Disusun oleh:
NAMA : DIMAS MAULANA YUSUF
NIM : 195100200111049
KELOMPOK : E2
ASISTEN : 1. ILHAM RIZKI WIDIYONO
2. BEATRICE VITRIA PRIHASTINI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
• Menghitung laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan.
• Membuat grafik perubahan laju respirasi jamur tiram selama penyimpanan.
• Menganalisis susut bobot jamur tiram selama penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Disiapkan
Jamur tiram
Hasil
3.3.2 Pengujian Parameter Perlakuan Susut Bobot
Disiapkan
Jamur tiram
Ditimbang sebanyak 50
gram dan disimpan di
dalam respiration chamber
Jamur Tiram
Dicatat massanya dan disimpan
kembali dalam respiration chambler
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
b) Data Perhitungan
4.1.2 DHP Laju Karbondioksida
a) Data Perlakuan
b) Data Perhitungan
4.1.3 DHP Susut Bobot
a) Perlakuan A1
b) Perlakuan B1
c) Perlakuan C1
d) Perlakuan D1
e) Perlakuan E1
percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil nilai laju respirasi oksigen pada perlakuan A pada
menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 322,1379778 ml/kg.jam) , (60; 257,5333833
ml/kg.jam) , (90; 216,8236389 ml/kg.jam) , (120; 191,1588 ml/kg.jam) , (150; 159,299
ml/kg.jam) , (180; 136,2891444 ml/kg.jam) , (210; 112,39429444 ml/kg.jam) , (240;
78,76450556 ml/kg.jam) , (270; 49,55968889 ml/kg.jam) , (300; 23,89485 ml/kg.jam)].
Selanjutnya nilai laju respirasi oksigen pada perlakuan B pada menit ke 0 hingga 300 yaitu:
[(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 185,8488333 ml/kg.jam) , (60; 118,5892556 ml/kg.jam) , (90;
62,83460556 ml/kg.jam) , (120; 26,54983333 ml/kg.jam) , (150; 10,61993333 ml/kg.jam) ,
(180; 8,84994444 ml/kg.jam) , (210; 8,84994444 ml/kg.jam) , (240; 8,84994444 ml/kg.jam) ,
(270; 8,84994444 ml/kg.jam) , (300; 8,84994444 ml/kg.jam)]. Berikutnya nilai laju respirasi
oksigen pada perlakuan C pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30;
128,3241944) , (60; 79,6495 ml/kg.jam) , (90; 43,36472778 ml/kg.jam) , (120; 15,04490556
ml/kg.jam) , (150; 9,734938889 ml/kg.jam) , (180; 9,734938889 ml/kg.jam) , (210; 8,84994444
ml/kg.jam) , (240; 8,84994444 ml/kg.jam) , (270; 8,84994444 ml/kg.jam) , (300; 8,84994444
ml/kg.jam)]. Kemudian nilai laju respirasi oksigen pada perlakuan D pada menit ke 0 hingga
300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 85,84446111 ml/kg.jam) , (60; 46,90470556 ml/kg.jam) , (90;
20,35487222 ml/kg.jam) , (120; 20,35487222 ml/kg.jam) , (150; 7,96495 ml/kg.jam) , (180;
8,849944444 ml/kg.jam) , (210; 8,849944444 ml/kg.jam) , (240; 8,849944444 ml/kg.jam) ,
(270; 8,849944444 ml/kg.jam) , (300; 8,849944444 ml/kg.jam). Terakhir nilai laju respirasi
oksigen pada perlakuan E pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30;
45,134471667 ml/kg.jam) , (60; 18,58488333 ml/kg.jam) , (90; 8,849944444 ml/kg.jam) , (120;
8,849944444 ml/kg.jam) , (150; 10,6199333 ml/kg.jam) , (180; 10,61993333 ml/kg.jam) , (210;
8,849944444 ml/kg.jam) , (240; 8,849944444 ml/kg.jam) , (270; 8,849944444 ml/kg.jam) ,
(300; 8,849944444 ml/kg.jam)].
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan juga hasil nilai konsentrasi karbondioksida
pada perlakuan A pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0,03%) , (30; 2,2%) , (60; 3,1%) , (90;
4,1%) , (120; 5,1%) , (150; 6,2%) , (180; 6,6%) , (210; 8%) , (240; 9%) , (270; 10,2%) , (300;
11,4%)]. Selanjutnya nilai konsentrasi karbondioksida pada perlakuan B pada menit ke 0
hingga 300 yaitu: [(0; 0,03%) , (30; 1,8%) , (60; 2,8%) , (90; 4,5%) , (120; 5,5%) , (150; 6,1%)
, (180; 6,4%) , (210; 6,8%) , (240; 7,3%) , (270; 7,6%) , (300; 7,9%)]. Berikutnya nilai
konsentrasi karbondioksida pada perlakuan C pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0 ;0,03%) ,
(30; 1,5%) , (60; 2,2%) , (90; 3,7%) , (120; 4,3%) , (150; 4,6%) , (180; 4,8%) , (210; 5,1%) ,
(240; 5,4%) , (270; 5,7%) , (300; 6%)]. Kemudia nilai konsentrasi karbondioksida pada
perlakuan D pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0,03%) , (30; 1,2%) , (60; 2%) , (90; 2,7%)
, (120; 3,2%) , (150; 3,3%) , (180; 3,6%) , (210; 3,7%) , (240; 3,8%) , (270; 4%) , (300; 4,1%)].
Terakhir nilai konsentrasi karbondioksida pada perlakuan E pada menit ke 0 hingga 300 yaitu:
[(0; 0,03%) , (30; 1,1%) , (60; 1,3%) , (90; 1,5%) , (120; 1,6%) , (150; 1,8%) , (180; 2%) , (210;
2,2%) , (240; 2,3%) , (270; 2,6%) , (300; 2,7%)].
Langkah berikutnya yaitu perhitungan laju respirasi karbondioksdia pada jamur tiram yang
𝑣 𝑑𝑥1
diberikan pada perlakuan A sampai E. laju respirasi didapatkan dari rumus: 𝑅1 = 𝑥 . Dari
𝑊 𝑑𝑡
percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil nilai laju respirasi oksigen pada perlakuan A pada
menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 19,73537611 ml/kg.jam) , (60; 46,90470556
ml/kg.jam) , (90; 63,7196 ml/kg.jam) , (120; 81,41948889 ml/kg.jam) , (150; 100,0043722
ml/kg.jam) , (180; 113,2792889 ml/kg.jam) , (210; 129,2091889 ml/kg.jam) , (240;
150,4490556 ml/kg.jam) , (270; 169,9189333 ml/kg.jam) , (300; 191,1588 ml/kg.jam)].
Selanjutnya nilai laju respirasi karbondioksida pada perlakuan B pada menit ke 0 hingga 300
yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 16,19539833 ml/kg.jam) , (60; 40,7097444 ml/kg.jam) , (90;
64,60459444 ml/kg.jam) , (120; 88,49944444 ml/kg.jam) , (150; 102,6593556 ml/kg.jam) ,
(180; 110,6243056 ml/kg.jam) , (210; 116,8192667ml/kg.jam) , (240; 124,7842156 ml/kg.jam)
, (270; 131,8641722 ml/kg.jam) , (300; 137,1741389 ml/kg.jam)]. Berikutnya nilai laju respirasi
dioksida pada perlakuan C pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 13,540415
ml/kg.jam) , (60; 32,74479444 ml/kg.jam) , (90; 52,21467222 ml/kg.jam) , (120; 70,79955556
ml/kg.jam) , (150; 78,76450556 ml/kg.jam) , (180; 83,18947778 ml/kg.jam) , (210; 87,61445
ml/kg.jam) , (240; 92,92441667 ml/kg.jam) , (270; 98,23438333 ml/kg.jam) , (300; 103,54435a
ml/kg.jam)]. Kemudian nilai laju respirasi karbondioksida pada perlakuan D pada menit ke 0
hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam) , (30; 10,88543167 ml/kg.jam) , (60; 28,3198222 ml/kg.jam)
, (90; 41,59473889 ml/kg.jam) , (120; 52,21467222 ml/kg.jam) , (150; 57,524638889
ml/kg.jam) , (180; 61,06461667 ml/kg.jam) , (210; 64,60459444 ml/kg.jam) , (240;
66,37458333 ml/kg.jam) , (270; 69,02956667 ml/kg.jam) , (300; 71,68455 ml/kg.jam)]. Terakhir
nilai laju respirasi oksigen pada perlakuan E pada menit ke 0 hingga 300 yaitu: [(0; 0 ml/kg.jam)
, (30; 10,00043722 ml/kg.jam) , (60; 21,23986667 ml/kg.jam) , (90; 24,7798444 ml/kg.jam) ,
(120; 27,43482778 ml/kg.jam) , (150; 30,08981111 ml/kg.jam) , (180; 33,62978889 ml/kg.jam)
, (210; 37,16976667 ml/kg.jam) , (240; 39,82475 ml/kg.jam) , (270; 43,36472778 ml/kg.jam) ,
(300; 46,90470556 ml/kg.jam)].
Pada pengamatan susut bobot jamur tiram, dilakukan 5 perlakuan. Setiap perlakuan
terdapat 3 parameter pengamatan dengan masing-masing duplo. Pada perlakuan A1
didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan
pengulangan kedua [48,2 ; 47,5 ; 49], sehingga diperoleh rerata 48,23333 dengan susut bobot
3,533333 %. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan
pengulangan kedua [47,9 ; 46,5 ; 48,1], sehingga diperoleh rerata 47,5 dengan susut bobot
5%. Kemudian pada hari ke-3 dengan pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan
kedua [47,5 ; 47,4 ; 48,3], sehingga diperoleh rerata 47,33333 dengan susut bobot 4,533333%.
Pada perlakuan B1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,5 ; 47,6 ; 48,7], sehingga diperoleh rerata
47,93333 dengan susut bobot 4,13333%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,3 ; 48,1 ; 47,6], sehingga diperoleh rerata
47,66666667 dengan susut bobot 4,66666667%. Kemudian pada hari ke-3 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,2 ; 47,8 ; 46,4], sehingga
diperoleh rerata 47,133333 dengan susut bobot 5,733333.
Pada perlakuan B1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,5 ; 47,6 ; 48,7], sehingga diperoleh rerata
47,93333 dengan susut bobot 4,13333%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,3 ; 48,1 ; 47,6], sehingga diperoleh rerata
47,66666667 dengan susut bobot 4,66666667%. Kemudian pada hari ke-3 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,2 ; 47,8 ; 46,4], sehingga
diperoleh rerata 47,133333 dengan susut bobot 5,733333%.
Pada perlakuan C1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,5 ; 48,6 ; 48,5], sehingga diperoleh rerata
48,2 dengan susut bobot 3,6%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan pertama [50
; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [48,1 ; 48,3 ; 47,9], sehingga diperoleh rerata 48,1 dengan
susut bobot 3,8 %. Kemudian pada hari ke-3 dengan pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan
pengulangan kedua [48,1 ; 48,6 ; 47,9], sehingga diperoleh rerata 48,1 dengan susut bobot
3,8%. Terakhir pada hari ke-4 dengan pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan
kedua [48,1 ; 48,6 ; 48,6], sehingga diperoleh rerata 48,43333 dengan susut bobot 3,13333%.
Pada perlakuan D1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,5 ; 47,6 ; 48,7], sehingga diperoleh rerata
47,93333 dengan susut bobot 4,13333%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,3 ; 48,1 ; 47,6], sehingga diperoleh rerata
47,66666667 dengan susut bobot 4,66666667%. Kemudian pada hari ke-3 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,2 ; 47,8 ; 46,4], sehingga
diperoleh rerata 47,133333 dengan susut bobot 5,733333.
Pada perlakuan D1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [48,8 ; 48,9 ; 48,5], sehingga diperoleh rerata
48,73333 dengan susut bobot 2,53333%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan pengulangan
pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [47,6 ; 50 ; 48,1], sehingga diperoleh rerata
48,566666667 dengan susut bobot 2,8666667%. Kemudian pada hari ke-3 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [49,9 ; 46,5 ; 49,1], sehingga
diperoleh rerata 48,5 dengan susut 3%. Terakhir pada hari ke-4 dengan pengulangan pertama
[50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [48,6 ; 48,3 ; 48,1], sehingga diperoleh rerata 48,43333
dengan susut bobot 3,33333%.
Terakhir pada perlakuan E1 didapatkan susut pembobotan pada hari ke-1 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [46,6 ; 49 ; 48,5], sehingga
diperoleh rerata 49 dengan susut bobot 3,93333%. Selanjutnya pada hari ke-2 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [49 ; 48,4 ; 48,6], sehingga
diperoleh rerata 48,53333 dengan susut bobot 2,93333%. Kemudian pada hari ke-3 dengan
pengulangan pertama [50 ; 50 ; 50] dan pengulangan kedua [48,2 ; 49 ; 48,9], sehingga
diperoleh rerata 48,7 dengan susut 2,6%.
20
Konsentrasi O2 (%)
15 A
B
10 C
D
5
E
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Menit
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan
grafik seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa sampel jamur tiram
yang memiliki konsentrasi oksigen yang paling tinggi adalah pada perlakuan A,
sedangkan yang memilki kensentrasi oksigen terendah yaitu pada perlakuan E. Pada
grafik tersebut diketahui juga bahwa pada perlakuan B, C, D, E mengalami
kesetimbangan konsentrasi yang sama pada menit ke 120 sampai akhir. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan konsentrasi
oksigen yaitu berbanding terbalik, semakin lama waktu penyimpnana maka konsentrasi
oksigen akan semakin menurun.
b. Hubungan lama waktu penyimpanan dan laju konsumsi oksigen (ml/kg.jam)
250
A
200
B
150
C
100
D
50 E
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Menit
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan grafik
seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa sampel jamur tiram yang
memiliki laju konsuumsi oksigen yang paling tinggi adalah pada perlakuan A, sedangkan
yang memilki laju konsuumsi oksigen terendah yaitu pada perlakuan E. Pada grafik
tersebut diketahui juga bahwa pada perlakuan B, C, D, E mengalami kesetimbangan
konsentrasi yang sama pada menit ke 150 sampai akhir. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan laju konsumsi
oksigen yaitu berbanding terbalik, semakin lama waktu penyimpnan maka laju konsumsi
oksigen akan semakin menurun.
10
Konsentrasi CO2 (%)
8
A
6 B
C
4
D
2 E
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Menit
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan grafik
seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa sampel jamur tiram yang
memiliki konsentrasi karbondioksida yang paling tinggi adalah pada perlakuan A,
sedangkan yang memilki konsentrasi karbondioksida terendah yaitu pada perlakuan E.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara lama waktu penyimpanan
dengan konsentrasi karbondioksida yaitu berbanding lurus, semakin lama waktu
penyimpnan maka konsentrasi karbondioksida akan semakin tinggi.
200
A
150
B
100
C
50 D
E
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Menit
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan grafik
seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa sampel jamur tiram yang
memiliki laju produksi karbondioksida yang paling tinggi adalah pada perlakuan A,
sedangkan yang memilki laju produksi karbondioksida terendah yaitu pada perlakuan E.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara lama waktu penyimpanan
dengan laju produksi karbondioksida yaitu berbanding lurus, semakin lama waktu
penyimpnan maka konsentrasi karbondioksida akan semakin tinggi.
e. Hubungan lama waktu penyimpanan dan perubahan bobot (g)
49,5
49 A
48,5 B
48 C
47,5 D
47 E
46,5
0 1 2 3 4 5 6
Lama Penyimpanan (hari)
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan grafik
seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa jamur tiram pada semua
perlakuan mengalami kecenderungan penurunan bobot, tetapi pada perlakuan C dan E
mengalami kenaikan bobot pada sehari setelah penyimpanan dan perlakuan A mengalami
kenaikan bobot pada dua haari setelah penyimpanan. Walaupun terdapat sedikit
perbedaan pada semua perlakuan, tetapi dapat disimpulkan bahwa hubungan dari lama
waktu penyimpnanan dengan perubahan bobot yaitu berbanding terbalik, yang artinya
bobot jamur akan turun ketika semakin lama waktu penyimpanan. Perbedaan yang
didapatkan pada praktikum dapat disebabkan karena human error pada saat melakukan
penimbangan sampel.
A
4
B
3
C
2
D
1
E
0
0 1 2 3 4 5 6
Lama Penyimpanan (hari)
Berdasarkan data hasil praktikum yang diplot kedalam bentuk grafik, didapatkan grafik
seperti gambar diatas. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa jamur tiram pada semua
perlakuan mengalami kecenderungan penaikan susut bobot, tetapi pada perlakuan C dan
E mengalami penurunan susut bobot pada sehari setelah penyimpanan dan perlakuan A
mengalami penurunan susut bobot pada dua haari setelah penyimpanan. Walaupun
terdapat sedikit perbedaan pada semua perlakuan, tetapi dapat disimpulkan bahwa
hubungan dari lama waktu penyimpnanan dengan perubahan bobot yaitu berbanding
lurus, yang artinya presentase susut bobot jamur akan turun ketika semakin lama waktu
penyimpanan. Perbedaan yang didapatkan pada praktikum dapat disebabkan karena
human error pada saat melakukan penimbangan sampel.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan cukup baik. Untuk bahan yang digunakan mungkin
dapat divariasikan lebih banyak lagi supaya praktikan mengetahui lebih banyak perbandingan
pengujiannya. Selain itu, mungkin perlu juga untuk praktikum dilakukan secara offline dengan
catatan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, mengingat beberapa praktikum juga
sudah mulai ada yang menerapkan offline.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting DSB, Susilo B, dan Dewi SR. 2018. Pengaruh Perendaman CaCl 2 dan Penyimpanan
Modified Atmospheric terhadap Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus).
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 6(2): 199–206.
Libyawati Wina, Agri Suwandi, Hafidan Agustian. 2017. Rancang Bangun Teknologi Maudified
Atmosphere Storage (Mas) Dengan Kapasitas 4,77 M3. Jurnal Teknologi. 9(2): 103-116.
Muslikhah S. 2013. Penyimpanan Tempe dengan Metode Modifikasi Atmosfer (Modified
Atmosphere) untuk Mempertahankan Kualitas Daya Simpan. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Univerisitas Sebelas Maret.
Pega EP, Bintoro N, dan Saputro AD. 2021. Rekayasa Teknologi Penyimpanan dengan
Atmosfer Termodifikasi untuk Memperpanjang Umur Simpan dalam Penanganan
Pascapanen Tomat. Jurnal agriTECH. 41(3): 246.
Susilo Bambang, Dyah Ayu Agustiningrum, dan Dina Wahyu Indriani. 2016. Pengaruh
Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi (Modified Atmosphere Storage/ MAS) terhadap
Karakteristik Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Agritech. 36(4): 369-378.
Wikström Fredrik, Helén Williams, Jakob Trischler and Zane Rowe. 2019. The Importance of
Packaging Functions for Food Waste of Different Products in Households. Journal
Sustainability. 11(2641): 1-16.
Yuniastri Ratih, Ismawati, dan Rika Diananing Putri. 2018. Mikroorganisme Dalam Pangan.
Jurnal Cemara. 15(2): 15-20.
LAMPIRAN
DHP B2
1. Konsentrasi Oksigen dan Karbondioksida
W jamur: 0.0616 kg
V wadah total: 1080 ml
V jamur: 98.718 ml
V wadah bebas: 981.282 ml
Vbebas/Wjamur: 15929.9 kg/ml
Perlakuan Konsentrasi O2
Menit A (%) B (%) C (%) D (%) E (%)
0 20.2 12.4 9.2 5.9 3.5
30 16.2 8.6 5.3 3.8 1.6
60 12.9 4.8 3.7 1.5 0.5
90 11.6 2.3 1.2 0.8 0.5
120 10 0.7 0.5 0.4 0.5
150 8 0.5 0.6 0.5 0.7
180 7.4 0.5 0.5 0.5 0.5
210 5.3 0.5 0.5 0.5 0.5
240 3.6 0.5 0.5 0.5 0.5
270 2 0.5 0.5 0.5 0.5
300 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5
Perlakuan A1
Hari ke parameter pengamatan
u1 u2 u3 u1 u2 u3
0
1 50 50 50 48.2 47.5 49
2 50 50 50 47.9 46.5 48.1
3 50 50 50 47.5 47.4 48.3
Perlakuan B1
Hari ke parameter pengamatan
u1 u2 u3 u1 u2 u3
0
1 50 50 50 47.5 47.6 48.7
2 50 50 50 47.3 48.1 47.6
3 50 50 50 47.2 47.8 46.4
4
Perlakuan C1
Hari ke parameter pengamatan
u1 u2 u3 u1 u2 u3
0
1 50 50 50 47.5 48.6 48.5
2 50 50 50 48.1 48.3 47.9
3 50 50 50 48.3 47.4 49
4 50 50 50 48.1 48.6 48.6
5
Perlakuan D1
Hari ke parameter pengamatan
u1 u2 u3 u1 u2 u3
0
1 50 50 50 48.8 48.9 48.5
2 50 50 50 47.6 50 48.1
3 50 50 50 49.9 46.5 49.1
4 50 50 50 48.6 48.3 48.1
5
ACC DHP E2 10 November 2021 7.40 PM
Perlakuan E1
Hari ke parameter pengamatan
u1 u2 u3 u1 u2 u3
0
1 50 50 50 46.6 49 48.5
2 50 50 50 49 48.4 48.6
3 50 50 50 48 49.1 48.5
4 50 50 50 48.2 49 48.9
5