B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi anda mengenai pertanggungjawaban orang tua terkait anak menurut
hukum ?
2. Bagaimana tanggapan anda tentang perbedaan tentang anak sah dan anak diluar nikah ?
3. Bagaimana melihat kedudukan anak diluar nikah sebagai ahli waris yang dapat di akui?
4. Apa saja hal yang harus diperhatikan orangtua terhadap kedudukan hak anak ?
C. Tujuan
- Mengetahui persepsi tentang kedudukan hak & kewajiban pertanggung jawaban dari orang tua
terhadap anak .
- Membedakan kedudukan hak anak sah dan anak diluar nikah
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan tentang pengetahuan atas persepsi hak & kewajiban atas pertanggung
jawaban anak dari orang tua .
b . Memahami apa yang dimaksud dengan perbedaan atas kedudukan hak anak sah dan anak
diluar nikah .
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai evaluasi untuk para orangtua memperhatikan dan melindungi anak agar tidak salah
jalan akibat pergaulan remaja yang menyebabkan dampak buruk untuk anak .
b. sebagai gambaran untuk para anak remaja untuk memperhatikan lingkungan remaja .
BAB II
PEMBAHASAN
1 . Setiap anak harus mendapatkan perlindungan hukum, tidak terkecuali bagi anak yang
dilahirkan diliar perkawinan . Bila tidak demikian , yang dirugikan adalah anak yang dilahirkan
diluar perkawinan ,padahal anak tersebut terlahir dalam kondisi suci dan tidak berdosa ,sekalipun
yang bersangkutan terlahir sebagai hasil zina. Anak yang dilahirkan diluar perkawinan seringkali
mendapat perlakuan tidak adil, dan stigma ditengah-tengah masyarakat.
Anak –anak yang termasuk dalam anak yang dilahrikan diluar perkawinan tersebut tidak
mempunyai hubungan sama sekali dengan pria yang membenihkan (ayah bilogis) . Dengan
hanya mempunyai hubungan perdata dari garis ibunya ,semenjak ia dilahirkan mendapat ibu dari
wanita yang melahirkannya. Sebaliknya wanita itu tidak dapat menghindar bahwa anak-anak
yang dilahirkannya bukan anaknya. Dalam akta kelahiran anak yang demikian ,dicatat bahwa
anak-anak tersebut dilahirkan dari seorang perempuan,Konsekuensi lainnya,dengan adanya
hubungan perdata yang dimksud ,maka anak-anak yang dilahirkan diluar perkawinan berhak
mewarisi dari ibunya dan keluarga ibunya .
Jika ibunya meninggal dunia , maka anak-anak itu tampil sebagai ahli waris . begitu pula kalau
ibunya meninggal dunia lebih dulu dari neneknya ,anak-anak yang dilahirkan diluar perkawinan
berhak menggantikan kedudukannya ibunya mewarisi sewaktu neneknya meninggal dunia.
Sebagaimana diketahui dalam pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
menyatakan bahwa “ Anak yang diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya ,” terdapat frase “hanya “yang berarti pembatasan ,yakni hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya saja.
2. Ada ungkapan yang menyebut anak adalah karunia Tuhan. Bagi pasangan suami-isteri
terutama yang baru menikah ,pasti menanti kehadiran sang buah hati ,ketika lahir ,seoarang anak
menyandang stasus hukum yang berkaitan dengan stasus perkawinan orangtuanya. Mengacu
pada peraturan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHper) dan UU No.1 1974
tentang perkawinan sedikitnya ada dua kedudukan seorang anak yakni anak sah dan anak luar
perkawinan .
Anak sah yakni anak yang dilahirkan setelah orangtuanya menjalani perkawinan yang sah .
Perkawinan yang dinyatakan sah ketika dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaan . Kedua,anak yang diluar perkawinan ada menjelaskan ada dua pengertian yaitu
pertama,anak yang dibenihkan dan dilahrikan diluar perkawinan yang sah. Kedua, anak yang
dibenihkan diluar perkawinan ,tapi dilahirkan setelah orang tuannya melakukan perkawinan .
Untuk pengertian yang kedua itu, dalam hukum perdata anak bisa tersebut bisa dikategorikan
sebagai anak sah. Karena menurut pasal 50 UU No.23 Tahun 2006 tentang administrasi
kependudukan sebagaimana telah diperbarui lewat UU No.24 Tahun 2003 . Pasal itu pada
imtinya menyebut pengesahan anak wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana paling lambat 30
hari sejak ayah dan ibu dari anak itu melakukan perkawinan dan mendapat akta perkawinan.
Ketentuan itu dikecualikan bagi orangtua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak
yang lahir diluar perkawinan yang sah. Oleh karna itu, anak luar nikah itu tidak dapat
dikategorikan sebagai anak sah . penganut agama islam juga tidak boleh melakukan pengakuan
terhadap anak luar nikah ,tapi anak tersebut harus dilindungi ,bukan berarti ayah biologis dari
anak luar nikah itu lepas tanggung jawab ,dia bisa dituntut oleh si anak ibunya untuk memenuhi
nafkah ,biaya,penghidupan,perawatan,pendidikan dan pengobatan sampai usia beranjak dewasa.
3. Pasal 863 KUHPerdata menyatakan “ Bila pewris meninggal dengan meninggalkan keturunan
yang sah dan atau suami istri ,maka anak luar nikah yang di akui mewarisi 1/3 bagian,dari
mereka yang sedianya harus mendapat, seandainya mereka adalah anak sah . Anak diluar nikah
yang di akui mewarisi dengan semua golongan ahli waris.
4. Pasal 1 :
Anak adalah semua orang yang berusia dibawah 18 tahun ,kecuali ditentukan lain oleh hukum
suatu negara. Semua anak memiliki semua hak yang disebutkan didalam konvensi ini.
Pasal 2 :
Hak-hak anak berlaku atas semua anak tanpa terkecuali . Anak harus dilindungi dari segala jenis
diskriminasi terhadap dirinya atau diskriminasi yang diakibatkan oleh keyakinan atau tindakan
orangtua atau anggota keluarganya yang lain.
Pasal 3:
Semua tindakan dan keputusan menyangkut seorang anak harus dilakukan atas dasar
kepentingan terbaik sang anak.
Pasal 4 :
Pemerintah bertanggung jawab memastikan semua hak yang dicantumkan didalam konvesi
dilindungi dan dipenuhi untuk tiap anak.
Pasal 5 :
Pemerintah harus membantu keluarga melindungi hak-hak anaknya dan menyediakan panduan
sesuai tahapan usia agar tiap anak dapat belajar menggunakan haknya dan mewujudkan
potensinya secara penuh.
Pasal 6 :
Semua anak berhak atas kehidupan ,pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan
hidup dan tumbuh sehat
Pasal 7
Tiap anak berhak dicatatkan kelahirannya secara resmi dan memiliki kewarganegaraan.
Tiap anak juga berhak mengenal orangtuanya dan, sedapat mungkin, diasuh oleh mereka.
Pasal 8
Tiap anak berhak memiliki identitas, nama, kewarganegaraan, dan ikatan keluarga, serta
mendapatkan bantuan dari pemerintah apabila ada bagian manapun dari identitasnya yang hilang.
Pasal 9
Tiap anak berhak tinggal bersama orangtua mereka kecuali jika hal itu justru merugikan sang
anak—sebagai contoh jika anak mendapatkan perlakuan tidak baik atau diabaikan oleh salah satu
orangtua. Tiap anak berhak tetap berhubungan dengan orangtuanya apabila ia tinggal terpisah
dari salah satu atau kedua orangtuanya.
Pasal 10
Jika anak tinggal di negara yang berbeda dari negara tempat salah satu atau kedua orangtuanya
tinggal, pemerintah dari negara-negara terkait harus mengizinkan anak dan orangtuanya bebas
bepergian agar mereka dapat bertemu dan menjaga hubungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan tugas ini , maka diakuinya anak luar kawin (hasil biologis) sebagai
anak yang sah berarti akan mempunyai hubungan waris dengan bapak biologisnya tanpa harus
didahului dengan pengakuan dan pengesahan, dengan syarat dapat dibuktikan adanya hubungan
biologis antara anak dan bapak biologis berdasarkan ilmu pengetahuan, misalnya melalui hasil
tes DNA. Namun demikian, apabila ada penyangkalan mengenai anak luar kawin ini dari anak-
anak ahli waris yang sah, menurut saya, maka dalam hal ini tetap perlu dimohonkan Penetapan
Pengadilan mengenai status anak luar kawin tersebut sebagai ahli waris yang sah.
B . Saran
Diharapkan peran anak sebagai tokoh utama dalam masalah ini dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 46/PUU-VII 2010 tentang stasus anak diluar nikah untuk segera
direalisisasikan dengan mengluarkan peraturan pelaksanaan terhadap putusan tersebut guna
melindungi kepentingan anak luar nikah . Dan sosialisasi mengenai kedudukan hak kewajiban
atas pertanggungjawaban dari orangtua harus lebih diperhatikan .