Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN EVALUASI BIMBINGAN DAN

KONSELING
Artikel ditulis sebagai salah satu syarat mengikuti Mata Kuliah Perbandingan
Pendidikan pada Program Studi S2 Magister Pendidikan Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Raden Fatah

Oleh:

Selamet Prihatin

NIM 2130212018

Mata Kuliah : Teori-Teori Kepemimpin

Dosen Pengampu : Dr. Saipul Annur, M.Pd

Dr. Drs. Muchlisudin, S.H., M.A

PROGRAM MAGISTER (S2)


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
Selamet Prihatin. 2130212018. Manajemen Evaluasi Bimbingan dan
Konseling

Abstrak

Sekolah merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat strategis


untuk memberikan wawasan tentang berbagai pengetahuan dan teknologi,
membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, dan juga merupakan
jenjang dasar untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Mengingat
pentingnya peranan sekolah maka, sekolah dituntut untuk memberikan
pengelolaan yang profesional dari semua pihak, salah satunya adalah peran
guru bimbingan dan konseling
Guru bimbingan dan konseling atau konselor memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
peserta didik. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
merupakan satu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan hasil
evaluasi itulah dapat diambil suatu kesimpulan apakah kegiatan yang telah
dilakukan itu dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan
efesien atau tidak, kegiatan itu perlu diteruskan atau tidak dan sebagainya.
Pelaksanaan evaluasi program dan bimbingan melalui empat fase, yakni; 1)
fase persiapan, 2) fase persiapan alat atau instrumen evaluasi, 3) fase
menganalisis hasil evaluasi, 4) fase penafsiran atau interpretasi dan
pelaporan hasil evaluasi. Berdasarkan teori dan hasil penelitian kurangnya
pengetahuan menjadi alasan terkuat seorang konselor atau guru BK tidak
melakukan evaluasi.

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Evaluasi

A. Pendahuluan
Bimbingan dan konseling (BK) diselenggarakan di sekolah adalah
sebagai bagian bagian integral dari proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran
yang ideal, karena pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan
dan pengembangan karir. Berfungsinya bimbingan dan konseling secara
optimal maka semua kebutuhan dan permasalahan siswa di sekolah akan
dapat ditangani dengan baik.
Hasil penelitian Rhyne-Winkler & Wooten (1996) mengemukakan
bahwa kebanyakan guru BK/konselor sekolah melaksanakan layanan
berkualitas untuk meningkatkan kinerja akademik siswa. Namun,
konselor gagal mengevaluasi, mendokumentasikan, dan
mengkomunikasikan bukti keefektifannya. Selanjutnya, Topdemir (2010)
mengemukakan meskipun guru BK/konselor sekolah menyadari
pentingnya menerapkan langkah-langkah akuntabilitas dan praktik yang
disengaja, karena keterbatasan waktu, kebingungan peran, dan variabel
lainnya, praktik ini jarang digunakan oleh guru BK/konselor sekolah
daripada yang seharusnya. Sementara, saat ini, guru BK/konselor sekolah
ditantang untuk menunjukkan efektivitas program konseling sekolah
mereka dalam hal terukur dan menggunakan strategi akuntabilitas untuk
meningkatkan kinerja siswa dan menutup kesenjangan prestasi (Young &
Kaffenberger, 2011).
Disamping itu, sudah seharusnya konselor menguasai teori dan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan baik sejalan
dengan tuntutan Permendiknas no. 27 Tahun 2008 dalam melakukan
evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling. Hal ini
menjadi salah satu hal yang mendorong dilakukannya studi kepustakaan
untuk menyusun konsep mengenai evaluasi program bimbingan dan
konseling yang nantinya dapat menjadi pijakan dalam menerapkan
evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling
Sugiyo (2011) mengungkapkan para pakar manajemen seperti Fayol,
Taylor, Terry berpendapat, fungsi manajemen sekurang-kurangnya
mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengawasan (contolling).
Fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pembinaan, yang dalam praktiknya keempat fungsi
tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
Manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. (Hayuningsih:2017)
Ditjen PMPTK Depdiknas dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas,
2007: 18-19) bahwa pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal
merupakan pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan
utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan
kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang BK.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan
instruksional mengabaikan bidang BK, akan menghasilkan peserta
didik yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, namun kurang
memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Ditjen PMPTK mengungkapkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan
paradigm pendekatan BK, dari pendekatan yang berorientasi
tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif,
pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental
Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling
komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling).
Dalam Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007: 51), penyusunan
perencanaan program BK di sekolah diawali dari kegiatan
asesmen/kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan
bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan
asesmen meliputi: asesmen lingkungan dan asesmen kebutuhan atau
masalah peserta didik. Perencanaan program dalam manajemen
pendidikan lebih menyeluruh terhadap perencanaan kegiatan
pendidikan. Hal ini berbeda dengan perencanaan program dalam
manajemen BK yang lebih mengkhusus kepada hal-hal terkait
perencanaan program BK di sekolah.
Buku Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) mengulas bahwa
implementasi/ pelaksanaan program dalam manajemen BK
menggunakan 4 (empat) strategi implementasi program, terdiri dari:
Pelayanan dasar, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan
dukungan sistem.
Pelayanan dasar ada 5, meliputi: Bimbingan kelas, pelayanan
orientasi, pelayanan informasi, bimbingan kelompok, pelayanan
pengumpulan data (aplikasi instrumentasi). Pelayanan responsif ada
9, meliputi: Konseling individual dan kelompok, referal (rujukan atau
alih tangan), kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau walikelas,
kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di
luar sekolah/madrasah, konsultasi, bimbingan teman sebaya (Peer
Guidance/Peer Facilitation), konferensi kasus, kunjungan rumah.
Berdasarkan pendapat Mugiarso (2010: 51) dan Awalya (2013: 55)
diketahui ada 4 bidang bimbingan terdiri dari bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karir.
Berdasarkan lampiran permendikbud tahun 2014 nomor 111
program bimbingan konseling cenderung mengacu pada model
bimbingan konseling komprehensif karena adanya empat komponen
program bimbingan konseling yaitu layanan dasar, layanan responsif,
layanan perencanaan individual dan dukungan system (Peraturan
Menteri nomor 111, 2014). Model program bimbingan konseling
komprehensif dapat disebut juga dengan Model Missouri. Model
program bimbingan konseling komprehensif merupakan skema atau
bagan organisasi yang terdiri dari gambaran prosedur dan sistem
(Cobia & Henderson, 2006). Model bimbingan konseling komperhensif
dibagi kedalam empat bidang (ASCA National model, 2012). ASCA
(Asosiasi Guru BK Amerika) memiliki penjelasan yang rinci mengenai
keempat komponen program BK komprehensif tersebut. Foundation
berisi pemikiran, filosofi, visi dan misi serta kompetensi bidang
layanan. Delivery System didalamnya memuat kurikulum bimbingan,
perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.
Management System terdiri dari tata aturan, penggunaan data,
rencana tindakan dan penjadwalan. Accountability didalamnya
terkandung laporan hasil kinerja konselor dan evaluasi program.
Program bimbingan konseling komprehensif juga melibatkan
kolaborasi berbagai pihak yang dianggap memiliki keterkaitan untuk
mengembangkan kompetensi peserta didik (Gysbers, Norman, C. and
Henderson, 2012)
Bimbingan konseling komprehensif telah terbukti efektif dalam
memberikan kontribusi pada pencapaian prestasi akademis peserta
didik, perubahan sikap dalam pembelajaran lebih baik, komitmen
sekolah, pemberdayaan guru bimbingan konseling, dan
mempengaruhi keterampilan sosial, kepercayaan diri dan kesehatan
mental peserta didik.

2. Evaluasi Bimbingan dan Konseling


Sebagaimana halnya kegiatan-kegiatan pendidikan yang lain
disekolah seperti kegiatan belajar mengajar pada waktu-waktu
tertentu harus dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan dari
kegiatan pendidikan itu tercapai atau tidak, demikian pula hal dalam
kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah secara berkala
harus dievaluasi. Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling
disekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan konseling dengan mengacu
pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program
bimbingan konseling yang dilaksanakan.
merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan
program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan kata lain
bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan
suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Menurut
Ketut dan Kusmawati (2008:96) menyatakan bahwa evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan kon-seling di sekolah
dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan ke-giatan yang berkaitan
dengan pelak-sanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Lebih lanjut menurut
Surya dan Natawidjaja (Tohirin:2010) menyatakan bahwa evaluasi
juga bisa bermakna upaya menelaah atau menganalisis program la-
yanan bimbingan dan konseling yang telah dan sedang dilaksanakan
untuk mengembangkan dan memperbaiki program secara khusus dan
program pendidikan di sekolah secara umum.
Menurut W.S Winkel (Sukardi:2008) evaluasi program
bimbingan adalah usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan
bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan.
Kemudian Azizah, et al [Azizah:2017] mengungkapkan bahwa
penilaian program bimbingan konseling merupakan usaha untuk
menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya Don C Locke (Diniaty:2012]) meninjau
evaluasi program BK lebih sempit yaitu pengumpulan informasi
tentang kualitas dan membantu menentukan keputusan tentang
program konseling yang akan dilakukan.Hasil evaluasi akan
memberikan manfaat dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling selanjutnya. Diniaty [2012] beberapa hal yang diperoleh
dari hasil evaluasi diantaranya:
a. Untuk mengetahui apakah program bimbingan sesuai dengan
kebutuhan yang ada?
b. Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu?
c. Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai kriteria
keberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu?
d. Dapatkah diketemukan bahan balikan bagi pengembangan
program berikutnya?
e. Adakah masalah-masalah baru yang muncul sebagai bahan
pemecahan dalam program berikutnya?
f. Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan (asumsi) yang mendasar
pelaksanaan program bimbingan?
g. Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang
diperlukan dan dapat digunakan dalam memberikan bimbingan
siswa secara perorangan atau kelompok.
h. Untuk meneliti secara periodik hasil pelaksanaan program yang
perlu diperbaiki.
Beberapa prinsip yang semestinya diperankan dalam
penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, yaitu (1) evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan
terhadap tujuan-tujuan program, (2) evaluasi yang efektif
mensyaratkan kriteria pengukuran yang sahih, (3) evaluasi program
yang efektif bergantung kepada pengaplikasian yang sahih
pengukuran kriteria, (4) evaluasi program mestinya melibatkan
semua pihak yang terpengaruh atau terkait, (5) evaluasi yang
bermakna mensyaratkan umpan-balik dan terobosan, (6) evaluasi
paling efektif jika program adalah proses berkesinambungan yang
terencana, dan (7) evaluasi menitikberatkan hal-hal yang positif.
(Nuril:2017)
Dengan demikian konselor dapat mengadakan evaluasi
terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
melalui prosedur sebagai berikut [Mashudi:2015]):
a. Fase Persiapan
Fase persiapan terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi.
Dalam kegiatan ini diperlukan beberapa langkah yang harus dilalui
antara lain:
1) Langkah pertama, penetapan aspek-aspek yang di evaluasi
adalah:
a) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak
dipecahkan atau tujuan yang akan dicapai
b) Program kegiatan bimbingan
c) Personel atau ketenagaan
d) Fasilitas teknik dan administrasi bimbingan
e) Pembiayaan
f) Partisipasi personel
g) Proses kegiatan
h) Akibat sampingan
2) Langkah kedua, penetapan kriteria keberhasilan evaluasi.
Misal, bila proses aspek kegiatan yang akan dievaluasi maka
kriteria yang dapat dievaluasi ditinjau dari lingkungan
bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.
3) Langkah ketiga, penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi.
Misal, aspek proses kegiatan yang hendak dievaluasi dengan
kriteria langkah kedua, maka instrumen yang harus digunakan
adalah check list, observasi kegiatan, tes situasi, wawancara,
dan angket.
4) Langkah keempat, penetapan prosedur evaluasi. Seperti contoh
pada langkah kedua dan ketiga, maka prosedur evaluasinya
melalui penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil kerja,
konferensi kasus, dan loka-karya.
5) Langkah kelima, penetapan tim penilaian atau evaluasi.
Berkaitan dengan contoh sebelumnya, maka yang harus
menjadi evaluator dalam penilaian proses kegiatan ialah ketua
bimbingan dan koneling, kepala sekolah, tim bimbingan dan
konseling dan konselor.
b. Fase persiapan alat atau instrumen evaluasi
Dalam fase kedua ini, dilakukan kegiatan-kegiatan seperti berikut:
1) Memilih alat-alat atau instrumen evaluasi yang ada atau
menyusun dan mengembangkan alat-alat evaluasi yang
diperlukan.
2) Penggandaan alat-alat instrumen evaluasi yang akan digunaan.
c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi. Dalam fase pelaksanaan
evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu persiapan
pelaksanaan kegiatan evaluasi dan melaksanakan kegiatan
evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
d. Fase menganalisis hasil evaluasi
Dalam fase analisis hasil evaluasi dan pengolahan data hasil
evaluasi ini dilakukan dengan mengacu pada jenis datanya. Data-
data tersebut, diantaranya tabulasi data dan analisis hasil
pengumpulan data melalui statitik atau nonstatistik.
e. Fase penafsiran atau interpretasi dan pelaporan hasil evaluasi
Pada fase ini, dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis
data dengan kinerja penilaian keberhasilan, kemudian
diinterpretasikan dengan menggunnakan kode-kode tertentu,
untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka
perbaikan atau pengembangan program layanan bimbingan
konseling.
Dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan BK dalam Konseling jalur pendidikan formal (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007]) dijelaskan bahwa program BK
mengandung empat komponen layanan sebagai berikut:
a. Layanan dasar
Layanan dasar adalah sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan
sebagai tandar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan
dan menjalani kehidupannya.
b. Layanan perencanaan individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli
agar mampu merumuskan dan melakukan aktifitas yang berkaitan
dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan
peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
c. Layanan responsif
d. Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Konseling individual, konseling krisis, konsultasi
dengan orang tua, guru dan alih tangan kepada ahli lain adalah
bantuan yang dapat dilakukan pelayanan responsif.
e. Dukungan sistem
f. Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi
dan komunikasi) dan pengembangan kemampuan profesional
konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan konseling.
Evaluasi dianggap sebagai hal yang penting dalam managemen
bimbingan. Penilaian suatu program akan membantu guru
BK/konselor untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gibson & Mitchel
(2011) mengemukakan beberapa prinsip yang semestinya diperankan
dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, yaitu (1) evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan
terhadap tujuan-tujuan program, (2) evaluasi yang efektif
mensyaratkan kriteria pengukuran yang sahih, (3) evaluasi program
yang efektif bergantung kepada pengaplikasian yang sahih
pengukuran kriteria, (4) evaluasi program mestinya melibatkan
semua pihak yang terpengaruh atau terkait, (5) evaluasi yang
bermakna mensyaratkan umpan-balik dan terobosan, (6) evaluasi
paling efektif jika program adalah proses berkesinambungan yang
terencana, dan (7) evaluasi menitikberatkan hal-hal yang positif.
Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
satu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan hasil evaluasi
itulah dapat diambil suatu kesimpulan apakah kegiatan yang telah
dilakukan itu dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif
dan efesien atau tidak, kegiatan itu perlu diteruskan atau tidak dan
sebagainya.
C. Penutup
Evaluasi program bimbingan adalah upaya dalam meningkatkan mutu
program bimbingan melalui penilaian efisiensi dan efektivitas pelayanan
bimbingan itu sendiri dan membantu menentukan keputusan tentang
program konseling yang akan dilakukan. Hasil evaluasi akan memberikan
manfaat dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi program dan bimbingan melalui empat
fase, yakni; 1) fase persiapan, 2) fase persiapan alat atau instrumen
evaluasi, 3) fase menganalisis hasil evaluasi, 4) fase penafsiran atau
interpretasi dan pelaporan hasil evaluasi. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian kurangnya pengetahuan menjadi alasan terkuat seorang
konselor atau guru BK tidak melakukan evaluasi.
Manajemen dalam bimbingan dan konseling sangat penting untuk
mendukung tercapainya tujuan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien. Program bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
membutuhkan manajerial yang baik, dan manajerial merupakan salah
satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru pembimbing/konselor.
D. Daftar Pustaka
Azizah, F., Ginting, H. F. B., & Utami, R. (2017). Evaluasi Pelaksanaan
Program Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Prosiding Seminar
Bimbingan dan Konseling, Vol. 1(1)
Awalya, dkk. (2013). Bimbingan dan Konseling. Semarang. Unnes Press.
Cet.1.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Rambu-rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Jakarta: Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Atas Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur
Pendidikan Formal. Bandung: UPI
Diniaty, A. (2012). Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru: Zanafa
Publishing
Gibson, R.L., & Mitchell. M.H. (2011). Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hayuningsih. (2017). Manajemen Bimbingan Dan Konseling Di Sma Negeri
15 Kota Semarang. Vol. 4 (2)
Gysbers, Norman, C. and Henderson, P. (2001). Comprehensive Guidance
and Counseling Programs: A Rich History and a Bright Future. Professional
School Counseling, 4(4), 289. Retrieved from
https://www.questia.com/library/journal/1P3-70579253/results-
based-comprehensive-guidance-and-counseling
Mashudi, F. (2015). Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi Bimbingan
dan Konseling. Yogyakarta: Diva Press
Mugiarso, Heru, dkk. (2010). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes
Press.Cet.7
Nuril Hidayanti. (2017). Pengembangan Model Instrumen Evaluasi
Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di SMP Negeri Kota
Samarinda. JUBK Vol. 6 (2)
Rhyne-Winkler, M. C., & Wooten, H. R. (1996). The school counselor
portfolio: Professional development and accountability. School Counselor
Topdemir, C. (2010). School counselor accountability practices:
Anationalstudy. Doctoral Dissertation. University of South Florida
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pedoman
Teoritis dan Praktis bagi Konselor Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Sukardi, D. K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewaketut. (2010). Pengantar Pelaksanaan BK disekolah,
Jakarta : Rineka Cipta
Tohirin. (2010). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
Berbasis Intregrasi. Jakarta: Rajam Grafindo Pers.
Young, A., & Kaffenberger, C. (2011). The Beliefs and Practices of School
Counselors Who Use Data to Implement Comprehensive School Counseling
Programs. Professional School Counseling

Anda mungkin juga menyukai