BERBAGAI PENDEKATAN TEORITIS DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN
Pemahaman mengenai teori ekonomi pembangunan Sangat beragam. karena beragamnya
pemahaman tentang ekonomi pembangunan tersebut, Hess dan Ross (1997) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan satu konsep yang rumit untuk didefinisikan dan diukur dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi semata. Terlepas dari kontroversi pemahaman tentang teori ekonomi pembangunan, suatu hal yang pasti bahwa komponen pokok dalam analisis ekonomi pembangunan mencakup indikator-indikator pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pembentukan modal, pengerahan tabungan, serta bantuan luar negeri.
Menurut Djojohadikusumo (1994), bentuk-bentuk pendekatan teoretis ekonomi pembangunan
dikelompokkan atas dasar titik berat analisis dan alat analisis yang digunakan, yaitu :
1. Pendekatan sosial budaya, pendekatan Neo-Marxis, dan Aliran “Dependencia”.
2. Pendekatan Strukturalis. a. Model Lewi. b. Strategi Pembangunan Berimbang. c. Strategi
Pembangunan Berdasar Sasaran Selektif.
3. Pendekatan Dualisme Tekno-Ekonomi.
4. Ekonomi Internasional.
a. Fenomena perekonomian di masyarakat negara-negara berkembang
Muhammad Amsal Sahban dalam bukunya Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang (2018), menjelaskan berbagai masalah pembangunan ekonomi yang dihadapi oleh negara berkembang, yaitu: Ketergantungan pada sektor pertanian primer : Negara-negara berkembang umumnya cenderung bergantung pada sektor pertanian dan pertambangan. Bahkan, ada negara yang hanya bergantung pada sektor pertanian saja. Kondisi ini biasa disebut sebagai perekonomian monokultural. Rendahnya produktivitas : Rendahnya tingkat produktivitas bisa dilihat dari pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita atau PDB per kapita pekerja yang kecil. Pendapatan per kapita yang kecil disebabkan oleh rendahnya tingkat kehidupan dan keterbatasan kesempatan kerja yang tersedia, terutama bagi mereka yang hanya berpendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan sama sekali. Oleh karena itulah, di negara berkembang sering kali terdengar istilah lingkaran setan yang sulit diputus. Maksud istilah ini adalah dengan mata rantai pendapatan yang rendah, maka akan berdampak pada tabungan dan investasi yang rendah pula. Apabila tabungan dan investasi rendah, maka akan mengakibatkan akumulasi modal yang lambat sehingga berujung pada produktivitas yang rendah. Produktivitas yang rendah juga mengakibatkan rendahnya pendapatan rata-rata. Ketergantungan yang besar dan rentannya hubungan internasional : Kondisi perekonomian negara berkembang cenderung dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara di sekitarnya, terutama negara maju. Hal ini terjadi karena lemahnya permintaan domestik yang sangat mengandalkan pasar ekspor. Apalagi barang-barang yang dikespor adalah barang-barang primer. Pasar dan informasi yang tidak sempurna : Pasar yang ada di negara berkembang cenderung tidak menyediakan informasi yang lengkap. Struktur pasar barang dan jasa umumnya cenderung tidak sempurna. Bahkan, monopoli, dan oligopoly bisa saja terjadi dalam pasar faktor produksi. Selain itu, sebagian besar informasi pasar hanya diterima oleh para pengusaha yang mempunyai hubungan dekat dengan birokrasi yang bersangkutan. Kondisi informasi yang tidak sempurna seperti ini, jelas hanya akan merugikan rakyat semata. Tingginya tingkat pengangguran : Tidak bisa dimungkiri bahwa tingkat pengangguran di negara berkembang memang sangat tinggi. Angka pengangguran ini akan semakin tinggi apabila dihitung menggunakan angka under unemployment. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang sangat tinggi melebihi daya tampung perekonomian nasional. Hal ini diperparah dengan rendahnya pertumbuhan kesempatan kerja. Rendahnya pertumbuhan kesempatan kerja berkaitan erat dengan rendahnya tingkat penanaman modal, terutama pada sektor-sektor industri, dan jasa modern. Rendahnya tingkat kehidupan : Rendahnya tingkat kehidupan bisa dilihat dari kemampuan penduduk dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan rumah. Laporan yang dikeluarkan oleh UNDP menyebutkan bahwa lebih dari satu miliar penduduk dunia di bawah garis kemiskinan, hampir 80 persen berasal dari negara berkembang. Kemiskinan yang dimaksud oleh UNDP adalah kekurangan gizi dan kondisi kesehatan yang buruk. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masih banyaknya penduduk di negara berkembang yang buta huruf. Tingginya pertambahan penduduk : Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang biasanya dua sampai empat kali lebih tinggi dari tingkat pertambahan penduduk di negara maju. Tidak mengherankan jika 75 persen warga negara dunia hidup di negara berkembang. Dalam buku Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (2018) karya Muhammad Hasan dan Muhammad Azis, dijelaskan bahwa selain pertambahan penduduk yang tinggi, masalah kependudukan yang lain adalah distribusi penduduk yang tidak merata. Di negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar cenderung tidak diimbangi dengan adanya pemerataan dalam penyebaran jumlah penduduk. Jumlah penduduk hanya terfokus pada wilayah tertentu, sementara wilayah lainnya justru kekurangan penduduk. Penyebaran penduduk yang tidak merata ini jelas menghambat proses pembangunan ekonomi. Dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut adalah terjadinya pembagian pendapatan yang tidak merata atau timpang b. Pendekatan sosial budaya dalam masalah pembangunan Pendekatan ini, kerangka analisisnya dikembangkan berdasarkan pada kajian-kajian bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan sosial-psikologi, khususnya mengenai tata sosial budaya dan perilaku masyarakat. Dalam kajiannya, pendekatan ini menempatkan permasalahan tata sosial budaya masyarakat sebagai isu atau dimensi analisis yang lebih penting dan dominan dibanding dengan perilaku ekonomi masyarakat itu sendiri. Empat tokoh pemikir penting penganut pendekatan ini adalah Hagen, Boeke, Geertz dan Hoselitz. c. Pendekatan neo-marxis dan aliran dependencia Pendekatan Neo-Marxis didasarkan pada ajaran Marxis tentang teori surplus mengenai eksploitasi terhadap tenaga kerja (kaum buruh) dan dialektika sebagai faktor dinamika perkembangan keadaan sosial masyarakat. Hal yang menonjol dalam teori ini adalah adanya konsep perjuangan kelas. Namun demikian, walaupun didasarkan pada ajaran Marxis, dalam perjalanannya pendekatan Neo-Marxis berkembang sangat bervariasi, bahkan kadangkala sangat jauh dari konsep awalnya. Djojohadikusumo (1994), menunjuk adanya ciri umum pada aliran-aliran Neo-Marxis, yaitu: i. gagasan dan pandangan terhadap dunia ketiga, termasuk kebijakan yang perlu diambil, bersifat sangat normatif. ii. pola kebijakan, baik secara eksplisit maupun implisit menjurus pada evolusi radikal (revolusi). iii. pesimisme untuk menyelesaikan masalah dunia ketiga, selama dunia ketiga masih menjadi bagian (yang tertindas) dari sistem kapitalisme dunia, sangat menonjol. Namun demikian, aliran ini memiliki kelemahan dalam analisis ekonomi, bahkan kadang kala tidak terlihat. Pesimisme dan perjuangan kelas sangat terlihat pada dogma kelompok ini, yang menganggap bahwa kondisi kemakmuran yang terjadi pada negara- negara industri sekarang ini merupakan konsekuensi logis dari kelanjutan proses eksploitasi terhadap negara-negara dunia ketiga (penjajahan, perdagangan internasional yang tidak adil) oleh negara-negara maju. Dikatakan bahwa sangat tidak mungkin bagi negara maju untuk mencapai kondisi sekarang ini tanpa ada pemerasan terhadap masyarakat dunia ketiga. Beberapa tokoh pemikir penting aliran Neo-Marxis dalam ekonomi pembangunan di antaranya adalah Paul Baran, A.G. Frank, F.H. Cardoso, E. Faletto, dan W.F. Wertheim. d. Pendekatan strukturalisme Pada pendekatan strukturalis, pola analisis sudah dikembangkan dalam frame work (kerangka) yang lebih luas dengan mensintesiskan hubungan antara proses sosial (non- ekonomi) dan proses ekonomi. Terminologi kunci dalam pendekatan strukturalis adalah transisi dan transformasi. Oleh karenanya, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan strukturalis transisi dan transformasi. Kelompok aliran ini berpendapat bahwa pembangunan memerlukan proses transisi, yaitu proses peralihan dari satu jenjang perekonomian sederhana menjadi perekonomian yang berkembang. Pada faktanya, proses transisi (peralihan) juga merupakan proses perubahan penjelmaan (transformasi) dari satu keadaan perekonomian menjadi keadaan perekonomian lain. Sebagai contoh, apabila suatu ekonomi agraris mengalami transisi menjadi ekonomi industri maka sebenarnya juga terjadi perubahan keadaan perekonomian (pelaku, perangkat, peraturan dan karakter sosial masyarakat) dari orientasi agraris menjadi perekonomian berorientasi industri. Dengan begitu, sebenarnya dalam proses pembangunan, perekonomian mengalami perubahan struktural yang melalui proses transisi dan transformasi. e. Pendekatan dualisme tekno-ekonomis dalam masalah pembangunan Pendekatan dualisme ini dikembangkan oleh Hla-Mint, yang prinsipnya berbeda dengan analisis dualisme kebudayaan dalam Teori Boeke (dan Heertz). Dualisme dalam teori ini adalah tentang teknologi dan ekonomi (tekno-ekonomis). Mint menyoroti tentang adanya dualisme dalam bidang teknologi dan ekonomi yang dialami oleh masyarakat negara berkembang.n Berdasar pada analisis ini, pengembangan teknologi pada sektor-sektor ekonomi di negara berkembang pada akhirnya ditentukan oleh kekuasaan politik dan ekonomi negara atau industri maju. Hal ini terlihat, terutama pada saat periode penjajahan, dan masih tetap terasa sampai sekarang. Aliran Dependencia, mengikuti gagasan Paul Baran. Aliran ini mempertanyakan secara kritis, mengapa kapitalisme seperti di negara-negara industri tidak muncul di negara-negara dunia ketiga. Kapitalisme yang muncul pada negara-negara tersebut adalah kapitalisme periferi/pinggiran (peripheral capitalism). Padahal kapitalisme menjadi prasyarat sebagai tahap awal (milestone) untuk memasuki masyarakat sosialis. Aliran Depencia ini dapat dikelompokkan menjadi kelompok aliran kiri garis keras (radikal) yang dimotori oleh Gunder Frank dan kelompok aliran kiri reformis moderat yang digerakkan oleh Cardoso dan Faletto. Menurut aliran ini, yang dimaksud dependencia adalah ketergantungan rakyat di negara-negara dunia ketiga terhadap negara-negara kaya sebagai konsekuensi logis dari pemerasan sistematis (imperialisme) yang berlangsung berabad-abad pada masa lalu. Pada sisi lain, kondisi ini terjadi juga karena karakteristik perekonomian negara- negara berkembang yang seragam sehingga mengalami persaingan baik antarnegara berkembang sendiri maupun antara negara berkembang dengan negara maju. Gunder Frank menyatakan bahwa faktor utama penyebab ketergantungan tersebut di atas adalah adanya aliansi feodalisme-imperialisme yang sangat kuat efeknya. Aliansi tersebut melibatkan komponen yang berasal dari dalam maupun dari luar, yaitu: a. feodalisme lapisan atas dalam tubuh masyarakat negara berkembang sendiri, dan b. kekuatan imperialisme kapitalis internasional negara-negara maju. f. Dampak ekonomi internasional terhadap pembangunan Manfaat Perdagangan Internasional dilansir Jurnal Universitas Udayana oleh Shinta: 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional 2. Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor. 3. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri, terutama dalam bidang sektor industri dengan munculnya teknologi baru dapat membantu dalam memproduksi barang lebih banyak dengan waktu yang singkat 4. Melalui impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi 5. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk bekerja 6. Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara. Manfaat di atas adalah manfaat positif perdagangan internasional. Perdagangan internasional dapat memberikan dampak negatif. Dampak negatif perdagangan internasional: 1. Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar 2. Munculnya ketergantungan dengan negara maju 3. Terjadinya persaingan yang tidak sehat karena pengaruh perdagangan bebas 4. Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan bertambahnya pengangguran dalam negeri. Perdagangan internasional memberikan manfaat terhadap perekonomian suatu negara. Namun dalam proses tersebut selalu dihadapkan pada dinamika realistis yaitu adanya upaya- upaya memperhambat proses perdagangan internasional tersebut berupa tarif dan non tarif.