Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

PENGARUH RANSUM YANG BERBEDA PADA ITIK JANTAN TERHADAP JUMLAH


LEUKOSIT DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT

Effect On Differential Rations Duck Male To Total Leukocytes And The Differential Leukocyte

Bayu Eko Saputroa, Rudy Sutrisnab, Purnama Edy Santosab, Farida Fathulb
a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail : bayubes@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine: 1) the number of leukocytes and the differential leukocyte drake by
different rations; 2) the number of leukocytes and the differential leukocyte drake best with different
ration. The research was conducted in September-December 2015 Integrated Laboratory, Faculty of
Agriculture, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This study
uses a group design (RK). Grouping based on body weight with a weight range K1: 150-175 grams; K2:
176-200 grams; K3: 201-225 grams, and K4: 300-325 grams with level 4 treatments. Number of male
ducks are used as many as 48 ducks males to 16 the number of plots so that each plot enclosure contains
tigat male ducks. Data were collected at 10% of the number of ducks that exist in each treatment in each
group. The data were analyzed by analysis of variance on the real level of 5% or 1% and continued with
Duncan test for the value of the variance analysis showed significantly different results. The treatment is
given in the form of rations drake 1, Ration 2 Ration 3 Ration 4 which has a different nutrient content so
it can be the best diet to determine the level of normal leukocytes and leukocytes diferensial. The
variables in this study are the leukocytes and the differential leukocytes include lymphocytes, monocytes,
heterophile, eosinophils. The results showed that different ration was not significant (P> 0.05) and (P>
0.01) to the number of leukocytes and diferensial leukocytes.

Keywords: Ducks Males, Leukocyte, Rations

PENDAHULUAN kelebihan. Mendapatkan hasil yang optimal


maka ransum untuk itik harus sesuai dengan
Itik merupakan ternak unggas yang kebutuhannya, baik secara kualitas maupun
sangat populer di kalangan masyarakat karena kuantitasnya. Dalam ransum terdapat
itik sudah begitu akrab dengan kehidupan kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh
masyarakat dan banyak dipelihara. Itik untuk pertumbuhan dan sistem imun tubuh,
Mojosari adalah itik lokal yang digemari sehingga sistem imunitas tubuh dapat
konsumen karena telur dan dagingnya. Itik meningkat. Meningkatnya sistem imun dapat
lokal ini memiliki daya tahan tubuh yang jika dilihat dari gambaran darah yang terlihat pada
dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Pada itik. Gambaran darah merupakan salah satu
peternakan itik, itik betina yang dikembangkan parameter dari status kesehatan hewan karena
sebagai itik petelur sedangkan itik jantan darah mempunyai fungsi penting dalam
sebagai itik pedaging. Produktivitas itik pengaturan fisiologis tubuh.
dipengaruhi oleh kualitas ransum dan kesehatan Kondisi darah dipengaruhi oleh
itik. Daya tahan tubuh itik terhadap penyakit kandungan nutrien dalam ransum yaitu salah
dapat meningkat seiring dengan kualitas ransum satunya protein karena hampir 50% dari berat
yang baik diberikan pada itik. kering suatu sel hewan adalah protein.
Ransum merupakan bahan pakan yang Kesehatan itik tergambar pada kondisi darah
telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai yang tercermin dengan leukosit pada itik.
jenis bahan dengan komposisi tertentu. Ransum Peningkatan dan penurunan jumlah leukosit
yang diberikan oleh peternak biasanya dibuat dalam sirkulasi darah dapat diartikan sebagai
berdasarkan usaha coba-coba sehingga kurang hadirnya agen penyakit, peradangan, penyakit
efisien karena ada kemungkinan kandungan autoimun, sehingga perlu diketahui gambaran
nutriennya kurang mencukupi atau bisa normal leukosit pada itik. Oleh karena itu perlu

176
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

dilakukan kajian tentang pemberian ransum pada 10% dari jumlah itik yang ada pada setiap
dengan kandungan nutrien yang berbeda yang perlakuan di masing-masing kelompok.
tepat untuk melihat gambaran leukosit dalam Perlakuan tersebut terdiri dari:
menentukan kesehatan itik. R1 : ransum 1
R2 : ransum 2
MATERI DAN METODE R3 : ransum 3
R4 : ransum 4
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam Peubah yang Diamati
penelitian ini antara lain : kandang yang terbuat Jumlah leukosit, menurut Agustyas et al.
dari besi dan jaring untuk membuat sekat-sekat; (2014), perhitungan jumlah leukosit dilakukan
tempat ransum dan tempat air minum yang dengan cara menggunakan rumus sebagai
terbuat dari bahan plastik sebanyak 16 buah; berikut:
hand sprayer; spuit digunakan untuk mengambil
darah itik dengan ukuran 5cc, tabung EDTA
digunakan untuk menampung darah,
thermohygrometer untuk mengukur suhu dan
kelembapan udara kandang; alat pembuat Diferensial leukosit, perhitungan
crumbleransum itik; mesin giling tepung diferensial leukosit menurut Sastradipradja et al
peralatan analisis proksimat dan alat tulis dan .(1989). Diferensial leukosit terdiri dari :
kertas untuk mencatat data yang diperoleh ; 1. Limfosit, limfosit adalah leukosit agranulosit
timbangan analitik untuk mengukur jumlah dan merupakan leukosit terbanyak didalam
pakan yang diberikan pada itik. darah unggas, mempunyai ukuran dan bentuk
Bahan-bahan yang digunakan pada bervariasi (Sturkie dan Griminger, 1976).
penelitian ini yaitu sebagai berikut: 2. Eosinofil, eosinofil merupakan sel darah
(a) Itik Mojosari jantan sebanyak 48 ekor putih yang sitoplasmanya bergranula berwarna
dengan umur 11 hari yang diproduksi oleh CV. eosin (Tizzard, 1982).
Eko Jaya. (b) Ransum, ransum yang digunakan 3. Monosit, monosit merupakan sel darah putih
berupa campuran dari bahan-bahan pakan yang yang menyerupai heterofil, bersifatfagositik
meliputi dedak, tepung jagung, ampas tahu, yaitu kemampuan untuk menerkam material
tepung ikan, mineral, molases, minyak sawit, asing, seperti bakteria(Frandson, 1992).
lisin, metionin. Kemudian tersusun ada 4 4. Heterofil, heterofil mempunyai aktivitas
macam ransum perlakuan perlakuan. (c) Kapas, amuboid dan sifat fagositosis untuk
alkhohol merupakan bahan dalam pengambilan mempertahankan tubuh melawan infeksi benda
darah itik. asing seperti virus dan partikel lain.

Tabel 1. Kandungan nutrien dalam ramsum HASIL DAN PEMBAHASAN


perlakuan
1 . Jumlah Leukosit
Hasil analisis (%) Leukosit adalah komponen aktif sistem
Nama pertahanan tubuh yang dibentuk sebagian di
bahan Kadar Protein Lemak Serat
Abu dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di
air kasar kasar kasar
dalam organ limfoid seperti timus, burasa
R1 88.17 15.40 8.01 12.66 8.55 fabriscius pada unggas, dan limpa. Leukosit
R2 87.50 17.99 7.35 12.52 7.86 mampu keluar dari pembuluh darah dan menuju
R3 88.80 20.64 9.85 14.99 8.06 ke jaringan-jaringan yang membutuhkan
R4 88.30 21.32 8.56 12.88 8.96 (Ganong, 1996).
Sumber : Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Nutrisi Kesehatan ternak merupakan salah satu
dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak,
Universitas Lampung (2015)
dan salah satu yang berpengaruh pada kesehatan
tersebut adalah leukosit. Gambaran leukosit dari
Metode
seekor ternak dapat dijadikan sebagai salah satu
Metode eksperimental digunakan dalam
indikator terhadap penyimpangan fungsi organ
penelitian ini adalah Rancangan Kelompok
atau infeksi agen infeksius, dan benda asing
(RK), pengelompokan berdasarkan bobot tubuh
serta untuk menunjang diagnosa klinis
dengan kisaran bobot K1 : 150-175 gram; K2 :
(Frandson, 1992).
176-200 gram; K3 : 201-225 gram, dan K4 :
Rata – rata jumlah leukosit pada masing-
300-325 gram. Pengambilan data dilakukan
masing perlakuan berada pada kisaranabnormal,

177
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

hal ini diduga karena nutrien yang tercerna pada dibutuhkan juga rendah sehingga antibodi yang
ransum perlakuan diduga tidak seimbang terbentuk sedikit dan berpengaruh terhadap
sehingga produksi antibodi dalam tubuh juga penurunan jumlah leukosit. Perbedaan protein
akan meningkat dan akan berpengaruh terhadap yang dikonsumsi oleh ternak, sehingga terjadi
jumlah leukosit yang dihasilkan. Peningkatan perbedaan metabolisme pakan di dalam tubuh
atau penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi ternak, selain itu, kadar protein plasma yang
darah dapat diartikan sebagai hadirnya agen rendah menunjukkan bahwa ternak kekurangan
penyakit, peradangan, penyakit autoimun atau asam amino sehingga ternak tidak mampu
reaksi alergi (Nordenson, 2002). menghasilkan total protein plasma yang
mencukupi, asam amino akan diubah menjadi
albumin dan globulin yang terkandung dalam
total protein ( Ismoyowati, 2006).
30 Jumlah leukosit menurun menyebabkan
penurunan respon kekebalan sehingga daya
Jumlah leukosit (103/

29,5
tahan tubuh itik menurun serta pertanda leukosit
29 turun adanya organisme patogen yang
28,5
merugikan tubuh mulai menyerang ke dalam
tubuh itik jantan. Selain itu, menurut Cherry
28 (1982), yang menyatakan bahwa semakin tinggi
27,5
serat kasar dalam ransum menyebabkan jumlah
µL )

konsumsi ransum semakin menurun, karena


27 serat kasar bersifat ―Bulky‖ sehingga ransum
Ransum 1 Ransum 2 Ransum 3 Ransum 4 yang dikonsumsi terbatas. Serat kasar berfungsi
dalam merangsang gerak peristaltik saluran
Gambar 1. Jumlah leukosit setelah pemberian pencernaan sehingga proses pencernaan zat-zat
ransum perlakuan makanan berjalan dengan baik. Akibatnya,
peluang untuk penyerapan zat makanan
Hasil analisis ragam yang sudah berkurang dan saluran pencernaan menjadi
dilakukan didapat hasil bahwa rata-rata jumlah kosong sehingga itik akan mengonsumsi ransum
leukosit yang dihasilkan menunjukkan bahwa lebih banyak.
perlakuan pemberian ransum yang berbeda
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah 2 .Diferensial Leukosit
leukosit (P>0,05) terhadap jumlah leukosit pada Gambaran leukosit dari seekor ternak
itik jantan. Penelitian ini dilakukan pemberian dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
perlakuan selama 60 hari dengan beberapa terhadap penyimpangan fungsi organ atau
pemberian perlakuan yaitu R1 (Ransum 1), R2 infeksi agen infeksius, dan benda asing serta
(Ransum 2), R3 (Ransum 3), dan R4 (Ransum untuk menunjang diagnosa klinis (Frandson,
4). 1992).Leukosit berfungsi untuk melindungi
Rata – rata jumlah leukosit pada masing- tubuh terhadap kuman-kuman penyakit yang
masing perlakuan berada pada kisaran menyerang tubuh dengan cara fagosit,
abnormal, hal ini diduga karena nutrien yang menghasilkan antibody (Junguera, 1997).
tercerna pada ransum perlakuan diduga tidak
seimbang sehingga produksi antibodi dalam a. Jumlah limfosit
tubuh juga akan meningkat dan akan Limfosit adalah leukosit agranulosit dan
berpengaruh terhadap jumlah leukosit yang merupakan leukosit terbanyak didalam darah
dihasilkan. Menurut Kayodae (2008) unggas, mempunyai ukuran dan bentuk
menyatakan bahwa jumlah leukosit berkisar bervariasi (Sturkie dan Griminger, 1976). Hasil
antara 20000-25000 sel/µL. Menurut Tizard rataan jumlah limfosit antara 36,25—56,25 103/
(1982), protein merupakan molekul pembentuk µL. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan
antibodi. Jenis protein sebagai komponen perlakuan menunjukan peningkatan yang tinggi.
pembentuk antibodi adalah globulin. Protein ini Hal ini dikarenakan adanya gangguan dari
merupakan komponen utama pembentuk organisme patogen yang akan menyerang tubuh
leukosit sehingga jika protein berikatan dengan sehingga limfosit merespon dengan
tanin, maka ketersediaan protein untuk memproduksi antibodi dengan cara merespon
pembentukan akan sedikit. Faktor ini juga yang antigen. Dijelaskan pula Yalcinkaya et al.
akan menyebabkan produksi leukosit menurun. (2008) menyatakan bahwa limfosit merupakan
Protein ransum yang dicerna oleh itik rendah unsur penting dalam sistem kekebalan tubuh,
akan menyebabkan protein globulin yang

178
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

yang berfungsi merespon antigen dengan


membentuk antibodi.
14
13,8

Jumlah eosinofil (103/ µL


45,5
Jumlah limfosit (103/ µL

13,6
45
13,4
44,5
13,2
44
13
43,5
12,8
43
12,6
42,5 12,4
42

)
12,2
)

Ransum Ransum Ransum Ransum 12


1 2 3 4
Ransum 1 Ransum 2 Ransum 3 Ransum 4
Gambar 2. Jumlah limfosit setelah pemberian
ransum perlakuan Gambar 3. Jumlah eosinofil setelah pemberian
ransum perlakuan
Hasil analisis ragam yang telah
dilakukan didapatkan hasil perlakuan pemberian Berdasarkan analisis ragam, perlakuan
ransum yang berbeda berpengaruh tidak nyata berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
(P>0,05). Hasil rata – rata yang didapat yaitu jumlah eosinofil. Penggunaan macam ransum
hasilnya diatas normal dilihat dari masing- tidak berpengaruh, hal ini dituturkan Francis et
masing perlakuan, setelah dilakukan perlakuan al. (2002) bahwa saponin dalam jumlah banyak
dengan Ransum 1, Ransum 2, Ransum 3, dan diberikan dalam jangka waktu lama dapat
Ransum 4 terhadap jumlah limfosit.Tingginya mengakibatkan iritasi mukus saluran
presentase lemak kasar, abu, dan serat kasar pencernaan. Iritasi mukus saluran pencernaan
kemungkinan menyebabkan terhambatnya sehingga merangsang terbentuknya eosinofil
penyerapan nutrien sehingga pembentukan sel- yang meningkat.
sel tubuh yakni leukosit menjadi terhambat. Rataan jumlah eosinofil pada itik jantan
Protein merupakan molekul pembentuk berada di atas normal yaitu 13,37 x 103/µL, hal
antibodi. Jenis protein sebagai komponen ini dikarenakan jumlah eosinofil meningkat
pembentuk antibodi adalah globulin (Tizard, pada saat alergi dan infestasi parasit tertentu
1982). seperti cacing (Melvin et al., 1993).
Fungsi utama limfosit adalah merespon
adanya antigen (benda asing) dengan c. Jumlah Monosit
membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam Monosit merupakan sel darah putih yang
darah atau dalam pengembangan imunitas menyerupai heterofil, bersifatfagositik yaitu
(Tizard, 1982). Tingginya jumlah limfosit kemampuan untuk menerkam material asing,
kemungkinan adanya benda asing berupa seperti bakteria (Frandson, 1992).Rataan jumlah
bakteri, virus, dan parasit yang masuk ke dalam monosit yang dihasilkan diatas normal yaitu
tubuh sehingga limfosit meresponnya dengan 31,75 x 103/µL, hal ini disebabkan monosit
memproduksi antibodi. berperan dalam mengatur tanggap kebal dengan
mengeluarkan glikoprotein pengatur monokin
b. Jumlah Eosinofil seperti interferon, interleukin I, dan zat
Eosinofil merupakan sel darah putih farmakologi aktif seperti prostaglandin dan
yang sitoplasmanya bergranula berwarna eosin lipoprotein.
(Tizzard, 1982).Iritasi mukus saluran Tingginya presentase monosit
pencernaan sehingga merangsang terbentuknya kemungkinan disebabkan oleh komposisi dari
eosinofil yang meningkat. Eosinofil berperan ke-4 ransum yang kurang seimbang sehingga
dalam reaksi alergi, serangan parasit (Caceci tubuh kurang merespon dan penyerapan
1998) dan jumlahnya akan terus meningkat terganggu karena nutrien meliputi serat kasar
selama serangan alergi. Mereka bersifat dan lemak kasar dalam presentasenya melewati
fagositik terutama terhadap antigen dan antibodi batas maksimal. Monosit pula mengolah bahan
kompleks (Caceci 1998; Malvin et al., 1993). asing sedemikian rupa sehingga bahan asing itu
dapat membangkitkan tanggap kebal. Makrofag

179
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

yang aktif akan bermigrasi sebagai respon Peningkatan heterofil dapat dilihat pada
terhadap rangsangan kemotaktik. peradangan akut dan penyakit infeksius seperti
chlamydia, bakterial, dan fungal (Melvin et al.,
1993). Mekanisme pertahanan heterofil
merupakan lini pertahanan pertama yang
33
Jumlah monosit (103/ µL

diaktifkan selama respon inflamasi sehingga


32,5 memiliki peranan penting pada ketahanan
32 unggas terhadap penyakit (Harmon,
31,5 1998).Standar normal jumlah leukosit dan
31 diferensial leukosit menurut Ismoyowati (2012),
30,5 neutrofil 2169-6354 sel/μl.
30 Berdasarkan analisis ragam bahwa
29,5 perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
29 jumlah heterofil (P>0,05). Hal ini menjelaskan
)

28,5 bahwa pemberian perlakuan macam ransum


Ransum Ransum Ransum Ransum tidak berpengaruh terhadap jumlah leukosit
1 2 3 4 pada itik jantan. Rataan hasil yang didapat
Gambar 4. Jumlah monosit setelah pemberian dalam perlakuan macam ransum yaitu 10,88 x
ransum perlakuan 103 /µL. Rata – rata hasil jumlah heterofil diatas
normal, hal ini disebabkan oleh heterofil
Berdasarkan analisis ragam bahwa mengandung zat antimikroba yang dapat
perlakuan tidak berpengaruhnyata (P>0,05) dilepaskan melalui degranulasi untuk
terhadap jumlah monosit. Hal ini menunjukkan membunuh bakteri melalui proses fagositosis
bahwa pemberian perlakuan tidak (Redmond et al., 2011).
mempengaruhi jumlah monosit. Rataan hasil
penelitian berdasarkan kelompok yaitu antara SIMPULAN
31,75 x 103/µL. Standar normal jumlah
diferensial leukosit menurut Ismoyowati (2012) Berdasarkan hasil penelitian yang telah
adalah monosit 376-480 sel/μl. dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan pemberian ransum yang berbeda
d. Jumlah Heterofil pada itik jantan tidak berpengaruhnyata
Heterofil mempunyai aktivitas amuboid (P>0,05) terhadap jumlah leukosit dan
dan sifat fagositosis untuk mempertahankan diferensial leukosit.
tubuh melawan infeksi benda asing seperti virus 2. Perlakuan pemberian ransum R4 terhadap
dan partikel lain. Invasi bakteri, virus, dan jumlah leukosit dan diferensial leukosit
parasit yang terjadi di jaringan akan tidak berpengaruh nyata (P>0,05),
mengakibatkan heterofil bergerak ke daerah sehingga tidak jauh berbeda dengan
infeksi melalui diapedesis dan gerak amuboid. ransum R1, R2, R3.
Heterofil tertarik ke daerah invasi karena
adanya berbagai faktor kemotaktik dari sel yang DAFTAR PUSTAKA
rusak untuk memfagosit bakteri dan partikel
asing lainnya (Melvin et al., 1993). Cherry, J. A. 1982. Non caloric effect of
dietary fat and cellulose on the voluntary
feed consumption of white leghorn
14 chicken. J. Poultry.
Jumlah heterofil (103/ µL

12 Francis, G., Zhohar., Harinder., Makkar. dan


10 Becker. 2002. The Biological Action Of
8 Saponin In Animal Systems.
6 Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi.
4 Edisi Empat. GajahMada University
2 Press. Yogyakarta.
0 Ganong, W. F. 1996. Fisiologi Kedokteran.
Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku
Ransum Ransum Ransum Ransum Kedokteran EGC.
)

1 2 3 4 Harmon, B. G. 1998. Avian Heterophils In


Inflammation and Disease Resistance.
Gambar 5. Jumlah heterofil setelah pemberian Poult. Sci.
ransum perlakuan

180
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181, Agustus 2016 Bayu Eko Saputro et. al.

Ismoyowati., M. Samsi, and M. Mufti. 2012.


Different Haematological Condition,
Immune System And Comfortof
Muscovy Duck And Local Duck Reared
In Dry And Wet Seasons. Fakultas
Peternakan. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Junguera, L. C. 1977. Basic Histology. Ed ke-
8.New York: McGraw-Hill.
Kayodae, M. 2008. Perbandingan Gambaran
Darah Burung Maleo Gunung (Aepodius
Arfakianus ) Betina dan Unggas Yang
Telah Didomestikasi. Fakultas
Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Papua.Manokwari.
Melvin, J. S, and O. R. William. 1993.
Duke’s Physiology of Domestic Animal.
Ed ke-11. London : Cornel University
Press.
Nordenson, N. J. 2002. White Blood Cell
Count and Differential. http://www.
Lifesteps.com/gm. Atoz/ency
/white_blood_cell_count_and_differentia
l. jsp. [September 2012]. Diakses pada
tanggal 15 bulan Juni tahun 2016, pukul
15.00 WIB.
Sastradipraja, D., S. H. S. Sikar, R.
Wijayakusuma, T. Ungerer, A. Maad,
H. Nasution, R. Suriawinata, dan R.
Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum
Fisiologi Veteriner. Fakultas
Peternakan. IPB: Bogor.
Sturkie, P. D, and P. Griminger. 1976. Blood :
Physical characteristics, formed
elements, hemoglobin and coagulation.
Dalam: Sturkie, P. D (Editor). Avian
Physiology. Heidelberg, Berlin.
Tizard, I. R. 1982. Pengantar Imunologi
Veteriner. Edisi ke-2. Penerjemah: M.
Partodiredjo. Airlangga University
Press. Surabaya.
Yalcinkaya, I., T. Gungor, M. Basalan, dan E.
Erdem. 2008. Mannan Oligosaccharides
(MOS) from Saccharomyces cerevisiae
in Broilers: Effects on Performance and
Blood Chemistry. Turk. J. Vet. Anim.
Sci.

181

Anda mungkin juga menyukai