Eli M Bower dalam Bandi Delphie (2006:78) menyatakan bahwa anak memiliki hambatan
emosional atau kelainan perilaku apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima
komponen berikut :
a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, pengindraan atau
kesehatan;
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru;
c. Bertingkahlaku yang tidak pantas pada keadaan normal;
d. Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus;
e. Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah.
Anak tunalaras juga sering disebut anak tuna sosial karena tingkah lakunya menunjukkan
penentangan, pemberontakan yang terus menerus dalam intensitas yang lama terhadap norma-
norma masyarakat seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain (Soemantri dalam
Fitri, 2008).
Dari beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa pengertian tunalaras adalah anak dengan
hambatan, gangguan atau kelainan tungkah laku dan emosi yang tidak dapat berinteraksi dan
beradaptasi dengan baik sehingga kurang dapat diterima oleh lingkungannya.
Berdasarkan pengertian anak tunalaras diatas pengertian anak tunalaras adalah anak dengan
hambatan emosi dan perilaku yang tidak mampu belajar secara optimal bukan karena faktor
intelektual, sensori atau kesehatan dan tidak mampu melakukan hubungan baik dengan
lingkungannya yang berdampak pada kemampuan akademiknya sehingga membutuhkan layanan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristiknya.
Faktor-faktor penyebab anak mengalami hambatan emosi dan perilaku sebab-sebab anak menjadi
tunalaras secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Rusli Ibrahim,
2005:48), di antaranya:
a. Faktor Psychologis Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya faktor
psycologis. Terganggunya faktor psycologis biasanya diwujudkan dalam bentuk tingkah
laku yang menyimpang, seperti: abnormal fixation, agresif, regresif, resignation, dan
concept of discrepancy.
b. Faktor Psychososial. Gangguan tingkah laku yang tidak hanya disebabkan oleh adanya
frustrasi, melainkan juga ada pengaruh dari faktor lain, seperti pengalaman masa kecil yang
tidak atau kurang menguntungkan perkembangan anak.
c. Faktor Physiologis Gangguan tingkah laku yang disebabkan terganggunya proses aktivitas
organ-organ tubuh, sehingga tidak atau kurang berfungsi sebagaimana mestinya, seperti
terganggu atau adanya kelainan pada otak, hyper thyroid dan kelainan syaraf motoris.
DAFTAR PUSTAKA
Sujarwanto, & Rofiah, K. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Dengan Gangguan Emosi
Perilaku. Surabaya: CV.Jakad Media Publishing.