ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh konsentrasi terbaik dari asam
kandis sebagai koagulan dan bahan pengawet dalam produk tahu . Penelitian ini
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 6 perlakuan
dan 3 kali ulangan yang diikuti uji DNMRT pada taraf 5%. Perlakuan penelitian
ini sebagai berikut AK1 (konsentrasi larutan asam kandis 7,5%), AK2
(konsentrasi larutan asam kandis 10,0% ), AK3 (konsentrasi larutan asam kandis
12,5%), AK4 (konsentrasi larutan asam kandis 15,0%), AK5 (konsentrasi larutan
asam kandis 17,5%) dan AK6 (konsentrasi larutan asam kandis 20,0%). Parameter
yang diamati adalah tingkat keasaman (pH), protein, total bakteri serta uji sensori
deskriptif dan hedonik terhadap rasa, warna dan kelembutan. Perlakuan terpilih
penelitan ini adalah konsentrasi larutan asam kandis 15% yang memiliki tingkat
keasaman (pH) sebanyak 4,58, protein 15,65% dan cemaran mikroba 8,22 Cfu/ml,
rasa tidak asam , warna agak putih dan tekstur agak lembut.
ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain the best concentration from kandis acid as
a coagulant agent and preservative in tofu product. This research used a
Completely Randomized Design (CRD) with six treatments and three replications,
followed by Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at level 5%. The
treatment of this research were AK1 (the concentration of the kandis acid solution
7,5%), AK2 (the concentration of the kandis acid solution 10,0% ), AK3 (the
concentration of the kandis acid solution 12,5%), AK4 (the concentration of the
kandis acid solution 15,0%), AK5 (the concentration of the kandis acid solution
17,5%) and AK6 (the concentration of the kandis acid solution 20,0%). The
analysis observed were acidity (pH), protein, total bacteria, descriptive and
hedonic sensory tests of taste, color and softness. The best treatment of this
research was the concentration of 15% kandis acid solution which has acidity
level (pH) of 4.58, protein 15.65%, total bacteria 8.22 Cfu/ml, taste not sour,
slightly color and slightly soft texture.
2
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
penelitian dengan judul Efektifitas Alat yang digunakan adalah
Buah Asam Kandis (Garcinia diocia pisau stainless steel, blender, mixer,
Blume) sebagai Bahan Penggumpal freezer, gelas ukur, kertas saring,
dan Pengawet pada Produk Tahu. cawan petri, beaker glass, buret,
Tujuan penelitian ini adalah untuk tabung reaksi, labu takar, timbangan
memperoleh konsentrasi yang tepat analitik, stopwatch, refraktometer,
dari buah asam kandis sebagai bahan kompor, dandang, nampan, sendok,
penggumpal dan pengawet pada baskom, cup/gelas plastic, kamera,
produk tahu terhadap karakteristik buku dan alat tulis.
dan sifat organoleptik.
Metode Penelitian
METODOLOGI Penelitian ini menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap
Tempat dan Waktu (RAL) terdiri dari 6 perlakuan dan 3
Penelitian ini telah
kali ulangan. Adapun perlakuannya
dilaksanakan di Laboratorium
Pengolahan dan Laboratorium sebagai berikut:
Analisis Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian serta Laboratorium Terpadu AK1: konsentrasi larutan asam kandis
7,5% (v/v)
Fakultas Perikanan Universitas Riau.
AK2: konsentrasi larutan asam kandis
Penelitian akan dilaksanakan selama 10,0% (v/v)
6 bulan mulai dari bulan April 2017 AK3: konsentrasi larutan asam kandis
sampai September 2017. 12,5% (v/v)
AK4: konsentrasi larutan asam kandis
Bahan dan Alat 15,0% (v/v)
Bahan yang digunakan dalam AK5: konsentrasi larutan asam kandis
penelitian ini adalah kacang kedelai 17,5% (v/v)
AK6: konsentrasi larutan asam kandis
dari pasar Syari’ah Ulul Albab, 20,0% (v/v)
Rantau Sialang, Tanah Merah, Siak
Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Analisis Data
selanjutnya asam kandis kering dari Data yang diperoleh akan
pasar Syari’ah Ulul Albab, Rantau dianalisis secara statistik dengan
mengggunakan uji ANOVA. Jika F
Sialang, Tanah Merah, Siak Hulu, hitung lebih besar atau sama dengan
Kabupaten Kampar, Riau , bahan F tabel maka dilanjutkan dengan Uji
berikutnya aquades, H2SO4, NaOH, DNMRT pada taraf 5%.
H3BO3, HCl dan media agar.
Peralatan yang dipakai adalah Pelaksanaan Penelitian
cetakan tahu, kain saring, baskom, Pembuatan Larutan Asam Kandis
kelas ukur, pipet, pH meter, blender,
mikro pipet, timbangan analitik, Proses pembuatan larutan
penetrometer, autoclave, kompor, buah kering asam kandis adalah
beaker glass, soxhlet, cawan petri, dengan cara kulit kering buah asam
neraca analitis, tabung reaksi, labu kandis disortasi kemudian ditimbang
kjedahl, corong, buret, alat pres alat sebanyak 50 g yang selanjutnya
tulis dan dokumentasi (kamera). dilakukan perendaman menggunakan
5000 ml air panas dengan suhu 100˚C
3
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan cetakan tahu dan
menggunakan saringan kain untuk dipres menggunakan alat pres.
memisahkan larutan asam kandis Tahu yang telah dicetak
dengan ampasnya dan terakhir kemudian disimpan pada suhu kamar
diperoleh larutan buah kering asam dan dilakukan pengamatan selama 3
kandis. hari, mulai dari hari ke 1, 2 dan 3
setelah penyimpanan terhadap
Proses Pembuatan Tahu penentu tingkat keasaman (pH),
Proses pembuatan tahu untuk organoleptik dilakukan pada
mengacu kepada Yulistiani et al. hari ke 3. Analisis kadar protein
(2009), yaitu kacang kedelai hanya dilakukan pada hari ke 1 dan
dilakukan pencucian hingga bersih, pengamatan untuk total bakteri
dilakukan perendaman selama 12 jam dilakukan pada hari ke 1, 2, 3 tanpa
dalam air bersih, dilakukan pencucian ulangan.
kembali dengan air bersih, sekaligus
dilakukan pengupasan kulit ari HASIL DAN PEMBAHASAN
kacang kedelai. Selanjutnya untuk
proses penggilingan, 3kg kedelai Tingkat Keasaman
ditambahkan air dengan Hasil sidik ragam
perbandingan 1:5 dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi
perebusan pada suhu 80˚C (adanya
larutan asam kandis sebagai
gelembung-gelembung kecil), proses
perebusan dihentikan kemudian penggumpal tahu berpengaruh
diaduk secara perlahan. Proses terhadap tingkat keasaman (pH) tahu
penggumpalan dilakukan selama 30 yang dihasilkan (Lampiran 9). Rata-
menit menggunakan larutan asam rata pH yang dihasilkan dapat dilihat
kandis dengan perlakuan (7,5% ; pada Tabel 3.
10,0% ; 12,5% ; 15,0% ; 17,5% dan
20,0% v/v), kemudian gumpalan .
yang terbentuk dilakukan pencetakan
4
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
berbeda dengan perlakuan AK3 dan Nilai tingkat keasaman (pH)
AK4 namun berbeda dengan tahu dalam penelitian ini sudah
perlakuan AK5 dan AK6. Tingkat mendekati isoelektrik kacang kedelai
keasaman perlakuan AK4 berbeda yaitu 4,5 yang tidak jauh berbeda
dengan perlakuan AK1 namun tidak dengan penelitian Yulistiani et al.
berbeda dengan perlakuan lainnya. (2009), yang menggunakan asam
Tingkat keasaman perlakuan AK5 sitrat sebagai bahan penggumpal
tidak berbeda dengan perlakuan AK4 tahu, dimana perlakuan terbaik pada
dan AK6 namun berbeda dengan penelitian tersebut yaitu konsentrasi
perlakuan lainnya. asam sitrat 15% dengan pH 4,52. Hal
Nilai rata-rata tingkat ini disebabkan asam kandis juga
keasaman (pH) tahu pada tabel 3 memiliki kandungan berupa Hidro
dalam penelitian ini semakin Citrat Acid (HCA) yang mampu
menurun seiring semakin tinggi untuk menurunkan pH.
konsentrasi larutan asam kandis. Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi Kadar Protein
konsentrasi larutan asam kandis maka Hasil sidik ragam
keasaman semakin meningkat menunjukkan bahwa konsentrasi
sehingga nilai tingkat keasaman (pH) larutan asam kandis sebagai
menurun. Keasaman yang dihasilkan penggumpal tahu berpengaruh
oleh larutan asam kandis berasal dari terhadap kadar protein tahu yang
kandungan kulit buah kering asam dihasilkan (Lampiran 10). Rata-rata
kandis yaitu Hidro Citrat Acid (HCA) kadar protein yang dihasilkan dapat
dan asam oksalat. dilihat pada Tabel 4.
5
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
Semakin tinggi larutan asam kandis bereaksi dengan asam maka semakin
hingga mendekati pH isoelektrik besar ikatan peptida terhidrolisis
yang digunakan pada penelitian ini, sehingga struktur primer kadar
maka semakin banyak kadar protein protein rusak.
tahu yang menggumpal. Hal ini Menurut Anglemer dan
sesuai dengan penelitian Yunistiani et Montgomery (1976) dalam Suhaidi
al. (2009) yang menggunakan asam (2003), protein kedelai yang sebagian
sitrat sebagai bahan penggumpal besar adalah globulin, mempunyai
tahu, dimana pada konsentrasi larutan titik isoelektrik 4,5. Globulin akan
asam sitrat 15% kadar protein yang mengendap pada pH 4,1 sedangkan
dihasilkan paling tinggi, dikarenakan kadar protein lainnya seperti
pH penggumpalan kadar protein 15% proteosa, prolamin dan albumin
adalah yang paling mendekati pH bersifat larut dalam air sehingga
isoelektrik yaitu 4,52. Menurut diperkirakan penurunan kadar protein
Purbowatiningrum et al. (2006), dalam pembuatan tahu disebabkan
proses koagulasi yang maksimum asam yang digunakan. Kadar protein
terjadi pada pH 4,5 (pH isoelektrik) dalam penelitian ini sudah memenuhi
yang ditandai dengan kelarutan berdasarkan SNI No. 01-3142-199
protein terendah atau kadar protein protein pada tahu yaitu minimal
produk tahu tertinggi. sebesar 9,0 %.
Protein tahu akan
menggumpal akibat denaturasi. Analisis Total Mikroba
Denaturasi dalam penelitian ini Pertumbuhan mikroba pada
disebabkan oleh asam kandis. Sifat tahu selama penyimpanan tidak
asam yang terdapat pada asam diharapkan karena dapat merusak
kandis membuat pembentukan nutrisi yang terdapat pada tahu
koagulasi pada kadar protein tahu. tersebut, sehingga tahu tidak layak
Menurut Triyono (2010), asam akan untuk dikonsumsi oleh konsumen.
memecah ikatan ion intramolekul Rata-rata pertumbuhan mikroba pada
yang menyebabkan koagulasi kadar tahu yang dihasilkan dapat dilihat
protein. Semakin lama kadar protein pada Tabel 5.
6
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
Cfu/ml. Mikroba dalam penelitian ini total mikroba yang dihasilkan.
semakin menurun seiring semakin Menurut Ardiningsih et al. (2012),
tinggi konsentrasi larutan asam buah asam kandis berdasarkan hasil
kandis yang digunakan. Hal ini penelitian sebelumnya diketahui
disebabkan karena semakin tinggi mengandung metabolit sekunder yang
konsentrasi larutan asam kandis maka memiliki aktivitas antimikroba dan
semakin besar tingkat keasaman tahu antioksidan. Hal ini didukung oleh
sehingga dapat menghambat pendapat Waluyo (2007) dalam
pertumbuhan mikroba pembusuk. Sudarnyoto (2017), yang menyatakan
Jumlah mikroba juga kemampuan suatu zat antimikroba
dipengaruhi oleh senyawa dalam menghambat pertumbuhan
antimikroba, tingkat keasaman, mikroba dipengaruhi oleh konsentrasi
lamanya waktu penyimpanan dan suatu zat pengawet, suhu, waktu
penggunaan larutan asam kandis penyimpanan, sifat mikroba dan pH.
sebagai bahan penggumpal tahu. Mikroba dalam penelitian ini sudah
Proses pemanasan juga dapat memenuhi Standar Mutu Indonesia
membunuh atau menghilangkan (SNI) yaitu mikroba untuk tahu
sebagian mikroba terutama mikroba maksimal sebesar 10,0 %.
yang tidak tahan pada suhu panas
atau suhu tinggi. Suhu pemanasan
Penilaian Sensori
yang digunakan dalam penelitian ini
Rasa
yaitu 80˚C selama 30 menit. Selain
itu, penggunaan larutan asam kandis Hasil sidik ragam
dalam pengolahan tahu juga dapat menunjukkan bahwa konsentrasi
mengurangi jumlah mikroba larutan asam kandis berpengaruh
pembusuk seperti B. subtilis, S. nyata terhadap uji deskriptif
aureus, Salmonella sp dan E. coli (Lampiran 12) dan berpengaruh
(Ardiningsih et al. 2012). Masing- terhadap hedonik rasa tahu yang
masing dari mikroba pembusuk dihasilkan (Lampiran 15). Rata-rata
tersebut tidak tahan terhadap adanya rasa tahu disajikan pada Tabel 6.
senyawa metabolit sekunder pada Berdasarkan Tabel 6 diketahui
asam kandis yang menyebabkan bahwa rata-rata penilaian panelis
semakin banyak konsentrasi larutan secara deskriptif terhadap rasa tahu
asam kandis maka semakin sedikit yang dihasilkan berkisar 2,13-
Skor Penilaian
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
a
AK1: konsentrasi larutan asam kandis 7,5% (v/v) 2,13 4,05e
AK2: konsentrasi larutan asam kandis 10,0% (v/v) 2,36a 3,87d
a
AK3: konsentrasi larutan asam kandis 12,5% (v/v 2,30 3,76c
a
AK4: konsentrasi larutan asam kandis 15,0% (v/v) 2,30 3,62b
b
AK5: konsentrasi larutan asam kandis 17,5% (v/v) 2,63 3,42a
b
AK6: konsentrasi larutan asam kandis 20,0% (v/v) 2,67 3,36a
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Skor Deskriptif: 1: sangat tidak asam, 2:
tidak asam, 3: Agak asam, 4: Asam, 5: sangat asam. Skor Hedonik: 1: sangat tidak suka, 2:
tidak suka, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat suka.
7
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
2,67 (tidak asam-agak asam).
Skor tertinggi diperoleh dari dan asam oksalat. Kandungan ini
perlakuan AK6 dengan rata-rata memberikan rasa asam pada tahu
sebesar 2,67 (agak asam) yangtidak yang dihasilkan.
berbeda dengan perlakuan AK5
Skor penilaian hedonik
sedangkan skor terendah diperoleh
dari perlakuan AK1 dengan rata-rata semakin meningkat seiring semakin
sebesar 2,13 (tidak asam). Penilaian tinggi konsentrasi larutan asam
panelis secara hedonik terhadap rasa kandis dengan rata-rata respon agak
tahu yang dihasilkan berkisar 3,36- suka. Hal ini dapat disebabkan karena
4,05 (agak suka-suka) tidak berbeda adanya rasa asam yang dihasilkan
dengan perlakuan AK2, AK3 dan pada tahu. Rasa asam pada tahu
AK4. Skor terrtinggi diperoleh dari
dipengaruhi oleh tingkat keasaman
perlakuan AK1 dengan rata-rata
sebesar 4,05 (suka) sedangkan skor (pH) pada asam kandis. Rasa asam
terendah diperoleh dari perlakuan pada tahu dipengaruhi oleh
AK6 dengan rata-rata sebesar 3,36 kandungan asam-asam pada buah
(agak suka). kandis. Panelis menyatakan agak
Skor pada penilaian deskriptif suka dikarenakan tahu yang
semakin meningkatnya rasa asam dikonsumsi pada umumnya tidak
seiring semakin tinggi konsentrasi memiliki rasa asam yang berlebihan.
larutan asam kandis yang digunakan.
Hal ini disebabkan semakin tinggi Warna
konsentrasi larutan asam kandis maka Hasil sidik ragam
semakin besar keasaman yang menunjukkan bahwa konsentrasi
dihasilkan sehingga panelis larutan asam kandis berpengaruh
menyatakan respon pada tahu yang nyata terhadap uji deskriptif
dihasilkan tidak asam sampai agak (Lampiran 13) dan berpengaruh nyata
asam. Keasaman yang dihasilkan oleh terhadap hedonik warna tahu yang
larutan asam kandis berasal dari dihasilkan (Lampiran 16). Rata-rata
kandungan kulit buah kering asam warna tahu disajikan pada Tabel 7.
kandis yaitu Hidro Citrat Acid (HCA)
Tabel 7. Rata-rata skor penilaian panelis terhadap warna tahu sebelum digoreng.
Skor Penilaian
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
c
AK1: konsentrasi larutan asam kandis 7,5% (v/v) 3,42 3,47d
bc
AK2: konsentrasi larutan asam kandis 10,0% (v/v) 2,63 3,45d
ab
AK3: konsentrasi larutan asam kandis 12,5% (v/v 2,36 3,31c
ab
AK4: konsentrasi larutan asam kandis 15,0% (v/v) 1,56 3,22bc
AK5: konsentrasi larutan asam kandis 17,5% (v/v) 1,26a 3,17b
a
AK6: konsentrasi larutan asam kandis 20,0% (v/v) 1,13 2,21a
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Skor Deskriptif: 1: sangat tidak putih, 2:
tidak putih, 3: Agak putih, 4: putih, 5: sangat putih. Skor Hedonik: 1: sangat tidak suka, 2:
tidak suka, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat suka.
8
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
Berdasarkan tabel 7 diketahui penggumpalan tahu dapat dilihat pada
bahwa rata-rata penilaian panelis Gambar 1.
secara deskriptif terhadap warna tahu
yang dihasilkan berkisar 1,13-3,42
(sangat tidak putih-agak putih). Skor
tertinggi diperoleh dari perlakuan
AK1 dengan rata-rata sebesar 3,42
(agak putih) yang tidak berbeda
AK AK AK AK AK AK
dengan perlakuan AK2 sedangkan 1 2 3 4 5 6
skor terendah diperoleh dari Gambar 1. Tahu untuk setiap perlakuan
perlakuan AK6 dengan rata-rata Skor penilaian hedonik warna
sebesar 1,13 (sangat tidak putih) yang pada tahu semakin meningkat seiring
tidak berbeda dengan perlakuan AK3, semakin tinggi konsentrasi larutan
AK4 dan AK5. Penilaian panelis asam kandis yang ditambahkan
secara hedonik terhadap warna tahu namun memiliki penilaian yang sama
yang dihasilkan berkisar 2,21-3,47 yaitu agak suka. Hal ini disebabkan
(tidak suka-agak suka). Skor tertinggi warna akhir tahu yang dihasilkan
diperoleh dari perlakuan AK1 dengan semakin tidak putih seiring dengan
rata-rata sebesar 3,47 (agak suka) meningkatnya penambahan
yang tidak berbeda dengan perlakuan konsentrasi larutan asam kandis.
AK2 sedangkan skor terendah Panelis menyatakan respon agak suka
diperoleh dari perlakuan AK6 dengan dikarenakan tahu yang dikonsumsi
rata-rata sebesar 2,21 (tidak suka). pada umumnya berwarna putih,
Skor penilaian deskriptif sedangkan tahu hasil penelitian ini
warna pada tahu semakin tidak putih berwarna sangat tidak putih hingga
seiring semakin tinggi konsentrasi agak putih.
larutan asam kandis. Hal ini
disebabkan karena asam kandis
Kelembutan
memiliki warna dasar kuning hingga
Kelembutan dalam penilaian
merah sehingga sangat
tahu erat kaitannya dengan proses
mempengaruhi warna akhir pada tahu
penggumpalan yang terjadi dalam
yang dihasilkan. Proses koagulan
proses pembuatan tahu. Umumnya
pada tahu yang terjadi akibat bantuan
bahan penggumpal yang digunakan
larutan asam kandis akan
berupa asam. Asam yang digunkan
menghasilkan warna yang kurang
memiliki pH optimum tertentu yang
putih pada tahu. Semakin banyak
mampu menggumpalkan tahu secara
konsentrasi larutan asam kandis yang
optimal.
digunakan maka warna tahu semakin
Hasil sidik ragam menunjukkan
tidak putih seperti warna tahu pada
bahwa konsentrasi larutan asam
umumnya. Pengaruh penambahan
kandis sebagai penggumpal tahu
larutan asam kandis terhadap proses
berpengaruh nyata terhadap uji
9
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
deskriptif (Lampiran 14) namun tidak Rata-rata tekstur tahu disajikan pada
berpengaruh terhadap hedonik tekstur Tabel 8.
tahu yang dihasilkan (Lampiran 17).
Skor Penilaian
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
a
AK1: konsentrasi larutan asam kandis 7,5% (v/v) 3,43 4,20
AK2: konsentrasi larutan asam kandis 10,0% (v/v) 3,60a 4,27
AK3: konsentrasi larutan asam kandis 12,5% (v/v 3,60a 4,23
AK4: konsentrasi larutan asam kandis 15,0% (v/v) 3,63a 4,25
AK5: konsentrasi larutan asam kandis 17,5% (v/v) 3,63a 4,12
b
AK6: konsentrasi larutan asam kandis 20,0% (v/v) 3,93 4,23
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Skor Deskriptif: 1: sangat tidak lembut, 2:
tidak lembut, 3: Agak lembut, 4: lembut, 5: sangat lembut. Skor Hedonik: 1: sangat tidak
suka, 2: tidak suka, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat suka.
10
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
gizi yang baik dan memiliki penilaian syarat mutu Standar Nasional
sensori yang dapat diterima oleh Indonesia (SNI). Rekapitulasi data
panelis. Produk yang dihasilkan penilaian tahu perlakuan terpilih
seperti tahu diharapkan memenuhi disajikan pada Tabel 9.
Parameter Perlakuan
SNI
pengamatan AK1 AK2 AK3 AK4 AK5 AK6
1. Analisis kimia
Tingkat keasaman
(pH) Normal 4.89c 4.69b 4.71b 4.58ab 4.43a 4.42a
Protein Min 9,0 11,03a 12,52b 12,66c 15,65d 15,39e 15,16f
3. Uji sensori
- Deskriptif
Rasa Normal 2,13a 2,36a 2,30a 2,30a 2,63b 2,67b
Warna Normal 3,42c 2,63bc 2,36ab 1,56ab 1,26a 1,13a
Kelembutan Normal 3,43a 3,60a 3,60a 3,63a 3,63a 3,93b
-Hedonik
Rasa Normal 4,05e 3,87d 3,76c 3,62b 3,42a 3,36a
Warna Normal 3,47d 3,45d 3,31c 3,22bc 3,17b 2,21a
Kelembutan Normal 4,20 4,27 4,23 4,25 4,12 4,23
Ket: Badan Standarisasi Nasional No. 01-3142-199 ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang
berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
11
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
Penilaian deskriptif kelembutan tahu kelembutan (4,25), namun agak suka
terbaik adalah perlakuan AK6 dengan terhadap warna (3,22).
skor 3,93 (lembut) yang berbeda
dengan perlakuan lainnya. Penilaian KESIMPULAN DAN SARAN
hedonik rasa tahu terbaik adalah
perlakuan AK1 dengan skor 4,05 Kesimpulan
(suka) yang berbeda dengan Perlakuan terpilih berdasarkan
perlakuan lainnya dan penilaian parameter yang diuji adalah adalah
hedonik warna tahu terbaik adalah tahu perlakuan AK4 (konsentrasi
perlakuan AK1 dengan skor 3,47 larutan asam kandis sebagai
(agak suka) yang tidak berbeda penggumpal tahu 15%) yang
dengan perlakuan AK2, tetapi memiliki Tingkat keasaman (pH)
berbeda dengan perlakuan AK3, sebanyak 4,58, protein 15,65% dan
AK4, AK5 dan AK6 sedangkan analisis total mikroba pada
penilaiann hedonik kelembutan pada pengamatan hari ke tiga
semua perlakuan panelis menyatakan menghasilkan pertumbuhan jumlah
suka. mikroba 8,22 Cfu/ml. Perlakuan AK4
Berdasarkan data rekapitulasi konsentrasi larutan asam kandis 15%
penilaian tahu hasil penelitian memiliki rasa tidak asam (2,30),
disimpulkan bahwa perlakuan terpilih warna agak putih (3,22), tingkat
diperoleh dari perlakuan AK4 kelembutan agak lembut (3,63) dan
konsentrasi larutan asam kandis 15%. secara hedonik panelis suka terhadap
Hal ini dikarenakan tahu pada rasa (3,62) dan kelembutan (4,25),
perlakuan AK4 memiliki mutu yang namun agak suka terhadap warna
sesuai dengan Standar Nasional (3,22).
Indonesia baik protrein dan cemaran
mikroba. Selain itu penilaian uji Saran
sensori deskriptif dan hedonik pada Perlu dilakukan penelitian
perlakuan AK4 panelis masih dapat lebih lanjut mengenai umur simpan
menerima dengan menyatakan respon dan warna terhadap produk tahu
agak suka. Perlakuan AK4 memiliki dengan penambahan larutan asam
Tingkat keasaman (pH) sebanyak kandis.
4,58, protein 15,65% dan analisis total
mikroba pada pengamatan hari ke Daftar Pustaka
tiga menghasilkan pertumbuhan
jumlah mikroba 8,22 Cfu/ml. Ardiningsih, P., Tursiman dan
Perlakuan AK4 konsentrasi larutan Nofiani, R., 2012, Total fenol
asam kandis 15% memiliki rasa tidak fraksi etil asetat dari buah
asam (2,30), warna agak putih (3,22), asam kandis (Garcinia diocia
tingkat kelembutan agak lembut Blume). JKK, (1):45-48.
(3,63) dan secara hedonik panelis
Dahlan, Z., L. Hanum dan Z. Eprilia.
suka terhadap rasa (3,62) dan
2009. Eksplorasi dan studi
12
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
keragaman Garcinia L . buah kering asam kandis
berdasarkan sumber bukti sebagai herbal medicine:
makromorfologi dan optimasi formulasi tablet
pemanfaatannya bagi effervesen dan uji efeknya
perkuliahan morfologi terhadap kenaikan berat badan
tumbuhan. Forum pendidikan. dan pola makan tikus. Jurnal
28 (2): halaman 163-171. sains dan teknologi farmasi,
17 (2) : halaman 126-136.
Danggi, E. 2008. Aplikasi kitosan Manurung, J. 2013. Perbedaan
dengan penambahan esensial konsentrasi kitosan terhadap
oil kunyit sebagai pengawet tingkat kesukaan dan daya
dan edible coating produk simpan tahu. Universitas
tahu. Tesis Institut Pertanian Riau. Pekanbaru.
Bogor. Bogor.
Meteos-Aparicio, I., A.R. Cuenca,
Fardiaz, S. 1983. Keamanan Pangan. M.J. Villanueva-Suarez,
Fakultas Teknologi Pertanian M.A. Zapata dan Revilla.
Institut Pertanian Bogor. 2008. Soybean a promising
Bogor. health source. Nurt Hosp, 23
(4):305-312.
Harmayani, E., F. Endang, T.
Djaafar, S. Citra dan Marwati. Mustaufik dan S. Ike. 2005.
2009. Pemanfaatan kultur Pemanfaatan penggumpal
pediococcus acidilactici f-11 alami ekstrak buah nenas pada
penghasil bakteriosin sebagai pembuatan tahu dari kedelai
penggumpal pada pembuatan varietas slamet. Universiras
tahu. Jurnal Pasca panen, Jendral Soedirman.
6(1) 2009 : 10-20. Purwokerto.
13
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018
kegiatan di Tanjung Enim. Jurnal Dedikasi, 12 :
Universitas Negeri halaman 14 – 21.
Yogyakarta. Yogyakarta.
Santoso, S. P. 2005. Teknologi Yulistiani, Ratna dan N. Anna. 2009.
Pengolahan Kedelai. Malang: Efektifitas asam sitrat sebagai
Laboratorium Pangan. bahan penggumpal dan
Universitas Widyagama. pengawet pada produk tahu.
Univeritas Pembangunan
Simanjuntak, I. A. 2012. Kajian Naional. Jawa Timur.
pemanfaatan bubuk gambir
(Uncaria gambir Roxb) pada
pembuatan tahu terhadap
kualitas fisikokimia tahu.
Universitas Riau. Pekanbaru.
14
JOM UR VOLUME 5 EDISI 2 JULI S/D DESEMBER 2018