Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBINAAN KEDISIPLINAN DIPENDIDIKAN SD/MI

Untuk memenuhi Salah Satu Tugas


Metodologi Pendidikan Moral dan Agama SD/MI

oleh :
Indah Anggraini 1238.19.0561
Salbiah 1238.19.0649
Siti Maryam Lubis 1238.19.0660
Wirda Meisani Wulandari 1238.19.0687

Dosen Pengampu :
Annisa Khasanah Wulandari

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KIFAYAH RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pembinaan
Kedisiplinan di Pendidikan SD/MI. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pendidikan Moral dan Agama SD/MI dalam
Program S1 PGMI STIT AL–ALKIFAYAH RIAU.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut serta membantu
penyusunan sehingga makalah ini terwujud.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini, namun penyusun tetap berharap agar laporan ini dapat
memberi manfaat khususnya bagi penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya.
Akhir kata kepada seluruh pihak yang telah membantu, semoga amal dan
kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Pekanbaru, 17 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Pengertian Disiplin ............................................................................................................ 3

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin ........................................................................ 4

C. Jenis-Jenis Pola Penanaman Disiplin ................................................................................ 6

D. Teknik-Teknik Membina Disiplinn Kelas ......................................................................... 9

E. Upaya Menegakkan Disiplin ............................................................................................ 9

BAB III

PENUTUP................................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12

B. Saran ......................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan adalah aspek yang menentukan masa depan
yang lebih baik bagi peserta didik. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan
mengembangkan berbagai potensi diri yang ada pada diri peserta didik agar peserta
didik menjadi kreatif, berilmu, mandiri, cakap, berakhlak mulia, serta mempunyai
keterampilan. Untuk tercapainya hal tersebut tentu tidak lepas dari kedisiplinan peserta
didik, dimulai dari orang tua dalam membimbing dan menanamkan kedisplinan di
dalam keluarga kepada anak-anak mereka dirumah dan juga guru ketika peserta didik
berada disekolah dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk
mengikuti dan mentaati peraturan disekolah, sehingga tercapai kedisiplinan peserta
didik dalam proses belajar mengajar dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan.
Kenyataan yang terjadi pada saat ini dilapangan, anak kurang disiplin dan kurang
memiliki rasa tanggung jawab disekolah, contohnya tidak membuat pekerjaan rumah,
mencoret-cort meja dan kursi, tidak tertib dalam melaksanakan upacara bendera, tidak
berpakaian dengan rapi, kurang hormat pada guru dan masih banyak yang lainnya. Hal-
hal ini merupakan dasar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau
masalah ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional
akan sulit terwujud.
Berbagai faktor yang mempemgaruhi anak kurang memiliki sikap disiplin,
diantaranya lemahnya perhatian orang tua terhadap anaknya dikarenakn orang tua sibuk
dengan urusan ekonomi, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dari
lingkungan sekitar, kurang demookratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru
yang ada disekolah.

B. Rmusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Disiplin ?
2. Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Pola Penenanaman Disiplin ?
4. Apa Saja Teknik-Teknik Membina Disiplin di Kelas ?
5. Bagaimna Upaya Menegakkan Disiplin ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan
dalam makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Disiplin.
2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin.
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Pola Penenanaman Disiplin.
4. Untuk Mengetahui Teknik-Teknik Membina Disiplin di Kelas.
5. Untuk Mengetahui Bagaimna Upaya Menegakkan Disiplin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Displin
Disiplin berasal dari bahasa inggris disclipline yang berarti "training to act in
accordance with rules," melatih seseorang untuk bertindak sesuai aturan.
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan
teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab
tanpa paksaan dari siapapun. Menurut The Liang Gie dalam Ali Imron, pengertian
disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang -orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.
Sedangkan menurut Good's dalam Dictionary of education mengartikan disiplin sebagai
beriku :
1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau
kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif.
2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet , aktif dan diarahkan sendiri, meskipun
menghadapi rintangan.
3. Pengendalian perilaku secara langsungdan otoriter dengan hukuman atau
hadiah.
4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana guru dan murid-
murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-
masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam
kelas.
Menurut kamus besar bahasa indonesia disiplin dapat diartikan sebagai :
1. Tata tertib (disekolah, kemiliteran, dsb);
2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb);
3. Bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu.
Secara ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang
pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran studi,
cabang ilmu. Secara nasional disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap
mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap
ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya dan mengatur perilaku anak dalam
mencapai tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang, dan
sebaliknya, harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar
menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga
mau menerima begitu saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (Self
disclipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena
paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah ketaatan pada
otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah suatu sikap batin, bukan
kepatuhan otomatis. Siswa pun bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas
yang baik. Suasana kelas yang tidak tegang, ada kebebasan tapi ada pula kerelaan
mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
Dengan demikian suatu kelas dikatakan disiplin apabila suasana belajar
berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur,baik pada waktu sebelum mengajar
dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan
dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan
atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib,
teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung
maupun tidak langsung.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagai patokan atau pedoman
bagi benar atau salahnya perbuatan tindakan manusia dalam masyarakat, untuk dapat
melaksanakannya diperlukan unsur-unsur pola perilaku yang mendasarinya.
Seseorang yang melakukan perilaku disiplin didorong oleh motif untuk melakukan
hal tersebut. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Berawal dari kata motif maka tumbuhlah kata motivasi yang diartikan sebagai daya
penggerak menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu itu terbagi menjadi dua,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan
kedua motivasi tersebut.
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau keberfungsiannya tidak perlu dirangsang dari luar karena adanya
dorongan dari dalam diri sendiri dengan tujuan untuk membentuk disiplin diri
sendiri dalam belajar sehingga membawa dampak pada prestasi belajarnya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
keberfungsiannya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik
dalam menanamkan disiplin sanagat penting karena kemungkinan besar siswa
yang sedang pada remaja selalu ingin bebas tanpa aturan dan pada akhirnya
memungkinkan untuk berperilaku menyimpang. Faktor akstrinsik dapat
terbagi menjadi :
a. Keluarga
Keluarga sebagai tempat anak belajar bersosialisasi tentjnya
sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
Kebiasaan orang tua akan mempengaruhi pembentukan kepribadian
anak, jika orang tua mendidik anak secara benar maka akan
membentuk kepribadian anak yang baik, maka keluarga sangat
berperan dalam membentuk tingkah laku anak. Orang tua yang otoriter
dan yabg memberi kebebasan penuh akan menjadi pendorong bagi
anak untuk berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis
tidak memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan
menjadi pendorong terhadap perkembangan anak kearah yang positif.
Contoh dan perbuatan orang tua dalam keluarga akan lebih besar
dampaknya terhadap perkembangan anak. Orang tua hendaklah
memberi contoh dan teladan yang baik untuk anak-anaknya, karena
contoh teladan akan lebih efektif dari pada kata-kata.
b. Lingkungan sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat untuk mempersiapkan
generasi muda menjadi manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak atau siswa. Pihak
sekolah khususnya guru harus mampu menjalankan tugasnya sebagai
pendidik, guru tidak hanya menyampaikan materi ilmu pengetahuan
saja melainkan juga harus melakukan pembinaan kepribadian siswa
melalui contoh dan teladan. M.I Soelaeman mengemukakan bahwa
"Guru harus pandai menegakkan ketertiban, tidak melalui kekerasan
melainkan melalui kerjasama dan saling mengerti.
Sedangkan alat yang tersedia untuk menegakkan ketertiban itu
adalah kewibawaan yang bertopang pada saling mempercayai dan pada
kasih sayang." Guru mempunyai peran penting dalam membentuk
perilaku siswa. Guru harus dapat dijadikan contoh dan teladan yang
baik bagi siswanya.
c. Lingkungan.masyarakat
Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan
disiplin seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa untuk mematuhi
peraturan yang ditetapkan dalam keluarga dan sekolah maka akan
cenderung orang tersebut akan mematuhi peraturan dilingkungan
masyarakat. Lingkungan masyarakat tentunya memiliki aturan yang
harus ditaati oleh setiap warganya, oleh karena itu masyarakat
memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang.
C. Jenis-Jenis Pola Penenanaman Disiplin
Hadisubrata mengemukakan bahwa : "disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu
disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis." Ketiga hal tersebut
dijelaskan berikut ini :
1. Disiplin otoriter
Disiplin otoriter selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan,
dorongan, pemaksaan, dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerap
kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan
menaati peraturan. Tipe otoriter memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Guru menetapkan peraturan tanpa kompromi
Dalam tipe ini guru menunjukan perilaku seperti mendominasi
atau menguasai siswa, menentukan dan mengatur kelakuan siswa,
merasa berkuasa dan berhak memberikan perintah, larangan, dan
hukuman.
b. Guru menghukum siswa yang tidak menaati peraturan.
Jika ada siswa yang membuat kesalahan atau melanggar
peraturan, tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu dari siswa yang
bersangkutan, guru memberikan hukuman kepadanya.
c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat atau meminta bantuan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Situasi seperti ini, guru menunjukan
perilaku-perilaku seperti tidak mau menerima permohonan siswa untuk
memecajkan masalah yang dihadapinya terutama dalam kesulitan
belajar dan menolak pendapat.
Dampak penanaman pola disiplin otoriter ini seperti yang diungkapkan
oleh S.D Singgih Gunawan adalah sebagai berikut :
a) Lemahnya daya inisiatif dan kreatif dalam berfikir dan berperilaku.
b) Kepribadiannya kurang matang seperti pemalu, mudah tersinggung,
menaruh dendam, kurang mampu dalam mengambil keputusan, mudah
khawatir atau cemas, kurang memiliki kepercayaan diri, bersifat kaku
dan tidak toleran.
c) Dalam berperilaku atau mematuhi suatu peraturan tidak berdisiplin atau
tergantung kontrol dari luar.
d) Cenderung berperilaku nakal seperti senang bertengkar, kurang bisa
menyesuaikan disi dengan kehidupan sosial.
2. Disiplin permisif
Disiplin persimif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan
keras. Ciri-ciri penanaman disiplin permisif ini adalah:
a. Guru bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan
Siswa misalnya adalah guru yang besikap masa bodoh terhadap
siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya adalah
masalah belajar; gury kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa,
guru kurang memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara belajar
efektif atau tidak.
b. Pengawasan guru bersifat longgar
Yaitu orang tua atau guru tidak menetapkan peraturan bagi
anak tetapi membiarkannya untuk mengontrol dirinya sendiri. Dampak
disiplin ini adalah berupa kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya
karena tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang,
atau bahkan menjadi takut, cemas dan dapat juga menjadi agresif serta
liar tanpa terkendali.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh S.D
Gunarsa mengenai dampak penanaman disiplin permisif atau laisseiz
faire ini adalah :
a) Berkembang sifat egosentrisme yang berlebihan.
b) Mudah bingung atau mengalami kesulitan, jika dihadapkan
oleh batasan-batasan norma yang berlaku dalam lingkungan
sosialnya.
c) Merasa tidak aman seperti cenderung suka merasa takut,
cemas, dan agresif yang berlebih-lebihan.
d) Kurang menaruh perhatian atau kasih sayang terhadap orang
lain.
3. Disiplin demokratis
Tipe demokratis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam menetapkan atau
melaksanakan peraturan. Guru dalam hal ini cenderung menunjikan
perilaku seperti mau bekerjasama dengan siswa, mendiskusikan
tentang peraturan belajar yang ditetapkan, minta penjelasan kepada
siswa jika pada suatu saat siswa dipandang melanggar peraturan,
memverikan penjelasan mengenai manfaat peraturan yang diberikan.
b) Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi masalah. Hal
ini guru mau memperhatikan dan menanggapi persoalan-persoalan
yang dihadapi siswa.
c) Guru menghargai siswa. Guru menunjukan perilaku seperti
memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuannya, memahami
kelebihan dan kekurangan siswa, tidak mencemooh siswa apabila
suatu saat siswa tersebut berbuat kekeliruan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya. Ciri ini dimaksudkan bahwa guru mau menerima
pendapat siswa dipahaminya.
Dampak penanaman disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan
oleh schneiders (1960: 236) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki disiplin diri yaitu memiliki rasa tanggung jawabdan kontrol
diri.
b) Memiliki kemampuan memnyesuaikan diri dan sosial dengan baik
dalam arti mampu berperilaku yang sesuai dengan norma.
c) Memiliki kemandirian dalam berpikir dan berperilaku.
d) Berikap positif terhadap kehidupan.
e) Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.
D. Teknik-Teknik Membina Disiplin di Kelas
Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
a) Teknik keteladanan guru, yaitu hendaknya memberi contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
b) Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan
bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
c) Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung
pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai
pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat
dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah :
1. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
3. Membina organisasi kelas secara demokratis.
4. Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mamdiri dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
5. Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
6. Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
E. Upaya Menegakkan Disiplin
Upaya menegakkan disiplin disalam kelas dapat dilakukan dengan meminta
dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-
pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut
bertanggung jawab untuk menciptakan disiplin siswa.
Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
1. Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada yang mempunyai
kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami
kesulitan dalam mencoptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa
menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang
tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak
disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang
keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk ini ada beberapa hal
yang harus diperhatikan antara lain :
a) Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksabsiswa
untuk patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap
guru yang otoriter membuat suasana kelas menjadi tegang dan sering
diliputi rasa takut.
b) Guru harus percaya diri bahwa iya mampu menegakkan disiplin bagi
dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya
pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa
aman dari guru.
c) Guru jangan memberikan janji-janji yang ridak mungkin dapat ditepati.
Juga tidak memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya
seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu
dan bimbingan.
d) Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan
terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa
terhadapnya. Akibatnya siswa menganggap guru sebagai teman dekat,
sehingga cenderung akan hilang kewibawaannya.
2. Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan sesama disiplin dalam kelas tidak
kalah pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa
merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus
mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin
dikelasnya. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa
dalam mewujudkan disiplin dalam kelas, antara lain :
a) Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serya
menciptakan suasana disiplin didalam kelas.
b) Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk menaati aturan dan tata
tertib sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
c) Siswa hendaknya bertindak sebagainpengontrol atau pengawas dirinya
sendiri tanpa harus diawasi oleh orang lain.
d) Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harys berjanji
pada dirinya sendiri untuk tidak mengulamginya.
3. Pihak orang tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah,
akan sangat membantu penegakkan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakkan disiplin,
antara lain:
a) Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang sudah
dilaksanakan putra-putrinya ketika disekolah.
b) Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra-putrinya
dengan cara turut serta mengawasinya.
c) Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra-putrinya
apabila ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Disiplin adalah ketaatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak lain atau suatu keaadan
dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada
suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu : motivasi intrinsik dan
ekstrinsik yang terdiri dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakaat.
3. Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif
dan disiplin demokratis.
4. Teknik membina disiplin kelas, antara lain teknik keteladanan guru, teknik
bimbingan guru dan teknik pegawasan bersama.
5. Untuk menegakkan disiplin dikelas haru aa kerjasama antara guru, siswa dan
pihak orang tua.
B. Saran
Seorang guru harus mampu mengelola kelas agar proses belajar mengajar
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dan untuk proses
pembembelajaran kedisiplinan juga perlu dilakukan oleh seorang guru, karena guru
adalah model bagi siswa-siswanya. Dan seorang guru harus mampu membuat
siswanya menjadi disiplin dengan berbagai teknik atau berbagai cara yang tepat.
Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2002
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1995.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Belajar yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai