Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP

KINERJA GURU AKIDAH AKHLAK


Artikel ditulis sebagai salah satu syarat mengikuti Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan pada
Program Studi S2 Magister Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Raden Fatah

Oleh:

Megawati

NIM 2130212020

Mata Kuliah : Teori-Teori Kepemimpin

Dosen Pengampu : Dr. Saipul Annur, M.Pd

Dr. Drs. Muchlisudin, S.H., M.A

PROGRAM MAGISTER (S2)


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
Megawati. 2130212020. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap
Kinerja Guru Akidah Akhlak

ABSTRAK

Adapun fungsi pembelajaran Akidah dan Akhlak sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 adalah: (1) penanaman nilai ajaran Islam untuk
mencapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat (2) pe-ngembangan keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didik seoptimal mung-kin, (3) penyesuaian mental
peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial, (4) perbaikan kesalahan, kelemahan,
keyakinan, dan pengamalan ajaran agama Islam (5) pencegahan dari hal-hal negatif dari
ling-kungannya atau dari budaya asing, (6) peng-ajaran tentang informasi, pengetahuan ke-
imanan dan akhlak, serta sistem dan fungsi-onalnya, (7) penyaluran peserta didik untuk
mendalami Akidah dan Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran pemimpin
di sebuah lembaga dapat mempengaruhi dan menentukan bagaimana cara untuk mencapai
hasil kerja yang optimal. Berkaitan dengan kinerja guru, adapun faktor-faktor yang
berpengaruh terhadapnya antara lain kemampuan dasar yang perlu dimiliki,
kepemimpinan kepala madrasah. Perlu diketahui bahwa kepemimpinan adalah suatu hal
yang berperan baik dalam manajeman sebuah lembaga salah satunya pendidikan,
bersumber dari lembaga ini nantinya akan diperoleh sumber daya manusia yang
profesional dan mampu bersaing dengan situasi lokal maupun global yaitu melalui
pembelajaran di dalamnya. Hal ini didasarkan pada argument yang menyatakan bahwa
seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku karyawan sesuai dengan fungsi dari
manajemen. apabila kepala madrasah bisa menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan
baik, maka proses pendidikan karakter berupa akidah akhlak dari guru bisa tersampaikan
dengan siswa dikarenakan ada kerjasama kepala madrasah dalam membantu guru
meningkatkan keprofesionalanya berupa dukungan dari kepemimpinan kepala madrasah.
Sehingga, melalui keprofesionalan itu akan tercermin bahwa guru yang dimaksud bisa
masuk kualifikasi guru yang memiliki kinerja baik.

Kata Kunci: Akidah Akhlak, Kepemimpinan, Kinerja Guru

A. Pendahuluan

Standar nasional pendidikan merupakan dasar untuk penjaminan dan

pengendalian mutu pendidikan. Pada proses pelaksanaan ketentuan standar nasional,

masih banyak ditemukan kelemahan pada institusi madrasah, sehingga untuk mencapai

tingkat kualitas berstandar nasional masih mengalami kendala. Menurut Fadjar dikutip

oleh Daradjat (2016) ada empat kelemahan dalam sistem pendidikan di madrasah,

yaitu: (1) kurang menerapkan manajemen berbasis mutu, (2) sumber daya manusia
yang kurang, (3) sistem pembelajaran dan evaluasi yang tidak tepat, dan (4) sarana-

prasarana yang kurang mendukung.

Indikator tercapainya tujuan pendidikan adalah bergaul dengan sesama

manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar kepada

sesama manusia. Peserta didik yang telah dibina dan ditempa oleh pola pendidikan

Islam adalah anak didik yang sukses dalam kehidupan karena ia memiliki kemampuan

dan kemauan yang kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang

diridhai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Pendidikan bertujuan membangun akidah

akhlak dan membentuk akhlakul karimah peserta didik yang kuat menghadapi berbagai

cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar serta cerdas dalam memecahkan masalah.

(Slamet:2007)

Pembelajaran akidah akhlak akan membentuk batin seseorang dan

pembentukan itu dapat dilakukan dengan melatih dan membiasakan berbuat,

mendorong, dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat, karena pada dasarnya

seluruhnya nilai-nilai pengajaran agama bermuara pada nilai esensial yang berbentuk

karakter, nilai pembersihan diri, nilai kesempurnaan akhlak dan nilai peningkatan

taqwa kepada Allah Swt, oleh karena itu, pembelajaran akidah akhlak merupakan

pembelajaran yang menempati kedudukan yang sangat sentral dalam pembentukan

karakter dan kepribadian peserta didik, baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan masyarakatnya. Hal ini mengandung indikasi bahwa proses pengajaran dari

materi pelajaran akidah akhlak tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan

tetapi lebih dari itu merupakan transfer of value terhadap anaknya.


Pada aspek metode, pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menarik be-

lum digunakan dalam pembelajaran Akidah dan Akhlak. Materi ini masih bertumpu

pada metode yang bersifat indoktrinatif, dan muatan materi berhenti pada tataran

normativetheocentric. Kondisi tersebut dapat melemahkan-melemahkan pembentukan

sikap dan akhlak mulia peserta didik. Secara psikologis, usia peserta didik di Madrasah

Tsanawiyah (MTs) berada pada masa remaja. Pada masa ini, peserta didik berada pada

masa kritis dan kegoncangan jiwa, karena berada pada masa peralihan, dari masa anak-

anak ke masa dewasa. Pada masa peralihan, terjadi percepatan pertumbuhan dalam

segi fisik maupun psikis, baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir dan

bertindak. Mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa

yang memiliki kematangan berpikir.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Manajemen Pembelajaran Akidah Akhlak

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

dilakukan melakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-

fungsi manajemen itu. Secara etimologis, kata manajemen merupakan terjemahan

dari management. Kata management sendiri berasal dari kata manage atau magiare

yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Dalam pengertian

manajemen, terkandung dua kegiatan ialah kegiatan berpikir (mind) dan kegiatan

tingkah laku (action). Pengertian manajemen menurut para pakar manajemen

diantaranya: Harold Koonts dan Cyril O’Donel. (Harold:2001)


Apabila dikaitkan dengan pengertian manajemen pendidikan pada

hakikatnya merupakan alat mencapai tujuan. Adapun tujuan pendidikan nasional

yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Tujuan pokok mempelajari manajemen pembelajaran adalah

untuk memperoleh cara, teknik dan metode yang sebaik-baiknya dilakukan,

memanfaatkan sumber-sumber yang sangat terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas,

material guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

(Abdul:2018)

Akidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama

Islam. Maka tujuan umum pendidikan akidah akhlak sesuai dengan tujuan umum

pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum

pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau

sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada

tujuan akhir manusia. (Hamzah:2009)

Pembelajaran Akidah dan Akhlak sangat berperan bagi proses penyelamatan

masa kritis yang dialami remaja, dan sekali-gus berfungsi mengembangan potensi

yang ada pada dirinya. Akidah yang berintikan kepercayaan terhadap eksistensi

Allah dapat berfungsi sebagai faktor pendorong dan pengarah agar semua aktivitas

dan ibadah dalam makna yang luas dilakukan hanya mencari keridaan Allah.

Adapun fungsi pembelajaran Akidah dan Akhlak sebagaimana tercantum

dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 adalah: (1) penanaman
nilai ajaran Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat

(2) pe-ngembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia peserta didik seoptimal

mung-kin, (3) penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial, (4) perbaikan kesalahan, kelemahan, keyakinan, dan pengamalan ajaran

agama Islam (5) pencegahan dari hal-hal negatif dari ling-kungannya atau dari

budaya asing, (6) peng-ajaran tentang informasi, pengetahuan ke-imanan dan

akhlak, serta sistem dan fungsi-onalnya, (7) penyaluran peserta didik untuk

mendalami Akidah dan Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(Darmiyati:2016)

2. Kinerja Guru Akidah Akhlak

Kinerja pengajar (guru) adalah perilaku atau respon yang memberi hasil

yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu

tugas. Kinerja tenaga pengajar menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang

dialami tenaga pengajar, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau

tujuan. Aktivitas guru dalam penilain kinerja pada dasarnya berkisar pada hal-hal

berikut:

a. Kegiatan sebelum mengajar.

b. Kegiatan selama mengajar.

c. Kegiatan selama segmen pengajaran reguler.

d. Kegiatan tentang keterlibatan tenaga pengajar (guru) dalam masyarakat

pendidik atau lingkungannya secara lebih luas. (Mulyasa:2007)

Kinerja sangat terkait dengan produktifitas, karena kinerja merupakan

indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat


produktifitas yang lebi tinggi dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu upaya untuk

mengadakan penilaian terhadap kinerja atau prestasi kerja di suatu lembaga atau

organisasi merupakan hal yang sangat penting. Apabia penilaian kinerja ini di

dilakukan di sekolah/madrasah, tentu akan memberikan keuntungan bagi

sekolah/madrasah bersangkutan, dan bagi guru khususnya akan dapat mengetahui

sejauh mana dan bagaimana prestasi kerjanya dinilai oleh atasan atau team penilai.

Kelebihan dan kekurangan yang ada dapat menjadi cambuk dan motivasi dalam

mencapai kemajuan di masa datang.

Diantara cara mengoptimalkan Kinerja guru akidah akhlak adalah sebagai berikut:

a. Guru harus memiliki berbagai persyaratan kompetensi dan kapasitas yang

memadai untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara professional

sehingga dia dapat melaksanakan profesinya dengan baik. Kompetensi yang

harus dimiliki guru diantaranya kompetensi professional, kompetensi personal,

kompetensi sosial dan kompetensi pedagogikk.

b. Guru harus mampu, membimbing, membina dan mengarahkan siswa dalam

menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki

kepribadian serta budi pekerti luhur sesuai dengan budaya bangsa indonesia.

c. Guru harus memiliki kepandaian penguasaan dan informasi agar dapat

memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat

dan siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan

menggunakan teknologi.

d. Guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat

menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan siswa terhadap


pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Guru menjadi teladan yang akan

dicontoh dan ditiru oleh siswa dan masyarakat.

e. Guru harus mampu meninggalkan praktik, metode dan resep-resep belajar

sukses di masa lampau menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa

yang akan datang.

f. Guru harus belajar dan berinovasi secara terus menerus. Ciri-ciri orang mau

belajar dan berinovasi adalah dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah,

kreatif dan inovatif dalam bekerja, dapat berkomunikasi secara efektif dan

mampu bekerja sama dengan teman sejawat, kolega maupun atasan.

(Padli:2018)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas, Peraturan Pemerintah nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005),

menetapkan delapan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan.

Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian

pendidikan. Salah satu standar yang dinilai berkaitan dengan mutu lulusan adalah

standar pendidik dan tenaga kependidikan. Artinya untuk mencapai mutu lulusan

yang diinginkan, mutu tenaga pendidik (guru), dan tenaga kependidikan (kepala

sekolah, pengawas, pustakawan, tenaga administrasi) harus ditingkatkan. Salah satu

syarat utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan pendidikan agar dapat

berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia yakni kinerja

guru. Karena guru merupakan tenaga pendidik yang berperan sebagai pelaksana
pendidikan yang berhubungan langsung dengan anak didik. Guru mempunyai peran

yang amat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru merupakan penentu

tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, guru juga sebagai figur manusia yang

menempati posisi dalam memegang peranan penting dalam pendidikan. Kinerja

guru banyak disangkutpautkan dengan rendahnya mutu pendidikan. Kinerja guru

dalam suatu organisasi sekolah sangat berpengaruh dalam kemajuan sekolah

tersebut untuk meningkatkan kualitas peserta didik. (Resti:2021)

Guru Agama Islam termasuk juga didalamnya guru Aqidah Akhlaq adalah

pelaksana utama dilapangan dalam rangka pembentukan akhlak dan kepribadian

peserta didik, sebagaimana dijelaskan oleh Ramayulis (2004) bahwa guru Agama

bukan hanya berperan dalam memberikan pengetahuan agama islam kepada

siswanya, akan tetapi juga membentuk kepribadian siswa yang bernilai tinggi An

Nahlawi. (2008) juga berpendapat bahwa guru Agama sangat berperan dalam

mewarnai kepribadian anak, untuk itu hendaknya pendidikan agama harus

diberikan secara menyeluruh baik dalam sikap, tingkah laku sehari-hari, dan lain

sebagainya. Selanjutnya Ahmad Tafsir (2008) mengatakan ada 7 point peran guru

agama dalam membentuk akhlaq peserta didik yaitu: 1) Memberkan contoh atau

teladan; 2) Membiasakan akhlaq yang baik; 3) Memberikan motivasi; 4)Memberikan

hadiah; 5) Menghukum (dalam rangka pendisiplinan); 6) Menciptakan suasana yang

berpengaruh bagi pertumbuhan positif; 7) Mengadakan kerjasama yang harmonis

dengan kepala sekolah, guru-guru yang lain dan orang tua siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa guru aqidah akhlaq tidak

hanya sekedar memberikan pengetahuan agama kepada peserta didik saja, akan
tetapi juga membentuk kepribadian atau akhlaqul karimah peserta didik itu sendiri

supaya menjadi pribadi muslim yang utuh. Hal tersebut sejalan dengan tujuan

pendidikan agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh Jalaluddin (2001) bahwa,

tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlaq hingga

mencapai tingkat akhlaq al-karimah. Tujuan ini sejalan dan sebangun dengan tujuan

yang akan dicapai oleh misi kerasulan yaitu membimbing manusia agar berakhlq

mulia. Akhlaq mulia yang dimaksud, diharapkan tercermin dari sikap dan tingkah

laku individu dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan

sesama makhluk Allah SWT serta lingkungannya.

Dalam upaya pembentukan akhlaq peserta didik dilingkungan sekolah tidak

terlepas dari kinerja guru aqidah akhlaq itu sendiri, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sanjaya (2005) bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas

yang dapat dicapai seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada.

Sementara itu. Sardiman (2000) mendevinisikan kinerja sebagai prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Tingkat kinerja yang baik dapat diamati dari kapabilitasnya, seseorang yang

memiliki kemampuan yang baik akan dapat menyelesaikan semua permasalahan

yang muncul dalam pekerjaannya dengan baik dan senang menerima banyak

tantangan. Dan seseorang yang memiliki kinerja yang tinggi dapat berkomunikasi

dengan baik, baik dengan atasan bawahan dan teman sejawat

3. Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kinerja Guru Akidah Akhlak


Berkaitan dengan kinerja guru, adapun faktor-faktor yang berpengaruh

terhadapnya antara lain kemampuan dasar yang perlu dimiliki, kepemimpinan

kepala madrasah. Perlu diketahui bahwa kepemimpinan adalah suatu hal yang

berperan baik dalam manajeman sebuah lembaga salah satunya pendidikan,

bersumber dari lembaga ini nantinya akan diperoleh sumber daya manusia yang

profesional dan mampu bersaing dengan situasi lokal maupun global yaitu melalui

pembelajaran di dalamnya.

Kepemimpinan atau leadership adalah suatu cara untuk mempengaruhi dan

memotivasi orang lain, bawahan atau kelompok untuk saling bekerja sama dalam

upaya mencapai suatu tujuan tanpa adanya unsur paksaan. Kepemimpinan sangat

penting dalam suatu organisasi atau manajemen karena kepemimpinan merupakan

faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi atau manajemen. Kepemimpinan itu

ada di dalam diri pemimpin. Suatu organisasi akan menjadi buta atau tidak memiliki

arah jika tidak ada unsur kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan

memuat hubungan antara manusia didalamnya yaitu hubungan pemimpin untuk

mempengaruhi bawahan dan hubungan bawahan yang taat atau patuh kepada

pemimpin karena wibawa dalam diri pemimpinnya, di lembaga pendidikan

kepemimpinannya berada di tangan kepala madrasah.

Strategi dalam menentukan keberhasilan suatu madrasah untuk mencapai

tujuan pendidikan serta mewujudkan visi misinya terletak pada bagaimana

kepemimpinan kepala madrasah dalam menggerakkan dan memberdayakan

berbagai komponen madrasah. Melalui prosesnya, hubungan timbal balik dan

komunikasi yang harmonis antar kepala madrasah, guru, staff administrasi, dan
peserta didik semuanya memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam

penyesuaian berbagai kegiatan madrasah dengan tuntutan globalisasi, perubahan

masyarakat, kondisi, dan lingkungannya (Ivada, 2013)

Melalui kepemimpinan kepala madrasah inilah seorang pemimpin akan

mampu mentransfer nilai seperti penekanan pada kelompok, dukungan guru

maupun karyawan, toleransi terhadap risiko, kriteria pengubahan dan sebagainya

pada lain sisi pegawai akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai

dasardasar nilai yang ada pada organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin

disampaikan pimpinan melalui kepemimpinan kepala madrasah nya untuk

mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawannya diperlukan seorang

pemimpin yang menggunakan kepemimpinan kepala sekolah yaitu seorang

pemimpin yang selain mempunyai kemampuan pribadi juga mampu membaca

keadaan bawahannya serta lingkungan kerjanya.

Kepala Madrasah bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran di sekolah yang dia pimpin. Untuk melaksanakan

tugasnya dengan baik, kepala madrasah hendaknya memahami, menguasai dan

mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai

manajer pendidikan. Kepala madrasah merupakan orang yang berada pada garis

terdepan dalam mengkoordinasikan berbagai usaha dalam meningkatkan kinerja

guru yang bermutu.

Dengan menguasai kemampuan manajemen pendidikan, kepala madrasah

diharapkan dapat menyusun program madrasah yang efektif dan efisien,

menciptakan iklim madrasah yang kondusif dan dapat membangun motivasi kerja
personal madrasah, dapat bekerjasama dengan harmonis dengan masyarakat

sekitar madrasah, serta dapat membimbing guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran. salah satu peranan penting kepala madrasah dalam menjalankan

organisasi kepemimpinannya ialah sebagai leader.

Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis yang penting dalam memotivasi dan

mengordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu proses

untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi

untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.

(Sagala:2010)

Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempengaruhi perilaku

orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah

kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan

tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. (Nanang:2009)

Dalam teori kepemimpinan setidaknya ada dua gaya kepemimpinan yaitu

kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi

pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala

sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan

fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. (Daryanto:2011)

Kepala madrasah sebagai pemimpin di sekolah/madrasah tentu

mempengaruhi orang lain seperti guru dan tenaga kependidikan lain untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan pihak sekolah. Tujuan akan tercapai jika kepala

sekolah mau dan mampu membangun komitmen dan bekerja keras untuk
menjadikan madrasah yang dipimpinnya menjadi madrasah yang berkualitas dan

menjadi terbaik di daerahnya.

C. Penutup

Peran pemimpin di sebuah lembaga dapat mempengaruhi dan menentukan

bagaimana cara untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Hal ini didasarkan pada

argument yang menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki otoritas dalam

merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku karyawan

sesuai dengan fungsi dari manajemen. Seorang pemimpin dianggap baik jika mau

menerima adanya perubahan, mau menerima kritik dan saran dari bawahan secara

terbuka, dan sering memperhatikan kesejateraan mereka. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran,

program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental

guru, dan lain-lain.

D. Daftar Pustaka

Abdul Halik. (2018). Peran Manajemen Pembelajaran Akidah Akhlak dalam


Pembentukan Akhlakul Karimah
Ahmad Tafsir. (2008). Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Remaja
Rosda Karya
An Nahlawi. (2008). Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema
Insani Pers
Daradjat. (2016). Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah (MTs). HEPI Vol. 20 (1)
Darmiyati Zuchdi. (2016). Model Pembelajaran Akidah Akhlak. Jurnal Penelitiaan dan
Evaluasi Pendidikan Vol. 2 (1)
Daryanto.(2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2009
Harold Koonts dan Cyril. O'Donnel, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta:
Bumi. Aksara, 2001
Ivada, Septiana. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Wonosari.
Jalaluddin. (2001).Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Gafrindo Persada
Moh. Padli. (2018). Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Relegius
Siswa. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Mulyasa. (2007) Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nanang Fattah. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ramayulis. (2004). Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta : Kalam Mulia
Resti Noviyanti. (2021). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Etos Kerja
Guru Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bandar Lampung. El-
Idare Vol. 7 (1)
Sanjaya. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Prenada Media
Syaiful Sagala. (2010).Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai