Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS PENDAPATAN BANK SYAIAH DAN KONVENSIONAL DI


ERA 4.0

PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:

NIA ANGGRAINI
NIM. 11907005

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYAIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2021-2022


LATAR BELAKANG

Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti


mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
kembali menurut kriteria Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pada tanggal 16 Juli 2008. tertentu kemudian dicari kaitannya
dan ditafsirkan maknanya, dalam menganalisis suatu bank tentunya kita
memerlukan data konkrit dari bank syariah maupun bank konvensional

Bank memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan


ekonomi dan sosial masyarakat suatu negara, dan bank syariah dapat menjadi
alternatif dalam membantu pencapaiannya. Perbankan syariah membutuhkan
landasan hukum dalam operasionalisasinya sehingga dapat memberikan kontribusi
yang maksimum bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah
mengesahkan

Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah


terletak pada prinsip yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan
prinsip bagi hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank konvensional
menggunakan bunga dalam operasi dan berprinsip meraih untung sebesar–
besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah
sedangkan pada bank konvensional tidak ada. Bank syariah dan bank
konvensional agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka harus
mempunyai kinerja keuangan yang baik. Informasi yang disajikan dalam kinerja
keuangan ini dapat digunakan oleh pihak–pihak yang terkait seperti investor,
kreditor, dan pihak–pihak luar perbankan untuk memprediksi kinerja keuangan
yang sebenarnya pada setiap periode, dalam penelitian ini kinerja keuangan yang
dievaluasi dari periode tahun 2008 sampai tahun 2010.

RUMUSAN MASALAH

1. BAGAIMANA MENGANALISIS BANK SYARIAH


2. BAGAIMANA MENGANALISIS BANG KONVENSIONAL
TUJUAN
Sesuai denganpermasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dari penelitian
ini ialah
1. Untuk mengetahui bagaimana menganalisi pendapatan bank
syariah
2. Dapat menganalisis bagaimana mendapatkan pendapatan bank
konvensional
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian
mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan
konvensional antara lain:
1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman
dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.
2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila
ada kelemahan dan kekurangan.
3. Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah
atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.
KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan kantor hasil analisis dan pembahasan menggunakan model
logit menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim
yogyakarta untuk tidak memilih bank syariah dipengaruhi oleh fasilitas layanan
dan lokasi dari pada tingkat bagi hasil,hadiah dan tingkat religiusitas. Hal ini
menunjukan bahwa msyarakat muslim yogyakarta merupakan konsumen yang
rasional yang mempertimbangkan secara rasional menenai fasilitas yang diberikan
dan layanan yang cepat dan tepat serta didukung lokasi yang dapat di jangkau
sehingga dapat menunjang kelancaran dalam bertransaksi.6 Samy meneliti Faktor
faktor yang mempengaruhi minat nasabah menyimpan dana pada bank syariah di
kota surakarta. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dengan menggunakan
model logit menunjukan bahwa bank syariah adalah sebagai perbankan yang
bersifat islami belum terlalu banyak memberikan pengaruh terhadap minat
nasabah untuk menabung,hal ini di pengaruhi oleh faktor bahwa jumlah bank
syariah saat ini masih belum sebanyak bank konvensional.
Berdasarkan hasil analisis san pembahasan menunjukkan bahwa
1. Masyarakat mempunyai sikap positif terhadap lembaga perbankan syariah yang
meliputi atribut jaminan kemana, sistim bagi hasil yang fair, aspek perekonomian,
kesesuaian syariah, jauh dari riba dan berprinsipkan kemitraan.
2. Hasil analisis dengan Chi Square secara keseluruhan menunjukkan tidak ada
perbedaan persepsi masyarakat berdasarkan karakteristik responden di Sleman
Yogyakarta terhadap lembaga Perbankan Syariah.9 Mustafa Ismail Motivasi
Menabng di Lembaga Keuangan Syariah:studi kasus di BPRS kabupaten
Bantul.Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menggunakan metode
deskriftif analitik menunjukkan bahwa motivasi nasabah dalam
memilih/menabung di lembaga keuangan Islamialah
LANDASAN TEORI
Teori Bank Syariah Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa
perancis, dan dari banco dalam bahasa italia, yang berarti peti/lemariatau bangku.
Kata peti atau lemari selalu menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan
benda benda berharga seperti peti emas, peti berlian,peti uang dan sebagainya.
Pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998: Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Kegiatan dan fungsi bank akan selalu berkait dengan
komoditas antara lain:
1. Pemindahan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel,surat order maupun surat surat berharga lainya
4. Membeli dan menjual surat surat berharga
5. Membeli dan menjual cek wesel,surat wesel,kertas dagang
6. Memberi kredit dan
7. Memberi jaminan
Pada dasarnya falsafah perbankan syariah ialah mengacu kepada ajaran
agama Islamyang bersumber kepada Al Quran, Al hadist dan Al Ijtihad.
Sedangkan tujuan syariat Islam sendiri ialah untuk memberikan petunjuk kepada
manusia agar mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Islam melarang
menghalalkan segala cara dalam mengejar kehidupan dunia, oleh sebab itu Islam
memberikan batasan batasan dan aturan kepada manusia dalam kegiatan ibadah
maupun muamalah.
Pengertian Bank Konvensional Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan pengertian
Bank berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 yang menyempurnakan UU No. 7 tahun
1992, Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak.
Sedangkan pendapat lain Dendawijaya,(2009:14) definisi tentang Bank
adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dan (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana
atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Sedangkan
pengertian menurut PSAK No. 31 Tahun 2004 Bank adalah lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari
kegiatan baik adalah kepercayaan masyarakat. Hal simpanan dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit
kepada pihak dalam memerlukan dana.
1. Perbankan Syariah
a. Definisi bank syariah pada dasarnya adalah entitas yang
melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi
keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam
sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah
Atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa
tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta
tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah
untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf
(wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah
dari aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik
dilaksanakan oleh OJK sebagaimana halnya pada perbankan
konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem pengawasan yang
disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.
Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank
syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan
produk yang sesuai dengan prinsip syariah.
Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental karena
hal inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu,
kepatuhan pada prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank
syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan prinsip syariah maka
kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam berkontrak
dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan
syariah yang menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah.
Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran penting adalah Dewan
Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI
yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI
untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank.
Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan
bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan
kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan
memperoleh ijin dari OJK.
Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan
memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang fungsinya ada dua,
pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi advisory
(penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah
suatu aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses
melakukan pengembangan produk yang akan disampaikan kepada
DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam
perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang
fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta
dalam pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah adalah
auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.
b. landasan hukum
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286)
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), Sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas
Undnag-Undnag Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada DPRD dan
Informasi Laporan Penyelenggraan Pemerintah Daerah
kepada Masyarkat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4693);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010 - 2014;
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2016 Nomor 114);
14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun
2016 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Banten Tahun 2016 Nomor 8);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2006 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rancana
Pembangunan Daerah.

2. Perbankan konvensional
a. Definisi perbankan konvensional
Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan prosedur
dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Selain itu
bank syariah hanya akan pada sektor yang halal.
a. landasan hukum
1. Dasar Hukum
Dasar hukum perbankan konvensional ialah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 (UU Perbankan), sedangkan dasar hukum
perbankan syariah ialah Al-Qur’anul Karim, yang
kemudian ketentuan-ketentuan di dalamnya dirumuskan
kembali dalam hukum positif Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Badan hukum
Badan hukum bank umum konvensional dapat
dilihat dalam Pasal 21 ayat (1) UU Perbankan, meliputi:
Perseroan Terbatas, koperasi, dan perusahaan daerah.
Badan hukum bank umum syariah sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 UU Perbankan Syariah ialah hanya dalam
bentuk Perseroan Terbatas.
3. Bunga bank
Dalam perbankan konvensional dikenal bunga bank
dan time value of money. Yaitu, bahwa uang yang
diinvestasikan dapat menghasilkan uang kembali dengan
adanya bunga. Hal ini tidak dikenal dalam perbankan
syariah, dan justr dianggap sebagai riba yang dilarang. Oleh
karena itu, perbankan syariah lebih mengenal sistem bagi
hasil dengan nasabah atas dasar kemitraan. Bagi hasil ini
bisa dilakukan melalui beberapa pilihan akad pembiayaan
seperti mudharabah, musyarakah, dan yang paling sering
dilakukan saat ini yaitu murabahah.
4. Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah
Nasional
Karena lembaga keuangan syariah harus beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, maka pada setiap
lembaga keuangan syariah diwajibkan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang mengawasi serta
memberikan saran bagi lembaga keuangan syariah. DPS
juga memastikan agar kegiatan operasional perbankan
syariah sesuai dengan fatwa yang ditetapkan oleh Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN). DSN
adalah lembaga yang didirikan oleh MUI untuk
memastikan bahwa kegiatan ekonomi Indonesia
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan
memiliki wewenang untuk menetapkan fatwa. Fatwa ini
yang harus diikuti oleh lembaga keuangan syariah di bawah
pengawas DPS. Kedua lembaga tersebut tidak dikenal
dalam perbankan konvensional

Anda mungkin juga menyukai