Anda di halaman 1dari 7

KEDUDUKAN TENTANG HAK & KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP

ANAK SAH & ANAK DILUAR NIKAH


OLEH : TESSA PRITAMA EDA
NIM : 1011419034
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Pada dasarnya semua manusia mempunyai keinginan untuk hidup bahagia ,sebagai atas
kelengkapan atas kebahagiaan itu,manusia memilih untuk mencari pasangan hidup yang akan
dibawa dalam pernikahannya . Dan dari pernikahan itu menghilangkan buah hati (anak) dari
hasil pernikahan tersebut.
Anak merupakan rahmat dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa . Dalam Undang-Undang
1 Tahun 1974 ,kedudukan anak terdiri dari anak sah dan anak diluar kawin. Anak luar kawin
perlu di akui dan disahkan ,sebab apabila tidak ada pengakuan maka tidak terdapat hubungan
hukum dengan ayah dan keluarga ayahnya . pengesahan membawa dampak luar kawin berstasus
hukum sebagai anak sah.
Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah dijelaskan, bahwa anak
yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah (pasal 42
UU. No 1 Tahun 1974). Sedangkan anak diluar kawin diatur dalam pasal 43 UU.No 1974 ayat
(1) anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya. Ayat (2) kedudukan anak tersbut ayat (1) di atas selanjutnya akan di atur dalam peraturan
pemerintah .
Kelahiran seorang anak luar kawin tidak hanya di akibatkan oleh suatu hubungan diluar
nikah ,dalam keadaan tertentu juga dapat juga dapat melahirkan seorang anak luar kawin,seperti
pelaksanaan perkawinan Yang dilakukan hanya secara adat dan tidak dicatatkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pengertian anak dan kedudukan anak yang ditetapkan menurut Undang-Undang Dasar 1945
terdapat dalam kebijakasanaan pasal 34 . Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap
pengertian dan stasus anak dalam politik, karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak.
Dalam kedua pengertian ini,yaitu anak adalah subjek hukum dari sistem hukum nasional,yang
harus dilindungi ,dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak.
Menurut UUD 1945 politik melahirkan atau menonjolkan hak-hak yang harus diperoleh
anak dari masyarakaat , bangsa dan negara atau dengan kata yang tepat pemerintah dan
masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial yuridis dan politik yang ada pada
seorang anak. Pada kedudukan seorang anak, akibat dari belum dewasa ,menimbulkan hak-hak
anak yang perlu direalisasikan dengan ketentuan hukum khusus yang mengangkat urusan hak-
hak keperdataan tersebut.
Sebagaimana termuat dalam pasal UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan,menyebutkan
mengenai hak dan kewajiban antara orang tua dan anak. Disebutkan dalam UU No.1 tahun 1974
pasal 45 ayat 1 yaitu :” kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya. “ sedangkan Ayat 2 disebutkan yaitu “ kewajiban orang tua yang dimaksud
dalam ayat 1 berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana yang
berlaku terus meskipun perkawinan antar keduannya putus”. Berdasarkan pasal tersebut berarti
bahwa walaupun kedua orangtua anak telah berpisah atau bercerai , tetapi kewajiban sebagai
orang tua untuk memberikan haknya tidaklah putus. Anak harus tetap mendapatkan hak-haknya
sebagai seorang anak sebagaimana dimaksudkan oleh pasal 45 ayat 1 UU No.1 tahun 1974
tentang perkawinan. Kemudian pengaturan mengenai hak anak salah satunya tercantum pada
pasal 3 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang berbunyi :
“ Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh,berkembang,dan berpatisipasi serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan
diskriminisasi ,demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas,berakhlak mulia dan
sejahtera’.
Tidak terlepas dari semua tanggung jawab untuk menjamin terselenggarannya hak-hak yang
sudah melekat pada anak salah satunya yaitu tercantum dalam pasal 20 Undang-Undang No.23
tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu: Negara,pemerintah,masyarakat,dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.’
Selain itu terdapat dalam pasal 26 Ayat (1) UU No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak
yang menyatakan :
Orang tua yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
1. Mengasuh,memelihara,mendidik, dan melindungi anak.
2. Menumbuhkembangkan anak dengan sesuai kemampuan ,bakat,dan minatnya dan:
3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi anda mengenai pertanggungjawaban orang tua terkait anak menurut
hukum ?
2. Bagaimana tanggapan anda tentang perbedaan tentang anak sah dan anak diluar nikah ?
3. Bagaimana melihat kedudukan anak diluar nikah sebagai ahli waris yang dapat di akui?
4. Apa saja hal yang harus diperhatikan orangtua terhadap kedudukan hak anak ?

C. Tujuan
- Mengetahui persepsi tentang kedudukan hak & kewajiban pertanggung jawaban dari orang tua
terhadap anak .
- Membedakan kedudukan hak anak sah dan anak diluar nikah
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan tentang pengetahuan atas persepsi hak & kewajiban atas pertanggung
jawaban anak dari orang tua .
b . Memahami apa yang dimaksud dengan perbedaan atas kedudukan hak anak sah dan anak
diluar nikah .
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai evaluasi untuk para orangtua memperhatikan dan melindungi anak agar tidak salah
jalan akibat pergaulan remaja yang menyebabkan dampak buruk untuk anak .
b. sebagai gambaran untuk para anak remaja untuk memperhatikan lingkungan remaja .

BAB II
PEMBAHASAN

1 . Setiap anak harus mendapatkan perlindungan hukum, tidak terkecuali bagi anak yang
dilahirkan diliar perkawinan . Bila tidak demikian , yang dirugikan adalah anak yang dilahirkan
diluar perkawinan ,padahal anak tersebut terlahir dalam kondisi suci dan tidak berdosa ,sekalipun
yang bersangkutan terlahir sebagai hasil zina. Anak yang dilahirkan diluar perkawinan seringkali
mendapat perlakuan tidak adil, dan stigma ditengah-tengah masyarakat.
Anak –anak yang termasuk dalam anak yang dilahrikan diluar perkawinan tersebut tidak
mempunyai hubungan sama sekali dengan pria yang membenihkan (ayah bilogis) . Dengan
hanya mempunyai hubungan perdata dari garis ibunya ,semenjak ia dilahirkan mendapat ibu dari
wanita yang melahirkannya. Sebaliknya wanita itu tidak dapat menghindar bahwa anak-anak
yang dilahirkannya bukan anaknya. Dalam akta kelahiran anak yang demikian ,dicatat bahwa
anak-anak tersebut dilahirkan dari seorang perempuan,Konsekuensi lainnya,dengan adanya
hubungan perdata yang dimksud ,maka anak-anak yang dilahirkan diluar perkawinan berhak
mewarisi dari ibunya dan keluarga ibunya .
Jika ibunya meninggal dunia , maka anak-anak itu tampil sebagai ahli waris . begitu pula kalau
ibunya meninggal dunia lebih dulu dari neneknya ,anak-anak yang dilahirkan diluar perkawinan
berhak menggantikan kedudukannya ibunya mewarisi sewaktu neneknya meninggal dunia.
Sebagaimana diketahui dalam pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
menyatakan bahwa “ Anak yang diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya ,” terdapat frase “hanya “yang berarti pembatasan ,yakni hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya saja.
2. Ada ungkapan yang menyebut anak adalah karunia Tuhan. Bagi pasangan suami-isteri
terutama yang baru menikah ,pasti menanti kehadiran sang buah hati ,ketika lahir ,seoarang anak
menyandang stasus hukum yang berkaitan dengan stasus perkawinan orangtuanya. Mengacu
pada peraturan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHper) dan UU No.1 1974
tentang perkawinan sedikitnya ada dua kedudukan seorang anak yakni anak sah dan anak luar
perkawinan .
Anak sah yakni anak yang dilahirkan setelah orangtuanya menjalani perkawinan yang sah .
Perkawinan yang dinyatakan sah ketika dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaan . Kedua,anak yang diluar perkawinan ada menjelaskan ada dua pengertian yaitu
pertama,anak yang dibenihkan dan dilahrikan diluar perkawinan yang sah. Kedua, anak yang
dibenihkan diluar perkawinan ,tapi dilahirkan setelah orang tuannya melakukan perkawinan .
Untuk pengertian yang kedua itu, dalam hukum perdata anak bisa tersebut bisa dikategorikan
sebagai anak sah. Karena menurut pasal 50 UU No.23 Tahun 2006 tentang administrasi
kependudukan sebagaimana telah diperbarui lewat UU No.24 Tahun 2003 . Pasal itu pada
imtinya menyebut pengesahan anak wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana paling lambat 30
hari sejak ayah dan ibu dari anak itu melakukan perkawinan dan mendapat akta perkawinan.
Ketentuan itu dikecualikan bagi orangtua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak
yang lahir diluar perkawinan yang sah. Oleh karna itu, anak luar nikah itu tidak dapat
dikategorikan sebagai anak sah . penganut agama islam juga tidak boleh melakukan pengakuan
terhadap anak luar nikah ,tapi anak tersebut harus dilindungi ,bukan berarti ayah biologis dari
anak luar nikah itu lepas tanggung jawab ,dia bisa dituntut oleh si anak ibunya untuk memenuhi
nafkah ,biaya,penghidupan,perawatan,pendidikan dan pengobatan sampai usia beranjak dewasa.

3. Pasal 863 KUHPerdata menyatakan “ Bila pewris meninggal dengan meninggalkan keturunan
yang sah dan atau suami istri ,maka anak luar nikah yang di akui mewarisi 1/3 bagian,dari
mereka yang sedianya harus mendapat, seandainya mereka adalah anak sah . Anak diluar nikah
yang di akui mewarisi dengan semua golongan ahli waris.

4. Pasal 1 :
Anak adalah semua orang yang berusia dibawah 18 tahun ,kecuali ditentukan lain oleh hukum
suatu negara. Semua anak memiliki semua hak yang disebutkan didalam konvensi ini.
Pasal 2 :
Hak-hak anak berlaku atas semua anak tanpa terkecuali . Anak harus dilindungi dari segala jenis
diskriminasi terhadap dirinya atau diskriminasi yang diakibatkan oleh keyakinan atau tindakan
orangtua atau anggota keluarganya yang lain.
Pasal 3:
Semua tindakan dan keputusan menyangkut seorang anak harus dilakukan atas dasar
kepentingan terbaik sang anak.
Pasal 4 :
Pemerintah bertanggung jawab memastikan semua hak yang dicantumkan didalam konvesi
dilindungi dan dipenuhi untuk tiap anak.
Pasal 5 :
Pemerintah harus membantu keluarga melindungi hak-hak anaknya dan menyediakan panduan
sesuai tahapan usia agar tiap anak dapat belajar menggunakan haknya dan mewujudkan
potensinya secara penuh.
Pasal 6 :
Semua anak berhak atas kehidupan ,pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan
hidup dan tumbuh sehat
Pasal 7
Tiap anak berhak dicatatkan kelahirannya secara resmi dan memiliki kewarganegaraan.
Tiap anak juga berhak mengenal orangtuanya dan, sedapat mungkin, diasuh oleh mereka.
Pasal 8
Tiap anak berhak memiliki identitas, nama, kewarganegaraan, dan ikatan keluarga, serta
mendapatkan bantuan dari pemerintah apabila ada bagian manapun dari identitasnya yang hilang.
Pasal 9
Tiap anak berhak tinggal bersama orangtua mereka kecuali jika hal itu justru merugikan sang
anak—sebagai contoh jika anak mendapatkan perlakuan tidak baik atau diabaikan oleh salah satu
orangtua. Tiap anak berhak tetap berhubungan dengan orangtuanya apabila ia tinggal terpisah
dari salah satu atau kedua orangtuanya.
Pasal 10
Jika anak tinggal di negara yang berbeda dari negara tempat salah satu atau kedua orangtuanya
tinggal, pemerintah dari negara-negara terkait harus mengizinkan anak dan orangtuanya bebas
bepergian agar mereka dapat bertemu dan menjaga hubungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan tugas ini , maka diakuinya anak luar kawin (hasil biologis) sebagai
anak yang sah berarti akan mempunyai hubungan waris dengan bapak biologisnya tanpa harus
didahului dengan pengakuan dan pengesahan, dengan syarat dapat dibuktikan adanya hubungan
biologis antara anak dan bapak biologis berdasarkan ilmu pengetahuan, misalnya melalui hasil
tes DNA. Namun demikian, apabila ada penyangkalan mengenai anak luar kawin ini dari anak-
anak ahli waris yang sah, menurut saya, maka dalam hal ini tetap perlu dimohonkan Penetapan
Pengadilan mengenai status anak luar kawin tersebut sebagai ahli waris yang sah.

B . Saran
Diharapkan peran anak sebagai tokoh utama dalam masalah ini dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 46/PUU-VII 2010 tentang stasus anak diluar nikah untuk segera
direalisisasikan dengan mengluarkan peraturan pelaksanaan terhadap putusan tersebut guna
melindungi kepentingan anak luar nikah . Dan sosialisasi mengenai kedudukan hak kewajiban
atas pertanggungjawaban dari orangtua harus lebih diperhatikan .

Anda mungkin juga menyukai