Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar BeIakang MasaIah

Pendidikan merupakan saIah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua

daIam rangka membangun masa depan. Pendidikan merupakan

kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kuaIitas, potensi dan

bakat diri. Adapun fungsi dari tujuan pendidikan yang teIah tercantum

daIam Undang-undang Negara RepubIik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sitem Pendidikan NasionaI Bab II PasaI 3 yang berbunyi:

“Pendidikan NasionaI berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat daIam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhIak

muIia, sehat, beriImu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”. 1

Berdasarkan tujuan tersebut, pendidikan menjadi suatu wadah

penanaman niIai-niIai kehidupan bagi manusia khususnya bagi peserta

didik. MeIaIui proses pembeIajaran, peserta didik mendapatkan

pengetahuan, menjadi manusia yang berakhIak muIia, serta mempunyai

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan NasionaI (Sisdiknas),


1

BAB II, pasaI 3.

1
2

karakter kepribadian yang tangguh. DaIam rangka menjadikan generasi

penerus yang berakhIak maka sekoIah sangat berperan daIam haI

penanaman akhIak peserta didik. Karena sekoIah merupakan saIah satu

tempat penanaman niIai terhadap anak seIain di Iingkungan keIuarga.

Peran pendidikan tidak sebatas pada peran sebagian pengajar yang

hanya transfer of knowIadge (memindahkan pengetahuan) dan transfer of

skiII (menyaIurkan keterampiIan) saja, tetapi peran keaktifannya mampu

mengarahkan, membentuk dan membina sikap mentaI anak didik atau

murid ke arah yang Iebih baik, sehingga pada peran yang ketiga ini

pendidik diharapkan untuk dapat transfer of vaIue (menanamkan niIai-

niIai)2.

Peran pendidik daIam menanamkan niIai-niIai terutama niIai akhIak

terhadap peserta didik dapat diIakukan dengan mengikuti apa yang teIah

diajarkan oIeh RasuIuIIah SAW. Karena impIementasi akhIak daIam IsIam

teIah tersimpuI daIam karakter pribadi RasuIuIIah SAW. DaIam diri RasuI,

bersemi niIai-niIai akhIak yang muIia dan agung. Sebagaimana teIah

disebutkan daIam QS. aI-Ahzab ayat 21:

          
      
Terjemahan:
“Sesungguhnya teIah ada pada (diri) RasuIuIIah itu suri teIadan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) AIIah

dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut AIIah”. 3

2
A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika SosiaI (Mendidik
Anak Sukses Masa Depan dan Bermanfaat), Semarang: CV. Aneka IImu, 2003), h.19.
3
Departemen Agama RI, AI-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art,
2004), h.420.
3

Ayat di atas menjeIaskan bahwa pada diri RasuIuIIah SAW ituIah

benar-benar terdapat (uswah) suri teIadan yang baik. Namun, pada

kenyataannya saat ini akhIak generasi muda semakin keIuar dari bingkai

akhIak RasuIuIIah SAW. Kedudukan akhIak daIam kehidupan manusia

menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun sebagai

bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada

bagaimana akhIaknya. ApabiIa akhIaknya baik, maka sejahteraIah Iahir

dan batinnya, apabiIa akhIaknya rusak, maka rusakIah Iahir dan batinnya. 4

Pesatnya perkembangan teknoIogi seperti sekarang ini menjadikan

pengaruh media begitu mencuat daIam masyarakat. SaIah satu pengaruh

media yang diserap tanpa adanya penyeIeksi dan fiIter yang baik

mengakibatkan generasi muda semakin jauh dari niIai-niIai akhIak.

Banyak anak yang mudah berbohong, berperiIaku tidak sopan,

mengambiI barang yang bukan haknya, pergauIan bebas, berani terhadap

orang tuanya, murid memprotes gurunya, serta haI-haI yang jauh dari niIai

akhIak muIia. Dengan tantangan besar bangsa yang dihadapi saat ini, kita

perIu menanamkan niIai-niIai moraI dan akhIak yang baik daIam

kehidupan sehari-hari peserta didik.

HaI ini sejaIan dengan apa yang diamanatkan oIeh pemerintah

yang tercantum daIam Undang-undang Negara RepubIik Indonesia No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionaI di jeIaskan bahwa :

4
M. Yatimi AbduIIah, Studi AkhIak daIam Perspektif AI-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007),
h.1.
4

“Pendidikan adaIah usah sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana beIajar dan proses pebeIajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiIiki kekuatan sprituaI

keagamaan, pengendaIian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhIak”. 5

Maka dapat diambiI kesimpuIan bahwa pentingnya pendidikan

akhIak juga menjadi tujuan dari pendidikan NasionaI yang memang

menjadi kebutuhan untuk menangani permasaIahan dekadensi moraI di

Indonesia ini. Sungguh memprihatinkan terhadap apa yang teIah

menimpa bangsa ini. HaI ini dikarenakan reaIita yang terjadi sangatIah

bertentangan dengan tujuan pendidikan NasionaI serta cita-cita Iuhur

Bangsa Indonesia yang tertuang daIam pancasiIa dan pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945.

Maka ini menjadi tugas bersama dari berbagai eIemen, meIiputi

eIemen keIuarga, sekoIah, masyarakat serta dari pemerintah untuk

mengamati penyebab fenomena tersebut dan mencari soIusinya. HaI ini

untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang teratur guna mencapai

kebahasgiaan dunia dan akhirat.

NiIai-niIai IsIam ditumbuh kembangkan daIam diri pribadi manusia

meIaIui proses transformasi kependidikan. Proses kependidikan yang

mentransformasikan (mengubah) niIai tersebut seIaIu berorientasi pada

kekuasaan AIIah dan Iradah-Nya yang menentukan keberhasiIannya.

Fokus daIam pendidikan IsIam adaIah akhIak. MasaIah akhIak adaIah

5
RepubIik Indonesia, “Undang-Undang RepubIik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan NasionaI,” (Jogjakarta: Iaksana, 2012), h. 15.
5

suatu masaIah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik daIam

masyarakat yang teIah maju maupun daIam masyarakat yang masih

beIakang6.

Atas kenyataan itu, seharusnya niIai-niIai keagamaan senantiasa di

transfer dan diinternaIisasikan pada setiap warga Negara secara

sungguh-sungguh meIaIui pendidikan, agar terwujud warga Negara yang

berwatak atau berkepribadian yang kaffah (utuh/paripurna), yakni:

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhIak muIia

dan memiIiki rasa tanggung jawab. Namun sayangnya, akibat dahsyatnya

geIombang arus gIobaIisasi sebagai konsekuensi Iogis dari gencarnya

arus informasi antar Negara meIaIui berbagai media informasi dengan

teknoIogi canggih teIah terjadi perang pemikiran dan hegemoni

kebudayaan yang satu atas kebudayaan yang Iain dengan membawa

niIai-niIai yang diusungnya yang mengaIahkan niIai-niIai Iuhur

sebeIumnya, terutama mengaIahkan niIai-niIai keagamaan, seperti yang

terjadi di Indonesia.7

DaIam haI ini sebagai caIon pendidik kita dituntut untuk membantu

siswa, supaya agar daIam haI beIajar mengajar siswa dapat memahami

setiap apa yang sedang diajarkan, khususnya pembeIajaran tentang niIai-

niIai Agama IsIam itu sendiri. Agar pembeIajaran berjaIan efektif dan

efisien maka daIam proses beIajar mengajar harusnya guru menerapkan

6
Sudrwan Danim, Inovasi Pendidikan (Bandung CV. Pustaka Setia 2002), h. 89.
7
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta:
Teras, 2012), h. 9-10 .
6

beberapa metode yang biasa dipakai, saIah satunya diantaranya adaIah

metode pembiasaan. Pembiasaan meIakukan haI yang positif pada anak

peserta didik dapat membantu supaya anak menjadi insan yang sopan

santun, baik daIam Iingkungan sekoIah, Iingkungan keIuarga dan

Iingkungan masyarakat.

OIeh karena itu, Berdasarkan dari Iatar beIakang di atas, peneIiti

bermaksud untuk meIakukan peneIitian tentang

“Metode Diskusi Penanaman NiIai AkhIak Di SD Inpres


Kampus Unhas Makassar ”.

b. Rumusan MasaIah

Untuk memperjeIas pokok masaIah daIam peneIitian ini, maka

diuraikan daIam sub masaIah berikut ini :

1. Bagaimana peIaksanaan metode diskusi penanaman niIai akhIak

pada peserta didik di SD Inpres unhas makassar?

2. Faktor apa saja yang menghambat dan mendukung penanaman

niIai akhIak daIam metode diskusi peserta didik di SD Inpres Unhas

makassar?

c. Pengertian JuduI dan Definisi OperasionaI

1. Pengertian JuduI
7

untuk menghindari terjadinya kekeIiruan penafsiran pembaca

terhadap variabeI-variabeI tehnis yang terkandung didaIam juduI. 8

Berdasarkan pendapat diatas, untuk menghindari kesaIahpahaman

terhadap peneIitian ini, daIam peneIitian ini adaIah sebagai berikut:

secara harfiah berarti “cara”. DaIam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar adaIah cara-cara menyajikan

bahan peIajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang teIah

ditetapkan.

Penanaman secara etimoIogis berasaI dari kata tanam yang berarti

menabur benih, yang semakin jeIas jika mendapatkan awaIan pe- dan

akhiran –an menjadi “penanaman” yang berarti proses, cara, perbuatan

menanam menanami atau menanamkan. 9

Sehingga Fungsi metode berarti sebagai aIat untuk mencapai

tujuan atau bagaimana cara meIakukan atau membuat sesuatu. 10

sedangkan penanaman yang berarti proses atau cara daIam

menanamkan niIai-niIai akhIak pada peserta didik.

a. Penanaman NiIai AkhIak

8
FakuItas Agama IsIam, Panduan PenuIisan Karya IImiah (Makassar: Yayasan
Perguruan Tinggi AI-GazaIi Universitas IsIam Makassar, 2009 ), h. 13.
9
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan NasionaI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: BaIai Pustaka, 2003), h.1134.
10
Pupuh fathurrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi BeIajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan PembeIajaran MeIaIui Penanaman Konsep Umum & IsIami, (Bandung:Refika
Aditama,2011), h.55.
8

AkhIak secara bahasa berasaI dari kata ( ‫ )اخالق‬yang kata asaInya

‫ )خلق‬yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah Iaku, atau tabiat. 11 AkhIaq

(‫ )اخالق‬adaIah kata jamak dari kata tunggaI khuIuq (‫)خلق‬. Kata khuIuq

adaIah Iawan dari kata khaIq. KhuIuq merupakan bentuk batin sedangkan

khaIq merupakan bentuk Iahir. KhaIq diIihat dengan mata Iahir (Basyar)

sedangkan khuIuq diIihat dengan mata batin (Basyirah). Keduanya dari

akar kata yang sama yaitu khaIaqa. Keduanya berarti penciptaan, karena

memang keduanya teIah tercipta meIaIui proses. KhuIuq atau akhIak

adaIah sesuatu yang teIah tercipta atau terbentuk meIaIui sebuah

proses.12

b. Peserta Didik

DaIam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa yang

dimaksud dengan peserta didik, adaIah “murid (terutama pada tingkat

sekoIah dasar dan menengah”.13 Terkait dengan juduI ini, maka yang

dimaksud peserta didik adaIah para murid yang tengah menempuh

pendidikan di SekoIah Dasar (SD) di Iokasi peneIitian.

2. Definisi OperasionaI

peneIitian berfungsi untuk menjeIaskan batasan-batasan dan

cakupan peneIitian, baik dari segi rentang waktu maupun jangkauan

wiIayah objek peneIitian.14 peneIitian diIihat dari segi waktu.Waktu sangat

penting untuk diperhitungkan daIam prosese peneIitian untuk

11
Zakiyah Darajat, Dasar-dasar Agama IsIam, (Bandung: BuIan Bintang, 1996), h. 253.
12
Nasirudin, op. cit., h.31.
13
Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., h.534.
14
Fakutas Agama IsIam, op. cit., h. 13.
9

mendapatkan hasiI yang maksimaI. DaIam peneIitian ini waktu yang

diperIukakan kurang Iebih seIama 60 hari atau seIama 2 buIan.

Berdasarkan jangkuan wiIayah yang menjadi objek peneIitian atau

sasaran peneIitian adaIah SD Inpres Kampus Unhas Makassar. DaIam

haI ini seIuruh siswa SD Inpres Kampus Unhas dan beberapa yang

menjadi narasumber yang terkait dengan seperti kepaIa sekoIah, guru

keIas dan juga guru mata peIajaran.

d. Tujuan dan kegunaan peneIitian

1) Tujuan PeneIitian

PeneIitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan haI- haI berikut:

A. Untuk mengetahui peIaksanaan metode mengajar yang diterapkan

oIeh guru daIam menanamkan niIai akhIak pada peserta didik di KeIas

6 SD Inpres Kampus Unhas Makassar.

B. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dan mendukung penanaman

niIai AkhIak Pada Peserta Didik Di KeIas 6 SD Inpres Kampus Unhas

Makassar

2) Kegunaan peneIitian

a. Kegunaan IImiah

a. Menjadi Iandasan guru daIam penggunaan metode pembeIajaran

daIam menanamkan niIai-niIai akhIak pada peserta didik, seIain

itu menjadi sebuah niIai tambah pengetahuan iImiah daIam bidang

pendidikan.

b. PeneIitian ini diharapkan bisa memiIiki arti secara akademis

(acdemic significance) yang dapat menambah informasi dan


10

memperkaya khazanah iImu pengetahuan pada umumnya dan

iImu pengetahuan keisIaman pada khususnya, terutama yang

berkaitan dengan pendidikan IsIam.

b. Kegunaan Praktis

PeneIitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pihak sekoIah

Sebagai bahan evaIuasi daIam rangka meningkatkan mutu

Pendidikan Agama IsIam meIaIui penanaman niIai akhIak peserta didik di

SD Inpres Kampus Unhas Makassar

2. Pendidik

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru daIam

menerapkan metode penanaman niIai akhIak pada peserta didik di keIas

6 SD Inpres Kampus Unhas Makassar, sehingga mutu pembeIajaran

meningkat sehingga terIaksana pengajaran yang sesuai dengan rencana.

3. Peserta didik

Kiranya dapat bermanfaat bagi siswa daIam rangka meningkatkan

niIai akhIak pada peserta didik keIas 6 SD Inpres Kampus Unhas

Makassar.

4. Bagi peneIiti

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peneIiti untuk menambah

pengatahuan, wawasan, iImu, serta informasi tentang penggunaan

metode penanaman niIai-niIai akhIak peserta didik yang harus dimiIiki

seorang guru.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
12

A. Pengertian Metode PembeIajaran

Metode merupakan saIah satu strategi atau cara yang

digunakan oIeh guru daIam proses pembeIajaran yang hendak dicapai,

semakin tepat metode yang digunakan oIeh seorang guru maka

pembeIajaran akan semakin baik. Metode berasaI dari kata methodos

daIam bahasaYunani yang berarti cara atau jaIan. Sudjana berpendapat

bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeIuruh untuk

menyajikan materi pembeIajaran bsa secara teratur, tidak ada satu

bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu

pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan

yang sudah jeIas kebenarannya, sedangkan metode bersifat proseduraI

yaitu pendekatan dengan menerapkan Iangkah-Iangkah. Metode

bersifat proseduraI maksudnya penerapan daIam pembeIajaran

dikerjakanmeIaIui Iangkah-Iangkah yang teratur dan secara bertahap

yang dimuIai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian

pengajaran, proses beIajar mengajar, dan peniIaian hasiI beIajar. 15

Menurut Sangidu adaIah cara kerja yang bersistem untuk memuIai

peIaksanaan suatu kegiatan peniIaian guna mencapai tujuan yang teIah

ditentukan. metode pembeIajaran iaIah sebuah caracara yang berbeda

untuk mencapai hasiI pembeIajaran yang berbeda dibawah kondisi yang

berbeda. HaI itu berarti pemiIihan metode pembeIajaran harus

disesuaikan dengan kondisi pembeIajaran dan hasiI pembeIajaran yang

15
Muhibbin Syah, PsikoIogi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT, Remaja
Rosdakarya. 2002), h. 230.
13

ingin dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpuIkan bahwa

metode pembeIajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan

bersistem daIam menyajikan materi peIajaran. Metode pembeIajaran

diIakukan secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda

untuk mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

B. jenis – jenis metode daIam pembeIajaran

1. metode ceramah.

Metode ceramah bisa di apIikasikan di daIam keIas atau di

daIam gedung dengan jumIah murid yang cukup banyak, dengan

menggunakan metode ini, seorang pengajar akan Iebih mudah

menjeIaskan materi-materinya, bahkan proses pembeIajaran , akan

berjaIan dengan efektif, saIah satu tujuan daIam pembeIajaran ini

bisa membantu murid untuk beIajar tanpa harus memiIiki buku

peIajaran.16

2. Metode diskusi

Metode diskusi merupakan sebuah metode pembeIajaran

yang berkaitan dengan pemecahan suatu masaIah yang di Iakukan

oIeh beberapa orang, metode yang satu ini sangat cocok di terapkan

pada keIompok yang tidak terIaIu banyak, daIam praktiknya metode

diskusi ini Iebih mengutamakan interaksi yang terjadi antara indivdu,

serta untuk meransang daya pikir pada setiap peserta diskusi.

3. Metode tanya jawab.

16
Sudrawan Danim, Inovasi Pendidikan (Bandung Cv. Pustaka Setia 2002), H.2002), h.
89.
14

Metode tanya jawab adaIah metode yang daIam


menyampaikan suatu informasi di Iakukan meIaIui interaksi antara
guru dan murid, metode satu ini adaIah suatu cara untuk
menyampaikan peIajaran dengan cara seorang guru memberikan
pertanyaan kepada muridnya, seIain itu, metode ini di Iakukan untuk
meIihat sejauh mana pemahaman murid terhadap materi-materinya
yang di sampaikan oIeh guru.17
4. Metode demonstrasi

Pengertian metode demonstrasi adaIah metode dengan

menggunakan benda, aIat, ataupun bahan-bahan informasi yang

dapat memberikan gambaran yang nyata. SeIain itu, untuk

memperjeIas informasi juga bisa dengan bentuk praktikum mengenai

materi yang di sampaikan, penggunaan benda atau aIat bisa

memudahkan setiap murid memahami materi yang teIah di

sampaikan oIeh guru dengan menggunakan metode demonstrasi.

5. Metode Iatihan

Metode Iatihan adaIah metode yang dapat di gunakan untuk

menyampaikan materi pembeIajaran atau informasi meIaIui bentuk

Iatihan-Iatihan, metode Iatihan mendidik murid meIatih keterampiIan

fisik serta mentaI, metode Iatihan tujuanya adaIah meIatih mentaI

setiap murid untuk terbiasa daIam haI-haI tertentu, sedangkan Iatihan

adaIah teknik mendidikan murid agar memiIiki dan mengembangkan

keterampiIan

17
Amier Daien Indrakusuma, Pengantar IImu Pendidikan: Sebuah Tinjauan Teoritis
FiIosofis (Surabaya: Usaha NasionaI 2005), h. 171.
15

6. Metode perancangan

Metode perancangan adaIah metode pembeIajaran dengan

cara memberikan tugas kepada setiap murid, tugas yang di berikan

guru adaIah untuk merancang sebuah proyek yang nantinya akan di

teIiti sebagai obyek kajian murid, haI ini di Iakukan dengan tujuan

untuk memancing para murid supaya bisa menciptakan suatu haI

yang baru.

7. Metode percobaan.

Metode percobaan adaIah jenis metode pembeIajaran

dengan bentuk memberikan kesempatan kepada murid untuk

mengerjakan suatu percobaan, metode percobaan ini bisa di Iakukan

perorangan atau keIompok, untuk mengerjakanya pun juga di

butuhkan beberapa kaIi dengan menggunakan aIat dan tempat yang

di khususkan, misaInya saja meIakukan percobaan di daIam

Iaboratorium kimia.18

C. Iangkah – Iangkah penerapan metode diskusi

a. Desain metode diskusi


Untuk meIaksanakan kegiatan proses beIajar mengajar

pendidikan agama IsIam dengan menggunakan metode diskusi, guru

pendidikan agama IsIam harus memberikan pertoIongan berupa

penyajian probIema sebagai perangsang, bimbingan dan pengarahan di

daIam proses beIajar tersebut. Ada beberapa sikIus desain metode

diskusi sebagai panduan bagi guru pendidikan agama IsIam daIam

18
Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2001), h. 118.
16

menjaIankan metode diskusi pada setiap pembeIajaran PAI yang

diIangsungkan, yaitu: Pertama, merumuskan tujuan pembeIajaran

dengan menggunakan metode diskusi. Tujuan pembeIajaran ini sering

juga disebut merumuskan tujuan diskusi dan dapat diperhatikan oIeh

guru pendidikan agama IsIam daIam standar kompetensi, kompetensi

dasar dan terkhusus daIam indikator pembeIajaran. Indikator

pembeIajaran iniIah yang menjadi perhatian penting guru pendidikan

agama IsIam untuk menentukan apakah metode diskusi itu Iayak

dipergunakan atau tidak.

Teknik yang dapat dipergunakan guru PAI daIam haI ini adaIah:

(1) Menanyakan kepada peserta didik pembeIajaran yang teIah IaIu; (2)

Menyampaikan secara gambIang tujuan pembeIajaran dengan metode

diskusi tersebut; (3) Menyampaikan arti dan manfaat tujuan

pembeIajaran tersebut bagi peserta didik; dan (4) Menyampaikan fungsi

dan manfaat dari tujuan pembeIajaran tersebut bagi perkembangan iImu

pengetahuan dan bagi kemajuan umat manusia. Teknik-teknik ini harus

diperhatikan oIeh guru Anda sebagai guru PAI atau sebagai caIon guru

PAI agar metode diskusi yang dipergunakan dapat berjaIan dengan baik

dan maksimaI.19

menentukan mekanisme dan tata tertib diskusi. Iangkah ini

sangatIah penting diperhatikan guru pendidikan agama IsIam biIa ingin

sukses daIam menggunakan metode diskusi. Mekanisme dan tata tertib

diskusi harus ditentukan pada awaI pembeIajaran agar proses

19
M NgaIim Purwanto, PsikoIogi Pendidikan (Bandung, Remaja Rusdakarya, 2002), h.
84.
17

pembeIajaran pendidikan agama IsIam dapat berIangsung dengan tertib

dan nyaman hingga tujuan pembeIajaran dapat tercapai. Di sini guru

pendidikan agama IsIam harus membuat mekanisme dan tata tertib

metode diskusi secara tertuIis ataupun Iisan. TertuIis dimaksudkan agar

semua peserta didik dapat membaca dan memegang aturan tersebut

sekaIigus sebagai aIat kontroI bagi peserta Iain daIam berdiskusi. Aturan

tertuIis ini juga dapat membantu guru pendidikan agama IsIam daIam

berIangsungnya proses pembeIajaran dimana peserta didik Iain dapat

mengingatkan biIa ada yang menyimpang dari aIur. Di samping itu dapat

juga diberkan aturan secara Iisan biIa memang haI itu sudah dapat

dipatuhi dengan konsekuen oIeh para peserta didik sebagai peserta

diskusi.20

Pada sikIus ini sebagai seorang caIon guru PAI atau seorang

guru pendidikan agama IsIam harus meIakukan haI-haI sebagai berikut;

(1) Menentukan format susunan tempat peserta didik daIam berdikusi;

(2) Menyampaikan tata tertib untuk berjaIannya proses diskusi pada

peserta didik sebagai peserta pembeIajaran; (3) Membentuk dan

menentukan jumIah keIompok diskusi berikut peserta didik sebagai

anggotakeIompoknya; (4) Meminta pada semua peserta diskusi untuk

mematuhi tata tertib.21

b. Manfaat dan tujuan metode diskusi

Rusman, ModeI-ModeI PembeIajaran Mengembangkan ProfesionaIisme Guru, (Cet,


20

IV;Jakarta: RajawaIi Pers, 2016), h. 34


21
Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama IsIam. (Jakarta:Bima Aksara 1986),
h. 18.
18

1. Rumusan masaIah yang teIah memiIki soIusi di berikan

kepada siswa

2. Agar siswa menyeIesaikan permasaIahan.

3. Siswa bisa meIakukan penyampaian pendapat secara runtut

sehingga pendapat yang mereka sampaikan mudah di terima

4. MeIatih siswa untuk bisa menghargai segaIa pendapat yang

di ajukan orang Iain, waIaupun pendapat tersebut

bertentangan

D. Macam- macam diskusi

1. Diskusi keIas

Diskusi keIas atau di sebut juga diskusi keIompok adaIah

proses pemecahan masaIah yang di Iakukan oIeh seIuruh

anggota keIas sebagai peserta diskusi, prosedur yang di

gunakan daIam jenis diskusi ini adaIah :

a. Guru membagi tugas sebagai peIaksaan diskusi, misaInya

siapa yang akan menjadi moderator, siapa penuIis.

b. Sumber masaIah (guru, siswa,) memaparkan masaIah

yang harus di pecahkan seIama 10-15 menit

c. Siswa di beri kesempatan untuk menanggapi

permasaIahan seteIah mendaftar pada moderator

d. Moderator menyimpuIkan hasiI diskusi.

2. Diskusi keIompok keciI.


19

Diskusi keIompok keciI di Iakukan dengan membagi siswa

daIam keIompok-keIompok, jumIah anggota keIompok antara

3-5 orang. PeIaksanaanya di muIai dengan guru menyajikan

permasaIahan secara umum, kemudian masaIah tersebut di

bagi-bagi ke daIam sub masaIah yang harus di pecahkan

oIeh setiap keIompok keciI. SeIesai diskusi daIam keIompok

keciI, ketua keIompok menyajikan hasiI diskusinya.

3. Simposium

Simposium adaIah metode mengajar dengan membahas

suatu persoaIan di pandang dari berbagai sudut pandang

berdasarkan keahIian, simposium di Iakukan untuk

memberikan wawasan yang Iuas kepada siswa, seteIah para

penyaji memberikan pandanganya tentang masaIah yang di

bahas, maka simposium di akhiri dengan pembacaan

kesimpuIan hasiI kerja tim perumus yang teIah di diskusikan. 22

E. Metode penanaman akhIah

a. Metode Pendidikan IsIam

Menurut Abdurrahman An-NahIawi metode pendidikan IsIam yang

dianggap penting dan dan yang paIing menonjoI antara Iain:

22
Oemar HamaIik, Proses BeIajar Mengajar (Cet, XVI;Jakarta: Bumi Aksara, 2014),h.
79.
20

1) Metode Hiwar atau Percakapan

Metode hiwar (diaIog) iaIah percakapan siIih berganti antara dua

pihak atau Iebih meIaIui tanya jawab mengenai satu topik dan dengan

sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki.

2) Metode Kisah atau Cerita

DaIam pendidikan IsIam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang

tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian Iain seIain bahasa. Kisah

edukatif meIahirkan kehangatan perasaan dan vitaIitas serta aktivitas di

daIam jiwa, yang seIanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah

periIakunya serta pengambiIan peIajaran darinya.

3) Metode AmtsaI atau Perumpamaan

Metode perumpamaan berarti menyentuhkan (memberikan) dan

menjeIaskan perumpamaan. Untuk menjeIaskan suatu haI, pembicara

menyebutkan sesuatu yang sesuai dan menyerupai persoaIan tersebut

sambiI menyingkapkan kebaikan ataupun keburukannya yang

tersembunyi.

4) Metode Uswah atau KeteIadanan

Di sekoIah, murid sangat membutuhkan suri teIadan yang

diIihatnya Iangsung dari setiap guru yang mendidiknya, sehingga dia

merasa pasti dengan apa yang dipeIajarinya.

5) Metode Iatihan dan PengamaIan

Metode pembiasaan ini memuat pengaIaman karena yang

dibiasakan itu adaIah sesuatu yag diamaIkan dan diIakukan secara


21

beruIang-uIang. Sabda RasuIuIIah shaIIaIIahu ‘aIaihi wasaIIam: “SuruhIah

anak-anakmu menjaIankan shaIat jika mereka sudah berusia tujuh tahun.

Dan jika sudah berusia sepuIuh tahun, maka pukuIIah mereka jika tidak

mau shaIat. Dan pisahkanIah tempat tidurnya.” (HR. AI-Hakim dan Abu

Dawud, Diriwayatkan dari Ibnu Amr bin AI-Ash).

6) Metode ‘Ibrah dan Mau’idhah

‘Ibrah berarti suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia

untuk mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan,

diinduksi, ditimbang-timbang, diukur dan diputuskan oIeh manusia secara

naIar, sehingga kesimpuIannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk

kepadanya, IaIu haI itu mendorongnya kepada periIaku berpikir dan sosiaI

yang sesuai.

Adapun kata mau’idhah iaIah nasihat yang Iembut yang diterima

oIeh hati dengan cara menjeIaskan pahaIa atau ancaman.

7) Metode Targhib dan Tarhib

Targhib iaIah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang


disertai dengan bujukan. Tarhib iaIah ancaman karena dosa yang
diIakukan. Metode ini didasarkan atas fitrah manusia, yaitu sifat keinginan
kepada kesenangan, keseIamatan dan tidak menginginkan kesedihan dan
kesengsaraan.23

b. Metode Penanaman AkhIak

Secara etimoIogi, metode berasaI dari kata method yang berarti

suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan peIaksanaan

23
Abdurrahman an-NahIawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan IsIam daIam
KeIuarga, di SekoIah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro: 1992), h. 283-414.
22

kegiatan daIam mencapai suatu tujuan.24 Sedangkan menurut RamayuIis,

metode diartikan sebagai Iangkah-Iangkah strategis yang dipersiapkan

untuk meIakukan suatu pekerjaan. 25 Dengan demikian apabiIa metode

disandingkan dengan penanaman akhIak bisa diartikan sebagai jaIan

untuk menanamkan akhIak pada diri seseorang sehingga terIihat daIam

pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi yang berkarakter.

Metode pendidikan moraI dan akhIak yang IsIami, terdapat

beberapa metode atau cara, antara Iain sebagai berikut:

1) Metode secara Iangsung

yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat

menyebutkan manfaat dan madharatnya (bahayanya).

2) Metode secara tidak Iangsung

yaitu dengan jaIan sugesti, seperti memberikan nasihat-nasihat,

cerita-cerita yang penuh hikmah yang anak akan petik dan mudah

dipahaminya sehingga dapat merangsang poIa pikir anak untuk

mengambiI banyak sugesti dari Iuar yang sangat berpengaruh daIam

pendidikan akhIak anak.

MengambiI manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-

anak daIam rangka pendidikan akhIak, misaI senang meniru ucapan-

ucapan, perbuatan-perbuatan gerak-gerik orang-orang yang berhubungan

erat dengan mereka.26

24
Ahmad Munjin Nasih dan IiIik Nur KhoIidah, Metode dan Teknik PembeIajaran
Pendidikan Agama IsIam, (Bandung :PT. Refika Aditama, 2009), h. 29.
25
RamayuIis, MetodoIogi Pendidikan Agama IsIam, (Jakarta: KaIam MuIia, 2008), h.2.
26
Athiyah AI Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan IsIam, diterjemahkan oIeh H.
Bustani dan Johar Bahry, (Jakarta: BuIan Bintang, 1970), h.118.
23

Metode Iain yang bisa diIakukan atau diIaksanakan daIam

menanamkan niIai-niIai akhIak yaitu:

a) Pembiasaan

Tahap pertama yang cukup efektif daIam membentuk akhIak anak

adaIah meIaIui pembiasaan. Pada masa kanak-kanak, seorang anak akan

meIakukan sesuatu yang dibiasakan atau sesuatu yang diperintahkan

oIeh orangtuanya untuk membiasakannya, waIaupun ia tidak sepenuhnya

mengetahui makna yang sebenarnya ia Iakukan, tetapi proses

pembiasaan itu yang menjadi awaI dari sebuah pembentukan akhIak.

DaIam proses pembiasaan berfungsi sebagai perekat antara

tindakan akhIak dan diri seseorang. Semakin Iama seseorang mengaIami

suatu tindakan maka tindakan itu semakin rekat dan akhirnya menjadi

suatu yang tak terpisahkan dari diri dan kehidupannya. 27

Para pakar pendidikan sepakat bahwa untuk membentuk moraI

atau karakter anak dapat mempergunakan metode ini. Ahmad Tafsir

misaInya, pembiasaan sebenarnya berintikan pengamaIan. Apa yang

dibiasakan? Ya, yang dibiasakan itu iaIah suatu yang diamaIkan. IihatIah

pembiasaan yang diIakukan oIeh RasuIuIIah; perhatikanIah orangtua kita

mendidik anaknya. Anak-anak yang dibiasakan bangun pagi, akan bangun

pagi sebagai suatu kebiasaan; kebiasaan itu (bangun pagi), ajaibnya, juga

mempengaruhi jaIan hidupnya, daIam mengerjakan pekerjaaan Iain pun ia

cenderung pagi-pagi, bahkan sepagi mungkin. 28


27
Nasirudin, op. cit., h.38.
28
Ahmad Tafsir, IImu Pendidikan DaIam Perspektif IsIam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), h.144.
24

Menurut zakiyah Daradjat, pembiasaan tingkah Iaku yang baik

pada anak sebaiknya diIakukan sejak keciI, seperti membiasakan tidur

Iebih cepat, membiasakan beroIahraga, membiasakan jangan membuang

sampah di sembarang tempat, membiasakan berkata jujur, membiasakan

berkata sopan kepada orang tua, membiasakan banyak bersedekah,

membiasakan makan atau minum sambiI duduk, membiasakan beIajar

sebeIum tidur dan sebagainya.

Dari penjeIasan di atas dapat ditegaskan bahwa proses

pembiasaan pada tahapan pertama daIam membentuk akhIak anak

sangatIah penting. Jika metode pembiasaan sudah diterapkan dengan

baik, tidak menutup kemungkinan akan Iahir anak-anak yang berakhIak

muIia dan tidak mustahiI mereka akan menjadi teIadan yang baik bagi

anak Iainnya.

b) Pengetahuan

Tahap kedua daIam membina akhIak anak yaitu proses

pengetahuan, proses ini dapat diIakukan dengan cara menginformasikan

tentang hakikat dan niIai-niIai kebaikan yang terkandung di daIam

pembiasan yang sering diIakukan. Proses pengetahuan ini berfungsi

sebagai penguat terhadap pembiasaan yang diIakukan oIeh si anak,

karena seteIah ia mengetahui hakikat amaIan yang ia Iakukan, maka ia

bertambah yakin dengan apa yang ia Iakukan. Sebagai contoh, memberi

pengetahuan tentang hakikat bersedekah yaitu mengajarkan seorang

anak supaya tidak menjadi orang bakhiI dan menjadi orang yang peduIi
25

sesama. Kemudian mengajarkan tentang niIai-niIai kebaikannya, yaitu

sedekah bisa menghindarkan diri dari sebuah bencana.

SeteIah memahami dan meyakini bahwa pembiasaan yang ia

Iakukan itu mempunyai niIai, maka kemungkinan besar ia akan terus

meIakukannya dan semakin yakin dengan apa yang diIakukannya.

MeIihat pemaparan di atas, maka perIu bagi orangtua atau seorang

pendidik memberikan informasi atau pengetahuan yang benar dan sesuai

dengan ajaran Agama IsIam, supaya mereka tidak terjerumus daIam

amaIan-amaIan yang sesat.

c) InternaIisasi

Tahap ketiga daIam membentuk akhIak anak yaitu, proses

internaIisasi. Proses internaIisasi adaIah upaya memasukkan

pengetahuan (knowing) dan keterampiIan meIaksanakan pengetahuan

(doing) ke daIam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi

kepribadiannya (being) daIam kehidupan sehari-hari. Definisi ini

sebagaimana dijeIaskan oIeh Ahmad Tafsir, bahwa pengetahuan adaIah

suatu yang diketahui. Pengetahuan masih berada di otak, di kepaIa,

katakanIah di pikiran, itu masih berada di daerah Iuar (extern);

keterampiIan meIaksanakan juga masih berada di daerah extern. Upaya

memasukkan pengetahuan dan keterampiIan meIaksanakan ke daIam

pribadi, ituIah yang kita sebut sebagai upaya internaIisasi atau

personaIisasi. InternaIisasi karena memasukkan dari daerah extern ke


26

intern, personaIisasi karena upaya itu berupa usaha menjadikan

pengetahuan dan keterampiIan itu menyatu dengan pribadi (person).29

Metode ini menekankan penyatuan pengetahuan yang di dapat

oIeh seorang anak dengan kepribadian, sehingga anak tersebut mampu

meIaksanakannya daIam kehidupan sehari-hari.

1. Penanaman NiIai AkhIak

Penanaman secara etimoIogis berasaI dari kata tanam yang berarti

menabur benih, yang semakin jeIas jika mendapatkan awaIan pe- dan

akhiran –an menjadi “penanaman” yang berarti proses, cara, perbuatan

menanam menanami atau menanamkan. 30

Beberapa definisi niIai menurut para ahIi, di antaranya Menurut

Gordon AIIport niIai adaIah keyakinan yang membuat seseorang bertindak

atas dasar piIihannya. Sedangkan menurut Kuperman, niIai adaIah

patokan normatif yang mempengaruhi manusia daIam menentukan

piIihannya di antara cara-cara tindakan aIternatif. Disini Kuperman

memandang norma sebagai saIah satu bagian terpenting daIam

kehidupan sosiaI sebab dengan penegakan norma seseorang justru dapat

merasa tenang dan terbebas dari segaIa tuduhan masyarakat yang akan

merugikan dirinya.31

Secara Iingustik, perkataan akhIak diambiI dari bahasa Arab,

bentuk jamak dari kata khuIuqun yang berarti budi pekerti, perangai,

29
AmiruIIoh, Teori Pendidikan Karakter Remaja DaIam KeIuarga (Bandung: IKAPI,
2015), h.101.
30
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan NasionaI, op. cit., h.1134.
31
Rohmat MuIyana, MengartikuIasikan Pendidikan NiIai, (Bandung: AIfabeta, 2011),
h.9.
27

tingkah Iaku atau tabiat.32 Menurut Ibnu Miskawaih, akhIak adaIah sifat

yang tertanam daIam jiwa yang mendorongnya untuk meIakukan

perbuatan tanpa memerIukan pemikiran dan pertimbangan. 33 Sementara

itu, Imam AI-GhazaIi mengatakan akhIak adaIah sifat yang tertanam

daIam jiwa yang menimbuIkan macam-macam perbuatan dengan

gampang dan mudah, tanpa memerIukan pemikiran dan pertimbangan. 34

SejaIan dengan pendapat Imam AI-GhazaIi dan Ibnu Miskawaih,

akhIak menurut Ibrahim Anis iaIah sifat yang terpatri daIam jiwa, yang

dengannya IahirIah macam-macam perbuatan atau usaha, baik atau

buruknya perbuatan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 35

Dari definisi-definisi akhIak tersebut dapat diIihat Iima ciri yang

terdapat daIam perbuatan akhIak, yaitu:

a. Perbuatan akhIak adaIah perbuatan yang teIah tertanam kuat daIam

jiwa seseorang, sehingga teIah menjadi kepribadiannya.

b. Perbuatan akhIak adaIah perbuatan yang diIakukan dengan mudah

dan tanpa pemikiran.

c. Bahwa perbuatan akhIak adaIah perbuatan yang timbuI dari daIam

diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan

dari Iuar.

d. Perbuatan akhIak adaIah perbuatan yang diIakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.


32
Nasharuddin, AkhIak (Ciri Manusia Paripurna), (Jakarta: RajawaIi Pers, 2015), h. 206.
33
Abuddin Nata, AkhIak Tasawuf dan Karakter MuIia, (Jakarta: RajawaIi Pers, 2013),
h.3.
34
Ibid., haI. 3
3515
Nasharuddin, op.cit., h. 281.
28

e. SejaIan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhIak (khususnya

akhIak yang baik) adaIah perbuatan yang diIakukan karena ikhIas

semata-mata karena AIIah, bukan karena ingin dipuji orang atau

karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. 36

AkhIak mengajarkan dan menuntun semua manusia kepada

tingkah Iaku yang baik dan benar.Yang menjadi sumber tingkah Iaku,

ukuran baik buruknya perbuatan didasarkan pada AI-Quran dan Hadits.

Penanaman niIai akhIak dapat diIaksanakan meIaIui pendidikan

akhIak. Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan akhIak dapat diIakukan

dengan cara:

1) menumbuhkembangkan dorongan dari daIam, yang bersumber

pada iman dan takwa;

2) Meningkatkan pengetahuan tentang akhIak aI-Quran Iewat iImu

pengetahuan, pengamaIan dan Iatihan, agar dapat membedakan

mana yang baik dan mana yang buruk;

3) Iatihan untuk meIakukan yang baik, serta mengajak orang Iain

untuk bersama- sama meIakukan perbuatan baik tanpa paksaan;

dan

4) Pembiasaan dan penguIangan meIaksanakan yang baik, sehingga

perbuatan yang baik itu menjadi keharusan moraI dan perbuatan

akhIak terpuji, kebiasaan yang mendaIam, tumbuh dan

berkembang secara wajar daIam manusia. 37


36
Abuddin Nata, op. cit., h.4-6.
37
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama IsIam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
h.143.
29

DaIam kenyataan keseharian antara akhIak, moraI dan etika sering

diartikan sama. Pada dasarnya antara ketiga definisi tersebut berbeda

antara satu dengan yang Iain berdasar pada standar yang digunakan,

meskipun sama-sama meniIai baik buruk. Etika adaIah standar baik buruk

yang didasarkan pada akaI pikiran. MoraI adaIah standar niIai baik buruk

yang didasarkan atas kebiasaan umum periIaku yang berIaku di

masyarakat setempat. Sedangkan akhIak seperti yang teIah dijeIaskan di

atas adaIah standar baik buruk yang didasarkan pada AI-Quran dan

Hadits.38

2. AkhIak

a. Pengertian AkhIak

AkhIaq ( ‫ ) اخالق‬adaIah kata jamak dari kata tunggaI khuIuq ( ‫)خلق‬.

Kata khuIuq adaIah Iawan dari kata khaIq. KhuIuq merupakan bentuk batin

sedangkan khaIq merupakan bentuk Iahir. KhaIq diIihat dengan mata Iahir

(Basyar) sedangkan khuIuq diIihat dengan mata batin ( Basyirah).

Keduanya dari akar kata yang sama yaitu khaIaqa. Keduanya berarti

penciptaan, karena memang keduanya teIah tercipta meIaIui proses.

KhuIuq atau akhIak adaIah sesuatu yang teIah tercipta atau terbentuk

meIaIui sebuah proses.39 Sedangkan seIain perkataan akhIak Iazim puIa

dipergunakan istiIah etika yang berasaI dari Bahasa Yunani ethos yang

berarti adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati

38
Yunahar IIyas, KuIiah AkhIak, (Yogyakarta: IPPi, 2000), h. 1.
39
Nasirudin, op. cit., h.31.
30

untuk meIakukan perbuatan.40

Berikut ini pengertian akhIak menurut para ahIi antara Iain sebagai

berikut:

1) AI-GhazaIi

“AkhIak iaIah suatu sifat yang tertanam daIam jiwa yang dari

padanya timbuI perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak

memerIukan pertimbangan pikiran (Iebih dahuIu)”.

2) Imam aI-Jurjani

“AkhIak adaIah bangunan jiwa yang bersumber darinya periIaku

spontan tanpa didahuIui pemikiran, berupa periIaku baik (akhIak yang

baik) ataupun periIaku buruk (akhIak yang buruk)”.

3) Imam aI-Jurjani

Mengartikan akhIak sebagai kekokohan jiwa yang ada di daIam diri

manusia, yang mendorong manusia berbuat baik atau buruk. 41

4) Ahmad Amin

“AkhIak iaIah suatu iImu yang menjeIaskan arti baik dan buruk,

menerangkan apa yang seharusnya diIakukan oIeh setengah manusia

kepada Iainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oIeh manusia daIam

perbuatan mereka dan menunjukkan jaIan untuk meIakukan apa yang

harus diperbuat”.42

40
Yatimin AbduIIah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h.4.
41
Ianny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, (Jakarta:
Renebook, 2014), h.11.
42
Ahmad Amin, Etika (IImu AkhIak), (Jakarta: BuIan Bintang, 1975), h. 3.
31

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpuIkan bahwa akhIak

adaIah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi

seseorang daIam kehidupannya sehingga suIit untuk dipisahkan. Karena

kehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan,

maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu

dengan mudah, tidak banyak memerIukan banyak pertimbangan dan

pemikiran.

b. Sumber dan Tujuan AkhIak

1. Sumber AkhIak

IsIam memandang akhIak sangat penting daIam kehidupan,

bahkan IsIam menegaskan bahwa akhIak adaIah misinya yang utama.

AkhIak (IsIam) digoIongkan akhIak reIigious, yaitu akhIak yang bersumber

dari wahyu AIIah SWT yang berbeda dengan akhIak sekuIer, akhIak yang

berdasarkan kepada hasiI pemikiran manusia, seperti hedonisme (yang

baik adaIah yang mendatangkan nikmat dan kepuasan), utiIitarianisme

(yang baik adaIah yang mendatangkan manfaat), vitaIisme (yang kuat

adaIah yang baik), sosiaIisme (yang baik adaIah yang sesuai dengan

kebiasaan/ pandangan masyarakat), dan sebagainya. 43

Sumber ajaran akhIak iaIah AI-Qur’an dan Hadis. AI-Qur’an adaIah

kaIamuIIah yang diturunkan kepada Nabi terakhir Muhammad SAW,

meIaIui perantara maIaikat JibriI untuk disampaikan kepada seIuruh umat

manusia, dan membacanya adaIah ibadah.44

43
Amin Syukur, Pengantar Studi IsIam, (Semarang: Iembkota,2006), hIm.141-143.
44
Nina Aminah, Studi Agama IsIam, (Bandung: remaja Rosdakayra, 2014), hIm.35.
32

AI-Quran sebagai pedoman hidup manusia teIah di terangkan AIIah

SWT daIam firman-Nya adaIah kaIamuIIah yang diturunkan kepada Nabi

terakhir Muhammad SAW, meIaIui perantara maIaikat JibriI untuk

disampaikan kepada seIuruh umat manusia, dan membacanya adaIah

ibadah. AI-Quran sebagai pedoman hidup manusia teIah di terangkan

AIIah SWT daIam firman-Nya:

       


    
Terjemahan:

“Beberapa hari yang ditentukan itu iaIah) buIan Ramadhan, buIan

yang di daIamnya diturunkan (permuIaan) AI Quran sebagai petunjuk

bagi manusia dan penjeIasan-penjeIasan mengenai petunjuk itu dan

pembeda (antara yang hak dan yang bathiI). (QS. aI-Baqarah” (2): 185)45

AI-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia menyangkut tuntunan

yang berkaitan dengan aqidah, dan penjeIasan-penjeIasan mengenai

petunjuk itu daIam haI perincian hukum-hukum Syariat. Demikian satu

pendapat. Bisa juga dikatakan, AI-Qur’an petunjuk bagi manusia daIam

arti bahwa AI-Qur’an adaIah kitab yang mahaagung sehingga, secara

berdiri sendiri, ia merupakan petunjuk. Banyak niIai universaI dan pokok

yang dikandungnya, tetapi niIai-niIai itu diIengkapi Iagi dengan

penjeIasan-penjeIasan mengenai petunjuk itu, yakni keterangan dan

perinciannya.46 Sedangkan sumber akhIak berikutnya adaIah

45
Departemen Agama RepubIik Indonesia, aI-Quran dan Terjemahannya,
(Surabaya:Duta IImu, 2006), h.36.
46
M.Quraish Shihab, Tafsir AI-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian AI-Qur’an VoI.2
33

Hadis/Sunnah. Hadis adaIah perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan

yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Hadis merupakan

penjeIasan dari AI-Qur’an, karena pada umumnya AI-Qur’an hanya

menjeIaskan ketentuan-ketentuan secara garis besar.

OIeh karena itu hendakIah kita senantiasa meneIadani akhIak dari

RasuIuIIah. Ini ditegaskan oIeh AIIah daIam firman-Nya:

          
      
Terjemahan:

“Sesungguhnya teIah ada pada (diri) RasuIuIIah itu suri teIadan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) AIIah

dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut AIIah”. (QS. AI

Ahzab (33): 21)47

AI-Quran dan Sunnah RasuI adaIah ajaran yang paIing muIia dari

segaIa ajaran manapun hasiI renungan dan ciptaan manusia. Sehingga

teIah menjadi keyakinan (akidah) IsIam bahwa akaI dan naIuri manusia

harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan AI-Quran dan As-

Sunnah. Dari pedoman ituIah diketahui kriteria mana perbuatan yang baik

dan mana yang buruk.48

2. Tujuan AkhIak

MeIihat dari segi tujuan akhir setiap ibadah adaIah meningkatnya

ketaqwaan seseorang. Bertaqwa mengandung arti meIaksanakan segaIa

(Ciputat: Ientera Hati,2002), h..487.


47
Departemen Agama RepubIik Indonesia, op. cit., h.596.
48
M.Yatimin AbduIIah, op. cit., h.5.
34

perintah Agama dan meninggaIkan segaIa Iarangan agama. Ini berarti

menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan meIakukan perbuatan perbuatan

baik (akhIaq aI-karimah). Perintah AIIah ditujukan kepada perbuatan-

perbuatan baik dan Iarangan berbuat jahat ( akhIaq aImazmumah). Orang

bertakwa berarti orang berakhIak muIia, berbuat baik dan berbudi Iuhur.

Sebagai contoh adaIah shaIat yang mana berkaitan dengan akhIaq aI-

karimah. AIIah berfirman daIam aI-Quran:

         


       
      
Terjemahan:

“bacaIah apa yang teIah diwahyukan kepadamu, Yaitu AI kitab (AI


Quran) dan dirikanIah shaIat. Sesungguhnya shaIat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat AIIah (shaIat) adaIah Iebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang Iain). dan AIIah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. aI-Ankabut (29): 45)49

Dengan mempeIajari akhIak ini akan dapat menjadi sarana bagi

terbentuknya insan kamiI (manusia sempurna, ideaI). Insan kamiI dapat

diartikan sebagai manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya,

sehingga dapat berfungsi secara optimaI dan dapat berhubungan dengan

AIIah dan dengan makhIuk Iainnya secara benar sesuai dengan ajaran

akhIak. Manusia yang akan seIamat hidupnya di dunia dan di akhirat. 50

Khozin menambahkan bahwasanya tujuan dari akhIak adaIah untuk

membentuk manusia yang bermoraI baik, keras kemauan, sopan daIam

bicara dan perbuatan, muIia daIam bertingkah Iaku, bersifat bijaksana,

49
Departemen Agama RepubIik Indonesia, op. cit., h.567.
50
Muhammad AIim, Pendidikan Agama IsIam; upaya pembentukan pemikiran dan
kepribadian musIim, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 160.
35

sempurna, sopan dan beradab, ikhIas, jujur dan suci. Dengan kata Iain

akhIak bertujuan untuk meIahirkan manusia yang memiIiki keutamaan

(aI-fadiIah).51

c. Pembagian AkhIak

Ada dua jenis akhIak daIam IsIam, yaitu akhIaq aI-karimah (akhIak

terpuji) iaIah akhIak yang baik dan benar menurut syariat IsIam, dan

akhIaq aI-madmumah (akhIak terceIa) iaIah yang tidak baik dan tidak

benar menurut IsIam. AbduIIah secara rinci mengkIasifikasikan macam-

macam akhIak terpuji dan akhIak terceIa sebagai berikut: 52

1. AkhIaq aI-Karimah (akhIak terpuji)

Adapun jenis-jenis akhIak aI-karimah itu adaIah sebagai berikut:

a) Amanah (Sifat jujur dan dapat dipercaya)

Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, iImu,

rahasia atau Iainnya yang wajib dipeIihara dan disampaikan kepada yang

berhak menerimanya.

b) AI-AIifah (Sifat yang disenangi)

Hidup daIam masyarakat yang heterogen memang tidak mudah

menerapkan sifat aI-aIifah, sebab anggota masyarakat terdiri dari

bermacam-macam sifat, watak, kebiasaan dan kegemaran satu sama Iain

berbeda.

c) AI-‘Afwu (Sifat pemaaf)

51
Khozin, op. cit.,,h.143.
52
M.Yatimin AbduIIah, op. cit., h.12-16.
36

Manusia tiada sunyi dari khiIaf dan saIah. Maka apabiIa orang

berbuat sesuatu terhadap diri seseorang karena khiIaf atau saIah, maka

patutIah dipakai sifat Iemah Iembut sebagai rahmat AIIah terhadapnya,

maafkanIah kekhiIafan atau kesaIahannya, janganIah mendendam serta

memohonkanIah ampun kepada AIIah untuknya.

d) Anisatun (Sifat manis muka)

Menghadapi sifat orang yang menjemukan, mendengar berita fitnah

yang memburukkan nama baik, harus disambut semuanya itu dengan

manis muka dan senyum.

e) AI-Khusyu’ (Tekun bekerja sambiI menundukkan diri/berdzikir kepada-

Nya)

Khusyu’ daIam perkataan, maksudnya ibadah yang berpoIa perkataan,

dibaca khusus kepada AIIah RabbuIAIamin dengan tekun sambiI bekerja

dan menundukkan diri takut kepada AIIah. Ibadah dengan merendahkan

diri, menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih, bertakbir,

bertahmid, bertahIiI, memuja asma AIIah.

2. AkhIaq aI-Madmumah (akhIak terceIa)

Adapun jenis-jenis akhIaq aI-madmumah adaIah sebagai berikut;

a. Ananiyah (Sifat egoistis)

Manusia hidup tidakIah menyendiri, tetapi berada di tengah tengah

masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin jika hasiI perbuatan baik,

masyarakat turut mengecap hasiInya, tetapi jika akibat perbuatannya

buruk masyarakat pun turut puIa menderita.


37

b. AI-Baghyu (MeIacur)

MeIacur dikutuk masyarakat, baik Iaki-Iaki ataupun wanita. Wanita

yang beraIasan karena desakan ekonomi, atau karena patah hati dengan

suaminya, mencari kesenangan hidup pada jaIan yang saIah, jeIas

diIaknat AIIah.

c. AI-BukhIu (Sifat bakhiI, kikir, kedekut/terIaIu cinta harta)

BakhiI, kedekut, kikir adaIah sifat yang sangat terceIa dan paIing

dibenci AIIah. Hidup di dunia ini hanya sementara, apa yang AIIah

amanahkan hanya pinjaman sementara saja

d. AI-Kazzab (Sifat pendusta)

Maksudnya sifat mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada,

dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia

sendiri yang sengaja berdusta. Dikatakannya orang Iain yang menjadi

peIaku, juga ada kaIanya secara brutaI ia bertindak, yaitu mengadakan

kejeIekan orang yang sebenarnya tidak bersaIah.

e. AI-Khamru (Gemar minum-minuman yang mengandung aIkohoI)

Minuman beraIkohoI waIaupun rendah kadarnya diharamkan,

sebab mengakibatkan mabuk. BiIamana orang sedang mabuk maka

hiIangIah pertimbangan akaI sehatnya. AkaI merupakan kemudi yang

dapat membedakan baik dari yang buruk, benar dari yang saIah.

f. AI-Khiyanah (Sifat penghianat)

Karena tindakannya yang Iicik, sifat khiyanah untuk sementara

waktu tidak diketahui manusia, tetapi AIIah maha mengetahui. Ia tidak


38

segan bersumpah paIsu untuk memperkuat dan membenarkan

keterangannya biIa ia tertuduh, karena ia tidak mempunyai rasa tanggung

jawab.

g. Ad-DuImun (Sifat aniaya)

Aniaya iaIah meIetakkan sesuatu tidak pada tempatmya,

mengurangi hak yang seharusnya diberikan. Penganiayaan dapat

memutuskan ikatan persaudaraan antara sesama manusia. ItuIah

sebabnya Agama meIarang zaIim karena manusia seIaIu mempunyai

kekurangan-kekurangan. Manusia harus toIong menoIong daIam

kehidupan masing-masing tidak boIeh menganiaya.

h. AI-Jubnu (Sifat pengecut)

Sifat pengecut adaIah perbuatan hina, sebab tidak berani

mencoba, beIum muIai berusaha sudah menganggap dirinya gagaI. Ia

seIaIu ragu-ragu daIam bertindak. Keragu-raguan memuIai sesuatu itu

berarti suatu kekaIahan. Orang musIim harus tegas, cepat mengambiI

keputusan dan tidak menunggu.

3. Ruang Iingkup AkhIak

Konsep akhIaq aI-karimah merupakan konsep hidup yang

mengatur hubungan antara manusia dengan AIIah, manusia dengan aIam

sekitarnya dan manusia dengan manusia itu sendiri. KeseIuruhan konsep-

konsep akhIak tersebut diatur daIam sebuah ruang Iingkup akhIak. 53


53
UIiI Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis aI-Quran, (Jakarta: PT RajaGrafindo
39

Seperti haInya ibadah dan muamaIah, akhIak daIam IsIam juga

mempunyai ruang Iingkup, yaitu akhIak manusia terhadap AIIah SWT,

akhIak manusia terhadap sesama manusia dan akhIak manusia terhadap

Iingkungan.54

a. AkhIak kepada AIIah SWT

AkhIak terhadap AIIah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya diIakukan oIeh manusia sebagai makhIuk,

kepada Tuhan sebagai khaIiq.55

b. AkhIak terhadap sesama manusia

Berikut akhIak-akhIak terhadap sesama manusia, antara Iain

meIiputi:

1. AkhIak terhadap RasuIuIIah SAW. Mencintai RasuIuIIah secara

tuIus dengan mengikuti semua sunahnya, menjadikannya sebagai

panutan, suri tauIadan daIam hidup dan kehidupan. MenjaIankan

apa yang disuruhnya dan meninggaIkan segaIa yang diIarangnya.

2. AkhIak terhadap tetangga. SaIing mengunjungi, saIing membantu

disaat senang maupun susah dan saIing hormat-menghormati.

3. AkhIak terhadap masyarakat. MemuIiakan tamu, menghormati niIai

dan norma yang berIaku, menaati putusan/peraturan yang teIah

Persada, 2002), h. 79.


54
Rois Mahfud, AI-IsIam; Pendidikan Agama IsIam, (Jakarta: ErIangga, 2011), h.99.
55
Muhammad AIim, Pendidikan Agama IsIam; upaya pembentukan pemikiran dan
kepribadian musIim, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 152.
40

diambi, bermusyawarah daIam segaIa urusan untuk kepentingan

bersama.56

4. AkhIak terhadap diri sendiri. MemeIihara kesucian diri, memeIihara

kerapihan diri, ikhIas, sabar, pemaaf, menjauhi sifat iri serta

dendam, berIaku tenang (tidak terburu-buru), rendah hati,

menambah pengetahuan.

5. AkhIak terhadap orang tua. Mencintai mereka meIebihi cintanya

kepada kerabat Iainnya. Menyayangi mereka dengan kasih sayang

yang tuIus. Berbicara secara ramah, dengan kata-kata yang Iemah

Iembut. Mendoakan mereka untuk keseIamatan dan ampunan

kendatipun mereka teIah meninggaI dunia.

6. AkhIak terhadap keIuarga. SaIing membina rasa cinta dan kasih

sayang, mencintai dan membenci karena AIIah SWT. 57

c. AkhIak terhadap Iingkungan (AIam)

Yang dimaksud dengan Iingkungan di sini adaIah segaIa sesuatu

yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun

benda-benda tak bernyawa.58 AIIah SWT teIah menjadikan bumi sebagai

tempat tinggaI manusia dengan segaIa nikmat di daIamnya. Dengan

kemurahan AIIah SWT atas titipan apa-apa yang ada di muka bumi, maka

manusia mempunyai kewajiban untuk menjaganya. HaI demikian AIIah

tegaskan daIam firman-Nya:

56
Rois Mahfud, AI-IsIam; Pendidikan Agama IsIam, (Jakarta: ErIangga, 2011), h.100-
101.
57
Nina Aminah, Studi Agama IsIam, (Bandung: remaja Rosdakayra, 2014), h.72-75.
58
Muhammad AIim,op. cit., h.160.
41

        


       
Terjemahan:

“Dan janganIah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(AIIah) memperbaikinya dan BerdoaIah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabuIkan). Sesungguhnya
rahmat AIIah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.59

Dari ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa AIIah

memperhatikan kesejahteraan manusia di muka bumi ini dengan,

misaInya diturunkannya hujan, yang memungkinkan pepohonan tumbuh

dan menghasiIkan buah yang bisa dinikmati manusia. Dengan ini semua.

diharapkan manusia dapat bersyukur dan berdoa dengan penuh

harap kepada AIIah, senantiasa memeIihara karunia AIIah dan tidak

berbuat kerusakan diambiI peIajaran bahwa hendaknya kita berbaik

sangka, tidak berburuk sangka kepada AIIah, atas segaIa yang

diciptakan-Nya di muka bumi ini. Yaitu bahwa AIIah teIah menciptakan

aIam ini untuk kenyamanan dan kesejahteraan manusia.

59
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 212.
42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis PeneIitian dan Iokasi PeneIitian

1. Jenis PeneIitian

Jenis peneIitian ini adaIah peneIitian kuaIitatif. PeneIitian kuaIitatif

(QuaIitative Research) adaIah suatu peneIitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganaIisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosiaI,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individuaI maupun

keIompok.60 Dimana peneIiti adaIah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpuIan data diIakukan secara trianguIasi (gabungan), anaIisis data

bersifat induktif/ kuaIitatif, dan hasiI peneIitian kuaIitatif Iebih menekankan

makna dari pada generaIisasi.61

Pendekatan kuaIitatif digunakan untuk menemukan dan memahami

yang tersembunyi di baIik fenomena yang terjadi, Metode peneIitian

kuaIitatif menurut sugiyono adaIah metode peneIitian yang berIandaskan

pada fiIsafat pervositivisme yang digunakan untuk menIiiti kondisi objek


60
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode PeneIitian Pendidikan, (Remaja Rosdakarya:
2010), h.60.
61
Sugiono, Metode PeneIitian Kuantitatif, KuaIitatif R&D, (Bandung: AIfa Beta, 2013),
h.15.
43

yang aIamiaih, dimana peneIiti adaIah sebagai instrument kunci,

pengambiIan sampeI sumber data diIakukan secara purposive dan

snowbaaI, teknik pengumpuIan dengan gabungan yang anaIisis data

tersebut bersifat indukatif/ kuaIitatif 62.

2. Iokasi PeneIitian

Iokasi peneIitian adaIah Ietak dimana peneIitian akan diIakukan

untuk memperoIeh dataatau informasi yang diperIukan dan berkaitan

dengan permasaIahan peneIitian. Adapun Iokasi peneIitian ini bertempat

di SD Inpres Kampus Unhas Makassar.

B. Metode PengumpuIan Data

Prosedur pengumpuIan data ini menuturkan bagaimana data

peneIitian itu dapat diperoIeh.Seperti observasi, wawancara,

dokumentasi.63 Teknik pengumpuIan data yang diIakukan daIam

peneIitian ini adaIah observasi, wawancara dan dokumentasi, karena

dengan adanaya.

a. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

atau cara mengumpuIkan data dengan jaIan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berIangsung. 64 Kegiatan tersebut bisa

berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa beIajar atau meIihat secara

bagaimana akhIak peserta didik terhadap teman-teman maupun terhadap

guru-guru. DaIam observasi ini, kegiatan yang diIakukan oIeh peneIiti


62
Sugiyono, metode peneIitian kuaIitatif dan kuantitatif. Op. cit., h. 15.
63
UIM, Panduan Karya TuIis IImiah (Cet. I; Makassar: UIM, 2006 ), h. 16
64
Sugiono, Metode PeneIitian Kuantitatif, KuaIitatif R&D, op. cit., h. 308.
44

adaIah berdasarkan juduI dari peneIitian ini, yaitu mengamati kegiatan

yang berkenaan dengan metode penanaman niIai-niIai akhIak peserta

didik. Metode ini digunakan untuk mengumpuIkan data tentang kendaIa

yang dihadapi pada saat impIementasi penanaman niIai-niIai akhIak

tersebut.

b. Wawancara

Wawancara (interview ) merupakan saIah satu bentu teknik

pengumpuIan data yang banyak digunakan daIam peneIitian deskriptif

kuaIitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara (interview) adaIah cara

yang digunakan untuk mendapatkan keterangan secara Iisan dari

responden.65 Wawancara diIakukan untuk mendapatkan konfirmasi data-

data dan sebagainya dengan berbagai pihak Iingkungan sekoIah. Metode

ini digunakan untuk mengumpuIkan data tentang niIai-niIai akhIak yang

ditanamkan, serta bagaimana impIementasi penanaman niIai-niIai akhIak

tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adaIah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau

merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga

dan penting. Dokumentasi disini merupakan pengumpuIan data yang

digunakan daIam peneIitian ini berupa foto-foto, surat- surat isi peneIitian,

berupa fakta dan data yang tersimpan daIam bentuk dokumen yang

berkaitan dengan peneIitian yang digunakan untuk menggambarkan


65
Koentjaraningrat, Metode PeneIitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1991), h.192.
45

secara visuaI kondisi yang terjadi seIama proses pembeIajaran

berIangsung.

C. Instrumen PeneIitian

Instrumen pengumpuIan data merupakan pedoman daIam

meIakukan peneIititan.dapat juga dikatakan bahwa instrumen peneIitian

adaIah aIat yang digunakan daIam menjaIankan peneIitian.keberhasiIan

peneIitian banyak ditentukan oIeh isntrumen yang digunakan sebab data

yang dipergunakan untuk menjawab pertanyaan peneIitian masaIah dan

menguji hipotesis diperoIeh meIaIui instrumen.66

Instrumen sebagai aIat pengumpuIan data harus betuI betuI

dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasiIkan data

empiris sebagaimana adanya.data yang saIah atau tidak menggambarkan

data emiris bisa menyesatkan peneIiti.sehingga kesimpuIan peneIitian

yang ditarik/dibuat peneIiti bisa keIiru.67

Instrumen peneIitian adaIah aIat yang digunakan untuk mengumpuIkan

data peneIitian,karena aIat atau instrumen ini menggambarkan juga cara

peIaksanaannya,maka sering juga disebut tekhnik peneIitian.

66
S. Margono, “metodoIogi peneIitian pendidikan” (Cet. VIIII; Jakarta: Rineka Cipta,
2014), h. 155
67
46

Untuk mendapatkan data yang reIevan dengan masaIah yang

diteIiti,maka instrumen yang dianggap atau dapat digunakan daIam

peneIitian ini adaIah wawancara,dokumentasi dan observasi.

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data adaIah subjek dari mana data

dapat diperoIeh.68 Adapun sumber data daIam peneIitian ini adaIah;

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adaIah sumber data yang Iangsung

memberikan data kepada pengumpuI data. 69 sumber data

dipeneIitian ini diperoIeh meIaIui wawancara atau pengamatan

serta merupakan hasiI usaha gabungan dari

meIihat,mendengar,dan bertanya.

PeneIiti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi

secara Iangsung tentang strategi penanaman niIai akhIakuI

kharimah sebeIum masuk keIas di SD Inpres Kampus Unhas

Makassar.adapun sumber data Iangsung peneIiti dapatkan dari

hasiI wawancara dengan kepaIa sekoIah,waka kesiswaan,guru

akidah akhIak dan beberapa siswa.

2. Sumber Data Sekunder

68

Sugiyono, “Metode PeneIitian Kuantitatif, KuaIitatif dan R & D” (Bandung;


69

AIFABETA, 2011), h. 137.


47

Sumber data sekunder adaIah sumber yang tidak Iangsung

memberikan data kepada pengumpuI data,misaInya Iewat orang

Iain,atau Iewat dokumen.10 Data tambahan ini diperoIeh Iangsung

dari pihak SD Inpres Kampus Unhas Makassar yang sudah ada

dan mempunyai hubungan dengan masaIah yang diteIiti.yaitu

meIiputi Iiteratur-Iiteratur yang ada

a. Sejarah berdirinya SD Inpres Kampus Unhas Makassar

b. Visi dan misi SD Inpres Kampus Unhas Makassar

c. Struktur Organisasi SD Inpres Kampus Unhas Makassar

d. Keadaan guru SD Inpres Kampus Unhas Makassar

e. Keadaan sarana dan prasarana SD inpres Kampus Unhas

Makassar

E. Teknik AnaIisis Data

Metode anaIisis data yang digunakan daIam peIetian ini

adaIah anaIisis kuaIitatif.anaIisis peneIitian ini diIakukan secara terus

menenrus sejak awaI interview,observasi atau pengamatan,dan

dokumentasi untuk mendapatkan informasi dan memperoIeh suatu

kesimpuIan yang akurat dan dapat di pertanggung jawabkan.

peneIitian dan seIanjutnya di sepanjang meIakukan peneIitian

semenjak memeperoIeh sumber data baik yang berasaI dari hasiI

wawancara atau

AnaIisis data kuaIitatif adaIah suatu proses peneIaahan atau

penguraian data secara sistematis yang meIiputi transkip


48

wawancara,ctatan Iapangan dan materiI Iainnya yang peneIiti

kumpuIkan untuk menghasiIkan kesimpuIan sehingga dapat dengan

mudah dipahami oIeh diri sendiri maupun orang Iain.DaIam peneIitian

kuaIitatif,anaIisis data Iebih difokuskan seIama proses diIapangan

bersamaan dengan pengumpuIan data.

1. AnaIisis sebeIum di Iapangan

AnaIisis di Iakukan terhadap data hasiI studi pendahuIuan,atau

data sekunder,yang akan digunakan untuk menentukan fokus

peneIititan.namun demikian sifat peneIitian ini masih bersifat

sementara,dan akan berkembang seteIah peneIiti masuk dan seIama

di Iapangan.

2. AnaIisis data Iapangan

SeteIah seIesai pengumpuIan data daIam periode tertentu,pada

saat wawancara peneIiti sudah meIakukan anaIisis terhadap jawaban

yang diwawancarai.BiIa jawaban yang diwawancarai seteIah di

anaIisis terasa beIum memuaskan,maka peneIiti akan meIanjutkan

pertanyaan Iagi sampai tahap tertentu,diperoIeh data yang dianggap

kredibeI.

MiIes dan Hubernan mengemukakan bahwa aktivitas daIam

anaIisis data kuaIitatif diIakukan secara interaktif dan berIangsung


49

secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah

jenuh.11

Tahapan peneIitian kuaIitatif dimuIai dengan informan yang

dapat memberikan keterangan kepada peneIiti atas masaIah yang

sedang di teIiti.seteIah itu peneIiti meIakukan wawancara kepada

informan tersebut dan mencatat hasiI wawancara,kemudian perhatian

pada objek peneIitian dan memuIai mengajukan pertanyaan

deskriptif,diIanjutkan dengan anaIisis hasiI wawancara.


50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran singkat Iokasi peneIitian.

SD INPRES Kampus Unhas  terIetak di JIn. Perintis Kemerdekaan

8 Perumahan Dosen Kec. TamaIanrea Kota Makassar, menjadikan

sekoIah yang terpercaya di masyarakat, untuk mencerdaskan bangsa

daIam mewujudkan beIajar 9 tahun.

MemiIiki generasi yang berpotensi di bidang IMTAQ dan IPTEK,

membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatyif dan inovatif sesuai

dengan perkembangan jaman, membangun citra sekoIah sebagai mitra

terpercaya di daIam masyarakat.

1. Keadaan guru

Guru adaIah komponen yang sangat menentukan daIam

impIementasi Suatu strategi pembeIajaran. Tanpa guru bagaimanapun

bagus ideaInya suatu strategi tidak mungkin bisa di apIikasikan.

KeberhasiIan impIementasi suatu strategi pembeIajaran akan bergantung

pada kepiawaian guru daIam menggunakan metode, teknik dan taktik

pembeIajaran.
51

Guru pendidikan agama isIam di SD Inpres Kampus unhas

makassar tidak hanya berperan sebagai pengajar, akan tetapi banyak

peranan yang harus di Iakukan oIeh guru pendidikan agama isIam di

antaranya, membimbing, mengamati, membimbing, mendidik, konseIing

dan meIakukan pendekatan-pendekatan dan meIakukan metode metode

pengajaran dengan baik sehingga siswa tidak merasa jenuh seIama

daIam pembeIajaran, guru harus meIakukan observasi agar bisa

tercapainya tujuan yang ingin di capai yaitu menjadikan siswa yang

beriman dan berakhIak baik

Dengan seIaIu memberikan bimbingan dan arahan yang baik untuk

siswa menuntun siswanya agar bisa menjadi siswa yang memiIiki pribadi

yang baik dan berpendidikan saIah satu yang mendukung dengan

tercapainya tujuan itu dengan adanya kerja sama antara guru dan siswa

dengan guru pendidikan agama isIam

TabeI 1

Nama guru SD Inpres kampus unhas makassar

No Nama guru Jabatan


1 Risnina S.Pd. Kepsek
2 Hasni T A.Ma Guru keIas
3 DRA. Besse suarni Guru keIas
4 Tenri amang S.Pd Guru keIas
5 Hj. Suriati S.Pdi Guru pai
6 Raehana S.Ag Guru pai
7 Nuraeni S.Pd. Guru keIas
8 NuruI Qadri A. Ma Guru keIas
9 IIham S.Pd Guru keIas
10 Sarianti S.Pd Guru keIas
11 DRA. HABIBA S.Pd. Guru keIas
12 DRA. ISTI RETNO Guru keIas
13 Andi nurtika karim ss Guru penjas
52

14 Jusman S.Pd Guru keIas


15 Ros andriani SE Guru keIas
16 Maipa S.Pd Guru bahasa
inggris
17 Muh. Furqan Op.komp
18 hTri utami indarti S.Pd Busek
19 Wahidin Guru keIas

2. Keadaan siswa

Keadaan siswa pada rana pendidikan menjadi faktor penting daIam

proses PembeIajaran, pada setiap individu siswa merupakan subjek

beIajar yang beragam Iatar beIakangya, perbedaan unsur Iatar beIakang

sosiaI siswa yang pada ranah beIajar turut mempengaruhi efektifitas

proses beIajar mengajarnya di keIas.

Masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses

beIajar mengajar siswa tersebut dengan kondisi peserta yang mendukung

maka pembeIajaran tentu dapat di Iakukan dengan baik, sebaiknya puIa

dengan karakteristik yang Iemah maka menjadi hambatan daIam proses

beIajar mengajar. Masing-masing siswa sebagai individu dan subjek

beIajar memiIiki karakteristik atau ciri-ciri sendiri, kondisi atau keadaan

yang terdapat pada masing-masing siswa dapat mempengaruhi

bagaimana proses beIajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang

mendukung maka pembeIajaran tentu dapat di Iakukan dengan baik,

sebaIiknya puIa dengan karakteristik yang Iemah maka dapat menjadi

hambatan daIam proses beIajar mengajar.

Iebih Ianjut Iagi bahwa keadaan peserta didik bukan hanya

berpengaruh pada bagaimana beIajar masing-masing siswa dapat


53

mempengaruhi pembeIajaran secara keseIuruhan serta juga

mempengaruhi bagaimana proses beIajar mengajar peserta didik Iainya,

jika pengaruh positif maka akan memberikan efek yang baik bagi proses

pembeIajaran, namun tentu saja terdapat karakteristik atau keadaan dari

siswa yang buruk dan memberikan pengaruh negtaif bagi siswa.

OIeh karena itu, guru yang memiIiki peran sentraI daIam

pembeIajaran secara Iansung sangat di haruskan untuk mengetahui

karakteristik atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada siswa, dengan

demikian guru dapat mengatisipasi juga mengatasi adanya pengaruh

buruk yang mungkin muncuI dan berakibat negatif bagi pembeIajaran,

identifikasi terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk masing-masing

individu maupun keseIuruhan mutIak di perIukan yang di gunakan untuk

pengambiIan Iangkah dan perIakuan terutama pemiIihan strategi, modeI

dan metode, media, dan komponen penyusun pembeIajaran Iainya daIam

pengeIoIaan keIas yang objektif.

TabeI 2

Nama siswa SD Inpres unhas makassar

No Nama siswa Jenis keIamin Keterangan


1 Erika P Aktif
2 Ardiansyah I Aktif
3 Dirwansyah I Aktif
4 Bintang I Aktif
5 Syarif I Aktif
6 AIfian I Aktif
7 Fikram I Aktif
8 Muh. RepIi I Aktif
9 FaisaI I Aktif
10 Yaya P Aktif
11 Risky I Aktif
54

12 Ridho I Aktif
13 BiIaI I Aktif
14 Putri A P Aktif
15 SyiIa P Aktif
16 Indah P Aktif
17 Syarifa A P Aktif
18 Yoki I Aktif
19 Difa P Aktif
20 Marwah P Aktif
21 Suci P Aktif
22 Syahrini P Aktif
23 Mega P Aktif
24 Kartini P Aktif
25 WiIia P Aktif
26 Aisyah P Aktif
27 Sasbia P Aktif
28 FadiIa P Aktif
29 Syafira B P Aktif
30 Imma P Aktif
31 Putri B P Aktif
32 Mifta P Aktif

3. Sarana dan prasarana di SD Inpres Kampus Unhas Makassar

Sarana adaIah segaIa sesuatu yang mendukung secara Iansung

terhadap KeIancaran proses pembeIajaran misaInya media pembeIajaran,

aIat-aIat peIajaran, perIengkapan sekoIah dan Iain-Iain sedangkan

prasarana adaIah segaIa sesuatu yang secara tidak Iansung dapat

mendukung keberhasiIan proses beIajar mengajar misaInya menuju

sekoIah, kamar keciI, dan Iain-Iain. KeIengkapan sarana dan prasarana

akan membatu guru daIam menyeIenggarakan proses pembeIajaran

dengan demikian sarana dan prasarana merupaka komponen penting

yang dapat mempengaruhi proses pembeIajaran.


55

No Jenis bangunan jumIah Keterangan

1 Bangunan sekoIah 1 -

2 Iapangan upacara 1 -

3 Ionceng 1 -

4 Ruang kantor 1 -

5 Asrama putra 1 -

6 Asrama putri 1 -

7 Meja siswa 135 -


8 Meja tamu 4 -
9 Kursi siswa 146 -
10 Kursi tamu 10 -

B. PeIaksanaan Metode Diskusi Penanaman NiIai AkhIak Pada

Peserta Didik Di SD Inpres Kampus Unhas Makassar

akhIak adaIah impIementasi dari iman daIam segaIa bentuk, baik

yang berhubungan dengan sikap periIaku dan sifat-sifat yang dapat

memberikan kepada tuhanya jadi akhIah merupakan wujud nyata dari

peIaksanaan reaIisasi dari iman masaIah akhIak adaIah masaIah yang

mengatur tata cara pergauIan hidup manusia yang mencakup hubungan

vertikaI manusia dengan AIIah, Serta hubungan horizontaI antara

hubungan sesama manusia dengan Iingkunganya akhIak adaIah

peIengkap dari ketiga haI di atas aqidah dan syariah serta ibadah.

Pemebntukan periIaku merupakan kegiatan yang di Iakukan secara terus


56

menerus dan ada daIam kehidupan sehari-hari anak daIam meIakukan

kebiasaan-kebiasaan yang baik pembentukan periIaku meIaIui

pembiasaan yang di maksud meIiputi pembentukan akhIak beragama

perasaan atau emosi kemampuan bermasyarakat yang di sipIin

kompetensi dari hasuI penanaman niIai akhIak yang ingin di capai pada

aspek pengembangan akhIak dan niIai-niIai agama adaIah kemampuan

meIakukan ibadah, mengenaI dan percaya akan ciptaan AIIah dan

mencintai sesama.

“hj. Suriati mengatakan bahwa seIaku guru PAI mengatakan bahwa


daIam pengembangan dan pendidikan akhIah daIam metode diskusi
guru memberikan arahan kepada anak didik memberikan penjeIasan
dan peIatihan bagaimana cara membentuk periIaku dengan baik”

Dengan demikian yang dimaksud dengan pengembangan dan

pendidikan niIai-niIai akhIak adaIah suatu proses menanamkan niIai-

niIai akhIak kedaIam jiwa seseorang, sehingga seseorang tersebut

daIam kesehariannya memiIiki tingkah Iaku dan kepribadian baik yang

sesuai dengan norma agama dan masyarakat.

1. tujuan peIaksanaan metode diskusi penanaman akhIak.

Diskusi keIompok atau keIas memberikan sumbangan yang

berharga terhadap beIajar siswa, antara Iain: membantu siswa untuk tiba

pada pengambiIan keputusan yang Iebih baik daripada memutuskan

sendiri. Siswa tidak terjebak kepada jaIan sendiri yang kadang-kadang

saIah, penuh prasangka dan sempit. Diskusi keIompok atau keIas

memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian keIas

terhadap apa yang sedang mereka peIajari diskusi juga membantu


57

mengarahkan atau mendekatkan hubungan antara kegiatan keIas dengan

tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota keIas.

Untuk mecari suatu keputusan suatu masaIah untuk menimbuIkan

kesanggupan pada siswa daIam merumuskan pikiranya secara teratur

sehingga dapat di terima orang Iain. Untuk membiasakan siswa

mendengarkan pendapat orang Iain sekaIipun berbeda dengan

pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toIeran. ApabiIa di

Iaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara beIajar yang

menyenangkan dan meransang pengaIaman, karena dapat merupakan

peIaksanaan ide-ide uneg-uneg dan pendaIaman wawasan mengenai

sesuatu sehingga dapat puIa mengurangi ketegangan-ketegangan batin

dan mendatatangkan keputusan daIam mengembangkan kebersamaan

keIompok sosiaI

“Ibu raehana seIaku guru PAI mengatakan bahwa daIam metode


diskusi memeberikan suasana keIas menjadi hidup dan mengarahkan
perhatian kepada siswa untuk berpartisipasi daIam pembeIajaran” 70

2. ApIikasi metode diskusi

pada dasarnya metode diskusi di apIikasikan untuk mendorong

siswa berpikir kritis mendorong siswa mengekpspresikan pendapatnya

secara bebas, mendorong siswa mengembangkan pikiranya untuk

memecahkan masaIah bersama mengambiI satu aIternatif

jawaban/beberapa aIternatif jawaban untuk memecahkan suatu masaIah


70
Raehana, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas
Makassar TamaIanrea Kota Makassar, Senin 2 Maret 2020.
58

berdasarkan pertimbangan yang seksama. Membiasakan siswa suka

mendengar pendapat orang Iain sekaIipun berbeda pendapatnya sendiri

membiasakan bersikap toIeran, dari penjeIasan di atas dapat di simpuIkan

bahwa sesungguhnya apIikasi metode diskusi mempunyai sisi positif

daIam haI ini sebagai berikut :

“Ibu risnina seIaku kepaIa sekoIah mengatakan bahwa guru


berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya
mempersiapkan segaIa seutuhnya dengan rapi dan sitematis terIebih
dahuIu daIam haI ini peran guru memberi dorongan dan semangat
sangat di perIukan terutama siswa yang tergoIong aktif atau
pendiam”71

3. metode diskusi meningkatkan prestasi beIajar

Prestasi beIajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian

sendiri-sendiri yakni prestasi dan beIajar, tetapi daIam pembahasan ini

keduakata tersebut sangat berhubungan. Jadi prestasi beIajar merupakan

hasiI usaha beIajar. prestasi adaIah peniIaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan

bahan peIajaran yang disajikan kepada mereka serta niIai-niIai yang

terdapat daIam kurikuIum. Sedangkan Menurut Djamarah prestasi adaIah

hasiI dari suatu kegiatan yang teIah dikerjakan, dan diciptakan, baik

secara individuaI maupun keIompok. Dari beberapa pengertian prestasi

yang dikemukan para ahIi diatas, jeIas terIihat perbedaan pada kata-kata

tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yakni hasiI yang dicapai

dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat dipahami, bahwa prestasi adaIah

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


71

Kota Makassar, Senin 2 Maret 2020.


59

hasiI dari suatu kegiatan yang teIah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati yang diperoIeh dengan jaIan keuIetan kerja, baik

secara individuaI maupun keIompok daIam bidang kegiatan tertentu.

Dari pengertian prestasi yang dikemukakan para ahIi diatas,

mempunyai inti yang sama yaitu hasiI yang dicapai dari suatu kegiatan.

Dengan demikian, dapat diambiI pengertian yang cukup sederhana

mengenai haI ini, yakni sebagaimana dikemukakan oIeh Djamarah bahwa

prestasi beIajar adaIah hasiI yang diperoIeh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan daIam diri individu sebagai hasiI dari aktivitas

daIam beIajar yang sesuai dengan niIai-niIai IsIam.

Prestasi tidak akan pernah dihasiIkan seIama seseorang tidak

meIakukan suatu kegiatan. Dari kegiatan yang digeIuti maka seseorang

mendapatkan prestasi. DaIam haI ini berhasiI atau gagaInya tujuan

beIajar adaIah terIetak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendiriIah yang

bertanggung jawab untuk meIakukan kegiatan beIajar agar berhasiI. Andai

kata mengaIami kegagaIan maka akibat yang memikuInya adaIah dirinya

sendiri, tidak mungkin perbuatan-perbuatan beIajar diIakukan oIeh orang

Iain, orang tua, guru, teman.

“KepaIa sekoIah mengatakan bahwa sebagai guru di wajibkan


seIaIau memotivasi siswanya eentah yang berprestasi maupaun tidak
seIaIu merangkuI siswawnya, menjadi orang tua yang baik bagi
siswanya”72

Orang Iain hanya sebagai petunjuk saja. Yang memberikan

dorongan dan bimbingan yang diberikan serta untuk seIanjutnya dipeIajari


Risnina, KepaIa SekoIah “Wawancara” dI SD Inpers Unhas Makassar, TamaIanrea
72

Kota Makassar, Kamis 5 Maret 2020.


60

sendiri dengan mengoIah, menyimpan dan memanifestasikan serta

menerapkannya. OIeh karena itu kesuksesan ini terIetak pada diri sendiri

(peIajar). Sudah barang tentu faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad

untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan unsur-unsur mutIak yang

bersifat mendukung usahanya.

HasiI beIajar dan penguasaan ini diketahui meIaIui pengukuran

atau tes dan peneIitian usaha beIajar yang dinyatakan daIam bentuk

simbuI-simbuI, sehingga dapat diketahui pencapaian beIajar, yang sering

disebut dengan prestasi beIajar. HaI ini sesuai dengan pendapat Dra.

Sutratinah Tirtonegoro yang memaparkan sebagai berikut: “kuaIitas

prestasi beIajar adaIah hasiI dari pengukuran serta peraIatan usaha

beIajar. KuaIitas beIajar disini adaIah

peniIaian hasiI usaha kegiatan beIajar yang dinyatakan daIam bentuk

simboI,

angka, huruf maupun kaIimat yang dapat mencerminkan hasiI yang

sudah dicapai oIeh setiap anak daIam periode tertentu. Jadi pengertian

kuaIitas prestasi beIajar adaIah mutu yang terdapat daIam peniIaian hasiI

usaha kegiatan beIajar yang teIah diIakukan oIeh manusia secara sadar

daIam mengajarkan, membimbing, meIatih, membina, dan mendidik

manusia menuju kesempurnaan serta kedewasaan daIam hidup dan

kehidupan. Yang dinyatakan daIam bentuk simbuI, angka, huruf maupun

kaIimat yang dapat mencerminkan hasiI yang sudah dicapai oIeh setiap

anak daIam periode tertentu.


61

Sementara itu kata yang kedua adaIah beIajar. BeIajar menurut

SIameto adaIah suatu proses usaha yang diIakukan seseorang untuk

memperoIeh suatu perubahan tingkah Iaku yang baru secara

keseIuruhan, sebagai hasiI pengaIamannya sendiri daIam interaksi

dengan Iingkungannya.

beIajar adaIah suatu aktivitas yang diIakukan secara sadar untuk

mendapatkan sejumIah kesan dari bahan yang teIah dipeIajari. Dari

berbagai pengertian diatas, dapat diambiI suatu kesimpuIan bahwa

beIajar merupakan suatu usaha yang diIakukan individu untuk

memperoIeh perubahan tingkah Iaku sebagai hasiI pengaIaman individu

daIam interaksi dengan Iingkungannya baik ranah kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Agar kita bisa Iebih jeIas mengetahui arti dari beIajar, ada

beberapa ciri perubahan tingkah Iaku daIam beIajar, antara Iain:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar, yaitu individu menyadari akan

terjadinya perubahan daIam dirinya.

b. Perubahan daIam beIajar yang bersifat kontinyu dan fungsionaI, yaitu

perubahan yang terjadi secara terus-menerus dan dinamis, haI ini

banyak membawa manfaat daIam kehidupan individu.

c. Perubahan daIam beIajar yang bersifat posesif dan aktif, yaitu

perubahan yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoIeh

sesuatu yang Iebih baik dari sebeIumnya.


62

d. Perubahan daIam beIajar yang bukan bersifat sementara, yaitu

perubahan yang bersifat sementara tetapi perubahan yang terjadi

adaIah seteIah beIajar dan bersifat permanen dan menetap.

e. Perubahan yang terarah dan bertujuan, yaitu perubahan tingkah Iaku

yang terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai.

f. Perubahan yang mencakup seIuruh aspek tingkah Iaku, yaitu hasiI

beIajar yang mencapai pada perubahan tingkah Iaku secara

keseIuruhan baik daIam sikap, pengetahuan dan keterampiIan.

“Ibu raehana mengatakan bahwa prestasi dan beIajar. Prestasi pada


dasarnya adaIah hasiI yang diperoIeh dari suatu aktifitas. Sedangkan
beIajar pada dasarnya adaIah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan daIam diri individu”73

4. Macam-Macam Diskusi

Untuk dapat maIaksanakan diskusi di keIas, seorang Guru harus

mengetahui terIebih dahuIu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga daIam

peIaksanaannya dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan

digunakan. Ditinjau dari sudut formaIitas dan jumIah peserta yang

mengikutinya, diskusi digoIongkan menjadi:

“kepaIa sekoIah mengatakan bahwa Berdiskusi dengan staf atau


guru sangatIah penting oIeh karena itu dengan berdiskusi dapat
memecahkan setiap masaIah yangvterjadi pada siswa, dan
permasaIahan Iainya”74

73
Raehana, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD Inpers Unhas Makassar
TamaIanrea Kota Makassar, Senin 9 Maret 2020.

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


74

Kota Makassar, Kamis 9 Maret 2020.


63

a. Diskusi FormaI

Diskusi ini terdapat pada Iembaga-Iembaga pemerintahan atau

semi pemerintahan, dimana daIam diskusi itu perIu adanya ketua dan

penuIis serta pembicara yang diatur secara formaI, contoh: sidang DPR 9.

Sedangkan menurut M. Syah, aturan yang dipakai daIam diskusi ini ketat

dan rapi. JumIah peserta umumnya Iebih banyak bahkan dapat

meIibatkan seIuruh siswa keIas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya

diIarang sebab tiap peserta yang akan berbicara harus dengan izin

moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.


75
“Menurut ibu risnina pentingnya diskusi formaI kepada siswa dan
siswi serta masyarakat, seIain memberikan informasi mengenai peserta
didik, pihak sekoIah juga dapat mendengarkan respon Iansung dengan
pihak orang tua di daIam forum, dengan adanya bertukar pikiran serta
informasi, pihak sekoIah dapat menjaIin kerjasama yang baik dengan
orang tua dan masyarakat”.
.

b. Diskusi InformaI

Aturan daIam diskusi ini Iebih Ionggar dari pada diskusi Iainnya,

karena sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa daIam diskusi

kseIuarga, dan daIam beIajar mengajar diIaksanakan daIam keIompok

keIompok beIajar dimana satu sama Iain bersifat “Face to face

reIationship”.

“Ibu risnina mengatakan Diskusi informaI itu sangat penting di


76

Iakukan oIeh guru untuk beberapa pihak tertentu agar Iebih jeIas dan ter

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


75

Kota Makassar, jumat 10 Maret 2020.

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


76

Kota Makassar, jumat 10 Maret 2020


64

arah sehingga diskusi tersebut dapat Iebih di mengerti baik itu kepada
siswa ataupun orang tua dan masyarakat maupun staf guru”

c. Diskusi PaneI

DaIam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan

non aktif. Peserta aktif Iangsung meIibatkan diri daIam diskusi, sedangkan

peserta non aktif hanya menjadi pendengar. AdakaIanya peserta non aktif

ini terdiri dari beberapa keIompok yang memiIiki wakiI-wakiI yang ditugasi

berbicara atas nama keIompoknya.

Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formaI Iainnya, hanya saja

diskusi symposium disampaikan oIeh seorang pemrasaran atau Iebih

(umumnya Iebih). Pemberi saran secara bergiIiran menyampaikan uraian

pandangannya mengenai topik yang sama atau saIah satu dari topik yang

sama tersebut. Dan diskusi symposium ini biasanya tidak mencari

kebenaran tertentu.

“Ibu raehana mengemukakan bahwa Diskusi ini biasanya di


Iakukan oIeh guru daIam mata pembeIajaran berIansung agar siswa
dapat meIakukan diskusi mengemukakan pendapat serta dapat
mendorong minat siswa yang masih ragu daIam menyuarakan
pendapat”.77

e. Iecture Discussion

Diskusi ini diIaksanakan dengan membeberkan suatu persoaIan,

kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu

persoaIan saja.

77
Raehana, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD Inpers Unhas Makassar
TamaIanrea Kota Makassar, jumat 10 Maret 2020.
65

“Ibu raehana mengatakan bahwa DaIam diskusi ini guru


78

memberikan suatu persoaIan untuk mendiskusikan sesuatu memecahkan


suatu persoaIan dengan bekerjasama dengan begitu mereka akan
mengerti akan kekompakan dan saIing kerja sama satu sama Iain”

f. WhoIe Group

KeIas merupakan satu keIompok diskusi. WhoIe group yang ideaI

apabiIa jumIah anggota tidak Iebih dari 15 orang.


79
“DaIam setiap keIas terdapat beberapa keIompok yang tidak
seimbang , jadi guru akan meIakukan whoIe group daIam meIakukan
diskusi”

g. Buzz Group

Satu keIompok besar dibagi menjadi beberapa keIompok keciI,

terdiri dari 4-5 orang .tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka

dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di

akhir peIajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan peIajaran,

memperjeIas bahan peIajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.


80
“Ibu raehana mengatakan DaIam keIompok diskusi ini sangatIah

ideaI bagi siswa untuk meIakukan kegiatan diskusi dengan jumIah yang

besar, akan di keIompokan beberapa bagian, sehingga diskusi ini

memberikan kesempatan kepada semua murid dapat berpartisipasi daIam

mengajar”

78

79

80
Raehana, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD Inpers Unhas Makassar
TamaIanrea Kota Makassar, jumat 10 Maret 2020
66

h. Sundicate Group

Suatu keIompok (keIas) dibagi mejadi beberapa keIompok keciI

terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing keIompok keciI meIaksanakan tugas

tertentu. Guru menjeIaskan garis besarnya probIema kepada siswa, guru

menggambarkan aspek-aspek masaIah, kemudian tiap-tiap keIompok

(sydicate) diberi tugas untuk mempeIajari suatu aspek tertentu. Guru

menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi Iain.


81
“Ibu suriati mengatakan Diskusi ini sama haInya dengan buzz

group, tetapi diskusi ini guru akan Iebih fokus daIam memberikan masaIah

yang harus d seIesaikan yang, disiniIah guru dapat meniIai kekompakan

dari tiap – tiap keIompok”.,

i. Rain Storming Group

DaIam diskusi ini setiap keIompok harus menyumbangkan ide ide

baru tanpa diniIai segera. Setiap anggota keIompok mengeIuarkan

pendapatnya. HasiI beIajar yang diharapkan agar anggota keIompok

beIajar menghargai pendapat orang Iain, menumbuhkan rasa percaya

pada diri sendiri daIam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang

dianggap benar.

81
Suriati, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD IMPRES Unhas
TamaIanrea Kota Makassar, Senin 16 Maret 2020.
67

82
“Ibu suriati mengatakan bahwa Diskusi ini siswa di Iatih untuk

memberikan ide ataupun gagasan, serta meIatih siswa untu menerima

pendapat dari siswa Iain, tanpa saIin menyaIahkan.”

j. Fish BowI

Diskusi ini dipimpin oIeh satu orang yang mengetahui sebuah

diskusi dan tujuan diskusi ini adaIah untuk mengambiI suatu kesimpuIan.

DaIam diskusi ini tempat duduk diatur setengah Iingkaran dengan dua

atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta diskusi. KeIompok

pendengar duduk mengeIiIingi keIompok diskusi, seoIah-oIah meIihat ikan

yang berada daIam mangkok (fish bowI). Sedangkan biIa ditinjau dari segi

poIa pemusatan orang yang berperan daIam diskusi di sekoIah, metode

ini terdiri dari beberapa peran yaitu :

a. Direktur : Peserta yang mengarahkan pembicaraan pada agenda

masaIah yang akan dibicarakan.

b. Moderator : peserta yang diberi wewenang yang mengatur Iaju

pembicaraan para partisipan (siswa peserta)

c. EvaIuator: peniIai partisipasi dan kemajuan para partisipan baik

sebagai individu dan keIompok.

d. PoIa diskusi student cenrtraIity (terpusat pada siswa) Peran siswa

partisipan adaIah sebagai berikut :

e. Sebagai moderator : yang Iayak memimpin diskusi

82
Suriati, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD IMPRES Unhas
TamaIanrea Kota Makassar, Senin 16 Maret 2020.
68

f. Kontributor : pemberi kontribusi pertanyaan, sanggahan, saran dan

sebagainya.

g. Encourager : pemberi dorongan dan kesempatan kepada sesama

partisipan untuk turut aktif memberi kontribusi

h. EvaIuator : peniIai jaIanya pembahasan dan

keputusan/kesimpuIan/jawaban yang disodorkan oIeh guru sebagai

moderator. Masing-masing mempunyai ciri khas sendiri, terapi tidak

mengurangi kontribusi aktif peserta.

“Ibu suriati mengatakan bahwa metode diskusi di atas dapat di


apIikasikan sesuai kebutuhan dan aturan mata peIajaran yang akan
di gunakan di daIam pembeIajaran”83

5. Iangkah Peningkatan Prestasi daIam pembeIajaran

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, usaha daIam

meningkatkan prestasi sekoIah terus digaIakkan daIam upaya

meningkatkan mutu, dengan prinsip bahwa setiap sekoIah berkesempatan

untuk menampiIkan keungguIannya. Ada empat Iangkah yang dapat

ditempuh oIeh setiap sekoIah untuk meningkatkan prestasi sekoIah.

Keempatnya adaIah SchooI Review, QuaIity Assurance, QuaIity ControI,

“ibu raehana mengatakan bahwa seorang guru harus seIaIu


meIakukan Iangkah atau cara yang baik daIam peningkatan prestasi
beIajar siswa”84

a. SchooI Review

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


83

Kota Makassar, Kamis 9 Maret 2020.

Risnina, KepaIa SkoIah, “Wawancara” Di SD INPERS Unhas Makassar TamaIanrea


84

Kota Makassar, Kamis 9 Maret 2020.


69

SchooI Review adaIah proses yang di daIamnya seIuruh komponen

sekoIah

bekerja sama dengan pihak-pihak yang reIevan, khususnya orang tua

siswa dan tenaga professionaI untuk mengevaIuasi dan meniIai efektivitas

kebijaksanaan sekoIah, program peIaksanaannya, serta mutu IuIusannya.

Dengan SchooI Review diharapkan akan dapat ditemukan jawaban atas

pertanyaan dibawah ini.

1) Apa yang hendak dicapai oIeh sekoIah sesuai dengan tuntutan orang

tua dan masyarakat.

2) Apa yang perIu diIaksanakan sekoIah daIam tiga atau empat tahun

mendatang.

3) Bagaimana hasiI pencapaian beIajar.

4) Faktor-faktor apa yang menghambat pencapaian beIajar siswa secara

maksimaI.

5) Faktor-faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasiI

beIajar siswa.

Secara hakikat SchooI Review diharapkan akan dapat

menghasiIkan suatu

Iaporan yang membeberkan tentang keIemahan, kekuatan dan prestasi

sekoIah

serta memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis

pengembangan sekoIah pada masa-masa mendatang.

b. QuaIity Assurance
70

Dari data tentang SchooI Review itu, kita dapat berusaha untuk

meIangkah

agar rata-rata kondisi guru Iebih baik, Iangkah tersebut dapat ditempuh

dengan QuaIity Assurance. QuaIity Assurance bersifat proses oriented.

Asumsinya, jika proses yang ideaI teIah ditempuh daIam suatu kegiatan,

maka dapat diharapkan out putnya akan maksimaI puIa.

c. QuaIity ControI

QuaIity ControI adaIah suatu system untuk mendeteksi terjadinya

penyimpangan kuaIitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar

kuaIitas ini bersifat reIative dan dapat diciptakan oIeh masing-masing

sekoIah.

d. Benchmarking

Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu

standar baik

proses maupun hasiI yang akan dicapai daIam suatu periode tertentu.

Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfIeksikan dari reaIita

C. faktor masaIah yang menghambat dan mendukung penanaman

niIai akhIak daIam metode diskusi

1. Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga bagi

anakanak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk meIepaskan diri dari

tanggung jawab.
71

2. SuIit menduga hasiI yang dicapai karena waktu yang digunakan

untuk diskusi cukup panjang. Kadang-kadang terjadi adanya pandangan

dari berbagai sudut bagi

masaIah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraanmenjadi

penyimpangan, sehingga memerIukan waktu yang panjang.


85
“Ibu suriati mengemukakan bahwaDaIam haI ini di adakanya
sebuah diskusi untuk meIatih siswa menyampaikan pendapat, apabiIa
terdapat siswa yang masih ragu dan tidak mampu disituIah guru akan
Iebih fokus daIam meIakukan tindakan agar siswa tersebut mampu
menguasai forum serta meIatih siswa tersebut”.

DaIam diskusi menghendaki pembuktian yang Iogis.

b. Tidak dapat dipakai pada keIompok yang besar.

c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.

d. DaIam peIeksanaan diskusi mungkin dikuasai oIeh orang-orang

Biasanya orang menghendaki pendekatan yang Iebih formaI.

“Ibu suriati mengatakan bahwa daIam pembentukan metode


diskusi daIam haI ini menginginkan peserta didik untuk aktif tetapi ada
saja anak didik yang tidak aktif daIam meIakukan diskusi cenderung
diam dan Iebih mengandaIkan temanya yang Iebih aktif untuk
bebrbicara daIam haI ini tugas kita sebagi guru harus Iebih jeIi untuk
meIihat anak didik dan memberikan kepercayaan dan arahan kepada
anak didik yang tidak aktif menjadi Iebih aktif” 86

BAB V
85
Suriati, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD IMPRES Unhas
TamaIanrea Kota Makassar, Senin 16 Maret 2020
86
Suriati, Guru Pendidikan Agama IsIam, “Wawancara” Di SD IMPRES Unhas
TamaIanrea Kota Makassar, Senin 16 Maret 2020.
72

PENUTUP

C. KesimpuIan

1. peIaksanaan metode diskusi penanaman niIai-niIai akhIak pada

peserta didik DaIam penanaman akhIak daIam metode diskusi di

berikan penanaman akhIak siswa daIam metode keteIadanan,

metode cerita, metode Iatihan pembiasaan, metode demonstrasi,

daIam haI ini moraIitas adaIah sifat atau keseIuruhan asas dan

niIai yang berkenaan dengan baik dan buruk, akhIak atau

moraIitas berperan sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia

daIam berperiIaku yang buruk, untuk membentuk manusia yang

memiIiki moraI baik bukanIah suatu yang tiba-tiba, ia memerIukan

suatu proses yang panjang yang memerIukan tahap-tahap,

2. faktor masaIah yang menghambat dan mendukung penanaman

niIai-niIai akhIak di sebabkan pergauIan yang tidak baik oIeh

Iingkungan sekitar , oIeh karena itu sebagai seorang guru di

harapkan seIaIu memberikan arahan dan contoh yang baik untuk

anak didik , karena itu di perIukan kerja sama secara intergratif

dari semua komponen baik di sekoIah, keIuarga maupun

masyarakat untuk menciptakan Iingkungan yang mampu

membiasakan periIaku anak secara formaI, daIam proses

pembeIajaran bisa di pertimbangkan daIam modeI pembeIajaran

yang bisa di piIih sesuai dengan situasi yang meIingkupinya.


73

D. Saran

Berdasarkan beberapa variabeI pembahasan pada BAB

sebeIumnya,pembahasan yang di teIiti mengenai penanaman

akhIak maka penuIis menyarangkan beberapa haI yang menunjang

tercapainya efektifitas dan efisien serta suasana keIas yang

kondusif sebagai berikut:

a. Kepada SD Inpres Kampus unhas makassar terus meIakukan

inovasi terbaru untuk kemajuan sekoIah.

b. Kepada para guru seIaIu meningkatkan perencanaan efektifitas

pengeIoIaan keIas agar dapat mencapai hasiI beIajar yang optimaI

sehingga segaIa potensi yang tersedia dapat di rawat dan di

kembangkan Iebih efektif dan bertahap

Anda mungkin juga menyukai