

Universitas Sumatera Utara


Perjalanan Manifestasi Klinis Kasus KIPI Pada Anak/ Bayi/ WUS

Gejala Tidak Ya Jika ya, timbulnya Lama


gejala sejak : gejala
Tanggal Pukul Jam/ Hari
Bengkak di tempat
suntikan
Bentol, bengkak,
merah dan gatal
- pada kulit
- pada bibir
- pada mata
Demam tinggi > 39 oC
Nyeri kepala
Nyeri otot
Lesu
Batuk/ pilek
Mencret
Muntah
Sesak Napas
Kuning/ Ikterik
Perdarahan
Kejang
Kelemahan/
kelumpuhan otot
lengan/ tungkai
Pingsan (sinkop)
Penurunan kesadaran
Tanda-tanda syok
anafilaktik

Universitas Sumatera Utara


Sakit kepala
Menangis menjerit > 3
jam
Lemas & kebas
seluruh tubuh
Ruam pada kulit
Pembengkakan
kelenjar getah bening
(leher/ketiak/lipat
paha)
Sakit disertai
kelemahan pada
lengan yang disuntik
Bengkak, kemerahan,
nyeri (reaksi Arthus)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai