Anda di halaman 1dari 4

Latihan dan stress lingkungan

Oleh Devita Asyhari dan Meta Metiiya Sakarosa

Termorgulasi
Termorgulasi adalah suatu pegaturan fisiologi tubuh manusia mengenai keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
saat berolah raga, tubuh akan menghasilkan panas yang meningkatkan suhu tubuh. Sistem saraf
dalam tubuh akan mendeteksi peningkatan suhu dan memicu pembentukan keringat. Pada saat
berkeringat, evaporasi dari kulit akan menurunkan suhu tubuh tetap pada suhu semula. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Keimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batas normal, hubungan antara produksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalu mekanisme
neurologis dan kardiovaskuler. Perawat meneapkan pengetahuan mekanisme mekanisme kontrol
suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak anatar hemisfer serebal, mengontrol suhu tubuh sebagaimana
kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh.
Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior menontrol
produksi panas.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penghilangan panas yang menguap mencakup tingkat kebugaran
dan/atau penyesuaian diri seseorang (pengepas panas dan pengolah tubuh), tingkat hidrasinya (ul -
atau orang yang kekurangan oksigen tidak berkeringat), serta kecepatan angin (kondisi yang lebih
dingin) dan kelembapan lingkungan.
Proses kendali dimulai dengan banyak sekali sensor atau reseptor suhu yang tersebar di
seluruh tubuh. Ini termasuk reseptor suhu di kulit yang dapat merasakan panas dan dingin serta
reseptor di dalam otak. Semua informasi sensorik ini kemudian dikirim, neurally, ke pusat
pengaturan suhu di hipotalamus dalam otak. Dalam pusat thermoregatory ada area spesifik yang
merespon suhu tinggi dan area spesifik yang merespon suhu rendah dan dua area itu terkait. Pada
intinya, pusat regulasi suhu adalah thermostat yang mengendalikan suhu inti sekitar 379C.
Manusia mempunyai kemampuan untuk memanipulasi pertukaran suhu sesuai kebutuhan
dengan mengatur suhu tubuhnya melalui penambahan atau menguragi kehilangan atau perolehan
panas ke lingkungan melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Konduksi
Konduksi panas merupakan perpindahan panas anatara dua bagian secara kontak fisik langsung
diantara keduanya. Laju pergerakan panas ditentukan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu wilayah
terjadinya pergerakan panas, perbedaan suhu awal antara kedua wilayah, konduktivitas panas pada
wilayah tersebut. Konduksi panas dari tubuh dengan dengan benda padat seperti kursi atau tempat
tidur hanya berkisar 3 persen. Kehilangan panas tubuh ke udara dengan konduksi dapat mencapai 15
persen Panas merupakan energi kinetik dari molekul yang bergerak, dan molekul-molekul kulit terus
bergerak (getaran). Sebagian besar energi gerak tersebut dilepaskan ke udara jikia udara
dilingkungan lebih dingin atau rendah. Akibat dari pelepasan energi ini pergerakan molekul udara
semakin cepat dan semakin banyak energi yang dilepaskan. Pada saaat suhu udara dilingkungan
sama dengan suhu kulit, tidak ada lagi perpindahan panas dari kulit ke udara sekitar karena udara
dan tubuh memiliki suhu yang sama.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan zat cair atau gas. Makhluk hidup mengalami
pemindahan panas dari tubuh dengan arus udara konveksi yang biasa disebut kehilangan panas
secara konveksi. Panas berpindah dari kulit ke udara dan kemudian terbawa oleh arus udara
konveksi. Orang yang duduk telanjang di kamar yang nyaman tanpa gerakan udara kotor, sekitar 15
persen dari total kehilangan panas tubuhnya terjadi dengan konduksi ke udara dan kemudian
dengan konveksi udara dari badan. Ketika tubuh terkena angin, lapisan udara yang berdekatan
dengan kulit digantikan oleh udara baru, pergerakannya jauh lebih cepat dari biasanya, dan
kehilangan (pelepasan) panas secara konveksi meningkat. Efek pendinginan dari angin sekitar
dengan kecepatan rendah sebanding dengan akar kuadrat dari kecepatan angin.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa adanya kontak langsung antara sumber panas dengan
daerah penerima. Pada orang yang duduk telanjang di dalam ruangan pada suhu kamar normal, dia
akan kehilangan sekitar 60 persen dari total kehilangan panas dengan cara radiasi. Kehilangan panas
melalui radiasi berarti kehilangan panas dalam bentuk sinar inframerah, jenis gelombang
elektromagnetik. Kebanyakan panas sinar inframerah yang memancar dari tubuh memiliki panjang
gelombang dari 5 hingga 20 mikrometer, 10 sampai 30 kali panjang gelombang sinar cahaya. Semua
benda yang tidak pada suhu nol mutlak memancarkan sinar tersebut. Tubuh manusia memancarkan
sinar panas ke segala arah dan sinar panas juga terpancar dari dinding kamar dan benda-benda lain
ke arah tubuh. Jika suhu tubuh lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kuantitas yang panas yang
terpancarakan dari dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan panas yang dipancarkan tubuh
lingkungan.
Evaporasi
Ketika air menguap dari permukaan tubuh, dan untuk menguapkan air satu gram dibutuhkan 0,85
kalori energi panas. Ketika seseorang tidak sedang berkeringat, tanpa kita sadari air masih menguap
dari kulit dan paru-paru berkisar antara 600 sampai 700ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan
panas terus menerus dengan kecepatan 16 sampai 19 kalori per jam. Penguapan yang melalui kulit
dan paru-paru ini tidak dapat dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu, karena terjadinya difusi
terus-menerus molekul air melalui kulit dan permukaan pernapasan.

Bergerak di lingkungan yang panas dan lembap.


manusia adalah homeothermic dan selalu bertukar (biasanya tanpa pemanas terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, manusia harus bersifat termogenik (yaitu mereka harus menghasilkan
panas) biasanya melalui metabolisme. Akan tetapi, pemberlakuan olahraga pada manusia di
lingkungan yang panas dan lembap merupakan tempat yang penuh stres dan bisa membahayakan.
Jika diberikan gerak badan, intensitas lingkungan yang panas (25C dan lebih besar) atau kelembapan
relatif tinggi (70% dan lebih besar) terhadap metabolisme, fungsi pernapasan dan kardiovaskular
akan ditandai. Dalam keadaan demikian, untuk berupaya mempertahankan homeostasis, tubuh
meningkatkan suhu kulit untuk mendorong konduksi, konveksi, dan radiasi, serta meningkatkan
tingkat keringat. Suhu kulit dapat meningkat oleh peningkatan aliran darah kulit dan ini
menghasilkan gradien suhu kulit untuk meningkatkan turunnya panas. Hal ini menuntut adanya
aliran darah tambahan di atas dan di atas aliran yang dituntut oleh otot yang berolahraga.
Konsekuensi aliran darah tambahan pada kulit ini adalah peningkatan denyut jantung. proses
kehilangan panas melalui penguapan adalah cara yang paling penting untuk mencoba
mempertahankan homeostasis panas selama olahraga. Saat istirahat, tingkat keringat yang minimal
dan menguap mencakup pelepasan uap air dari paru-paru melalui pernapasan. Meskipun kita lebih
banyak ventilasi selama olahraga, penting bagi keringat menguap sehingga kita mengaktifkan
kelenjar keringat eccrine yang menutupi permukaan kulit kita. Kelenjar-kelenjar ini dikendalikan oleh
sistem saraf simpatis (lihat bagian F1) dan diaktifkan oleh pusat pengaturan suhu.
Tingkat keringat bergantung pada tingkat stres panas dan lingkungan yang lebih panas dan
semakin tinggi intensitas olahraga semakin tinggi tingkat keringat. Sewaktu manusia berlatih, otot
mengalami peningkatan produksi panas yang sangat besar. Dan respon terpadu di bawah kontrol
dari pusat thermoregulatory untuk mendorong 10ss panas untuk mempertahankan suhu inti. Akan
tetapi, jika respons ini tidak memadai dan kita melihat kenaikan suhu inti di luar batas yang normal,
kita dikatakan menderita hipotermia dan berisiko tinggi menghadapi berbagai penyakit panas
Bergerak Dilingkungan Yang dingin
Ketika suhu lingkungan tinggi, panas dari lingkungan akan menaikkan suhu tubuh.
Jika suhu tubuh sudah naik melewati batas normal, otak memerintahkan pembuluh darah dan pori-
pori kulit untuk melebar. Pelebaran ini menyebabkan penguapan air dari tubuh dalam bentuk
keringat, sehingga suhu tubuh kembali normal.
Ketika berada dalam lingkungan yang dingin, suhu tubuh harus dinaikkan agar tetap dalam rentang
normal. Ketika berada dalam lingkungan yang sangat dingin, suhu tubuh bisa turun drastis sampai-
sampai tidak bisa ditanggulangi dengan cara ‘menggigil’. Kondisi ini berbahaya karena bisa
mengakibatkan penyakit yang disebut hipotermia.
Cedera karena dingin jika olahraga di lingkungan dingin berlangsung terlalu lama , Ketika
suhu inti turun di bawah 30C tubuh kehilangan kemampuan untuk teregulasi dan penurunan spiral
pada suhu inti diperberat dengan pengurangan tingkat metabolisme. Saat suhu inti berada di bawah
24 derajat celcius maka kuman mungkin akan mati. Radang dingin terjadi sewaktu kulit membeku.
Daerah-daerah yang kemungkinan terkena radang dingin terkena kulit yang tidak memiliki banyak
bagian yang aktif dengan jaringan otot (seperti hidung, telinga, dan jari tangan serta jari-jari kaki).
Suhu lingkungan dan waktu paparan yang diperlukan bagi jaringan untuk membeku akan bervariasi
tetapi ketika berolahraga suhu harus berada jauh di bawah titik beku (c. -20C). Ketika jaringan
dibekukan, aliran darah akan berhenti dan jaringan akan menjadi hipoksia. Jika tidak segera diobati
dengan proses pemanasan yang lambat, jaringan dapat terurai lebih lanjut menuju gangren dan
akhirnya amputasi adalah satu-satunya tindakan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut termasuk
kematian. Kuncinya adalah bahwa pada tahap awal radang dingin dapat dibalik, jadi perhatian medis
dan perawatan harus dicari dengan cepat.
Salah satu cara untuk menghindari penyakit panas dan cedera adalah sepenuhnya
menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelum terlibat dalam olahraga kompetitif yang intens.
Karena itu, masuk akal untuk berasumsi bahwa kondisi lingkungan yang dingin, basah, dan berangin
kronis dapat membantu dalam tanggapan fisiologis terhadap olahraga di cuaca dingin serta
pencegahan cedera yang berkaitan dengan dingin. Sampai hari ini hanya ada sedikit bukti bahwa
pembenaman yang berkepanjangan dan berulang-ulang dalam air dingin akan menghasilkan
kemampuan untuk mempertahankan vasodilasi kulit di jari-jari untuk waktu yang lebih lama. Ini
membantu menjaga jari-jari tetap hangat dan aktif untuk tugas motorik yang rumit. Daerah ini
memerlukan penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai