diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dari dosen
disusun oleh:
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2018
KONFLIK UBER
Jakarta, CNN Indonesia -- Deretan skandal dan pemberitaan buruk mengenai kelakukan
Kalanick rupanya membuat deretan direksi Uber gerah. Kelakuannya bahkan disebut-sebut
sebagai racun perusahaan.
Kalanick telah memimpin Uber sejak pertama didirikan pada 2009. Namun, buruknya
pemberitaan publik mengenai kepemimpinan Kalanick mendorong investor Uber
berkonslidasi untuk meminta perombakan kepemimpinan di Uber. Desakan ini lantas
berujung pada mundurnya Kalanick dari kursi CEO Uber yang diumumkan hari ini (21/6).
Rentetan skandal sekaligus blunder berkali-kali terjadi di perusahaan berbasis di San
Francisco ini. Mulai dari tuduhan pelanggaran data privasi pengguna, konflik Kalanick
dengan supir Uber, hingga pelecehan seksual di lingkungan kantor Uber.
Berikut adalah daftar skandal yang Uber lakukan dalam beberapa waktu terakhir.
1. Budaya Seksisme di Lingkungan Kerja
Seksisme dan diskriminasi gender merupakan kasus paling sering mendera Uber. Kasus
peremehan berdasarkan gender semacam ini pertama kali mencuat saat Kalanick melempar
lelucon bernada seksisme pada sebuah wawancara kepada Esquire.
Kasus berikutnya adalah candaan seksisme oleh anggota direksi Uber bernama David
Bonderman. Candaan itu diutarakan dalam rapat pleno mengenai perombakan kultur
perusahaan melawan aksi pelecahan seksual. Beberapa jam setelah melontarkan lelucon
seksisme itu, Bonderman meminta maaf dan mundur dari jabatannya.
Namun kasus seksisme terbesar yang memukul Uber adalah pengakuan seorang mantan
karyawati bernama Susan Fowler. Pada hari-hari pertama ia bekerja, ia mengaku menerima
pelecehan seksual dari atasannya. Saat ia melaporkan kejadian yang menimpanya, Fowler
malah diabaikan. Dalam blog yang ia tulis, Fowler menuduh Uber memiliki budaya kerja
yang sangat seksisme. Akibat pengakuan Fowler ini, Uber mengadakan investigasi
menyeluruh di tubuh internal mereka.
PENJELASAN
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut
pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Konflik adalah suatu bentuk hubungan interaksi seseorang dengan orang lain atau suatu
kelompok dengan kelompok lain, dimana masing-masing pihak secara sadar, berkemauan,
berpeluang dan berkemampuan saling melakukan tindakan untuk mempertentangkan suatu
isu yang diangkat dan dipermasalahkan antara yang satu dengan yang lain berdasarkan alasan
tertentu.
1. Unsur Terjadinya Konflik
Pada kasus Uber ini, konflik terjadi akibat adanya ketidaksepakatan yang didasarkan pada
harapan perilaku. Contohnya pada salah satu konflik ‘Budaya Seksisme di Lingkungan
Kerja’, karyawan Uber menginginkan perlakuan yang baik dari CEO Uber, Travis Kalanick.
Mereka juga berharap tidak mendapatkan rasisme dan perlakuan seksisme dalam jam kerja
mereka.
2. Jenis Konflik
Berkompetisi
Menghindari konflik
Kompromi
Berkolaborasi
Uber telah mengambil tindakan dalam kasus ini, yaitu kompromi dengan pihak-pihak yang
merasa dirugikan dengan melakukan investigasi dalam internal, akan tetapi setelah itu tidak
ada tanggapan dan tindak lanjut dari kasus ini. Juga pada akhirnya karena terlalu banyaknya
konflik dalam internal Uber, maka Presiden dari Uber pun mengundurkan diri dan di
akuisisinya Uber oleh Grab.
KESIMPULAN
Dari salah satu kasus Uber diatas, yaitu kasus seksisme dalam internal Uber, dapat
disimpulkan bahwa konflik tersebut tidak membawa dampak baik bagi internal Uber dan
hanya menamabah kerugian bagi pihak Uber karena banyaknya karyawan yang resah dan
akhirnya memutuskan untuk resign dari perusahaan. Juga konflik-konflik lain yang
menyebabkan runtuhnya Uber sehingga harus di akuisisi oleh Grab.