Anda di halaman 1dari 32

Mulailah segala perbuatan yang

baik itu dengan bismillah, agar


kebaikan itu sempurna.
(HR. Abu Dawud)
Otitis Media

SURATUN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Otitis
• Infeksi saluran telinga meliputi; otitis eksterna,
otitis media, mastoiditis, labirinthitis
Otitis eksterna
• Infeksi pada saluran telinga ---telinga
perenang.
• Penyebab: bakteri atau jamur, cedera saluran
telinga, masuknya air, iritan (handspray atau
cat rambut)
• Dapat membersihkan dirinya sendiri dengan
membuang sel-sel kulit yang mati dari
gendang telinga melalui saluran telinga.
Otitis Media
• Peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid
Klasifikasi
1. Otitis media akut
2. Otitis media supuratif kronik
3. Otitis media serosa
Otitis Media Akut (OMA)
• Infeksi pada telinga tengah karena masuknya
kuman patogenik ke dalam telinga tengah
• Penyebab utama: bakteri patogenik seperti,
streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus,
pneumokokus, hemofilus influenza,
escherichia colli
Stadium OMA
1. Oklusi tuba
eustachius
5.
Resolusi

2.
Hiperemis

4.
Perforasi
3.
Supurasi
Manifestasi Klinik

Nyeri di dalam telinga Suhu tubuh tinggi

Mengalami
Ada riwayat batuk
pilek gangguan
pendengaran
Penatalaksanaan Medis

Stadium ●
obat tetes hidung HCL efedrin
0,5% - 1% dalam larutan fisiologik.

Oklusi Antibiotik

Stadium ●


obat tetes hidung,
Antibiotik: Ampisilin/ amoksisilin/ erotromisin

hiperemis
40 mg/kg BB dalam 3 dosis mnimal 7 hr
Stadium ●
Antibiotik

Miringotomi
supuratif
Stadium ●


cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hr,
antibiotik. Sekret hilang & perforasi

perforasi dapat menutup kembali dalam 7-10 hr.

Stadium ●
jika tidak terjadi resolusi antibiotik dilanjutkan
sampai 3 minggu,
jika masih tetap kemungkinan terjadi mastoiditis

resolusi

Otitis Media Supuratif Kronik
• Dahulu disebut otitis media perforata (OMP) /
sebutan sehari-hari congek.
• Infeksi kronis ditelinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul.
Etiologi

lingku
ngan
Gen
etik
Infe
ksi
Auto
imun
Aler
Etiologi gi
Gizi
kuran
g
Terapi
tidak
adekuat
Klasifikasi

Berdasarkan letak
perforasi

OMSK aman (tipe OMSK bahaya (tipe


mukosa= tipe benigna) tulang= tipe maligna) dg
tanpa kolesteatoma kolesteatoma
Manifestasi klinik
Gangguan pendengaran

Otorhea

Nyeri telinga (otalgia)

Vertigo

Perforasi permanen

Tinitus
Patofisiologi OMSK
Tekanan (-)
pd Mukosa
Retraksi
Etiologi Gg. Tuba telinga
MT merah
tengah

Mengeluarka Edema
perforasi
Menekan
MT
pus transuda

Resolusi
kolesteatoma Menekan Nekrosis
organ tulang
OMA
Pertumbuhan
Reaksi kuman meningkat
Mempercepa asam
t nekrosis
Produksi mediator
inflamasi & sitokin
Cairan pembersih telinga H2O2 3%
Obat tetes telinga
Obat peroral:
- Mukolitik
- Antibiotik
- Deko ngestan
- Anti inflamasi
Penatalaksanaan
Tindakan operatif: Mastoidektomi

Tindakan operatif :
- Miringoplasti
- Timpanoplasti

OMSK
OMSK dg
tanpa
kolesteat
kolesteat
oma
oma
Otitis Media Serosa
• Terdapat sekret non purulen ditelinga tengah,
membran timpani
Klasifikasi

Otitis Media Serosa Akut

1. Sumbatan tuba 3. Alergi


2. Virus 4. Idiopatik
Manifestasi klinik
• Perasaan tuli
• Pemerisaan otoskopi: MT utuh, retraksi,
suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan
Penatalaksanaan
• Dekongestan kombinasi antihistamin
• Pengobatan medikamentosa selama 3 bulan
Pengkajian
• Kaji tanda adanya infeksi
• Kaji pendengaran
• Periksa MT
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan komunikasi b.d efek kehilangan
pendengaran
• Gangguan rasa nyaman b.d obstruksi, infeksi
ditelinga tengah atau kerusakan di syaraf
pendengaran
• Cemas b.d prosedur operasi, prognosi, nyeri,
hilangnya fungsi
• Gunakan metode komunikasi yg tepat; tulisan,
berbicara, atau bahasa isyarat
• Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara
verbal.
• Jika klien dapat mendengar pada satu telinga,
berbicara dg perlahan dan dengan jelas langsung
ketelinga yg baik
– Tempatkan klien dengan telinga yg baik menghadap
kepintu
– Dekati klien dari sisi telingan yang baik
• Jika klien dapat membaca ucapan,
– lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas
– Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat
menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir
• Perkecil distraksi yg dapat menghambat
konsentrasi klien
– minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau
gunakan komunikasi tertulis
– Tegaskan komunikasi penting dg menuliskanya
• Jika klien hanya mampu bahasa isyarat
– Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi
pembicaraan
– Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan
komunikasi
– Validasi pemahaman klien dg mengajukan
pertanyaan yg memerlukan jawaban lebih dari ya
dan tidak.
• Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat
alat pendengaran secara tepat
• Instruksikan klien untuk menggunakan teknik yg
aman sehingga dapat mencegah terjadinya
ketulian lebih lanjut
• Observasi tanda-tanda awal kehilangan
pendengaran yang lanjut
• Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh
dosis antibiotik yg diresepkan
• Jujur pada klien ketika berdiskusi kemungkinan
kemajuan dari fungsi pendengaran untuk
mempertahankan harapan klien dalam
berkomunikasi
• Berikan informasi mengenai kelompokyang juga
pernah mengalami gangguan seperti yg dialami
klien untuk memberikan dukungan kepada klien
• Berikan informasi mengenai sumber dan alat-
alat yg tersedia yg dapat membantu klien
Terima kasih
Daftar Pustaka
• Black, J. M., Hawks, J. H. & Keene, A. M. (2001). Medical surgical
nursing: Clinical management for positive outcome (6th ed.).
Philadelphia: WB Saunders Company.
• Istiqomah I., 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta. EGC.
• Lewis, S. M., Heikemper, M. M.. & Dirksen, S.R. (2004). Medical
surgical nursing: Assessment and management of clinical problems
(6th Ed). Missouri: Mosby Inc.
• McCance, K. L. & Huether, S. E. (2002). Pathophysiology: The biologic
basic for disease in adults & children (4th ed.). Missouri: Mosby Inc.
• Smeltzer C.S. & Bare G.B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta. EGC.
• Woods, S. L., Froelicher, E. S. S. & Motzer, S. U. (2000). Cardiac
nursing (4th ed.). Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai