Anda di halaman 1dari 3

EPILEPSI

Diagnosis ICD 10 : G40.9 Epilepsy, Tingkat Kemampuan : 3A


unspecified
Anamnesa (Subjective)
Ada tiga langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu:
A. Langkah pertama: memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal merupakan
bangkitan epilepsi. Pada sebagian besar kasus, diagnosis epilepsi dapat ditegakkan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari anamnesis baik auto maupun allo-anamnesis dari
orang tua maupun saksi mata yang lain.
1. Gejala sebelum, selama dan paska bangkitan:
o Keadaan penyandang saat bangkitan: duduk/ berdiri/ bebaring/ tidur/ berkemih.
o Gejala awitan (aura, gerakan/ sensasi awal/ speech arrest).
o Pola/bentuk yang tampak selama bangkitan: gerakan tonik/klonik, vokalisasi,
otomatisme, inkontinensia, lidah tergigit, pucat berkeringat, deviasi mata.
o Keadaan setelah kejadian: bingung, terjaga, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s
paresis.
o Faktor pencetus: alkohol, kurang tidur, hormonal.
o Jumlah pola bangkitan satu atau lebih, atau terdapat perubahan pola bangkitan.
2. Penyakit lain yang mungkin diderita sekarang maupun riwayat penyakit neurologik dan
riwayat penyakit psikiatrik maupun penyakit sistemik yang mungkin menjadi penyebab.
3. Usia awitan, durasi, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan.
4. Riwayat terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap terapi (dosis, kadar OAE,
kombinasi terapi).
5. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga.
6. Riwayat keluarga dengan penyakit neurologik lain, penyakit psikitrik atau sistemik.
7. Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan perkembangan bayi/anak.
8. Riwayat bangkitan neonatal/kejang demam
9. Riwayat trauma kepala, infeksi SSP
B. Langkah kedua: apabila benar terdapat bangkitan epilepsi, maka tentukan bangkitan tersebut
bangkitan yang mana (klasifikasi ILAE 1981).
C. Langkah ketiga: menentukan etiologi, sindrom epilepsi, atau penyakit epilepsi apa yang
diderita pasien dilakukan dengan memperhatikan klasifikasi ILAE 1989. Langkah ini penting
untuk menentukan prognosis dan respon terhadap OAE (Obat Anti Epilepsi).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan
yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
kongenital, kecanduan alkohol atau obat terlarang, kelainan pada kulit, kanker, defisit neurologik
fokal.

Pemeriksaan neurologis:
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologik sangat tergantung dari interval antara
dilakukannya pemeriksaan dengan bangkitan terakhir.
 Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan tampak tanda
pasca iktal terutama tanda fokal seperti todds paresis (hemiparesis setelah kejang yang
terjadi sesaat), trans aphasic syndrome (afasia sesaat) yang tidak jarang dapat menjadi
petunjuk lokalisasi.
 Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran utama
adalah menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi system saraf permanen (epilepsi
simptomatik) dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial.

Pemeriksaan Penunjang : (-)

Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis : Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis.

Diagnosis Banding
 Sinkop
 Transient Ischemic Attack
 Vertigo
 Global amnesia
 Tics dan gerakan involunter

Komplikasi :
 Trauma atau Fraktur
 Gangguan kesehatan mental
Rencana Penatalaksanaan (Plan)

1. Penatalaksanaan
Sebagai dokter pelayanan primer, bila pasien terdiagnosis sebagai epilepsi, untuk
penanganan awal pasien harus dirujuk ke dokter spesialis saraf.

2. Rencana Tindak Lanjut : (-)

Kriteria Rujukan

Bila pasien terdiagnosis sebagai epilepsi, untuk penanganan awal pasien harus dirujuk ke dokter
spesialis saraf.
Prognosis

Prognosis umumnya bonam, tergantung klasifikasi epilepsi yang dideritanya, sedangkan


serangan epilepsi dapat berulang, tergantung kontrol terapi dari pasien.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai