PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan upaya preventif untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan setiap
individu, keluarga serta lingkungannya (Permenkes RI, 2015).
Masalah penyalagunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau
istilah populer dikenal masyarakat sebagai narkoba (narkotika dan bahan/ obat berbahaya)
merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulanan secara
komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidisipliner, multisektor, dan peran setra
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan
konsisten. Maraknya penyalagunaan Napza tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Reoublik Indonesia, mulai dari tingkat sosial
ekonomi menengah bahwa sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada,
penyalgunaan Napza paling banyak berumur antar 15-24 tahun. Tampaknya generasi muda
adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi
muda. Sektor kesehatan memegang penting dalam upaya penanggulangan penyalagunaan
NAPZA, melalui upaya promotif, preventif, terapi dan rehabilita.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana
kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu
peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi menjadi sarana pelayanan pengobatan dan
rehabilitatif saja tetapi juga lebih ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Oleh
karena itu promosi kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Permenkes RI,
2013).
Secara umum pembangunan kesehatan telah menyebabkan terjadinya berbagai kemajuan
penting dalam meningkatkan status kesehatan. Umur Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia
telah naik mengikuti tren kenaikan UHH global. Tahun 2017, UHH orang Indonesia telah
mencapai 71,5 tahun, di mana UHH perempuan lebih tinggi 5 tahun dibandingkan dengan
laki- laki (perempuan 74 tahun, laki-laki 69 tahun). Pendekatan terbaru untuk melihat kualitas
tahun hidup, tidak semata-mata UHH, namun yang lebih penting adalah tahun hidup
berkualitas (Healthy Adjusted Life Expectancy/HALE). HALE orang Indonesia secara rerata
adalah 62,65 tahun, artinya terdapat 8,85 tahun yang hilang karena kualitas hidup yang buruk
akibat menderita penyakit dan disabilitas. Dalam membangun SDM yang berkualitas, selisih
angka inilah yang harus diperkecil (Permenkes RI, 2019)
III.Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah, Penyuluhan
Napza, Promosi kesehatan Untuk Program Prioritas Melalui Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan.
b. Menjadi dasar ataupun masukan bagi Puskesmas dalam mengambil kebijakan jangka
panjang dalam upaya tercapainya target Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah,
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah, Penyuluhan Napza, Promosi kesehatan
Untuk Program Prioritas Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.
c. Sebagai bahan untuk perbaikan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Rumah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah, Penyuluhan Napza, Promosi
kesehatan Untuk Program Prioritas Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan mahasiswa mengenai program promosi kesehatan
Puskesmas Kusuma Bangsa.
b. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENYULUHAN
1.1. DEFINISI
Penyuluhan adalah suatu proses perubahan perilaku dengan penyampaian
informasi agar masyarakat tahu, mau dan mampu merubah perilaku yang kurang baik
menjadi perilaku yang baik. Penyuluhan identik dengan pendidikan kesehatan, hanya
penyuluhan ini berupa kegiatan pendidikan non formal sedangkan pendidikan kesehatan
merupakan suatu kegiatan formal. Menurut Suhardjo penyuluhan adalah suatu upaya
perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dengan peran
serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah
masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial ekonomi-budaya setempat (Hulu V.T
dkk, 2020).
2. NAPZA
2.1. Definisi
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutamaotak/susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terja dikebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan
sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran (Sadock, 2010)
2.2. Klasifkasi
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan (Sadock, 2010) :
a. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
menbuat pemakainya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan
tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),
Sedatif (penenang), hipnotik (otottidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
b. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :Amfetamin (shabu, esktasi),
Kafein, Kokain.
c. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam
terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis(ganja), LSD, Mescalin.
2.5. Komorbiditas
Komorbid adalah keterlibatan dua atau lebih gangguan psikiatrik pada seorang
pasien. Pada pasien yang mendapatkan terapi karena ketergatungan substansi seperti
opioid, alkohol, dan kokain, memiliki prevalensi tinggi mendapatkan gangguan psikiatri
tambahan. Hal ini dibuktikan pada studi epidemiologi bahwa orang-orang dengan
ketergantungan terhadap NAPZA lebih mudah mengalami gangguan psikiatri lain.
a. Gangguan kepribadian anti sosial
Pada berbagai macam studi, menunjukkan bahwa 35 sampai 60 persen pasien dengan
ketergantungan NAPZA juga memiliki diagnosa gangguan kepribadian antisosial.
b. Depresi dan bunuh diri
Gejala depresi sangat banyak ditemukan pada pasien yang didiagnosa sebagai
penyalahgunaan NAPZA ataupun ketergantungan NAPZA. Hampir 40 persen
pengguna opioid dan alkohol memenuhi kriteria diagnosis gangguan depresi mayor
dalam hidup mereka. Penggunaan NAPZA juga salah satu penyebab terjadinya
bunuhdiri. Orang dengan penyalahgunaan NAPZA, sekitar 20 persen lebih rentan
melakukan bunuh diri dibandingkan populasi pada umumnya.
A. Sasaran terapi
Sasaran jangka panjang terapi pasien/ klien dengan adiksi NAPZA :
1. Abstinensia atau mengurangi penggunaan NAPZA bertahap sampai abstinensia
total. Hasil yang ideal untuk terapi adiksi NAPZA adalah penghentian total
penggunaan NAPZA. Perjanjian pada awal terapi sangat penting dilakuakan,
terutama dalam komitmen terapi jangka panjang. Komitmen tersebut membantu
menurunkan angka morbiditas dan penggunaan NAPZA. Umumnya mayoritas
pasien / klien perlu mendapat motivasi yang cukup kuat untuk menerima
abstinensia total sebagai sasaran terapi.
2. Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps. Pengurangan frekuensi penggunaan
NAPZA dan keparahannya merupakan sasaran kritis dari terapi. Fokus utama dari
pencegahan relaps adalah membantu pasien. Klien mengidentifikasi situasi yang
menempatkan dirinya kepada resiko relaps dan menggembangkan respon
alternatif asal bukan merupakan NAPZA. Pada beberap pasien atau klien, situasi
sosial atau interpersonal dapat merupakan faktor beresiko terjadinya relaps.
Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps sering menjadikan sasaran yang
realistik dari pada pencegahan yang sempurna.
3. Perbaikan dalam fungsi psikologi dan penyesuaian fungsi sosial dalam
masyarakat. Gangguan penggunaan zat sering dikaitkan dengan problema
psikologi dan sosial, melepaskan diri dari hubungan antar teman dan keluarga,
kegagalan dalam performance di sekolah maupun dalam pekerjaan, problema
finensial dan hukum dan gangguan dalam fungsi kesehatan umum. Mereka
memerlukan terapi spesifik untuk memperbaiki gangguan hubungannya dengan
orang lain tersebut, mengembangkan keterampilan sosial serta mempertahankan
status dalam pekerjaannya disamping mempertahankan dirinya semaksimal
mungkin agar tetap dalam kondisi bebas obat.
B. Tahapan terapi
Proses terapi adiksi zat umumnya dapat dibagi atas beberapa fase berikut:
1. Fase penilaian (assesment phase), sering disebut dengan fase penilaian awal
(initial intake). Informasi dapat diperoleh dari pasien dan juga dapat diperoleh
dari anggota keluarga, karyawan sekantor, atau orang yang menanggung biaya.
Termasuk yang perlu dinilai adalah :
2. Penilaian yang sistematik terhadap level intiksokasi, keparahan gejala – gejala
putus obat, dosis zat terbesar yang digunakan terakhir, lama , awitan gejala,
frekuensi dan lamanya penggunaan, efek subjektif dari semua jenis zat yang
digunakan.
3. Riwayat medis dan psikiatri umum yang komprehensif, termasuk status
pemeriksaan fisik dan mental lengkap, untuk memastikan ada tidaknya
gangguan komorbiditas psikiatris dan medis seperti tanda dan gejala
intoksikasi atau withdrawal. Pada beberapa kasus di indikasikan juga
pemeriksaan psikologik dan neuro – psikologi
4. Riwayat terapi gangguan penggunaan zat sebelumnya , termasuk karakteristik
berikut: setting terapi, kontekstual (voluntary, non voluntary), modalitas terapi
yang digunakan, kepatuhan terhadap program terapi, lamanya (singkat 3
bulanan, sedang 1 tahun) dan hasil dengan program jangka panjang, berikut
dengan jenis zat yang digunakan, level fungsi sosial dan okupasional yang
telah dicapai dan variabel hasil terapi lainnya
5. Riwayat penggunaan zat sebelumnya, riwayat keluarga dan riwayat sosio –
ekonomik lengkap, termasuk informasi tentang kemungkinan adanya
gangguan penggunaan zat dan gangguan psikiatri pada keluarga, faktor –
faktor dalamk eluarga yang mengkontribusi berkembang atau penggunaan zat
terus menerus, penyesuaian sekolah dan vokasional, hubunggan dengan
kelompok sebaya, problema finansial dan hukum, pengaruh lingkungan
kehidupan sekarang terhadap kemampuannya untuk mematuhi terapi agar
tetap abstinensia di komunitasnya, karakteristi klingkungan pasien ketika
menggunakan zat (dimana, dengan siapa, berapa kali/ banyak, bagaimana cara
penggunaan).
6. Skrining urin dan darah kualitatif dan kuantitatif untuk jenis – jenis NAPZA
yang disalah gunakan, pemerisaan – pemeriksaan laboratorium lainnya
terhadap kelainan – kelainan yang dikaitkan dengan penggunaan zat akut atau
menahun.
7. Skrining penyakit – penyaki tinfeksi dan penyak itlain yang sering
diketemukan pada pasien/lien ketergantungan zat (seperti HIV, tuberkulosis,
hepatitis).
8. Fase terapi detoksifikasi, sering disebut dengan fase terapi withdrawal atau
fase terapi intoksikasi. Fase ini memiliki beragam variasi :
a. Rawat inap dan rawat jalan
b. Intensive out – patient treatment
c. Terapi simptomatik
d. Rapid dotoxification, ultra rapid detoxification
e. Detoksifikasi dengan menggunakan: kodein dan ibuprofen, klonidin
dan naltrexon, buprenorfin, metadon
9. Fase terapi lanjutan. Tergantung pada keadaan klinis, strategi terapi harus
ditekankan kepada kebutuhan individu agar tetap bebas obat atau
menggunakan program terapi subtitusi (seperti antagonis – naltrexon, agonis
metadon, atau partial – agonis brupenorfin). Umumnya terapi yang baik
berjalan antara 24 sampai 36 bulan. Terapi yang lamanya kurang dari jangka
waktu tersebut,umumnya memiliki relaps rate yang tinggi.
BAB III
METODE
Kandang 150,150
2 - - 1900 m 10 menit 65/13 2671 4397 3 2 4 3 0 0 1 0 0 1 1
Panjang Ha
Panjang 11,117
3 - - 950 m 8 menit 60/10 1692 3443 7 4 1 0 1 0 0 1 2 0 4
Baru Ha
A.
Tabel 3. Data Kesehatan Lingkungan
Jamban Keluarga
Jumlah Rumah TPM TTU TPA SAB SPAL
Sehat
Kelurahan/ Keluarga
No Keluarga % % Rumah
Desa Rumah Memenuhi Memenuhi Memenuhi Pemakai
Diperiksa % Diperiksa % Diperiksa % Diperiksa % Memakai Dari dari dg %
Sehat Syarat Syarat Syarat Jaga
AB Target target SPAL
Sehat
Panjang
1 20 20 100 42 39 92,9 41 38 92,7 - - - 3150 100 2970 94,3 2365 100
wetan
Kandang
2 20 20 100 31 29 93,5 26 24 92,3 - - - 2642 100 2642 100 2485 84,6
Panjang
Panjang
3 20 20 100 8 6 75 15 13 86,7 - - - 2271 100 2271 100 1606 89,3
Baru
Jumlah 60 60 100 81 74 53 82 75 91,5 8063 100 7883 97,8 6456 90,9
Tabel 6. Kunjungan
Jumlah Kunjungan
Jumlah Total
No Kelurahan / Desa Laki-laki Perempuan
Baru Lama Baru Lama Baru Lama
Panjang Wetan 81 1027 106 1870 187 2897 3084
Kandang Panjang 23 174 51 539 74 713 787
Panjang Baru 1133 8536 923 15058 2056 23594 25650
Jumlah 1237 9737 1080 17467 2317 27204 29521
JAMKESDA / SKTM
Jumlah
No Nama Penyakit Laki- Total
Perempuan
laki
1 Febris 2 1 3
2 Anemia 0 2 2
3 Gastroenteritis 2 0 2
4 Diabetes Mellitus 0 1 1
5 Abdominal Pain 0 1 1
6 Hiperemesis Gravidarum 2 0 2
7 Kejang Demam Sederhana 0 1 1
8 Dispepsia 0 1 1
9 Vertigo 0 1 1
10 Bronkopneumonia 0 1 1
UMUM
Jumlah
No Nama Penyakit Laki- Total
Perempuan
laki
1 Gastritis 3 2 5
2 Thypoid fever 1 3 4
3 Febris 1 2 3
4 Kejang Demam Sederhana 2 1 3
5 Vomitus 1 2 3
6 DHF 1 1 2
7 ISPA 1 1 2
8 Diabetes Mellitus 0 1 1
9 Hipertensi 1 0 1
10 Gastritis 0 1 1
2. Data Kejadian Luar Biasa
Tabel 8. Data Kejadian Luar Biasa
Jumlah Tindak
No Jenis KLB Lokasi Meninggal
Kasus Lanjut
1 Diare 0 0 0 -
2 DBD 0 0 0 -
3 Campak 0 0 0 -
4 Polio 0 0 0 -
5 Rabies 0 0 0 -
C Diare
D ISPA
VI UPAYA PENGOBATAN
I.
A PENGOBATAN
B PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1. Pemeriksaan Hb pada Bumil K1 100% 100% 100% Baik
4.
Adapun perkembangan pelaksanaan UKM bidang Promosi Kesehatan sejak
bulan Januari 2021 sampai dengan Agustus 2021 dirangkum dalam tabel
berikut
Tabel 10. Perkembangan Pelaksanaan UKM Bidang Promosi Kesehatan Sejak Bulan Januari 2021 Sampai Dengan Agustus 2021
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS MASALAH
NO INDIKATOR
TARGE CAPAIA TARGE CAPAIA TARGE CAPAIA TARGE CAPAIA TARGE CAPAIA TARG CAPAIA TARGE CAPAIA TARGE CAPAIA
T N T N T N T N T N ET N T N T N
1 Rumah Tangga Sehat yang 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% Belum Terlaksana
memenuhi 11 - 16 indikator
PHBS (strata utama dan
paripurna)
2 Institusi Pendidikan yang 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% Belum Terlaksana
memenuhi 12-15 indikator
PHBS (strata utama dan
paipurna)
3 Tempat Kerja yang memenuhi 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% Belum Terlaksana
8-9/ 7-8 indikator PHBS
Tempat-Tempat Kerja (strata
utama dan paripurna)
4 Kegiatan intervensi pada 50% 0% 50% 0% 50% 0% 50% 0% 50% 0% 50% 0% 50% 0% 50% 0% Belum Terlaksana
Kelompok Rumah Tangga
5 Kegiatan intervensi pada 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% Belum Terlaksana
Institusi Pendidikan
6 Kegiatan intervensi pada 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% Belum Tercapai
Tempat Kerja
7 Posyandu Mandiri 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% Tercapai
8 Penyuluhan Napza 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% 20% 0% Belum Terlaksana
9 Kelurahan Siaga Aktif 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% 30% 33% Tercapai
Mandiri
10 Pembinaan Kelurahan Siaga 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 33% 100% 33% 100% 33% 100% 33% Belum Tercapai
11 Promosi kesehatan untuk 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 25% 100% 25% 100% 25% 100% 100%
program prioritas di dalam
gedung Puskesmas dan Tercapai
jaringannya (Sasaran
masyarakat )
12 Promosi kesehatan untuk 100% 0,00% 100% 0,00% 100% 0,00% 100% 0,00% 100% 8,33% 100% 8,33% 100% 8,33% 100% 8,33%
program prioritas melalui
pemberdayan masyarakat di Belum Tercapai
bidang kesehatan ( kegiatan di
luar gedung Puskesmas)
13 Pembinaan tingkat 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tercapai
perkembangan Poskestren
5. Data Ketenagaan
Tabel 11. Data Ketenagaan
Yang ada Status Kepegawaian
No Jenis Ketenagaan Keterangan
sekarang PNS NON PNS
I. Puskesmas Induk
A. KESEHATAN
1 Dokter 3 3 0
2 Dokter Gigi 1 1 0
4 Bidan
a. DIV Kebidanan 2 2 0
b. DIII Kebidanan 11 3 8
5 Perawat
a. Profesi Keperawatan 4 2 2
b. DIII Keperawatan 6 3 3
6 Perawat Gigi 1 0 1
7 Sanitarian 1 1 0
8 Kesehatan Masyarakat 2 0 2
9 Tenaga Laboratorium 2 1 1
10 Pengelola Obat
1. Apoteker 1 0 1
2. Asisten Apoteker 2 1 1
11 Perekam Medis 2 1 1
12 Nutrisionis 2 1 1
B. NON KESEHATAN
13 Tenaga Administrasi 3 2 1
14 Tenaga Akuntansi 2 0 2
15 Supir 3 1 2
15 Penjaga Kantor 2 0 2
17 Juru Masak 1 0 1
18 Petugas Kebersihan 1 0 1
19 Caraka 1 1 0
TOTAL 53 23 30
A. Analisis Potensi
I. Input
1) Dokter Umum
2) Dokter Gigi
3) Tenaga Perawat
Tenaga perawat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2021
sebanyak 11 orang. Jumlah tenaga perawat pada puskesmas kawasan
pedesaan dengan fasilitas rawat inap menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas adalah minimal 8
orang.
4) Tenaga Bidan
5) Tenaga Farmasi
6) Tenaga Gizi
c. Material
d. Method
e. Minute
Namun pada masa pandemi covid-19 saat ini, waktu untuk kegiatan
program penyuluhan NAPZA tidak ada karena banyaknya kegiatan
puskesmas yang membutuhkan tenaga kesehatan.
f. Market
Sasaran promosi kesehatan untuk program penyuluhan NAPZA
prioritas di tingkat sebelum seseorang menggunakan NAPZA pada
kelompok potensial (generasi muda, tokoh masyarakat, kader dll) yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kusuma
Bangsa yaitu warga kelurahan Panjang Wetan, Kandang panjang, dan
Panjang Baru.
II. Proses
1) Perencanaan (P1)
yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
III. Output
IV. Outcome
V. Lingkungan
3. Opportunity
a. Terdapat dukungan pemerintah daerah dalam rangka kegiatan promosi kesehatan
untuk program prioritas.
b. Adanya media sosial resmi Puskesmas Kusuma Bangsa sehingga dapat
mempermudah penyebaran informasi dalam rangka promosi kesehatan.
c. Adanya kader promosi kesehatan di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas
Kusuma Bangsa yang dapat membantu pemberdayaan masyarakat
d. Antusiasme yang baik oleh warga desa untuk mendapatkan informasi kesehatan.
4. Threat
a. Adanya pandemic covid-19
membuat kegiatan program promosi kesehatan menjadi terhambat salah satunya
program penyuluhan NAPZA
b. Tidak semua warga dapat
mengakses internet guna keperluan penyuluhan NAPZA secara online
c. Rusaknya media penyuluhan
NAPZA secara virtual yaitu television (TV)
d. Wilayah geografis wilayah kerja
Puskesmas Kusuma Bangsa rawan terjadi banjir
e. Belum optimalnya kerjasama
antar petugas.
Jumlah pelaksana program cukup Penyuluhan tentang NAPZA Ambulans tersedia, Laptop tersedia, TV
Rusak
Tidak
Terlaksananya
Program
Penyuluhan
NAPZA
generasi muda, tokoh masyarakat, kader
Dana dari BOK Tidak ada di wilaya kerja Puskesmas Kusuma
Bangsa
Jumlah pelaksana program cukup Penyuluhan tentang NAPZA Ambulans tersedia, Laptop tersedia, TV
Rusak
Tidak
Terlaksananya
Program
Penyuluhan
NAPZA
generasi muda, tokoh masyarakat, kader
Dana dari BOK Tidak ada di wilaya kerja Puskesmas Kusuma
Bangsa
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu:
1. Melakukan penyuluhan NAPZA secara virtual melalui media sosial seperti zoom
yang mana dapat meminimalisir petugas dan menghemat waktu, dan juga dapat
diikuti oleh banyak masyarakat seperti tokoh masyarakat, kader, siswa sekolah dll,
yang dapat mewakili target sasaran yaitu masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kusuma Bangsa.
2. Penyuluhan Napza dapat dilakukan di aula Puskesmas Kusuma Bangsa dengan
pesertanya yaitu kader-kader setiap kelurahan yang dapat mewakili target sasarn
yaitu masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa.
Rekomendasi yang dipilih adalah penyuluhan Napza secara virtual melalui media
sosial seperti zoom yang mana dapat menghindari penularan covid-19, meminimalisir
petugas dan menghemat waktu, dan juga dapat diikuti oleh banyak masyarakat seperti
tokoh masyarakat, kader, siswa sekolah dll, yang dapat mewakili target sasaran yaitu
masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa. Adapun materi
yang dapat disampaikan;
Pengertian NAPZA
Bahaya NAPZA
Evaluasi program kerja pertama kali dapat dilakukan setelah program berjalan selama
satu bulan, kemudian dapat dilanjutkan secara berkala setiap enam bulan sekali.
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Tidak tercapainya target minimal pada salah satu program promosi kesehatan
yaitu penyuluhan NAPZA disebabkan belum terlaksananya kegiatan tersebut. Tidak
terlaksanya program merupakan dampak dari pandemi covid-19, yang mana pada
saat pandemi sangat membutuhkan banyak tenaga kesehatan sehingga petugas pada
program dari cukup menjadi terbatas, waktu menjadi terbatas, kegiatan diluar tidak
dapat dilakukan karena social distancing.
4.2. Saran
2. Perlu dilakukan penyuluhan NAPZA secara virtual melalui media sosial seperti
zoom yang mana dapat menghindari penularan covid-19, meminimalisir petugas
dan menghemat waktu, dan juga dapat diikuti oleh banyak masyarakat seperti
tokoh masyarakat, kader, siswa sekolah dll, yang dapat mewakili target sasaran
yaitu masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas