Oleh:
Megawati
NIM 2130212020
ABSTRAK
Adapun fungsi pembelajaran Akidah dan Akhlak sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 adalah: (1) penanaman nilai ajaran Islam untuk
mencapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat (2) pe-ngembangan keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didik seoptimal mung-kin, (3) penyesuaian mental
peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial, (4) perbaikan kesalahan, kelemahan,
keyakinan, dan pengamalan ajaran agama Islam (5) pencegahan dari hal-hal negatif dari
ling-kungannya atau dari budaya asing, (6) peng-ajaran tentang informasi, pengetahuan ke-
imanan dan akhlak, serta sistem dan fungsi-onalnya, (7) penyaluran peserta didik untuk
mendalami Akidah dan Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran pemimpin
di sebuah lembaga dapat mempengaruhi dan menentukan bagaimana cara untuk mencapai
hasil kerja yang optimal. Berkaitan dengan kinerja guru, adapun faktor-faktor yang
berpengaruh terhadapnya antara lain kemampuan dasar yang perlu dimiliki,
kepemimpinan kepala madrasah. Perlu diketahui bahwa kepemimpinan adalah suatu hal
yang berperan baik dalam manajeman sebuah lembaga salah satunya pendidikan,
bersumber dari lembaga ini nantinya akan diperoleh sumber daya manusia yang
profesional dan mampu bersaing dengan situasi lokal maupun global yaitu melalui
pembelajaran di dalamnya. Hal ini didasarkan pada argument yang menyatakan bahwa
seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku karyawan sesuai dengan fungsi dari
manajemen. apabila kepala madrasah bisa menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan
baik, maka proses pendidikan karakter berupa akidah akhlak dari guru bisa tersampaikan
dengan siswa dikarenakan ada kerjasama kepala madrasah dalam membantu guru
meningkatkan keprofesionalanya berupa dukungan dari kepemimpinan kepala madrasah.
Sehingga, melalui keprofesionalan itu akan tercermin bahwa guru yang dimaksud bisa
masuk kualifikasi guru yang memiliki kinerja baik.
A. Pendahuluan
masih banyak ditemukan kelemahan pada institusi madrasah, sehingga untuk mencapai
tingkat kualitas berstandar nasional masih mengalami kendala. Menurut Fadjar dikutip
oleh Daradjat (2016) ada empat kelemahan dalam sistem pendidikan di madrasah,
yaitu: (1) kurang menerapkan manajemen berbasis mutu, (2) sumber daya manusia
yang kurang, (3) sistem pembelajaran dan evaluasi yang tidak tepat, dan (4) sarana-
manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar kepada
sesama manusia. Peserta didik yang telah dibina dan ditempa oleh pola pendidikan
Islam adalah anak didik yang sukses dalam kehidupan karena ia memiliki kemampuan
dan kemauan yang kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang
diridhai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Pendidikan bertujuan membangun akidah
akhlak dan membentuk akhlakul karimah peserta didik yang kuat menghadapi berbagai
cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar serta cerdas dalam memecahkan masalah.
(Slamet:2007)
mendorong, dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat, karena pada dasarnya
seluruhnya nilai-nilai pengajaran agama bermuara pada nilai esensial yang berbentuk
karakter, nilai pembersihan diri, nilai kesempurnaan akhlak dan nilai peningkatan
taqwa kepada Allah Swt, oleh karena itu, pembelajaran akidah akhlak merupakan
lingkungan masyarakatnya. Hal ini mengandung indikasi bahwa proses pengajaran dari
materi pelajaran akidah akhlak tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan
lum digunakan dalam pembelajaran Akidah dan Akhlak. Materi ini masih bertumpu
pada metode yang bersifat indoktrinatif, dan muatan materi berhenti pada tataran
sikap dan akhlak mulia peserta didik. Secara psikologis, usia peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah (MTs) berada pada masa remaja. Pada masa ini, peserta didik berada pada
masa kritis dan kegoncangan jiwa, karena berada pada masa peralihan, dari masa anak-
anak ke masa dewasa. Pada masa peralihan, terjadi percepatan pertumbuhan dalam
segi fisik maupun psikis, baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir dan
bertindak. Mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa
dilakukan melakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
dari management. Kata management sendiri berasal dari kata manage atau magiare
manajemen, terkandung dua kegiatan ialah kegiatan berpikir (mind) dan kegiatan
yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
(Abdul:2018)
Akidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama
Islam. Maka tujuan umum pendidikan akidah akhlak sesuai dengan tujuan umum
pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau
masa kritis yang dialami remaja, dan sekali-gus berfungsi mengembangan potensi
yang ada pada dirinya. Akidah yang berintikan kepercayaan terhadap eksistensi
Allah dapat berfungsi sebagai faktor pendorong dan pengarah agar semua aktivitas
dan ibadah dalam makna yang luas dilakukan hanya mencari keridaan Allah.
dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 adalah: (1) penanaman
nilai ajaran Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat
(2) pe-ngembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didik seoptimal
mung-kin, (3) penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
agama Islam (5) pencegahan dari hal-hal negatif dari ling-kungannya atau dari
akhlak, serta sistem dan fungsi-onalnya, (7) penyaluran peserta didik untuk
mendalami Akidah dan Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
(Darmiyati:2016)
Kinerja pengajar (guru) adalah perilaku atau respon yang memberi hasil
yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu
tugas. Kinerja tenaga pengajar menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang
dialami tenaga pengajar, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau
tujuan. Aktivitas guru dalam penilain kinerja pada dasarnya berkisar pada hal-hal
berikut:
mengadakan penilaian terhadap kinerja atau prestasi kerja di suatu lembaga atau
organisasi merupakan hal yang sangat penting. Apabia penilaian kinerja ini di
sejauh mana dan bagaimana prestasi kerjanya dinilai oleh atasan atau team penilai.
Kelebihan dan kekurangan yang ada dapat menjadi cambuk dan motivasi dalam
Diantara cara mengoptimalkan Kinerja guru akidah akhlak adalah sebagai berikut:
kepribadian serta budi pekerti luhur sesuai dengan budaya bangsa indonesia.
menggunakan teknologi.
d. Guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat
sukses di masa lampau menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa
f. Guru harus belajar dan berinovasi secara terus menerus. Ciri-ciri orang mau
belajar dan berinovasi adalah dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah,
kreatif dan inovatif dalam bekerja, dapat berkomunikasi secara efektif dan
(Padli:2018)
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005),
Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
pendidikan. Salah satu standar yang dinilai berkaitan dengan mutu lulusan adalah
standar pendidik dan tenaga kependidikan. Artinya untuk mencapai mutu lulusan
yang diinginkan, mutu tenaga pendidik (guru), dan tenaga kependidikan (kepala
syarat utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan pendidikan agar dapat
guru. Karena guru merupakan tenaga pendidik yang berperan sebagai pelaksana
pendidikan yang berhubungan langsung dengan anak didik. Guru mempunyai peran
yang amat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru merupakan penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, guru juga sebagai figur manusia yang
Guru Agama Islam termasuk juga didalamnya guru Aqidah Akhlaq adalah
peserta didik, sebagaimana dijelaskan oleh Ramayulis (2004) bahwa guru Agama
siswanya, akan tetapi juga membentuk kepribadian siswa yang bernilai tinggi An
Nahlawi. (2008) juga berpendapat bahwa guru Agama sangat berperan dalam
diberikan secara menyeluruh baik dalam sikap, tingkah laku sehari-hari, dan lain
sebagainya. Selanjutnya Ahmad Tafsir (2008) mengatakan ada 7 point peran guru
agama dalam membentuk akhlaq peserta didik yaitu: 1) Memberkan contoh atau
dengan kepala sekolah, guru-guru yang lain dan orang tua siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa guru aqidah akhlaq tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan agama kepada peserta didik saja, akan
tetapi juga membentuk kepribadian atau akhlaqul karimah peserta didik itu sendiri
supaya menjadi pribadi muslim yang utuh. Hal tersebut sejalan dengan tujuan
mencapai tingkat akhlaq al-karimah. Tujuan ini sejalan dan sebangun dengan tujuan
yang akan dicapai oleh misi kerasulan yaitu membimbing manusia agar berakhlq
mulia. Akhlaq mulia yang dimaksud, diharapkan tercermin dari sikap dan tingkah
laku individu dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan
terlepas dari kinerja guru aqidah akhlaq itu sendiri, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2005) bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas
Tingkat kinerja yang baik dapat diamati dari kapabilitasnya, seseorang yang
yang muncul dalam pekerjaannya dengan baik dan senang menerima banyak
tantangan. Dan seseorang yang memiliki kinerja yang tinggi dapat berkomunikasi
kepala madrasah. Perlu diketahui bahwa kepemimpinan adalah suatu hal yang
bersumber dari lembaga ini nantinya akan diperoleh sumber daya manusia yang
profesional dan mampu bersaing dengan situasi lokal maupun global yaitu melalui
pembelajaran di dalamnya.
memotivasi orang lain, bawahan atau kelompok untuk saling bekerja sama dalam
upaya mencapai suatu tujuan tanpa adanya unsur paksaan. Kepemimpinan sangat
faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi atau manajemen. Kepemimpinan itu
ada di dalam diri pemimpin. Suatu organisasi akan menjadi buta atau tidak memiliki
arah jika tidak ada unsur kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan
mempengaruhi bawahan dan hubungan bawahan yang taat atau patuh kepada
komunikasi yang harmonis antar kepala madrasah, guru, staff administrasi, dan
peserta didik semuanya memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam
pada lain sisi pegawai akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai
dasardasar nilai yang ada pada organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin
manajer pendidikan. Kepala madrasah merupakan orang yang berada pada garis
menciptakan iklim madrasah yang kondusif dan dapat membangun motivasi kerja
personal madrasah, dapat bekerjasama dengan harmonis dengan masyarakat
untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.
(Sagala:2010)
sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan
mempengaruhi orang lain seperti guru dan tenaga kependidikan lain untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan pihak sekolah. Tujuan akan tercapai jika kepala
sekolah mau dan mampu membangun komitmen dan bekerja keras untuk
menjadikan madrasah yang dipimpinnya menjadi madrasah yang berkualitas dan
C. Penutup
bagaimana cara untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Hal ini didasarkan pada
sesuai dengan fungsi dari manajemen. Seorang pemimpin dianggap baik jika mau
menerima adanya perubahan, mau menerima kritik dan saran dari bawahan secara
program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental
D. Daftar Pustaka