Anda di halaman 1dari 14

257-270

GAGASAN PENGGUNAAN METODE OMNIBUS LAW DALAM


PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
(Method Of Ideas For The Use Of Omnibus law In The Formation Of Regional
Regulation)

Supriyadi, Andi Intan Purnamasari


Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Palu
supriyadi@untad.ac.id

Tulisan Diterima: 05-02-2021; Direvisi: 04-06-2021; Disetujui Diterbitkan: 04-06-2021


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2021.V15.257-270

ABSTRAK

Omnibus law menjadi perdebatan dikalangan masyarakat sejak pemerintah mencanangkan


menggunakannya dalam pembentukan undang-undang, pro dan kontra hadir dikarenakan metode
Omnibus law cenderung digunakan oleh negara yang bermatra common law sistem. Namun,
kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja menjadi jawaban bahwa metode ini juga kontekstual dan
relevan untuk digunakan pada civil law sistem. Penelitian ini berfokus untuk menjawab (a) Omnibus
law Dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; (b) Hakekat Peraturan Daerah; (c)
Penggunaan Metode Omnibus law dalam Pembentukan Peraturan Daerah. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui, memahami, dan menganalisa Omnibus law Dalam pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, hakekat Peraturan Daerah, dan merumuskan Penggunaan Metode Omnibus
law dalam Pembentukan Peraturan Daerah. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian yuridis
normatif, dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan metode Omnibus law dapat diimplementasikan terhadap subtansi
materi muatan Peraturan Daerah yang ketentuan pembentukannya didasarkan atas pelaksanaan
undang-undang yang juga dibentuk melalui metode Omnibus law.
Kata kunci: omnibus law; pembentukan; peraturan daerah.

ABSTRACT
Omnibus law has become a debate among the public since the government has announced to use
it in the formation of laws, the pros and cons are present because the Omnibus law method tends
to be used by countries with a common law system. However, the presence of the Job Creation Act
is an answer that this method is also contextual and relevant for use in the Civil law system. This
study focuses on answering (a) the Omnibus law in the formation of Legislation - Invitations; (b) The
nature of regional regulations; (c) Use of the Omnibus law Method in the Establishment of Regional
Regulations. The purpose of this study is to find out, understand, and analyze Omnibus law in the
formation of Legislation - Invitations, the nature of Regional Regulations, and formulate the Use of the
Omnibus law Method in Formation of Regional Regulations. The research method used is normative
juridical research, with a statutory approach and a conceptual approach. The results of the study
show that the use of the Omnibus law method can be implemented on the substance of the content
of Regional Regulations whose provisions for their formation are based on the implementation of the
Law which is also formed through the Omnibus law method.
Keywords: omnibus law; formation; regional regulation.

257
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

PENDAHULUAN pidato kenegaraan pada pelantikan sebagai


Presiden di hadapan sidang MPR pada 20
Latar Belakang
Oktober 2019. OL menjadi fokus presiden
Konsep OL bukan merupakan hal yang dengan tujuan agar dapat menyelesaikan
benar – benar baru dalam dunia pembentukan permasalahan tumpang tindihnya regulasi
peraturan perundang – undangan. Konsep ini dan birokrasi. Harapannya dengan adanya
telah banyak mengilhami para pembentuk OL tersebut dapat memberikan pelayanan
undang – undang di negara – negara yang yang baik bagi masyarakat dan menarik
bermatra anglo saxon (Common law sistym). investor asing berinvestasi di Indonesia.2
Bahkan beberapa negara yang menganut
Jika sedikit menelisik, masuknya
sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law
konsep OL ke Indonesia diorientasikan
Sistym) juga telah menggunakan metode
dalam rangka percepatan investasi dengan
ini, negara – negara tersebut diantaranya :
target mempermudah akses investor asing
Amerika Serikat (The Omnibus Actof June
masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan
1868, The Omnibus Actof February 22,1889),
dengan arahan presiden RI Joko Widodo
Kanada (Criminal Law Amandment Act, 1968-
bahwa akan ada 3 (tiga) undang-undang
69), Philipine (Tobacco Regulation Act of
yang dibuat sebagai bentuk OL. Undang
2003), Argentina, Australia, Austria, Belgium,
– undang tersebut yakni perpajakan, cipta
Canada, Chile, Czech Republic, Denmark,
lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM.
Estonia, Finland, France, Germany, Greece,
Akan tetapi, konsep tersebut mengalami
Hungary, Iceland, Ireland, Israel, Italy, Japan,
pergeseran yang cukup siginifikan, hal ini
Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg,
sangat dipengaruhi oleh keberadaan hukum
Malta ,The Netherlands, New Zealand,
di Indonesia yang seringkali tumpang tindih
Norway, Poland, Portugal, Romania, Russia,
dan terjadi disharmonisasi antar peraturan
Slovak Republic, Slovenia, Spain, Sweden,
perundang – undangan satu dengan lainya.
Switzerland, Taiwan, dan Thailand.1
Disharmonisasi tersebut terjadi secara
Konsep Omnibus law (Selanjutnya horizontal maupun vertikal.3
disebut OL) telah menjadi ide yang terus
Disharmonisasi dan tumpang tindih
dieksplorasi dan digunakan oleh beberapa
antar peraturan perundang – undangan
negara yang menganut faham Civil Law
menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan
System didalam pembentukan perundang
dalam sistem pembentukan hukum di
– undangan. Penggunaan metode OL tidak
Indonesia. Sejak Oktober 2014 hingga 2018
hanya digunakan kepada satu jenis undang
tercatat ada sekitar 7.621 peraturan menteri.
– undang saja melainkan telah merambah ke
undang – undang sektoral lainnya. Di Philipine, Sedangkan jumlah peraturan presiden yang
sejak tahun 2003 telah memberlakukan OL dihasilkan selama empat tahun terakhir
sebagai metode pembentukan peraturan hanya 765 dan pemerintahan peraturan
perundang – undangan, OL digunakan dalam sebesar 452.4 Dari jumlah ini dapat dikatakan
pembentukan Tobacco Regulation Act of bahwa memang jumlah undang-undang
2003 akan tetapi juga mengatur subtansi lain dan regulasi di Indonesia terlalu banyak.
yang berkaitan dengan peristiwa, perbuatan Dengan jumlah ini, menurut Indeks Kualitas
dan keadaan di luar lingkup tembakau. Regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Dunia,
Di Indonesia sendiri, wacana
penggunaan metode OL dilakukan pada tahun 2 Adhi Setyo Prabowo, Andhika Nugraha Triputra,
2019, penggunaan konsep ini dicetuskan and Yoyok Junaidi, “Politik Hukum Omnibus law
Di Indonesia,” Pamator Journal (2020).
oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. 3 Zaka Firma Aditya and Abdul Basid Fuadi,
Joko Widodo ketika menyampaikan dalam “Konseptualisasi Omnibus law Dalam Pemindahan
Ibukota Negara,” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum
15, no. 1 (2021): 745.
1 Agnes Fitryantica, “Harmonisasi Peraturan 4 Ricca Anggraeni and Cipta Indra Lestari
Perundang-Undangan Indonesia Melalui Konsep Rachman, “Omnibus law in Indonesia: Is That the
Omnibus law,” Gema Keadilan (2019): 303 Right Strategy?,” 2020.

258
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

posisi Indonesia selama 1966-2017 selalu dalam pembentukan Perda. Disamping


menduduki peringkat 92 dari 193 negara.5 itupula, secara hirarki peraturan perundang
hyper regulations disebutkan oleh Richard – undangan, kedudukan Perda menjadi
Susskind sebagai Persoalan “bawaan” instrumen hukum yang paling bawah dan
negara hukum.6 dekat dengan lapisan masyarakat, sehingga
benturan disharmonisasi dan tumpang tindih
Hyper regulations membuat negara
pengaturan sangat terbuka lebar.
hukum mengalami kecenderungan terjadinya
disharmonisasi produk hukum, sehingga Lebih lanjut, pembentukan peraturan
pesan dan nilai dari tujuan hukum yang mulia daerah merupakan satu keniscayaan dalam
terus terabaikan yakni kepastian hukum dan rangka penyelenggaraan otonomi daerah,
keadilan. Idealnya suatu hukum memberikan keberadaan peraturan daerah tidak dapat
nilai kepastian dan keadilan bagi masyarakat dipisahkan dalam proses penyelenggaraan
di dalam melakukan aktifitas dalam rangka pemerintahan di daerah. Berbagai kebijakan
menjalankan hak konstitusionalnya yang didaerah kerap kali harus didasarkan atas
dijamin oleh UUD Tahun 1945. Kepastian dan adanya legaliltas hukum dalam bentuk
keadilan merupakan sebuah pencerminan peraturan daerah. Sebagai konsekuensi
kualitas hukum di Indonesia, Gustav skema dari desain desentralisasi, daerah
Radbruch hukum yang baik harus dapat memiliki wewenang dalam hal membentuk
mengandung pengertian bahwa hukum dapat peraturan daerah sesuai bingkai otonomi
membawa suatu kepastian hukum, keadilan daerah. Namun, perlu dicatat dan dipahami
hukum maupun kemanfaatan hukum.7 bersama bahwa konsep daerah otonom
tidaklah sama dengan konsep Negara
Tidak jauh berbeda dengan undang
bagian. C.W. Van Der Pot memahami konsep
– undang, Peraturan Daerah (Perda) juga
otonomi daerah sebagai menjalankan rumah
tidak luput dari problem disharmonisasi.
tangganya sendiri (eigen houshouonding).8
Tercatat ada sekitar 1765 Perda/Perkada
Kabupaten/Kota yang dicabut maupun Jika secara praktik, metode OL telah
direvisi oleh kementerian dalam negeri karena diterapkan dalam pembentukan undang-
bertentangan dengan peraturan perundang – undang, maka secara konsep metode ini
undangan diatas. juga sangat relevan untuk digunakan dalam
pembentukan peraturan daerah. Beranjak
Tulisan ini, mencoba untuk melihat
dari narasi diatas membuat penulis tertarik
dan mengurai penggunaan konsep OL
untuk mendalami lebih jauh, terkait dengan
dalam pembentukan peraturan perundang –
penerapan OL dalam pembentukan peraturan
undangan, namun membatasi diri pada fokus
daerah.
pembentukan peraturan daerah. Alasan
pembatasan ini dilakukan, mengingat OL saat Rumusan Masalah
ini secara praktik telah diberlakukan dalam
Guna memfokuskan lingkup penelitian
pembentukan undang – undang. Sehingga,
ini, permasalahan yang dibahas lebih lanjut
tulisan ini diarahkan dalam batasan lingkup
yakni (a) Bagaimana kedudukan Omnibus law
untuk melihat bagaimana jika OL diterapkan
Dalam pembentukan Peraturan Perundang –
Undangan; (b) Bagaimana Hakekat Peraturan
5 Imawan Riswandha, “Peningkatan Daya Saing:
Daerah; (c) Bagaimana Penggunaan Metode
Pendekatan Paradigmatik-Politis,” Jurnal Ilmu Omnibus law dalam Pembentukan Peraturan
Sosial dan Ilmu Politik (2002) : 84 Daerah.
6 Eka NAM Sihombing and Muhammad Yusrizal
Adi Syaputra, “Implementasi Penggunaan
Kecerdasan Buatan Dalam Pembentukan
Peraturan Daerah,” Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum (2020) : 421
7 Kania Dewi Andhika Putri and Ridwan Arifin,
“Tinjauan Teoritis Keadilan Dan Kepastian Dalam 8 Rudy, Hukum Pemerinthan Daerah Perspektif
Hukum Di Indonesia,” Mimbar Yustitia (2018). : Konstitualisme Indonesia (Bandar lampung:
148 Indepth, 2012), 31

259
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Tujuan didapatkan gambaran dan jawaban terhadap


Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) rumusan permasalahan yang diangka.
untuk mengetahui Omnibus law Dalam
pembentukan Peraturan Perundang – PEMBAHASAN
Undangan; (b) untuk mengetahui, memahami, Omnibus law Dalam Pembentukan
dan menganalisa hakekat Peraturan Daerah;
Peraturan Perundang-Undangan
dan (c) untuk mengetahui, memahami, dan
merumuskan penggunaan Metode Omnibus Penggunaan OL dalam pembentukan
law dalam Pembentukan Peraturan Daerah. peraturan perundang-undangan di
Indonesia telah diperbincangkan secara
Metode Penelitian
mendalam dan komprehensif sejak pidato
1. Pendekatan kenegaraan presiden tahun 2019 dalam
sidang paripurna MPR. Kalangan akademisi
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian yuridis normatif. Dalam maupun prakatisi mencoba menelaah setiap
penelitian ini juga digunakan beberapa sisi dari OL. Bagi negara yang menganut
pendekatan, di antaranya pendekatan sistem hukum common law, metode ini
perundang-undangan (statuta approach) digunakan sejak tahun 1937.11 Secara
dan pendekatan konseptual (conseptual etimologi omnibus berasal dari bahasa latin
approach. Dworkin, menyebut penelitian ini omnis yang artinya banyak. Menurut Henry
dengan istilah penelitian doctrinal (doctrinal Campbell Black dalam Black’s Law
research), yaitu penelitian yang menganalisis Dictionary yang dimaksud dengan omnibus
hukum, baik yang tertulis di dalam buku (law bill adalah “In legislative practice, a bill
as it is written in the book). Dalam penelitian including in one act various separate and
ini bahan kepustakaan dan studi dokumen distinct matters, and particularly one joining
dijadikan sebagai bahan utama.9 a number of different subjects in one
measure in such a way as to compel the
2. Metode Pengumpulan Data executive authority to accept provisions
Teknik pengumpulan data (bahan which he does not approve or else defeat
hukum) yang digunakan dalam penelitian the whole enactment.12
ini adalah studi pustaka dengan melakukan Sementara itu, Aidul Fitriciada Azhari
studi dokumen pada perpustakaan pribadi mengutip pendapat Audrey O’Brian dan Marc
dan juga perpustakaan kampus dan Bosc menjelaskan pada dasarnya OL sebagai
perpustakaan Kanwil Hukum dan Hak Asasi sebuah rancangan yang ditujukan untuk
Manusia Provinsi Sulawesi Tengah. mengubah, mengganti atau memberlakukan
3. Teknik Analisa Data beberapa UU menjadi satu. Dari segi hukum,
kata omnibus lazimnya disandingkan dengan
Dataataubahanhukumyangdikumpulkan kata law atau bill yang berarti suatu peraturan
akan diklasifikasi dan dikategorisasi ke yang dibuat berdasarkan hasil kompilasi
dalam bagiannya masing-masing. Data yang beberapa aturan dengan substansi dan
telah diperoleh kemudian dilakukan analisis tingkatannya berbeda. Menurut Audrey O”
dengan metode kulaitatif yang didasarkan Brien, omnibus law adalah suatu rancangan
pada logika berfikir deduktif. Logika adalah undang-undang (bill) yang mencakup lebih
ilmu dan kecakapan menalar, berfikir dengan dari satu aspek yang digabung menjadi
tepat.10 Lebih lanjut mengelompokkan, satu undang-undang. Sementara bagi
mengukur, dan menguji data tersebut dengan Barbara Sinclair, omnibus bill merupakan
konsep landasan teori, asas, dan peraturan
perundang-undangan yang ada, sehingga 11 Antoni Putra, “Penerapan Omnibus law Dalam
Upaya Reformasi Regulasi,” Jurnal Legislasi
9 Muhammad Abdul Kadir, “Hukum Dan Penelitian Indonesia (2020).
Hukum.,” Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. (2015). 12 Black’s Law Dictionary, “Black’s Law Dictionary
10 Alexander P. Maslow and V. F. Asmus, “Logika,” - Free Online Legal Dictionary,” Black’s Law
The Journal of Philosophy (1949). Disctionary.

260
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

proses pembuatan peraturan yang bersifat negara, pengembangan sistem hukum


kompleks dan penyelesaiannya memakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
waktu lama karena mengandung banyak diantaranya faktor sejarah, sosial maupun
materi meskipun subjek, isu, dan programnya budaya. Olehnya, sistem hukum yang berlaku
tidak selalu terkait.13 Ekawestri Prajwalita pada negara akan mengalami dinamika dan
Widiati menyebutkan OL merupakan pengaruh terhadap kondisi empirikal dari
teknik perancangan yang menggabungkan negara itu sendiri. Pengaruh terhadap sistem
beberapa perundang-undangan dalam satu hukum ini tidak dapat dihindari oleh sistem
paket dengan tujuan untuk meningkatkan hukum itu sendiri. Oleh karena itu, meskipun
aksesibilitas peraturan perundang-undangan. secara empirikal terjadi pengaruh terhadap
Produk hukum tersebut memiliki bentuk yang sistem hukum akan tetapi konsep utama
sama dengan UU lainnya.14 dalam keluarga sistem hukum tetap utuh dan
memberi warna di dalam sistem hukum suatu
Lebih lanjut, Maria Farida Indrati,
negara termasuk sistem hukum nasional
menyebutkan omnibus law adalah metode
(Indonesia).
yang biasa digunakan di negara-negara yang
mengadopsi sistem hukum umum.15 Sistem Indonesia sebagai negara penganut
hukum umum merupakan sistem hukum yang faham sistem hukum civil law tampaknya tidak
menitik beratkan pembentukan peraturan lagi menonjol disuarakan akhir – akhir ini.
perundang – undanganya pada lembaga Pranata hukum yang semulanya lahir dalam
parlemen. Pandangan Maria Farida dapat sistem common law juga mulai diadopsi dalam
dijadikan titik pijakan bahwa pengunaan sistem hukum Indonesia, seperti kehadiran
OL dalam negara – negara yang menganut lembaga Mahkamah Konstitusi tahun 2003,
sistem hukum civil law bukanlah sesuatu yang pranata wali amanat yang berasal dari
bersifat haram. Sebagaimana perkembangan pranata trust, hingga munculnya penggunaan
saat ini, negara – negara common law telah metode OL dalam pembentukan peraturan
mengadopsi mekanisme pengaturan suatu perundang – undangan. Artinya, sistem
objek perbuatan, peristiwa maupun keadaan hukum nasional tidak hanya menggunakan
dalam suatu bentuk hukum tersendiri. Artinya, satu sistem hukum saja, melainkan telah
dalam perkembangan postmoderenisasi telah bermetafor dengan mengambil kebaikan
terjadi pergeseran pemahaman dan praktek dari sistem hukum common law. Sehingga
pembentukan hukum secara simultan antara nampaknya sistem hukum Indonesia berada
sistem common law dengan civil law. pada dua sisi kebaikan dari sistem hukum
yang kemudian dijadikan menjadi satu
Baik common law maupun civil law pada
sistem hukum campuran (hybrid or mixed
dasarnya berada pada satu keluarga sistem
jurisdiction)17
hukum (parent legal sytem). Keluarga sistem
hukum ini merupakan eponymous models. Glens Krutz Hitching memberikan
Dengan demikian, keluarga sistem hukum gambaran penerapan omnibus law ini dalam
dapat dipersamakan dengan sistem – sistem penyusunan regulasi, telah dipraktikkan
hukum utama (major legal systems).16 Major sejak tahun 1970, lebih jelas diterangkan
legal systems dijadikan sebagai pijakan dalam sebagai berikut: “omnibus legislation has
pengembangan sistem hukum diberbagai “proliferated” since the 1970s”. Meskipun
di Indonesia penerapan metode OL dalam
13 Glen S. Krutz, “Tactical Maneuvering on Omnibus proses pembentukan peraturan perundang
Bills in Congress,” American Journal of Political undangan ini baru diterapkan secara khusus
Science (2001). dalam teknik legislatif yang ruang lingkupnya
14 Ekawestri Prajwalita Widiati, “Local Legislative
Drafting In The Unitary States: A Comparison merubah beberapa norma yang berada pada
Between Indonesia And Philippines,” Yuridika undang-undang yang telah diundangkan.
(2013).
15 Fajar Nurhardianto, “Sistem Hukum Dan Posisi
Hukum Indonesia,” TAPIs (2015). 17 Tomy Michael, “Bentuk Pemerintahan Perspektif
16 Shidarta, Hukum Penalaran Dan Penalaran Omnibus law,” Jurnal Ius Constituendum 5, no. 1
Hukum (Yogyakarta: Genta Publishig, 2013), 128 (2020): 159.

261
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Metode OL yang diterapkan dalam sistem cepat sudah saatnya tidak mengarahkan
hukum nasional telah disesuaikan melalui pembentukan hukum pada kodifikasi, karena
beberapa pendekatan pertama dengan metode ini menyebabkan hukum selalu
teori aliran dualisme hukum kedua, teori berjalan di belakang.21
transplantasi hukum, yang pada pokoknya
OL merupakan metode yang lahir bukan
menyelaraskan dengan hierarki ketentuan
dari prinsip kodifikasi melainkan prinsip
peraturan perundang-undangan.18
modifikasi, karena metode ini selain dapat
. Memberi makna terhadap sistem mengharmonisasikan peraturan perundang
hukum nasional penting dilakukan agar – undangan juga dapat menghindari hyper
menjadi pemetaan dalam melihat kedudukan regulations. Jauh daripada itu, OL diarahkan
OL sebagai sebuah metode yang dibawa oleh untuk menuju pada pembentukan kualitas
sistem hukum common law menuju civil law. regulasi (quality of regulation) bukan pada
Dengan beranjak pada narasi sebelumnya kuantitas regulasi (regulatory quantity). I.C.
serta dikuatkan oleh pandangan Maria Farida van der Vlies berpendapat bahwa undang
menunjukan bahwa OL merupakan metode – undang yang lahir dari metode modifikasi
yang legal diberlakukan dan digunakan dalam adalah undang – undang yang mengubah
pembentukan hukum. Secara praktik, OL pendapat hukum dan hubungan sosial.
telah digunakan dalam pembentukan hukum
Telaah Hakekat Peraturan Daerah
nasional, misalnya pembentukan Undang
– Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Lahirnya peraturan daerah yang bersifat
Pemilihan Umum, yang menggabungkan tiga mengatur secara umum tidak bisa dilepaskan
undang – undang kedalam satu undang – dengan desain otonomi daerah. Konsep
undang. otonomi daerah selalu dikaitkan dengan
kebebasan dan kemandirian daerah untuk
Penggabungan tiga undang-undang ke
mengurus urusan rumah tangganya sendiri. 22
dalam satu undang pemilu memberikan pesan
Suatu daerah dipandang otonom ketika
bahwa keberadaan konsep OL telah diadopsi
memiliki kewenangan (authority) dalam
dalam pembentukan undang-undang di
penyelenggaraan pemerintahan terutama
Indonesia. Sejalan dengan konsep negara
untuk menentukan kepentingan daerah.
atas hukum modern (verzorgingsstat),19
Dalam konsep pemisahan kekuasaan
tujuan utama ialah bukan kodifikasi melainkan
(separation of power) yang dipopulerkan oleh
modifikasi terhadap pembentukan peraturan
Montesquieu, menurutnya kekuasaan harus
perundang – undangan. T. Koopmans
dipisah ke dalam fungsinya masing – masing
menyatakan bahwa, pembentuk undang
yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam
– undang dewasa ini tidak lagi berusaha
pengembangannya, pemikiran Montesquieu
ke arah kodifikasi melainkan modifikasi.20
dapat diartikan dalam pemisahan kekuasaan
Senada dengan pandangan T. Koopmans,
secara horizontal dan vertikal. Otonomi
Hamid Attamimi menyebutkan bahwa untuk
daerah merupakan wujud dari pemisahan
menghadapi perubahan dan perkembangan
kekuasaan secara vertikal dalam rangka
kebutuhan masyarakat yang semakin
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pembentukan peraturan daerah tidak
18 Ahmad Ulil, Sakti Lazuardi, and Ditta Chandra
Putri, “Arsitektur Penerapan Omnibus law Melalui bisa dilepaskan dari ilmu perundang –
Transplantasi Hukum Nasional Pembentukan undangan (Gesetzgebungslehre). Namun,
Undang-Undang,” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum dalam penerapan Gesetzgebungslehre tidak
(2020); 3-4
19 Nasarudin Umar, “Konsep Hukum Modern: Suatu
Perspektif Keindonesiaan, Integrasi Sistem 21 Hamid Attamimi, “Materi Muatan Peraturan
Hukum Agama Dan Sistem Hukum Nasional,” Perundang-Undangan,” Jurnal Hukum &
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Pembangunan (2017).
(2014). 22 Fatkhul Muin, “Otonomi Daerah Dalam
20 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang - Undangan Persepektif Pembagian Urusan Pemerintah-
Jenis, Fungsi Dan Materi Muatan (Yogyakarta, Pemerintah Daerah Dan Keuangan Daerah,” FIAT
2007), 3 JUSTISIA:Jurnal Ilmu Hukum (2015).

262
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

dapat dilepaskan dengan ketentuan filsafati dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di
dan sosial. Pendekatan filsafati diarahkan dalam masyarakat (Volksgeemenschapsidee)
untuk mendalami nilai-nilai ideal yang yang telah ada sebelum Negara itu diadakan.24
bersumber dari falsafah negara. Sedangkan Cita negara dirumuskan berdasarkan cita
pendekatan sosial diorientasikan untuk yang hidup dalam masyarakat tadi sebagai
mengalih nilai empirikal dalam masyarakat. hasil suatu refleksi filosofis. Sementara itu,
Pembentukan Perda yang beresensi pada berbeda dengan masyarakat yang terbentuk
nilai mengatur, seyogyanya pula wajib secara alamiah, negara terbentuk melalui
mengelaborasi nilai – nilai filsafati dan sosial. suatu tindakan sadar yang direncanakan
oleh manusia berdasarkan pertimbangan
Lebih lanjut, dalam pembentukan Perda
pertimbangan tertentu. Dilihat dari sudut
terdapat hal yang penting harus diperhatikan
pandang filsafat hukum, rumusan dasar
yakni mengenai ciri relasional dari hukum.
filsafat negara yang terkandung di dalam
Ciri relasional dari hukum berada pada
Pembukaan UUD 1945 itu, meskipun
relasi antar manusia (conditio sine quanon)
berada di luar sistem hukum, akan tetapi
dan alasan keberadaan dari hukum raison
memainkan peranan normatif sebagai
d’etre. Dalam rangka pembentukan Perda
leitsern atau sebagai bintang pemandu
diperlukan suatu landasan atau acuan yang
dalam perumusan norma-norma hukum
juga dikenal sebagai paradigma. Paradigma
yang berada di bawahnya. Sebagai rumusan
adalah suatu parameter atau rujukan yang
cita hukum, norma-norma mendasar dalam
digunakan sebagai dasar berfikir. Paradigma
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
dalam pembentukan peraturan perundang
berbangsa, bernegara Indonesia, Pancasila
– undangan terdiri dari paradigm filosofis,
membimbing arah pembentukan hukum
paradigma yuridis dan paradigm politik.23
dalam masyarakat.
Darisisiparadigmafilosofis,pembentukan
Keseimbangan antara nilai filosofis dan
peraturang perundang – undangan termasuk
peraturan daerah didasarkan pada paradigma sosial menjadi penting dalam pembentukan
peraturan daerah, olehnya dibutuhkan
filosofis. Paradigma ini berkaitan erat dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia yang pembentuk peraturan daerah yang membuka
akses keterlibatan partisipatif masyarakat di
berisi nilai – nilai moral atau etika. Nilai yang
dalam perumusan norma – norma peraturan
baik merupakan pandangan dan cita – cita
yang dijunjung tinggi didalamnya berisi nilai daerah. Esensi dasar dari hukum ialah
kebenaran, keadilan, kesusilaan, dan nilai melindungi hak asasi manusia, karena
lainnya yang dipandang baik. Apapun jenis hukum dibentuk untuk manusia. Olehnya
filsafat hidup bangsa harus menjadi rujukan di kehadiran hukum juga harus memanusiakan
dalam pembetukan hukum yang berlaku pada manusia bukan sebaliknya membatasi dan
bangsa tersebut. Dalam konsteks Indonesia, menghilangkan nilai dasar manusia.25 Olehnya
kesemua nilai kebaikan terakumulasi dalam dibutuhkan dialektika untuk memudahkan
Pancasila sebagai pandangan hidup, cita-cita hadirnya konsep hukum yang melindungi
dan jalan kehidupan (way of life). Pancasila bersama. Sudikno Mertokusumo menyatakan
tidak boleh dilupakan bahwa hukum
sebagai dasar filsafat negara atau ideologi
negara yang terkandung didalam Pembukaan merupakan perlindungan terhadap manusia
Undang – Undang Dasar Negara Republik yang kepentingannya itu selalu berkembang,
Indonesia Tahun 1945. Rumusan Pancasila dinamis, baik jenis maupun jumlahnya.
itu dapat pula disebut sebagai rumusan Dengan demikian hukum harus dinamis
dasar cita Negara (Staatsidee) dan sekaligus
dasar dari cita hukum (Rechtsidee) Negara 24 Astim Riyanto, “Pancasila Dasar Negara
Republik Indonesia. Sebagai cita negara, ia Indonesia,” Jurnal Hukum & Pembangunan
(2007).
25 Mukhamad Luthfan Setiaji and Aminullah Ibrahim,
23 Erlina Diamastuti, “Paradigma Ilmu Pengetahuan “Kajian Hak Asasi Manusia Dalam Negara The
Sebuah Telaah Kritis,” Jurnal Akuntansi Rule Of Law : Antara Hukum Progresif Dan
Universitas Jember 10, no. 1 (2015): 61. Hukum Positif,” Lex Scientia Law Review (2018).

263
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

pula agar dapat mengikuti dan melindungi 8. A failure of congruence between the
perkembangan hukum masyarakat tersebut.26 rules as announced and their actual
Pembentukan Perda diorientasikan untuk administration.28
mengatur aktifitas masyarakat di daerah,
bukan semata – mata sebagai alat legalitas Suatu aturan hukum yang baik apabila
tindakan pemerintahan. Keberlakukan memenuhi delapan kriteria, yaitu berlaku
secara umum, diumumkan, tidak berlaku
suatu hukum tidak dapat dilepaskan dari
surut, disusun dalam rumusan yang dapat
dimensi – dimensi dari yang berada pada
dimengerti, tidak saling bertentangan,
ruang lingkup keberlakukannya. Meuwissen
berbicara mengenai keberlakuan hukum dapat dilakukan secara wajar, tidak mudah
ditinjau dari tiga bentuk yang ketiganya saling berubah, ada kesesuaian antara aturan dan
kait mengkait satu dengan lainnya. Pertama, pelaksanaannya.
keberlakukan sosial atau keberlakuan faktual. Lebih lanjut, AA Oka Mahendra
Keberlakukan ini berkaitan dengan efektivitas sebagaimana dikutip oleh Eka N.A.M
dari kaidah hukum. kedua, keberlakukan Sihombing menyebutkan bahwa peraturan
yuridis yakni keberlakukan kaidah hukum perundang – undangan yang baik harus
kedalam aturan – aturan hukum prosedur atau memenuhi kriteria sebagai berikut:29
formal yang dibentuk oleh organ berwenang. 1. Secara idil mentransformasi nilai
Ketiga, keberlakuan normatif dan moral pancasila;
yakni keberlakukan yang mentitik beratkan 2. Bersumber dari UUD Tahun 1945;
pada legitimasi dari hukum dengan tidak 3. Pembentukannya dilakukan berdasarkan
melepaskan dimensi moral didalamnya.27 asas – asas pembentukan peraturan
Pembentukan aturan hukum yang perundang – undangan;
baik menurut Lon Luvois Fuller setidaknya 4. Materi muatannya memuat asas – asas;
memenuhi 8 (delapan) asas yang dinamakan 5. Responsif terhadap aspirasi masyarakat;
principles of legality, yaitu: 6. Harmonis dengan peraturan perundang
1. A failler to achieve rules at all, so that – undangan diatasnya;
every issue must be decided on an ad 7. Dapat dipahami;
hoc basis. 8. Lengkap;
2. A failure to publicize, or at least to make 9. Dipublikasikan;
available to the affected party, the rules 10. Menggunakan bahasa hukum yang baik
he is expected to observe. dan benar.
3. The abuse of retroactive legislation,
Hans Kelsen menyebutkan, bahwa
which not only can not itself guide action,
hukum positif (peraturan) dikonstruksikan
but under cuts the integrity of rules berjenjang dan berlapis-lapis, peraturan
prospective in effect, since it puts them yang rendah bersumber dari dan tidak boleh
under the threat of retrospective change. bertentangan dengan peraturan yang lebih
4. A failure to make rules understandable. tinggi. Sejalan dengan pandangan diatas,
5. The enactment of contradictory rules. Attamimi menngkonsepsikan struktur hierarki
6. Rules that require conduct beyond the tata hukum Indonesia dengan menggunakan
powers of the affected party. teori Nawiasky, meliputi:
7. Introducing such frequent changes in the 1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila
rules that the subject cannot orient his (Pembukaan UUD 1945).
action by them.

28 Supriyadi, “Kebijakan Penanganan Covid-19 Dari


26 Sudikno Mertokusumo, “Penemuan Hukum Prespektif Hukum Profetik,” Suloh Jurnal Program
Sebuah Pengantar,” Yogyakarta: Liberty (2007). Studi Magister Hukum Edisi Khus (2020): 11
27 Meuwissen, Meuwissen Tentang Pengembangan 29 Sihombing and Adi Syaputra, “Implementasi
Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam
Hukum (Bandung: Reflika Aditama, 2018), 54 Pembentukan Peraturan Daerah.”

264
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh hukum.30 ketiga tujuan tersebut pada


UUD 1945, TAP MPR, dan Konvensi prinsipnya memiliki stratafikasi yang sama,
Ketatanegaraan. namun jika dilihat dari nilai dasar maka
3. Formell gesetz: Undang-undang. keadilan merupakan tujuan yang paling utama,
4. Verordnung en Autonome Satzung: hal tersebut selaras dan senafas dengan
secara hirarkis mulai dari Peraturan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah hingga Keputusan Bupati Dalam pandangan hukum Islam, tujuan
atau Walikota hukum sering dikenal dengan istilah Maqashid
al-syari’ah yakni untuk mewujudkan kebaikan
Struktur yang digambarkan oleh Attamimi sekaligus menghindarkan keburukan, atau
disebut sebagai sistem hukum, sistem menarik manfaat dan menolak mudharat.31
hukum terbentuk dari norma dasar (basic
norm) yang secara simultan mempengaruhi Oleh karena hukum ingin menciptakan
struktur pembentukan hukum di bawahnya. kemaslahatanbagisetiaporang.Dalamrangka
Bangsa Indonesia telah menyepakati bahwa tersebut dibenarkan secara konstitusional
nilai – nilai Pancasila sebagai suatu nilai untuk mengadopsi dan menggunakan
yang diilhami dari kepibadian masyarakat, metode diluar kebiasaan sistem civil law
sehingga nilai inilah yang kemudian menjadi untuk digunakan dalam pembentukan
acuan di dalam pembentukan peraturan peraturan daerah. Ditambah lagi saat ini,
perundang – undangan termasuk peraturan praktik pembentukan peraturan perundang
daerah. – undangan dengan menggunakan metode
OL telah diterapkan di Indonesia, sehingga
Penggunaan Metode Omnibus law dalam membuka peluang yang sangat besar metode
Pembentukan Peraturan Daerah ini diterapkan dalam pembentukan perda.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa Pembentukan peraturan daerah
konsep pembentukan perundang – undang didasarkan atas beberapa hal, yakni: pertama,
dalam sistem hukum civil law kini telah Perda dibentuk atas dasar perintah undang
membuka diri untuk mengadopsi metode – undang. Kedua, Perda dibentuk dalam
yang digunakan dalam sistem hukum lain. rangka menjabarkan lebih lanjut ketentuan
Telah ditegaskan pula bahwa baik sistem undang – undang. Dan ketiga, Perda dibentuk
hukum civil law maupun common law pada atas penyelenggaraan otonomi daerah atau
prinsipnya berada pada rumpun keluarga kebutuhan daerah. Ketiga hal ini menjadi
sistem hukum, sehingga penyatuan metode dasar pembentukan perda sesuai dengan
dari kedua sistem hukum ini di dalam amanat Undang – Undang Nomor 12 tahun
pembentukan peraturan perundang – 2011 sebagaimana telah diubah dengan
undangan bukanlah sebuah keniscayaan. Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019
Pembentukan peraturan daerah pada (Selanjutnya ditulis UUP3).
hakekatnya bukan semata diarahkan untuk
melegitimasi tindakan pemerintahan, akan Secara konstitusional, diatur
tetapi jauh daripada itu hakekat lahirnya mengenai kewenangan daerah untuk
suatu peraturan daerah ditujukan untuk membentuk peraturan daerah dalam rangka
memberikan perlindungan dan membawa penyelenggaraanpemerintahandaerah.Pasal
kemaslahatan bagi setiap warga negara. 18 Ayat (2) UUD Tahun 194532 menegaskan
Peraturan yang baik, ialah peraturan yang
membawa kemaslahatan bagi setiap orang. 30 Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan
Dan Kemanfaatan Dalam Kaitannya Dengan
Gustav Radbruch menyebutkan bahwa Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga,” Jurnal
tujuan mulia dari hukum ialah mencapai Dinamika Hukum (2014).
keadilan, kemanfaatan dan kepastian 31 Ghofar Shidiq, “Teori Maqashid Al-Syari’ah Dalam
Hukum Islam,” Majalah Ilmiah Sultan Agung
(1970): 118
32 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Republik Indonesia,
1945).

265
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

“Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah istrumen pembangunan dalam meningkatkan


Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus kesejahteraan rakyat di daerah.
sendiri urusan pemerintahan menurut asas
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-
otonomi dan tugas pembantuan”. Kemudian
Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana
dalam ketentuan Pasal 18 Ayat (6) kembali
diubah dengan Undang-Undang Nomor
ditegaskan mengenai wewenang daerah
15 Tahun 2019 Perda merupakan jenis
dalam membentuk peraturan daerah
peraturan yang berada dilevel terendah
“pemerintahan daerah berhak menetapkan
dalam sistem hirarki peraturan perundang-
peraturan daerah dan peraturan-peraturan
undangan, sehingga membuat lingkup materi
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
muatan cukup banyak akan tetapi fleksibilitas
pembantuan”.
yang terbatas dikarenakan harus sejalan
Pasal 16 Ayat (3) Peraturan Menteri dan sesuai dengan ketentuan perundang-
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 undanngan di atasnya.
tentang perubahan atas peraturan menteri
Kembali menegaskan sebagaimana telah
dalam negeri nomor 80 tahun 2015 tentang
diuraikan sebelumnya, bahwa ada sekitar
Pembentukan Produk Hukum Daerah
1765 Perda/Perkada Kabupaten/Kota yang
menegaskan bahwa ketentuan lebih
dicabut maupun direvisi oleh Kementerian
lanjut mengenai tata cara penyusunan
Dalam Negri karena bertentangan dengan
Propemperda Provinsi diatur dengan Perda
peraturan perundang-undangan. Data ini
Provinsi Pendelegasian pembentukan Perda
mengkonfirmasi bahwa harmonisasi dan
tentang tata cara perencanaan penyusunan
singkronisasi perda kita masih sangat
Propemperda merupakan justifikasi atas
rendah. Paling tidak ada beberapa
hipotesis bahwa regulasi yang dibentuk oleh
faktor yang mempengaruhi hal ini terjadi,
pemerintah pusat belum memadai dijadikan
diantaranya: tidak cermat dalam penentuan
pedoman bagi pemerintah daerah dan DPRD
judul perda yang akan masuk Prolegda,
dalam menyusun Propemperda.33
lemahnya partisipasi masyarakat dan proses
Konsekuensi dari pelaksanaan prinsip pembentukan yang tidak memperhatikan
otonomi daerah, yang kemudian membagi beberapa ketentuan peraturan perundang-
kewenangan pemerintah dengan pemerintah undangan terkait.
daerah, bersamaan pula dengan pembagian
Lebih lanjut bahwa dalam pembentukan
atas wewenang mengurus segala urusan
Perda, selain untuk penyelenggaraan otonomi
yang wajib maupun pilihan. Kewenangan
daerah juga terdapat perintah melaksanakan
daerah terjabarkan secara komprehensif
lebih lanjut ketentuan undang-undang. Dalam
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
konteks pelaksanaan lebih lanjut ketentuan
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
undang-undang ini, metode OL dapat
telah diubah beberapa kali terakhir dengan
digunakan dalam pembentukan peraturan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
perundang-undangan terlebih lagi perda
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor
yang dibentuk menyangkut dengan subtansi
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
undang-undang yang dibuat dengan metode
Layaknya fungsi setiap instrumen
OL, misalnya: terkait ketenagakerjaan, pajak,
hukum, Perda juga memiliki fungsi, yakni:
dan investasi. Terhadap fenomena yang oleh
pertama, sebagai instrument hukum dalam
undang -undang diatur dengan menggunakan
menjalankan otonomi daerah. Kedua, sebagai
skema OL, idealnya perda yang dibentuk
peraturan pelaksana dari undang-undang.
oleh daerah juga menggunakan metode
Ketiga, sebagai pengaturan dan penampung
OL. Sebagai contoh yakni Undang-Undang
kekhususan daerah. Dan keempat, sebagai
Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Undang-undang ini dalam pembentukannya
33 Asri Lasatu, “Urgensi Peraturan Daerah Tentang menggunakan metode OL dengan
Program Pembentukan Peraturan Daerah menggabungkan beberapa UU kedalam
Terhadap Kinerja DPRD,” Jurnal Ilmiah Kebijakan satu UU saja. Sehingga dengan adanya
Hukum (2020); 206

266
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

UU ini secara langsung mempengaruhi terbawah juga sebagai intrumen pelaksana


lingkup dan materi muatan perda yang akan dari ketentuan UU diatasnya. Pola hubungan
dibentuk. Adapun UU yang berkaitan dengan antara subtansi UU dengan Perda merupakan
kewenangan daerah dijadikan satu terdiri pola yang simetris dan selaras. Karena Perda
dari: merupakan bagian dari sistem hukum dan
sistem norma hukum maka selayaknya Perda
harus dapat mencerminkan satu kekuatan
No Undang – Undang Ket
1. Kehutanan dan Perkebunan Berkaitan Dengan
hukum yang selaras dengan peraturan
Urusan Pilihan perundang-undangan lainnya. Sistem adalah
2 Kesehatan Berkaitan Dengan suatu kebulatan atau keseluruhan yang
Urusan Wajib terorganisasi dan kompleks, suatu himpunan
dalam pelayanan atau perpaduan ha-hal atau bagian yang
dasar
membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan
3 Ketenagakerjaan Berkaitan Dengan
Urusan Wajib
yang kompleks. Meskipun Perda dalam
bukan dalam ketentuan UUP3 berada pada level bawah,
pelayanan dasar akan tetapi proses pembentukan dan materi
4 Pariwisata dan Kebudayaan Berkaitan Dengan muatan perda pada dasarnya mirip dengan
Urusan Pilihan undang-undang. Dari sisi lembaga yang
5 Penanaman Modal dan Berkaitan Dengan membentuk Perda juga memiliki kemiripan
Investasi Urusan Wajib
bukan dalam fungsi dengan lembaga pembentuk undang-
pelayanan dasar undang yakni lembaga yang menjalankan
6 Pendidikan Berkaitan Dengan fungsi legislatif dan fungsi eksekutif.
Urusan Wajib
dalam pelayanan Kedudukan daerah sebagai wilayah
dasar hukum dalam konteks negara kesatuan
7 Perikanan dan Kelautan Berkaitan Dengan Republik Indonesia, sehingga dibutuhkan
Urusan Pilihan adanya produk hukum yang juga selaras
8 Pertanian dan Peternakan Berkaitan Dengan dengan UU di atasnya dalam rangka
Urusan Pilihan
menjalankan otonomi daerah.34 Tidak
9 Komunikasi dan Informatika Berkaitan Dengan
Urusan Wajib dapat dikesampingkan bahwa Perda
bukan dalam adalah instrument yang penting dalam
pelayanan dasar pengegelolaan dan penataan pemerintah
10 Perumahan dan Pemukiman Berkaitan Dengan daerah dalam hal mengatur setiap lini dan
Urusan Wajib
sektor yang menjadi wewenang pemerintah
dalam pelayanan
dasar daerah. Perda memberikan legalitas hukum
Sumber: diolah penulis dari UU Cipta Kerja yang kuat bagi pemerintah daerah untuk
bertindak dalam rangka penyelenggaraan
Beranjak dari ketentuan diatas, proses pemerintahan daerah guna mencapai
pembentukan perda dapat menggunakan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. Oleh
OL dengan menggabungkan beberapa karena itu, subtansi perda menjadi hal
ketentuan subtansi yang sama dengan penting mengingat kedudukan perda dalam
konsep OL pada UU Cipta Kerja. Sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah juga
ada kesesuaian dan keselarasan antara sangat penting dan strategis. Dalam upaya
konsep UU Cipta Kerja dengan peraturan menghadirkan Perda yang harmoni dan
daerah. Dengan demikian, pembentukan selaras dalam bingkai sistem hukum maka
produk hukum di daerah khususnya Perda dibutuhkan metode OL yang dipandang
akan semakin efisien dan efektif serta besar mampu menghadirkan efektifitas dan efisiensi
kemungkinan terhindar dari disharmonisasi pembentukan perda.
dengan ketentuan UU diatasnya.
Perda selain sebagai jenis peraturan
perundang – undang yang berada pada level
34 Muhammad Suharjono, “Pembentukan Peraturan
Daerah Yang Responsif Dalam Mendukung
Otonomi Daerah,” DiH: Jurnal Ilmu Hukum (2014).

267
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

Sebagaimanatelahdiuraikansebelumnya memberikan support kepada penulis untuk


bahwa metode OL telah digunakan dalam menyelesaikan artikel ini.
praktek pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia, sebelum lahirnya
UU Cipta Kerja, praktek pembentukan UU DAFTAR PUSTAKA
dengan metode OL telah dilakukan dalam
pembentukan UU Pemilu. Fakta empirik ini Abdul Kadir, Muhammad. “Hukum Dan
menunjukkan bahwa keberadaan metode Penelitian Hukum.” Bandung : PT. Citra
OL dalam sistem pembentukan perundang- Aditya Bakti. (2015).
undangan Indonesia bukanlah sesuatu yang
Aditya, Zaka Firma, and Abdul Basid Fuadi.
baru melainkan telah ada dan dilakukan
“Konseptualisasi Omnibus law Dalam
di dalam pembentukan hukum kita. Perda
sebagai bagian dari sistem hukum dan Pemindahan Ibukota Negara.” Jurnal
memiliki fungsi yang serupa dengan undang- Ilmiah Kebijakan Hukum 15, no. 1 (2021):
undang, juga sangat tepat jika menggunakan 745.
metode OL di dalam pembentukannya oleh Anggraeni, Ricca, and Cipta Indra Lestari
pemerintah daerah. Rachman. “Omnibus law in Indonesia: Is
That the Right Strategy?,” 2020.
PENUTUP
Attamimi, Hamid. “Materi Muatan Peraturan
Kesimpulan
Perundang-Undangan.” Jurnal Hukum &
Berdasarkan pembahasan diatas dapat Pembangunan (2017).
disimpulkan sebagai berikut: Pertama; Black’s Law Dictionary. “Black’s Law Dictionary
secara konseptual metode omnibus law - Free Online Legal Dictionary.” Black’s
dapat digunakan dalam pembentukan
Law Disctionary.
peraturan perundang-undangan di Indonesia
yang menganut faham civil law system. Diamastuti, Erlina. “Paradigma Ilmu
Kedua; Perda merupakan instrumen yuridis Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis.”
dalam penyelenggaraan otonomi daerah Jurnal Akuntansi Universitas Jember 10,
yang pembentukannya harus selaras no. 1 (2015): 61.
dengan peraturan perundang-undangan. Fitryantica, Agnes. “Harmonisasi Peraturan
Ketiga; penggunaan metode omnibus law Perundang-Undangan Indonesia Melalui
dalam pembentukan Perda dapat dilakukan Konsep Omnibus law.” Gema Keadilan
terhadap subtansi materi muatan Perda yang (2019).
ketentuan pembentukannya berdasarkan
pelaksanaan atas undang-undang yang Krutz, Glen S. “Tactical Maneuvering on
dibentuk dengan metode OL. Omnibus Bills in Congress.” American
Journal of Political Science (2001).
Saran
Lasatu, Asri. “Urgensi Peraturan Daerah
Untuk memaksimalkan proses Tentang Program Pembentukan
pembentukan peraturan daerah dengan Peraturan Daerah Terhadap Kinerja
metode omnibus law maka perlu untuk DPRD.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum
memasukan ketentuan pasal di dalam UUP3 (2020).
sebagai dasar penggunaan metode omnibus
law. Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang -
Undangan Jenis, Fungsi Dan Materi
UCAPAN TERIMA KASIH Muatan. Yogyakarta, 2007.
Penulis memanjatkan puji dan syukur Maslow, Alexander P., and V. F. Asmus.
kepada Allah SWT atas segala nikmat yang “Logika.” The Journal of Philosophy
diberikan. Dan sholawat serta salam selalu (1949).
tercurahkan kepada Nabu Muhammad SAW.
Dan tak lupa pula penulis ucapkan terima Mertokusumo, Sudikno. “Penemuan Hukum
kasih kepada rekan – rekan dosen fakultas Sebuah Pengantar.” Yogyakarta: Liberty
hukum Universitas Tadulako yang telah (2007).

268
Gagasan Penggunaan Metode Omnibus Law
Supriyadi, Andi Intan Purnamasari

Meuwissen. Meuwissen Tentang Sihombing, Eka NAM, and Muhammad


Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Yusrizal Adi Syaputra. “Implementasi
Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum. Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam
Bandung: Reflika Aditama, 2018. Pembentukan Peraturan Daerah.” Jurnal
Michael, Tomy. “Bentuk Pemerintahan Ilmiah Kebijakan Hukum (2020).
Perspektif Omnibus law.” Jurnal Ius Suharjono, Muhammad. “Pembentukan
Constituendum 5, no. 1 (2020): 159. Peraturan Daerah Yang Responsif
Muin, Fatkhul. “Otonomi Daerah Dalam Dalam Mendukung Otonomi Daerah.”
Persepektif Pembagian Urusan DiH: Jurnal Ilmu Hukum (2014).
Pemerintah-Pemerintah Daerah Supriyadi. “Kebijakan Penanganan Covid-19
Dan Keuangan Daerah.” FIAT Dari Prespektif Hukum Profetik.” Suloh
JUSTISIA:Jurnal Ilmu Hukum (2015). Jurnal Program Studi Magister Hukum
Nurhardianto, Fajar. “Sistem Hukum Dan Edisi Khus (2020).
Posisi Hukum Indonesia.” TAPIs (2015). Ulil, Ahmad, Sakti Lazuardi, and Ditta Chandra
Prabowo, Adhi Setyo, Andhika Nugraha Putri. “Arsitektur Penerapan Omnibus law
Triputra, and Yoyok Junaidi. “Politik Melalui Transplantasi Hukum Nasional
Hukum Omnibus law Di Indonesia.” Pembentukan Undang-Undang.” Jurnal
Pamator Journal (2020). Ilmiah Kebijakan Hukum (2020).
Putra, Antoni. “Penerapan Omnibus law Umar, Nasarudin. “Konsep Hukum Modern:
Dalam Upaya Reformasi Regulasi.” Suatu Perspektif Keindonesiaan,
Jurnal Legislasi Indonesia (2020). Integrasi Sistem Hukum Agama Dan
Putri, Kania Dewi Andhika, and Ridwan Sistem Hukum Nasional.” Walisongo:
Arifin. “Tinjauan Teoritis Keadilan Dan Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
Kepastian Dalam Hukum Di Indonesia.” (2014).
Mimbar Yustitia (2018). Widiati, Ekawestri Prajwalita. “Local
Riswandha, Imawan. “Peningkatan Daya Legislative Drafting In The Unitary States:
Saing: Pendekatan Paradigmatik- A Comparison Between Indonesia And
Politis.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Philippines.” Yuridika (2013).
Politik (2002). Wijayanta, Tata. “Asas Kepastian Hukum,
Riyanto, Astim. “Pancasila Dasar Keadilan Dan Kemanfaatan Dalam
Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan
Negara Indonesia.” Jurnal Hukum &
Pengadilan Niaga.” Jurnal Dinamika
Pembangunan (2007).
Hukum (2014).
Rudy. Hukum Pemerinthan Daerah Perspektif
Konstitualisme Indonesia. Bandar Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Republik
lampung: Indepth, 2012.
Indonesia, 1945.
Setiaji, Mukhamad Luthfan, and Aminullah
Ibrahim. “Kajian Hak Asasi Manusia
Dalam Negara The Rule Of Law : Antara
Hukum Progresif Dan Hukum Positif.”
Lex Scientia Law Review (2018).
Shidarta. Hukum Penalaran Dan Penalaran
Hukum. Yogyakarta: Genta Publishig,
2013.
Shidiq, Ghofar. “Teori Maqashid Al-Syari’ah
Dalam Hukum Islam.” Majalah Ilmiah
Sultan Agung (1970).

269
JIKH Vol. 15, No. 2, Juli 2021: 257-270
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5

HALAMAN KOSONG

270

Anda mungkin juga menyukai