Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Etika
Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilai untuk tindakan kita, khususnya terhadap orang
lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap sebagai petunjuk untuk memisahkan yang salah dan
yang benar, yang baik dan yang buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikasi-
implikasi penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan pengobatan, disebut
bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang untuk dipetimbangkan, khususnya di
bidang bioteknologi dimana penemuan-penemuan dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang
luas pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya kadang bersifat ambigu,
yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi di
sisi lain dapat dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita harus
dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi maupun bioteknologi. Nasution (1999)
dalam Nalley (2002) mengatakan bahwa sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali seorang
ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di
bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan yang dikuasainya hanyalah sebagian kecil saja dari
ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat perhatian yang
utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi tidak terlepas dari tanggung
jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang
sedang dilakukan manusia menjadi sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan
prinsip-prinsipnya sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala pemikiran tentang
kehidupan, yang bersumber pada akal, budi, filsafat, agama, tradisi, tanpa harus terikat dengan
agama tertentu (Nalley, 2002).
Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah suatu disiplin yang
menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang
akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan
kemanusiaan, dan mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut
Hoenderich Oxford (1995), Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social dari
teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Darmanto (2009) menyimpulkan bahwa
bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan pemecahan masalah dari
konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan
pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang
terkait di dalamnya.
Telah dikemukakan oleh Mukaromah (2010) bahwa terdapat tiga etika dalam bioetika,
yaitu;
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu kelompok
sebagai pegangan bagi tingkah laku
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap
baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai
moral.

B. Pendekatan-pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis pada Bioteknologi


Hipocrates dapat dianggap sebagai tokoh bioetik yang pertama. Beliau menekankan pada
pasien lebih daripada penyakit di dalam praktik pengobatan, memandang nilai individu dan
kesucian kehidupan manusia menjadi hal yang paling penting. Selama bertahun-tahun, para
dokter telah menetapkan aturan untuk mengikuti keyakinan pokok dari sumpah Hipocrates –
“jangan membunuh, untuk membantu, atau paling tidak, tidak membahayakan” – di dalam tugas
mereka kepada pasien dan profesi mereka.
Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah bioteknologi dapat dibagi
menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan utilitarian menurut filosof Skotlandia Jeremy
Bentham dan John Stuart Mill yaitu pendekatan yang menyatakan bawha sesuatu adalah baik
jika ia berguna, dan bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika ia memaksimalkan kesenangan di
antara manusia. Pendekatan kedua adalah pendekatan deontologi menurut filosof Jerman
Immanuel Kant. Pendekatan ini memfokuskan pada perintah tertentu, atau prinsip-prinsip yang
absolut, yang kita harus mengikutinya di luar keharusan. Pendekatan ini sering dikaitkan dengan
keagamaan.
C. Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa etika diperlukan untuk
menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta penerapannya secara teknis, sehingga tujuan
yang menyimpang dan destruktif bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang penting pula perlu
diterapkan aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga
ada mekanisme pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat
kemajuan bioteknologi (Ranika, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan Undang-Undang
terkait dengan Etika dalam bioteknologi.
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Pasal 13 yang mengantisipasi produk
pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman;
3. Keputusan Bersama Menristek, Menkes, dan Mentan Tahun 2004 Tentang Pembentukan
Komisi Bioetika Nasional;
4. UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
IPTEK; Pasal 22 (1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. (2) untuk
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemerintah mengatur
perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan
standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto (), Komisi Bioetik Nasional memiliki tugas
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 antara lain:
a. memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika,
b. memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam penelitian,
pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu pengetahuan hayati,
c. menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika
d. penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta mengkaji dampaknya
pada masyarakat
e. peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-ilmu hayati.
D. Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada Tanaman Transgenik
Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika digunakan pada keseluruhan
organisme dibandingkan sel tunggal. Salah satu manfaat dari adanya rekayasa genetika dan juga
yang menyebabkan kontroversi terbesar adalah adanya produksi dari organisme yang secara
genetic dimodifikasi (GM organism), terutama hasil panen tanaman GM. Tujuan dari
diciptakannya tanaman transgenic adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap
pestisida, penyakit, iklim yang buruk, dan produksi panen yang lebih baik.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang dimodifikasi secara
genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah dari sisi tanaman itu sendiri, apakah ia
akan menjadi tanaman yang lebih baik atau setidaknya tidak bertambah jelek. Kita yang harus
menentukan apakah integritas spesies tersebut penting atau tidak, atau dengan kata lain
menciptakan tanaman yang “lebih baik” lebih diinginkan dibandingkan mempertahankan
tanaman “lama”. Dalam melaksanakan hal ini, kita harus menentukan apakah modifikasi genetic
pada suatu organisme, dalam kasus ini tanaman, akan melanggar kode etik atau tidak. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah apakah dengan adanya tanaman transgenic tersebut akan
mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan biodiversitas.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman transgenik Roundup-
ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh lain adalah tanaman jagung Bt yang
dimodifikasi untuk memproduksi racun dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga dengan
kemampuan memproduksi racun itu tanaman tersebut dapat membunuh larva corn borer yang
sedianya sangat merusak bagi tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut
berinteraksi dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tanaman
jagung Bt juga memproduksi pollen yang beracun bagi kupu-kupu Monarch. Di samping
organisme target yaitu larva corn borer, racun tanaman ini juga berdampak pada serangga non
target yaitu kupu-kupu Monarch. Efek yang dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap
lingkungan juga harus diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya penyerbukan silang tanaman
transgenic dengan tanaman lain, sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru
dan membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan sifatnya yang beracun bagi serangga, hal
lain yang harus diperhatikan dengan adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman tersebut
berbahaya bagi hewan dan manusia.
Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada aspek social dan
ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang lebih baik dengan biaya yang lebih
rendah akan mengubah industri agrikultur dengan drastis (Thieman, 2004).

E. Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell


Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk berkembang menjadi
berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat dibedakan menjadi sel stem embrionik dan sel
stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil dari inner cell mass - suatu kumpulan
sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel stem ini
mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal dan
pada keadaan tertentu dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel yang
terdiferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.
Sel stem dewasa (Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di semua organ tubuh,
terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi melakukan regenerasi untuk mengatasi berbagai
kerusakan yang selalu terjadi dalam kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal
stem cells), sumsum tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical
cord blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam
jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast dan sebagainya., sehingga dapat
dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Lagipula immunogenicity nya rendah, selama
belum meng-alami diferensiasi. Sel stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka
banyak negara lebih mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada berbagai
penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada masalah dan kontroversi etika (Setiawan,
2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah solusi bagi kesehatan
manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu stem sel embrionik dan stem sel dewasa.
Stem sel embrioniklah yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi karena stem sel
embrionik mengambil bagian sel dari embrio, dimana embrio merupakan calon makhluk hidup.
Pada penggunaan sel stem embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang
menyatakan bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati. Penggunaan
embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan membunuh atau aborsi. Embrio
memiliki status sama dengan anak atau manusia karena memiliki genom manusia secara lengkap,
dan berpotensi untuk berkembang menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004)
sel stem embrio secara teoritis dapat digunakan untuk membentuk jaringan lain, dengan
transplantasi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau sakit. Hal ini memberi
kesan menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian, jika dari proses tersebut
memungkinkan untuk melakukan penelitian yang potensial dapat mengobati penyakit pasien.

F. Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning


Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan proses implantasi
dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan dalam perkembangan dan
pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah kelahiran. Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan
ketahanan hidup organisme hasil kloning rendah dan tengah diperdebatkan apakah hasil kloning
manusia secara nyata dapat hidup secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang
peneitian kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika suatu pasangan
memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik kloning, dengan menggunakan sel donor
dari istri, klonnya secara genetik tidak akan menjadi anak perempuan melainkan menjadi
saudara dari istri, seperti saudara kembar yang lahirnya terlambat, dan bukan keluarga dari
suami. Pemikiran secara etis tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana
dengan adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan mengubah
hubungan keluarga.

Bagi pihak yang pro akan adanya kloning, kloning dianggap menguntungkan karena bagi
manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak
dengan cara yang biasa. Memungut anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah
anak orang lain. Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau
ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua adalah dengan kloning
merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab mereka tidak harus menikahi
seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah merupakan suatu anugrah besar bagi
masyarakat bila diciptakan kloning diri sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.

Anda mungkin juga menyukai